11.11


nyatanya nasya memutuskan untuk benar tidak tidur malam ini. tidak. dia akan tidur, tapi nanti.. ketika rasa penasarannya akan sesuatu yang mengganggunya itu sudah terpuaskan.

gadis itu masih setia memejamkan mata rapat-rapat. menarik selimut biru laut yang tadi hanya menutupi sebatas pinggang itu agar mulai menutupi sampai dadanya. entah, ia masih belum merasakan apapun detik ini. apa masih belum waktunya?

katakan saja nasya sudah gila sebab masih mau-maunya menantang makhluk lain yang jelas telah mengganggu begitu parah akhir-akhir ini. tapi siapa pula yang tidak penasaran ketika kemampuan melihatnya seakan musnah lenyap saat dihadapkan dengan pengganggu baru tersebut?

udara dingin dari AC yang disetel 16 derajat itu kembali menusuk kulitnya. membuat gadis itu kembali merapatkan selimut sambil mengeluh sebab sudah tidak sabar ingin segera membuka mata. ia lelah karena terlalu lama memejam. ya, ini memang bukan jam tidurnya. ia tidak biasa tidur sebelum hari mulai berganti. tapi..

sebentar.

apa ini gempa bumi ringan? sebab kasur berukuran 200x200 yang nasya tiduri kini terasa menggeliat kecil.

seperti ada yang berusaha untuk duduk di pojokan dekat kakinya.

gadis itu menelan saliva berat, berusaha terus memejamkan mata sambil menunggu apa yang akan terjadi setelahnya.

namun, tidak ada.

tidak ada hal aneh apapun yang terjadi selain suhu ruangan yang mendadak naik dan tidak sedingin sebelumnya, membuat nasya gerah sendiri dan reflek menurunkan selimutnya agar turun kembali sebatas pinggang.

kasur kembali bergetar kecil, kali ini rasa dingin yang tadi sempat hinggap di sekitar kaki kirinya sudah tidak terasa. digantikan oleh kehangatan nyaman yang membuat nasya mendadak saja ingin menangis, entah karena apa.

jutaan oksigen yang berhamburan di sekitarnya juga mendadak lenyap tak bersisa, membuat nasya dengan sigap membuka mata dan mendudukkan badannya. dadanya terasa bergemuruh hebat dilengkapi dengan jantung yang berdegup kencang. terasa sangat tidak masuk akal. perutnya bahkan sudah melilit dan paru-parunya berasa diikat dengan rantai-rantai besar.

sebenarnya, apa yang terjadi?

lampu kamarnya masih menyala terang, bahkan barang-barangnya sama sekali tidak ada yang berpindah tempat. selain fakta bahwa memang suhu AC meningkat di suhu 25°, kamar nasya masih sangat-sangat sama seperti sebelumnya.

atau, tidak?

sebab kini nasya mulai melihat sesuatu yang berdiri menjulang tepat 2 meter di dekat badannya terduduk. sosok manusia. tidak. itu bukan manusia sebab nasya tidak bisa melihat satu wujud penuh seperti ia melihat manusia normal. nasya hanya bisa melihat satu bayangan blur seperti ia biasa melihat pardin dan teman-temannya yang lain.

anehnya, bayang-bayang blur tersebut makin lama makin terlihat jelas. dan anehnya lagi, rasa sesak yang tadi menghimpitnya itu perlahan juga mulai mereda. oksigen seakan kembali berlomba-lomba untuk segera masuk ke rongga hidungnya.

sekali lagi. sebenarnya apa yang terjadi?

nasya kembali memicing mata ketika sosok tersebut mulai terlihat jelas. hal pertama yang ingin gadis itu pastikan adalah kakinya. ya, benar. ia ingin melihat apakah sosok itu masih sama seperti yang membuatnya pingsan kemarin. meski dalam hati nasya sangat sadar bahwa gejalanya memang sudah begitu jelas.

kaki polos tanpa alas, yang jika dimasukkan ke sepatu akan muat di ukuran 42.

sama.

sosok itu memang benar yang tengah ditunggu-tunggu nasya.

dan kini, sepatu tersebut bergerak ke samping. mendekati kursi yang ada di sisi kiri ruangan tanpa berniat sedikitpun untuk menghampiri nasya.

gadis itu akhirnya memutuskan untuk sedikit mendongak demi melihat wajahnya. wajah yang membuat nasya penasaran akibat sebal setengah mati akhir-akhir ini. wajah yang.. shit! nasya mengumpat dalam hati sebab lihatlah... ini adalah hantu paling tampan yang pernah ia lihat dalam satu tahun terakhir!

iya, sebenarnya sejak kapan nasya bisa melihat hal-hal tersebut? rasanya ketika kecil pun ia tidak pernah bisa melihat. atau, bisa? entahlah, nasya tidak yakin akan hal tersebut.

gadis itu lantas mulai berdeham, bersiap untuk mencecar sosok tadi tanpa henti. sebab tampan dan tidaknya sosok tadi bukanlah satu hal positif yang layak dibenarkan.

“lo tuh cowok harusnya gak masuk ke kamar gue. betul?”

hening.

sosok tersebut hanya duduk di kursi nasya dalam diam dan tidak ada tanda-tanda akan bersuara.

surai hitam yang tampak halus jika disentuh itu perlahan bergoyang terkena hembus angin AC yang memang tepat berada di atas kepalanya. kulitnya yang pucat tampak sedikit hidup sebab pantulan lampu warm tone nasya yang ada di atas meja itu memantul tepat ke arahnya.

“ganteng lo gak dibutuhin ya serius.. ini kalo gue ada ganti baju gimana? lo kan biasanya gak nampakin diri tuh?”

tak disangka, tubuh yang nasya lihat itu tampak menegang. kepalanya bahkan mulai menggeleng-geleng kecil dengan gerakan kuat. tampak mengelak.

mau tak mau nasya merasa gemas. hingga dengan perlahan gadis itu mulai keluar dari kungkungan selimutnya dan menjuntaikan kaki jenjangnya ke samping ranjang. pergerakannya cukup lambat karena seluruh tubuhnya bergetar menahan perasaan aneh yang tau-tau saja hinggap di dasar hati.

dan dilihat jelas secara face to face ketampanan sosok tersebut makin menjadi-jadi.

tepat hampir 5 detik nasya memandangi rupa lelaki itu, nasya tiba-tiba merasa kepalanya pening seketika. seperti ada ribuan tali yang kini menjeratnya tanpa ampun dan tak ingin melepasnya dengan segera. otaknya seketika riuh dengan beberapa kelebat bayangan ringan akan sebuah masa yang hampir tidak semua ia ingat secara benar.

lalu hening.

ruang berukuran 5x4 meter milik nasya itu terlampau hening dan mungkin akan selalu hening. sebab setelah nasya sempat mengeluh dengan erangan kesakitan, lelaki itu tetap tidak ada tanda-tanda akan mengeluarkan suara meski hanya dehaman kecil sekalipun.

dan ketika rasa pening nasya perlahan mereda, dan ketika ia juga sudah ingin bersuara, akhirnya, untuk pertama kalinya, suara lirih milik lelaki itu menjalar masuk ke gendang telinganya.

“maaf.”

ya, hanya sebatas itu saja. tidak ada tambahan lagi pun tidak ada penjelasan lengkapnya.

dan lagi, saat nasya hendak menanyakan maksudnya, lelaki tersebut sudah menghilang dibarengi dengan speaker di atas mejanya yang mulai berbunyi pelan. sepelan suara lelaki tadi ketika meminta maaf.

oasisdon't look back in anger

intro selesai, dan nasya kembali kehilangan kesadaran.