12-12 a reason behind the (very) weird dating schedule.

2/2.


unit kalandra kosong. itu hal pertama yang ditangkap celine ketika baru keluar dari kamar kalandra untuk mandi barusan. beberapa saat lalu ketika baru tiba, ia kira 2 teman kalandra itu sedang ada di kamarnya masing-masing, namun melihat betapa heningnya ruangan besar ini sudah bisa dipastikan penghuninya sedang sama-sama keluar.

“mau ambil apa, cel?” kalandra yang mengusuk rambutnya dengan handuk itu bertanya. berjalan dari arah dispenser mendekatinya.

“hah?”

“kok gak tidur? tidur aja di kamar gue. kunci, kalo takut gue masuk sembarangan.”

“hah enggak anjir santai aja gue mah.” celine menolak sungkan, duduk di sofa sambil menyila kaki.

“gak ngantuk?”

“dikit.” balasnya, menyatukan telunjuk dan jempolnya sambil tertawa kecil. “lo gak ngantuk kah?” balasnya bertanya.

“dikit.” kalandra menjawab, menirukan gerakan celine tadi diiringi tawa renyah.

“yeee elo mah.” gadis itu mencibir, menyenderkan kepalanya yang mulai terasa ringan sebab baru keramas itu ke sandaran kursi. “tidur aja kal. mana lo dari semalem nyetir juga.. mata lo pasti sepet kan?”

kalandra mengangguk. duduk di samping celine. lelaki itu lantas meraba pinggiran kursi sebentar sambil mencekali kepala celine agar tidak terkejut sebab punggung sofa perlahan menurun.

“produk lo emang maju jaya sih.”

“punya papi gue, cel..”

“jangan merendah, nanti itu nurun ke looo..”

kalandra tersenyum, mengangguk. “heem, sih.. gak bisa begitu dibanggain.”

“kok ngomongnya begitu?” celine mengerut kening.

“ya kan ini usaha papi gue? apa bangganya anak cuma nerusin doang? itu-pun kalo becus, lah kalo gak becus gimana cel?”

“jangan nethink lah ah apa-apaan.” gadis itu reflek menghadap ke arah kalandra sambil mulai mencekali kepala kalandra dengan dua tangan.

“hahahaha ngapain?” lelaki itu pasrah kepalanya digoyang pelan maju dan mundur.

“biar energi negatif lo lompat aja keluar. jadi dikoyak-koyak gini bentar.”

“apa-apaan?” kalandra malah tertawa.

“jadi udah keluar belooooom?”

“udah.” jawabnya, namun dengan cepat ia menahan tangan celine agar tetap berada di kepalanya. “elus-elus celll...”

“basah ih rambut lo.. minimal keringin!!!!”

“keningnya ajaa..”

“ihhhh!” celine sudah mau jungkir balik di atas karpet ketika tangannya diarahkan pasti ke kening untuk mulai mengelus kecil.

keduanya mendadak diam. lagi-lagi memutuskan untuk menikmati degup jantung yang meronta makin jelas dari detik ke detik. kalandra tersenyum kecil, ingin menggoda celine yang pipinya sekarang mulai merah tidak jelas. kegerahan, mungkin. padahal tak pungkir jantungnya sendiri sudah menggila, bahkan ia takut jika celine balas meledek jika mampu mendengarnya.

“apa maksud lo senyum-senyum hah?!” cecarnya kemudian.

“cantik, lo.”

“baru tau?”

“kok bisa lo seneng sama gue cel? gue mah cuma cowok biasa. modal baperin doang kali?”

gadis itu menelan ludah, namun perlahan menjambak poni kalandra. “diem lo lelaki biasa..”

“hahahahahahaha serius!”

“iya iya si paling biasaaaaa.”

“beneran cel dih.. gue gak bisa dibandingin lah, kalo sama lo.”

“iya iya si paling gak bisa dibandinginnnnn.”

kalandra tergelak. “padahal gue serius beneran.”

celine menarik napas, “lo tuh baik tau kal.. lo ganteng, lo keren, lo wangiiiii, lo atraktif.. gue gak suka cowok ngerokok.. tapi lo kalo di deket cewek-cewek yang lo tau gak ngerokok pasti lo jauh-jauh buang puntungnya. lo tuh punya manners.. lo gak sebrengsek itu lah meski emang cewek lo bertebaran. lo tuh.... baiiiiiiiiik banget. gue suka cowok baik. maksudnya yang lebih pasti gue suka lo. udah. mau lo jahat juga sekarang gue tetep aja suka. terus lo tuh.. seksi? lo berdiri doang nyender di mobil itu udah wah banget di mata gue. gaya lo elit. baju lo cakep-cakep. kamar mandi lo juga cakep. semuanya cakep. gue suka yang cakep-cakep.”

kalandra termenung cukup lama mendengar penuturan tanpa jeda dari celine barusan. lelaki itu lalu mengangguk. “gue gak pinter pelajaran. gue sering nyontek tugas. gue sering bolos peltam pas SMA. gue gak jago nembak bola ke ring. kebaikan gue yang lo sebut tadi juga gue lakuin ke orang lain karna gue orangnya gampang iba. gue gak bisa gombalin lo pake kalimat-kalimat serius. gue juga gak bisa gombalin lo pake alat musik keseringan karna gue gak jago begituan. gue gak sekeren itu cel. lo melebih-lebihkan lah hahahaha.”

“gue gak butuh digombalin. gue gak butuh nilai tugas lo. gue juga gak peduli lo mau baik ke siapa aja.” celine cemberut sebab kalandra malah menolak pujiannya dengan menyebutkan kekurangan yang tidak begitu penting.

“terus butuhnya apaan?”

“butuh elooooo.”

“HAHAHAHAHA.”

“BENERAN.”

“gue juga butuh lo.” kalandra menjawab dengan titik, lalu memutus kontak mata. lelaki itu mulai memandangi atap unitnya sendiri sebab tadi posisi mereka memang sudah menyender separuh tertidur.

“ya udah, bagus.”

hening. kali ini cukup lama sampai suara-suara dari luar jendela tembus masuk ke dalam. bahkan langkah kaki di luar pintu unit pun terdengar juga saking sepinya.

“cel..”

“hm.”

“lo tau gak alesan gue ajakin lo ngedate dadakan secara gak jelas begini kenapa?”

“karna lo emang gak jelas aja sih pada dasarnya.”

“gak gitu anjir hahahaha.”

celine tampak berpikir meski aslinya isi otaknya kosong. “gak ngerti.”

“buat ngecek aja..”

“ngecek apaan?”

kalandra kembali menatap celine tepat di mata. tangannya yang tadi diam reflek bergerak untuk ia daratkan di pipi celine yang betul memanas, lalu mengusapnya lembut. “ngecek aja sebetapa antusiasnya gue abisin seharian full sama lo tanpa jadwal. ngecek sebetapa betahnya gue gak tidur karena jalan bareng lo. ngecek sebetapa nyaman dan senengnya perasaan gue tiap gandengan sama lo dari detik ke detik. dan ya, jujur aja.. jalan ke luar kota itu sebenernya diluar kendali gue. gue cuma liat lo.. terus ternyata otak gue gak perlu mikir kepanjangan sampe akhirnya bisa bawa lo kemana-mana kayak semalem. itu semua ngalir cel. tanpa ada satupun sudut otak gue yang mikir keras harus ngapain aja sama lo. gue nyaman, gue seneng, gue nikmatin detik-detik yang berlalu. dan gue sadar, gue jatuh terlalu dalem kali ini.”

celine tidak berkedip. jantungnya kembali memompa dengan dahsyat. mungkin jika ia pakai alat pendeteksi jantung, alat tersebut sudah berbunyi nyaring saking kencangnya degup jantung celine detik ini. gadis itu menelan ludah, menatap wajah kalandra yang baru ia sadari memang begitu dekat dengan dirinya itu dalam hening tanpa suara.

memang sejujurnya tidak perlu kata-kata lagi untuk menjelaskan perasaan mereka. sebab segala tindakan yang terlewat sudah berlalu begitu jelas. bahkan sangat jelas untuk sekedar dipahami.

“kal..”

“hm?”

“may i kiss you?” ucapan itu lolos begitu saja dari bibir celine. melupakan tolakannya beberapa hari lalu yang dengan bangganya ia utarakan sebab ingin kalandra melepas ciuman pertama untuk kekasihnya saja.

“then may i be your boyfriend first, cel? percayain hati lo ke gue.”

tidak. tidak sekarang. jantung celine dan kalandra semakin memompa tidak terkendali sebab permainan mata dan kata yang terus kali berulang dalam menit yang sama. bahkan kini celine bisa melihat lelaki itu sudah membasahi bibir bawahnya yang separuh mengering. seperti memberi pelumas agar nanti, jika celine benar bergerak menciumnya, gadis itu tidak akan terkejut menyadari betapa keringnya bibir kalandra yang disebabkan oleh hunjaman rasa grogi yang terus saja jatuh menghampiri.

“lo gak nyesel pacaran sama gue, kal?”

“buat apa?”

celine mengedik pundak, “lo udah gak takut gue sakitin atau sebaliknya?”

“sejauh yang gue tau, lo gak akan mau nyakitin gue sih.”

“then how about you?”

“gue sayang sama lo.” tandasnya, mengeluarkan kartu utama yang selama ini dipendam dan hanya ia utarakan dengan kata suka, pada celine. “need other explanation to proof? i'll not hurt you, i'll never hurt someone i loved.”

shit.

celine tidak betah dengan keheningan yang melanda setelahnya. sebab itu membuat perutnya melilit tidak jelas dan tangannya kebas tidak aturan.

“you want my lips, right? kiss it then..” kalandra mempersilakan. “atau lo mau gue yang gerak duluan?”

“brengsek kalandra.” celine malah menegakkan tubuh. adrenalinnya benar berpacu liar tak terkendali. gadis itu akhirnya memutuskan untuk duduk mengatur napasnya sendiri.

“udah dapet ijin berulang kali, udah ngajak cium berulang kali juga.. tapi mundurnya juga berulang kali. gue getok lo ya?” kalandra jengkel, momen tadi seharusnya sudah tepat untuk melepas segalanya. namun celine selalu begitu. malu, mungkin.

ya, kalandra dan celine memang punya kemampuan tarik ulur yang sangat baik.

“lo ajak gue pacaran betulan kah?”

“lo kira gue main-main?”

“n-noo.. cuma gue shock aja. yah, shock dikit gak ngaruh. cuma jantung gue aja mau copot. yah, mau copot dikit juga gak ngaruh. TAPI STRESS. TAPI STRESS DIKIT GAK NGA..” ucapannya terputus kala tangan hangat kalandra mendadak saja menarik tengkuk celine mendekat ke arahnya. membungkamnya dengan satu kecupan cepat sebelum akhirnya ia lepaskan.

“tuh. udah. cium. cium dikit gak ngaruh.”

BRENGSEKKKKKK.

celine mengumpat kencang dalam hati sambil mencekali bibirnya sendiri.

barusan apa yang terjadi?

gadis itu menggeleng. sanggup menggila dalam sedetik sebelum akhirnya melihat kalandra bangkit berdiri menjauh darinya. jantung lelaki itu tak pungkir juga berdetak keras seakan habis digunakan untuk lari mengitari lapangan 20 kali.

satu kecupan singkat mampu membuyarkan seluruh saraf mereka. lantas, sebelum celine bangkit berdiri juga untuk meraih minum dari dispenser. suara pintu terbuka mendadak terdengar.

itu jave.

jave yang terlambat datang menyelamatkan dua manusia dari degupan liar masing-masing jantung siang ini.