12-12 kinda (weird) dating schedule-
cuma sepenggal-sepenggal, tapi baca aja. gak penting juga, tapi BACA AJA. wkwkwkwk.
“jadi ni rencananya gimana ya mas ya?” celine, yang baru duduk di kursi penumpang itu langsung melempar bantal beruangnya ke jok belakang. pukul 12 malam lebih 10 menit, pakaian yang mereka kenakan juga normal tertutup. bahkan kalandra membawa beberapa jaket kulit tebal yang ia gantung di belakang.
alphard hitam ini lengang, lampu2 biru yang menyala redup di beberapa sisi juga sangat enak dipandang mata. lagu yang diputar kalandra bahkan masih sama seperti biasanya—lagu-lagu slow rock band luar yang entah kenapa memang berbeda feelsnya jika kalandra yang memutar.
“duduk aja yang an... YANG ANTENG CELINE!!!!” kalandra ikut kelimpungan ketika ponsel celine mendadak lompat jatuh ke bawah kolong. “kenapa sih tingkahnya ada aja gitu ben detik hah?”
“HEHEHEHE.” celine malah cekikikan dan memperhatikan kalandra yang sudah merunduk mengambilkan ponselnya. celine sendiri tidak tau kenapa ponselnya mendadak merosot tadi, mungkin karena tangannya berkeringat akibat baper parah. lagi. gadis itu memang juara satu jika berurusan dengan kata baper. mau kalandra cuma diam bernapas di sampingnya pun dia sudah baper. aneh? memang. namanya juga celine..
“pake seatbeltnya ayo sini tarik tuh gue tancepin.”
“care amat si.....”
kalandra melotot grogi. “lo benerin sendiri aja lah cel.” ujarnya sewot.
“nih nih.” celine tersenyum lebar sambil mendekatkan ujung seatbelt ke tangan kalandra. lelaki itu hanya diam dan memasangkannya sampai benar.
“dah, sekarang lo duduk. anteng. jangan kebanyakan tingkah. mau makan kue tinggal toleh belakang tuh satu kresek full! kalo kebelet pipis juga gue ada botol cleo kosong.”
“MAKSUD LO?!”
“hehehe. canda doang, sayang.”
celine merinding. telinganya tuli seketika.
“omong-omong uselan gue mana? sekali dulu sini baru berangkat.”
“uselan ap..”
“banyak nanya.” kalandra memotong ucapan celine, —yang sebenarnya memang 100% paham dengan maksud kalandra itu, dengan langsung memberikan contoh. memasukkan dirinya dalam pelukan gadis itu dan meletakkan dahinya tepat di pundak. kalandra versi manja memang membuat lutut melemas.
bau wangi tenang yang celine suka dari rambut kalandra kini mulai terhirup. membuatnya reflek menepuk-nepuk pucuk kepala lelaki itu sambil sesekali mengelusnya singkat.
“dah.” beberapa detik setelah celine melepas tangannya dari kepala, lelaki itu langsung melepas diri seraya memasang raut normal seakan tak terjadi apa-apa yang penting.
“nih hp gue. ganti aja playlistnya kalo lo muak.” lanjutnya kemudian, menunjukkan password handphone agar celine tidak bertanya nantinya.
sebuah pattern. membentuk huruf C.
tepat satu jam mengendarai, mobil kalandra akhirnya sampai juga di tujuan. luar kota. tepatnya ada di dataran tinggi. lelaki itu memarkir mobilnya di area parkir luas yang tak disangka cukup ramai pengunjung meski sudah pukul satu pagi.
“dingin kan? tuh jaket lo kalo gak mempan, gue bawa selimut.”
“gak sekalian aja gue lo suruh bawa bantal terus tidur di rumput?”
“ya kalo lo mau.. gue bawa karpet.”
STRESS. kali ini celine langsung menarik poni kalandra kencang. “lo gak sekalian aja bawa tenda dodol!!!”
“bawa kok. mau dikeluarin?”
“FUCKKKKKKK IT LAH.”
“fuck what, cel?” kekehnya bercanda.
“ish.” celine langsung membuka pintu mobil dan keluar, meninggalkan kalandra yang masih tertawa geli di dalam sana.
mengenai karpet, tenda dan selimut tadi.. kalandra tidak berbohong, ia memang membawanya. untuk jaga-jaga. sebab jika kalandra memang betul stress, maka celine jauh lebih stress. ingat masalah lumpia tadi, kan?
“MBAK, JALAN MASUKNYA DISANA MBAK.” kalandra berteriak sambil menekan tombol kunci. tawanya reflek menguar ketika celine akhirnya berbalik badan mendekat lagi ke arahnya.
“emang ada jalannya ya? tuh kan cuma hamparan dibatesin pager doang?”
“ya lagian lo percaya aja. yang bego siapa?”
“g-gu..e?”
“nah.” kalandra cekikikan, lalu menyampirkan jaket yang memang ia bawa lebih itu ke pundak celine. “buat dobelan. nanti pilek.” jelasnya, lalu menarik tangan celine dan lanjut menggenggamnya masuk ke dalam saku jaket yang kalandra kenakan sendiri.
celine mengumpat kencang. kali ini bapernya ia suarakan sebab sudah tidak kuat. kalandra benar-benar sudah sejuta persen mericuh sarafnya.
lelaki itu hanya mampu tersenyum dalam hati sebab sepenuhnya paham gadis dalam cekalannya ini sudah 100% menaruh hati padanya.
“mau stmj gak? yuk kesitu aja. gue pesenin.” kalandra mengajak. menuding satu tenda biru yang menjual STMJ dan beberapa roti bakar.
“gak mauu. nanti aja.”
“ya udah, duduk sana aja?”
“oke.”
“telinga lo dingin gak?”
celine reflek berjengit. —padahal kalandra cuma diam kali ini.
“tanya doang gue woi. just wanna make sure u're warm enough.“
celine berdecak. bagaimana tidak menghangat jika sekarang badannya saja sudah panas bukan main?
gadis itu lantas menarik langkah menuju dudukan kursi panjang yang lumayan berembun. sudah ingin duduk ketika kalandra mendadak menahan pergerakannya, mengajak pindah ke bekas milik orang lain yang kering dan sudah tentu lebih hangat karena baru diduduki. “situ aja. tuh orangnya baru minggat.” ujarnya kemudian.
celine menurut. duduk anteng dengan tangan kiri masih berada dalam genggaman di saku kalandra.
“gue ajak ngedate liat bulan dan langit malem secara bener kali ini. tuh liat, super jelas.. kan?”
hening. celine hanya diam memandang hamparan hitam yang menunjukkan gemerlap lampu kota di bagian bawah dan cahaya bintang di atasnya.
udara menerpa cukup dingin ditambah bau dari beberapa minuman panas yang mengepul dari pengunjung lain. maklum lah, malam minggu. sebagian orang yang tidak betah berada di rumah juga memutuskan datang meski waktu tidur sudah menjemput.
“lo tau gak kal, kalo cahaya bintang yang kita liat sekarang ini tuh sebenernya cahaya dari beberapa tahun lalu?”
kalandra mau mengangguk sebab ia memang paham mengenai satuan tahun cahaya, namun akhirnya ia memutuskan untuk menggeleng saja. “gak ngerti. kok bisa gitu?”
celine mengedik pundak. “kayak contoh aja paling gampang proxima centauri.. dia jaraknya sekitar 4,24 tahun cahaya sama bumi. lo bayangin ternyata cahaya dia yang kita liat sekarang tuh ternyata cahaya dari tahun 2019...”
kalandra mengangguk. menyukai perempuan di sampingnya yang tidak hanya cantik wajah namun otaknya juga padat berisi. “konsepnya sama kayak matahari juga ya berarti cel?” balasnya, setelah diam cukup lama.
“hm.. gak ngerti, tapi bisa dibilang gitu gak sih? kayak matahari sama bumi jaraknya kan kira-kira 150 juta kilometer-an ya kal. sama cahaya tuh jarak segitu bisa ditempuh sekitar 8 menitan?”
“lebih 20 detik.” kalandra mengimbuhi.
“nah, jadi kalo kita liat matahari terbit pertama kali di pantai itu sebenernya kita lagi liat matahari terbit 8 menit lebih 20 detik yang lalu, ya gak?”
“yap. pinter cewek gue.”
celine reflek buang muka. niat berdiskusi serius endingnya kena getah sendiri.
“terus misalnya ada nih galaksi lain yang jaraknya puluhan miliar tahun cahaya cel.. berarti cahaya galaksi itu kalo ketangkep manusia apa cahaya dari puluhan miliar tahun lalu juga?”
“hnggg.. gak, lah? alam semesta aja baru kebentuk sekitar 14 miliar tahun woy?” celine menekuk alis. “makanya tuh satuan gak bisa selalu dijadiin patokan.. bener gak? INI KITA NGOMONG ADA ILMUNYA APA MAIN SAUT AJA SIH?”
“ada lah.. bener kok.” kalandra tertawa dan lanjut hening setelahnya.
“anyway cel..”
celine menoleh.
“gak mau senderan ke gue?”
gadis itu reflek menjatuhkan kepala ke pundak kalandra. “mau lah! dari tadi kek tawarin..”
kalandra tersenyum lebar. merentangkan tangan kanannya sebentar sebelum akhirnya merangkul lengan celine dengan hangat. “kalo ngantuk ngomong ya. ntar masuk mobil aja gue pindah ke tempat lain.”
“kemana?”
“suka-suka gue, lah.”
“lo bawa ke altar aja bisa gak sih?”
“lo mau?”
celine memukul kaki kalandra kencang dan menegakkan badannya. “minimal pacarin dulu gak sih guenyaaaa?!”
“mau?”
“kan lo yang gak mau?”
“mau.”
“mau apa?”
“cel..”
“hm.”
“gak jadi.” kalandra menarik kembali kepala celine agar rebah di pundaknya.
see?
celine langsung berdecak kencang dengan hasrat ingin meninju segala angin yang kini melintas semakin dingin menjemput pagi.
“ngantuk gak?” kalandra menoleh, memperhatikan celine yang kini masuk sepenuhnya dalam selimut yang kalandra bawa. mobil kalandra kembali melesat ketika keduanya sudah selesai menghabiskan satu porsi STMJ untuk menghangatkan tubuh.
“amannnnn. tapi serius seru ya jalan sama lo. gak ngang-ngong doang gitu. kek obrolan lo tuh.. berbobot. nyenengin. NYENENGIN BANGET PLEASE GUE BOLEH MEWEK GAK SIH?”
“mewek ayo, coba.”
“brengsekkk..”
“tapi menurut gue sih lo senengnya bukan karna omongan gue berbobot sih cel.”
“terus kenapa?”
“ya karena emang lo seneng aja jalan sama gue. coba sekarang lo bayangin lagi jalan sama stefanus tuh.. otak dia lebih keisi dari gue sih kalo inget dia menang debat terus-terusan hahahahaha.”
celine terdiam cukup lama sebelum mengumpat kecil, “sialan... mana iya lagi.”
“nah..” kalandra tertawa tanpa suara, membiarkan celine mulai mengotak-atik hp untuk merubah lagu. —yang ternyata malah diubah ke lagu close to you, lagu yang dinyanyikan celine untuk menggoda kalandra malam itu.
“shit.” lelaki itu reflek ganti mengumpat.
“nyanyi kall.. JUST LIKE MEEE THEY LONG TO BE CLOSE TO YOU..“
kalandra mencengkram setir demi menolak jantungnya yang berpacu liar. matanya memilih untuk fokus ke depan, tidak melihat celine yang kini mulai asik karaoke sendirian di sebelahnya.
lagu yang masih berputar diiringi suara enak celine itu membuat kalandra hanyut dalam pikirannya, sebab ternyata hati yang ia kira hanya bisa bermain-main itu bisa luluh seperti ini juga pada akhirnya.
“kal kal nepi dong.. ada mbak jual jeruk bali tuh di depan. MAU JERUK BALI.”
“oke.”
“omong-omong lo gak ngantuk, kah?”
kalandra merutuk. mau mengantuk bagaimana jika jantungnya berdetak ricuh?
“aman.” jawabnya kemudian. “tapi abis ini ke hotel aja yaa?”
“tidur?”
“gak cel.. ngeronda sambil bantuin abangnya bersihin kolam.”
“CK. GAK USAH TIDUR HOTEL TIDUR MOBIL AJA NANGGUNG.”
“punggung lo kram nanti dodol.”
“kram dikit gak ngaruh!!!!” celine mengerut alis. melirik jam di ponselnya.
pukul 4 kurang 15 menit. “tapi dari pada bobo mah ke pasar aja yuk? jam segini kan buka tuh.. market date kita di luar kota. LUCUUUUU BANGET.”
kalandra mendengus, menepikan mobilnya untuk membeli jeruk. “bukannya pas itu gue udah diduluin ya?”
“yeeeee. sama dia mah beda. bawaannya gue diomelin mulu dibabu.”
“emang sama gue yakin gak bakal gue babu?”
“yakin lah. kan lo suka gue.. mana mampu tuh nyuruh nih lo bawa kreseknya sendiri cel!!“
“anjir.” kalandra kehabisan kata-kata, membuka pintu mobil. “ikut turun apa disini aja?”
“IKUTTTT!!!!!” celine melepas selimutnya dan turun dari mobil. menyusul kalandra yang menunggunya di dekat pintu belakang sambil tak lupa mengulur tangan untuk menggandeng.
PASAR KOTA
pukul lima kurang 10 menit mobil kalandra yang sejak tadi sudah bekerja keras demi jadwal date yang tidak jelas ini akhirnya terparkir mulus di tepi jalan. pemilik dan penumpangnya keluar dengan raut separuh lecek separuh antusias.
“gue gak pernah terjun sendiri ke pasar yang besarnya begini cel.”
“wahhhhh seru kal lo harus nyoba beli kue-kuenya sih.” celine, yang mendadak jadi expert perihal pergi ke pasar sejak jadi anak kos itu mulai menggandeng tangan kalandra agar mengikutinya menyebrangi jalan.
“pelan-pelan aja. gerbang pasarnya gak pindah.”
“ya ntar makin rame. gue males kalo rame-rameeee.”
kalandra tertawa meledek. “ya lo booking sekalian aja tuh pasar biar sepi lo doang yang masuk cel?”
celine mendelik, ngeyel berjalan cepat sambil menyeret langkah kalandra.
sejujurnya dua manusia ini lumayan kelelahan. kantuk di awal juga sempat menyergap, namun setiap kali ada topik baru yang herannya selalu enak dibahas itu kantuknya meluap secara cuma-cuma. bahkan bentukan keduanya pun bisa dibilang cukup kacau pagi ini. terlihat seperti zombie baru bangun dari goa karena kantong mata mulai terbentuk, namun karena kalandra dan celine punya visual di atas ambang rata-rata, hal itu sama sekali tidak menjadi masalah. malah terlihat cukup menggemaskan sejujurnya.
“nanti balik ke apartment lo, mau masak apa?”
kalandra menggeleng. “lo tidur aja.”
“ih iya abis tidur!!!! mau masak apa?”
“gak usah masakkkkkkk. lo tidur ajaaa.”
“IH IYA ABIS BOBO MAU MASAK APA LO MAU MAKAN APA???”
kalandra mengalah. “lo mau masak apa?”
“hmmmmmm.. lo suka kacang panjang gak?”
“aman..”
“oke. yuk sini hunting kacang panjanggg.” celine kembali antusias dan menarik gandengannya agar maju melintasi gerbang lebih cepat.
namun sedetik setelah masuk ke dalam area luas tersebut, keduanya reflek pusing mendadak. bagaimana tidak?
“baju mbak, mas.. diskon 30%!!!”
“sepatu ukuran 40 cuma 30 ribu mas, kuat!!!!”
“tas sampeyan diganti iki wae mbak, kembaran karo selena gomez!”
waduh, rupanya salah masuk gerbang.. kalandra dan celine spontan terpingkal dan memutuskan melangkah keluar guna mencari gerbang masuk yang lain.
“udah capek kan?” kalandra menoleh, mengelus poni panjang celine dengan gemas sebab pemiliknya kini merebah di senderan kursi setelah memutari pasar cukup lama. bahkan sekarang sudah pukul setengah 7! bayangkan se-lama apa mereka mengitari bangunan itu sejak tadi.
“lo kali, yang capek..”
“gue kebiasa nongkrong gak tidur sama anak-anak sih. begini doang kecil.”
“gayaaaaaaaaaaa.”
“tidur sini, mundurin aja kursinya .”
celine menggeleng. gadis satu itu memang bisa jadi keras kepala di beberapa waktu. “gue gak bisa tidur di mobil ngebiarin pengemudi bengong sendirian. ini tuh, manner...”
“gaya lo kalo ngomong cel cel...” kalandra terpingkal, masih berusaha menyuruh celine agar tidur saja agar tidak kelelahan.
“aman gue. gak ngantuk kok.”
“yakin?”
“yakeeeeeeeeennnn!!!!”
“ya udah, mau makan dulu gak? gue tau ada pujasera jual sop merah enak banget di deket sini.”
“SOP MERAHHHHHH?!!!!” celine mendelik. makanan satu itu jelas tidak akan pernah celine lewatkan.
“BUDEK GUE BODOH!”
“hehehehehehe ayoooo gue mauuuuuuuuu.” kali ini gadis itu jujur sepenuhnya jika kantuk yang separuh menyerang itu meluap totalitas.
lokasi pujasera yang dibilang dekat dengan pasar itu nyatanya memakan waktu setengah jam perjalanan. melewati jalan tanjakan berhias jurang dan pohon-pohon tinggi dibatasi oleh pagar ringkih di sekitarnya.
“tuh katanya lo mau liat pohon..” kalandra berujar, menunjuk pepohonan hijau yang di beberapa sudutnya masih basah terkena embun pagi.
celine masih diam, sejak tadi gadis itu benar-benar menaruh fokus pada hamparan hijau dan biru yang terpajang jelas di depan matanya. hatinya terasa begitu penuh dan melambung. apa lagi mendengar kalandra yang kini mulai bernyanyi dengan suara kecil mengikuti alunan dari speaker mobil. sinting. rasanya ia ingin meledak detik itu juga.
celine menoleh ke samping, memperhatikan wajah tampan kalandra dalam hening. rambut lelaki itu mulai memanjang dan belum dipangkas lagi, ditambah oleh kacamata hitam yang kini bertengger di matanya. entah.. definisi stress yang betul-betul menghajar celine seutuhnya.
“kal..”
“oi.” sahutnya tanpa menoleh, masih fokus meniti jalan.
gadis itu mengulur tangan mendekat, membuka telapak tangannya.
“mau apa?” kalandra bingung.
“gandeng.”
“oalah, nih.” balasnya tertawa, menyatukan telapak tangan.
dan entah mendapat hidayah dari jin sebelah mana, celine mengubah gandengan biasa tersebut dengan menjadi lebih erat. mengunci jemari.
keduanya lantas diam tak bersuara. membiarkan perasaan damai melingkupi hati. menikmati dentuman liar yang selalu terbentuk setiap kali bersentuhan, ditemani semilir angin dan cahaya mentari pagi yang menyusup masuk dari kaca jendela.
“adem cel?” kalandra bertanya ketika gadis itu beberapa kali kedapatan mengusuk telapak tangan.
“heem.”
“deket air mancur soalnya.”
“hah?”
“terjun. sorry, my bad.”
celine terpingkal. receh saja. “tapi seriusan ada air terjun? jauh?”
“gak sih, tinggal naik aja itu ikutin jalan terus parkir.”
“terus ada jalan kakinya lagi gak?”
“kalo pikiran lo kita kudu jalan nanjak gitu sih gak ada. tapi kalo jalan dari parkiran ngelewatin jembatan kecil ada.. jalan.”
“WEEEEEEEEEE KOK KEREN.”
“mau liat?”
celine menimbang. cukup lama sampai tangannya disenggol kalandra lagi. “mau liat gakkkkk?”
“ada syaratnya tapi.”
“hahahaha apa?”
“nanti baliknya gue yang nyetir.”
ingin menolak, namun takut dianggap tidak menghargai keinginan celine, lelaki itu akhirnya memutuskan untuk bernegosiasi saja. “turun otw masuk kota gue yang nyetir. sisanya lo.”
“oke deaaaaaal.”
“ini seriusan adem, tapi apa gunanya gue ngajak kemari kalo minimal kaki gue gak kena air. iya gak?”
“gak usah aneh-aneh. kepleset ilang lo ntar.”
“IH GA MASUK DALEM SITU MAKSUD GUE.”
“terus?” kalandra masih membuntuti langkah celine yang kini mulai menapak di bebatuan licin.
“ya kena air aja. nih yang gue injek basah juga air kan?”
“yeee.. kaga jelas.”
“MASUK SALAH NGINJEK DISINI JUGA SALAH.”
“mau masuk air disitu apa disini aja?”
celine menimbang. “gak dua-dua deh. gue gak mau pilek.”
see?
celine memang tidak jelas.
“fotoin gue dong kal.”
“ayo. disitu aja gue arahin.”
“gak deh. gak jadi.”
“YANG BENER-BENER AJA NAPA SIH?”
“HEHEHEHE. cari kepiting yuuuuuuuu. biasanya disela-sela batu ada yang mini tuuu tau gak lo?”
“stress!”
“AYOOOO KAL.”
dan anehnya, kalandra menurut saja.
perjalanan pulang menuju apartment kalandra terasa cepat. sesuai janji, mereka berdua bergantian menyetir hingga akhirnya mobil besar ini terparkir juga di basement luas yang memang cukup penuh karena beberapa penghuni unit mungkin memilih untuk bersantai saja di hari minggu ini.
“bentar, time-time.. gak mampu gue jalan ke lift.” celine mematikan mesin mobil dan reflek memundurkan senderan kursi.
“suruh siapa ngajak balapan lari dari air terjun ke mobil tadi? kram kan.. mampus.”
“aturan tuh dipijetin kek apa kek.. kalo lo nih enggak. berbeda memang ckckck.”
kalandra terpingkal. “mana ngeyel nyetir.”
“bodo amat lah diem aja lo.”
“ayo sini gue gendong belakang.”
“gak usah kebanyakan baca wattpad deh.” celine mendelik, membuat kalandra makin tertawa di kursi penumpang. lelaki itu lantas menepuk pahanya sendiri. “sini naikin, gue pijetin.”
“STRESS LO YA?!” celine langsung menegakkan badan. menolak mentah-mentah.
“gue cuma mau bantu?” ujarnya mengedik pundak.
celine geleng-geleng kepala. kembali memajukan sandaran kursi.
“masih jam 11. jadwal date kita masih sampe nanti malem. lo mau apa aja?”
“mau sama lo...”
“hahahaha ya lo kira sejak semalem lo sama siapa? jin tomang?”
“mirip sih.”
“brengsek.” kalandra mengumpat. “tapi seriusan. lo mau apa? kan sebelum ini udah usulan gue yang mendominasi..”
“gak adaaa. gue mau ngelamun doang yang penting sama lo sih, gak masalah.”
“nyebur got yuk cel.”
“bangsat.” celine mengumpat dengan dihiasi senyum kecil.
“hahahahahaha ya lagian lo juga jawabnya begitu.”
“kal..”
“hm.”
“tidur yuk?”
kalandra sontak mundur. pikirannya berbalik arah jauh sekali. “kalo ngomong yang bener ya lo ya.”
“tidur.. tidur beneran. abis mandi, tidur bentar. alarm jam 2 deh.”
“terserah.”
“apa mau tidur yang lain?”
“GUE BISA NYEBURIN CEWEK KE GOT BENERAN YA CEL.”
“HEHEHEHEHE.”
begitulah. kalandra dan celine melalui detik demi detik melewati jadwal super tidak jelas itu dengan hati yang sama-sama sudah sepenuhnya mekar.