16 september 2023

gak dibaca gak ngaruh. (diskip boleh.)


“kalandra belum dateng?” jave yang baru keluar dari kamar itu segera mendudukkan diri di sofa. ikut nimbrung bersama 3 temannya yang baru saja datang beberapa menit lalu ditemani gibran yang asik menunggui roti di panggangan.

ada lukas gebetan jeva.

juna, si jomblo yang sampai detik ini masih mencintai diri sendiri.

dan rendy, salah satu teman yang— “tuh tuh dah nongol si anak sapi!!” —selalu ngajak ribut.

kalandra yang baru datang menanting kresek itu hanya berdecak sembari berdiri diam di dekat lorong masuk guna menunggu celine berganti sandal.

cukup lama, hingga suara rendy akhirnya kembali menggema.

“mana sih cewek lo? gak jadi ikut kemari?”

kalandra mendelik. menyuruhnya diam. perlahan ia menoleh ke celine yang ternyata malah tersenyum lebar sambil membungkuk melepas kaitan sandal. diam-diam kalandra ikutan salah tingkah. baper juga.

“gue benerin gak cel?”

celine nyengir. “mau recreate adegan drama apa nih kok orang ngelepas sandal doang mau dibenerin?”

“gak usah. gak jadi.” kalandra reflek mendengus dan diam seribu bahasa.

“dah, yuk.”

kalandra mengangguk, lantas mengikuti langkah celine tepat di belakangnya.

“WOY CELINEEE.” gibran menyapa girang sambil melambai tangan, lalu segera menyuruh gadis itu untuk duduk di sofa agar bisa berkenalan juga dengan rendy, juna dan lukas.

kalandra menghela napas. pita suaranya tidak berfungsi dengan baik sebab moodnya masih awut-awutan. ia memperhatikan raut teman-temannya sebentar sebelum kemudian ikut mendudukkan diri di sofa.

“geseran-geseran.. cowoknya mba celine dudukin kaki gue nih.” rendy, lagi-lagi, cari masalah. padahal ia belum mengenal celine dan belum pernah bertemu sekalipun dengan gadis itu. dan faktanya lagi memang kaki rendy saja yang selonjor sebelah. membuat kalandra langsung mendudukinya tanpa basa-basi lagi sebab kalandra tau jika adu mulut dengan rendy tidak akan pernah bisa selesai. rendy adalah juru bicara pembela diri yang sangat baik.

diam-diam jave, gibran, lukas dan juna memandangi kalandra yang tidak mengeluarkan kalimat sanggahan. ekspresinya tenang dan tidak ada raut kesal ataupun melarang. heningnya lelaki itu membuat mereka yang duduk disitu mengenal kalandra sejak lama reflek menahan gejolak untuk tidak menggoda.

kalandra yang mereka tau memang bagai magnet bagi para gadis. banyak hal melekat pada diri kalandra yang membuat para perempuan secara ugal-ugalan menunjukkan jika sedang menaruh hati. belum lagi tanggapan super kadal yang selalu ia berikan. seperti mengajak jalan, mengantar pulang, membelikan makan, memberikan perhatian berlebih, bahkan julukan princess yang selalu ia lontarkan itu kerap membuat para perempuan tersipu.. padahal mereka tau, mereka tidak sendirian.

dan satu hal yang membuat circle kecil ini senang akan kehadiran celine adalah gadis itu mampu membuat kalandra diam. bukan diam dalam arti menutup mulut atau anteng tidak berbicara. namun diam dalam artian tak berkutik sedikitpun ketika hal yang paling ia hindari disinggung-singgung. sejauh ini kalandra memang selalu tegas dan tidak segan untuk memberikan batasan pada mereka yang mengeclaim dirinya sebagai kepunyaan.

seperti, kalandra cowok gue.. kalandra gebetan gue..

no girls. just no.. he belongs to no one!

but, see..

“oh.. cowoknya celine ya kal?”

kalandra hanya diam dengan telinga memerah panas.


waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang ketika akhirnya celine bisa berkutat di depan wastafel kalandra untuk mencuci ikan, lagi. bedanya kemarin lele masih dalam keadaan hidup sehingga cukup merepotkan, sedangkan mujair yang celine beli di pedagang keliling ini sudah mati dan dibersihkan isinya.

“perlu dibantuin apa nih cel?” lukas, yang kebetulan memang lebih ramah ketimbang jave, rendy dan juna itu bertanya ketika melintas di belakang celine. ingin mengambil minum.

“eh.. berani pegang ikan gak?” celine bertanya setelah sebelumnya hampir mengumpat karena terkejut. sebenarnya pertanyaan itu hanya untuk basa-basi saja, namun jika lukas bisa mencuci ikan ya.... apa salahnya?

“mujair yang baru lo beli ini?” lukas melongo.

“iya itu. bisa?”

“bis...”

“gue aja. minggir lo kas.” kalandra reflek menyela, mengusir lukas dengan tatap sengit.

lo udah punya jeva, jangan macem-macem! begitu kemungkinannya jika ekspresi bisa berbicara.

lukas refklek mengelus dada lega.

“eh tapi kal, lo kan kemar...”

“bisa gue bisa. andelin gue.” kalandra menyela ucapan celine, lantas berdiri di depan wastafel dengan tangan super kebas. ia sejujurnya tidak berani.

but..

andelin gue.

lukas reflek minggat sambil mengepal tinju di mulutnya sendiri. ia siap menggibah dengan yang lain di hadapan televisi.

berbeda dengan celine yang kini bukannya baper malah menatap kalandra dengan pandangan super sangsi. kemarin saja ia yang membersihkan, kok sekarang..

“mati nih mati.. yang kemaren kan idup cel..” kalandra sadar jika celine masih fokus menatapnya.

“yakin? gak tiba-tiba lo ilang lagi ke deket dispenser?”

“gue nih family man. mending lo diem, bikin bumbu sana.”

“idih..” celine reflek memasang wajah sewot ketika akhirnya benar bergeser sedikit menjauh untuk memotong bawang-bawangan.

selang 5 menit mereka berdua tidak bersuara dan fokus melakukan kewajiban masing-masing, celine akhirnya bersuara juga.

“kal kal.. tolongin gue kal.” ujarnya, mundur beberapa langkah. gelagatnya sudah hampir menangis saja.

“kenapa-kenapa?” kalandra panik, berjalan mendekat dengan tangan masih kotor sehabis memegang ikan.

“pedes bego tuh cabe sialan bijinya lompat deket mata.”

“terosss cel???”

“gatel juga. garukin please mata gue yang kanan, persis diujung tuh.”

“tangan gue kotor????”

“pake lengan ajaaaa udah lo gesek-gesek kek apa kek..” celine makin gelisah.

“ngawur aja lo!” kalandra reflek menggeleng dan ingin mencuci tangannya terlebih dulu untuk membantu, namun siapa sangka tangan celine lebih cepat dari pergerakannya?

“sianjing celine bisa-bisanya lo ya.”

gadis itu membisu, ia menggeser-geser lengan kalandra di matanya yang sudah hampir menggila akibat pedas dan gatal di saat bersamaan.

“aturan lo cuci tangan lah anjir.” kalandra masih sibuk mengomel ketika akhirnya celine melepas tangannya.

“dah, kelar. makasih. tinggal pedesnya doang nih.” celine hening di depan kulkas cukup lama agar matanya bekerja normal. merasa kalandra menatapnya tidak habis pikir sebelum akhirnya tertawa.

“gatelllll kal. lo jangan pelototin gue lah.”

“ya abisnya????”

“dah kelar gak ikannya?”

kalandra mengangguk. “tapi sori banget itu yang satu kepalanya lepas..”

“hah? lo apain kok bisa lepas anjir?”

“kekopek doang..”

celine hanya mampu geleng-geleng kepala saja.