▪︎ 17+
▪︎ penggalan “Between.” dari wattpad.
▪︎ nggak semature itu kok, santai aja santai wkwk.
■□■□■
Jeffrey sudah hendak bangkit berdiri untuk mengambil air dalam kulkas ketika Nasya tiba-tiba mengelukan namanya dengan suara serak.
“Jef..”
“Ada apa? Kamu butuh yang lain?”
“Saya mau tanya sesuatu.”
Lelaki itu mengangguk. “Tanya apa?”
“Kenapa kamu baik sama saya?”
Jeffrey menghela nafasnya sebentar lalu mendudukkan diri kembali disamping Nasya.
Efek alkohol sepertinya bekerja sempurna karena berhasil membuat gadis yang biasanya diam itu menjadi banyak bicara malam ini.
“Saya anggap kamu lebih dari sekedar atasan Nas.” Jawab Jeffrey pada akhirnya.
“Seperti apa?”
Lelaki itu diam sebentar kemudian tersenyum. “Saya yakin kamu nggak akan ingat walaupun sudah saya jawab.”
Gadis itu menggeleng dengan pipinya yang kian memerah, “Meski saya nggak ingat saya tetap mau dengar jawaban kamu.”
“Hmm..” Jeffrey menggumam beberapa saat, “Saya anggap kamu sebagai wanita.”
Nasya menelengkan kepala dan memutar badannya hingga berhadapan dengan badan Jeffrey. “Tapi saya memang wanita?”
“Bawahan kamu di kantor hanya menganggap kamu sebagai anak pemilik perusahaan yang harus dihormati. Lebih dari itu saya anggap kamu sebagai wanita yang juga harus dijaga, disayang dan dilindungi.”
Nasya mengangguk-angguk dengan matanya yang semakin sayu dan terlihat lelah di temaram malam.
“Sudah jam 1 Nas, kamu harus tidur.”
“Kamu anggap saya sebagai wanita yang harus disayang, dilindungi dan dijaga.” Ucap Nasya setengah sadar membuat Jeffrey spontan mengerutkan alisnya. “Kamu mengulang kalimat saya?”
“Iya. Saya hafalin karena kamu bilang saya gak akan ingat besok pagi.”
Jeffrey hanya menggelengkan kepala dalam diam kemudian menyingkirkan anak rambut Nasya yang menutupi wajahnya. “Nas, kamu nyaman ada di sekitar saya?”
Gadis itu mengangguk, “Lebih dari itu, saya merasa aman.”
“Entah kenapa saya juga merasa nyaman disekitar kamu.” Ucap Jeffrey mengawang seraya mengusap pipi Nasya lembut.
“Saya harap saya akan ingat segala percakapan kita malam ini Jef.”
Lelaki itu tersenyum. “Mau mengingat malam ini Nas?”
“Bagaimana?”
“Hmm.. Pejamkan mata sebentar.” Suruhnya, dan gadis itu reflek menurut.
Didekatinya wajah Nasya dan dibisikkannya sebuah kalimat tepat disamping telinga, “Let me do something that can make you remember anything about this night Nas.”
Bisikan itu membuat Nasya reflek mendesis geli dan sedikit meringsut mundur.
“Sekarang buka mata, lalu ijinkan saya.”
Gadis itu menurut lalu menatap Jeffrey tepat di manik mata, “Apa?” Tanyanya serak.
Jeffrey menggeleng dan hanya balas tersenyum. Dengan perlahan ditangkupnya kedua pipi Nasya seraya bertanya, “Nas.. Can i?”
Gadis itu terdiam, ia menatap sekali lagi netra milik Jeffrey yang berada dekat di hadapannya dalam hening.
Tangan yang bergerak perlahan di pipinya berhasil membuat jantung Nasya berdebar tidak terkendali, dan tau-tau saja ia sudah memejamkan matanya mempersilahkan.
“Hm?”
Merasa mendapat lampu hijau Jeffrey segera menempelkan bibirnya pada milik Nasya secara perlahan.
Digenggamnya tangan yang sempat menegang lalu mengelusnya perlahan.
Ciuman yang aneh, dengan paduan pahit alkohol diselingi rasa manis yang menguar dari bibir Nasya.
Entahlah.
Pikiran Jeffrey mendadak mengawang jauh ketika Nasya mulai membalas lumatannya.
“Nas? Kamu sadar?” Tanya Jeffrey melepas pagutannya.
“Hm, sensasinya seperti dibawa terbang ke langit-langit. Aneh.”
“Suka?”
Nasya mengangguk, “Umur 21 sudah legal untuk ini Jef?”
Jeffrey tertawa sebentar kemudian menarik pinggul Nasya dan mendudukkannya di atas pangkuan, “Legal Nas. You want more?”