21+


ranjang apartment milik gadis cantik keturunan chinese-indonesia ini bergerak dengan getar-getar tak beraturan. kadang menatap tembok, kadang pula berderit sampai-sampai ia curiga kaki-kakinya bisa patah karena terlalu kencang diguncang.

lenguhan sensual yang meluncur dari bibir kedua manusianya juga kini memenuhi ruangan dengan begitu kerasnya.

“stop, stop.. adrian stop.” sang gadis mulai keteteran, keringat bercucuran dari dahinya akibat digempur mati-matian dari pria bertubuh kekar yang kini sibuk memacu di atasnya.

“stop? how dare you to stop me?” balasnya, tak mengindahkan ujaran gadis itu dan tetap menusukkan pusakanya jauh ke dalam liang hangat yang kini sudah sangat basah karena klimaks berulang kali.

adrian sedang menggila. pria itu tak akan segan untuk menggauli gadis ini sampai matahari menjemput nantinya.

“gak kuat. ah! udah!” bea meremat kasur kala mencapai puncaknya sekali lagi. gadis itu memekik seraya mencengkram sprei kasurnya kuat-kuat.

adrian hanya menggeram rendah sebagai balasan, lelaki itu menciumi ceruk leher bea selagi terus memacu pinggulnya dengan gerak cepat agar mencapai ujungnya sendiri.

“bea.. my baby girl.” erangan adrian keluar dengan napas tersengal selagi menusukkan kuat pusakanya ke titik terdalam milik bea. membuat si empunya tak henti-hentinya mengerang dengan dahsyatnya.

“suck my neck princess.. mark me like this is our last day together.” titah adrian kala hampir mencapai puncaknya.

dan bea menuruti. dengan cepat ia menggerakkan kepalanya naik menyusup di leher adrian dan menghisapnya kuat. ia jilat keringat yang menetes di jakun pria itu, lalu ia kecap.

asin.

namun ia menyukainya.

dan dengan gerak nekat karena adrian hanya diam saja, bea kembali bergerak untuk menghisap jakun pria itu selagi tangannya mengarahkan tangan adrian untuk meremas dadanya.

dan tepat saat itu pula, adrian akhirnya menuntaskan hasratnya.

dengan lemas, pria itu ambruk di atas tubuh bea dengan napas tak beraturan. tubuh telanjangnya berkeringat akibat kegiatan yang berlangsung hampir 3 jam ini.

entah apa yang terjadi hingga adrian tiba-tiba datang menggedor apartmentnya pada pukul 11 malam tadi. bahkan datang pun langsung menciumi bibir bea tanpa adanya sapaan halus nan sopan seperti yang biasanya ia dapat.

kemungkinan besar lelaki itu sedang punya masalah di kerjaannya. namun bea memutuskan untuk tidak bertanya, lebih tepatnya, ia tidak berani.

karena adrian mode emosi sangat-sangat tidak dianjurkan untuk diajak bercengkrama, apa lagi bercinta di atas ranjang. pria itu benar menggila dan kasar sekali.

bea mendesis kecil ketika adrian bangkit duduk untuk mencabut pusakanya dari milik bea. memperhatikan dengan tatap lemas kala pria itu menarik ponselnya dengan kasar dari atas meja.

lihat?

adrian tidak pernah begini ketika selesai bercinta. minimal lelaki itu akan mengucapkan terima kasih, atau paling tidak akan menjanjikannya barang mewah untuk dipajangnya nanti di apartment.

seperti perabotan, alat merias, parfum, ponsel, atau bahkan hadiah paling mahal yang ia terima seperti apartment ini sendiri.

namun sekarang? lelaki itu sudah memakai celananya tanpa banyak bicara dan berjalan ke balkon untuk menerima telpon. rahangnya mengeras dan matanya tampak tak fokus. sepersekian detik ia bisa menangkap raut lelah dan sedih yang tercetak di matanya.

sebenarnya, ada apa?

ia tau bahwa hadiwangsa bukannya keluarga main-main. anak usahanya terlampau banyak dan seluruh keturunannya ditekan secara ugal-ugalan untuk dijadikan pemimpin.

namun...

“isabelle sudah kembali ke rumah?”

“sudah kamu pastikan dia pulang dengan abigail?”

“abigail ke mana? tidak pulang?”

hening.

suara percakapan telpon yang bea dengar berhenti cukup lama sampai ia pikir sudah berakhir.

namun..

“damn it abigail. saya bisa gila karena tingkah kamu.”

bea bisa mendengar dengan jelas suara umpatan kasar yang tak pernah ia dengarkan sekalipun dari bibir adrian.

dan, abigail?

siapa perempuan itu? apa hubungannya dengan adrian?

pertanyaannya tak terjawab. setidaknya sampai satu bulan kemudian.

“bea. uang hari ini sudah saya transfer ke rekening kamu. kalau kurang bisa hubungi sekretaris saya. nomornya kamu masih ada kan?”

dan tanpa menunggu jawaban, adrian melenggang keluar dari apartment bea setelah sebelumnya sempat merapikan diri dengan mulut terkatup rapat.

keluarnya adrian hadiwangsa dari pintu tersebut dalam keadaan rapi tak tercela membuat semua orang tak pernah tau bahwa lelaki keturunan hadiwangsa yang satu ini benar-benar melenceng dari ajaran keluarganya.