240101—markiel amel.
lowercase
happy reading!
“mark!” amelia menjerit kecil ketika baru saja lelaki dengan kaos biru muda itu mengganggu konsentrasinya bermain game piano di ipadnya (ipad markiel), yang mulai menunjukkan tanda-tanda hampir kehabisan baterai.
markiel terkekeh gemas, lantas mengacak rambut amelia pelan. lelaki itu tidak mengatakan apapun untuk meminta maaf dan hanya memandangi amelia yang menyelesaikan sisa permainannya sambil menggerutu. “yang tadi itu ngeselin ya markiel ya.. aku bisa aja dapet score tinggi tapi kamu bikin miss berulang kali.”
markiel mengangguk. menemukan kesenangan baru ketika memperhatikan raut wajah amelia yang menurutnya bisa se-menggemaskan ini. lelaki itu lantas tetap terdiam dan hanya membenarkan rambut amelia yang memang jadi berantakan karena ulahnya.
pukul 11.55
markiel akhirnya bangkit berdiri sambil menyodorkan telapak tangan ke arah amelia. “sebentar lagi pergantian tahun.. ayo saya ajak ke rooftop lihat orang main petasan mel.”
“bisa gitu habis gangguin aku dari tadi?”
lelaki itu tertawa dan mengangguk saja agar tidak memakan waktu lama. “ayo sini mel, dari atas sana kelihatan jelas sekali langitnya.”
amelia akhirnya pasrah dan menerima uluran tangan markiel setelah meletakkan ipadnya di meja. gadis itu mengikuti langkah kaki markiel menuju tangga batu di ujung ruangan yang membawa mereka naik ke rooftop lantai 3 super luas yang sangat bersih.
garis bawahi kata 'bersih' karena memang benar-benar bersih tidak ada kursi ataupun meja yang mengganggu lantai marmernya.
suara petasan sedikit banyak mulai terdengar mengudara dari beberapa rumah yang lokasinya memang terpaut sangat jauh dari rumah markiel.
“rooftopmu keren banget marki..”
“saya request design senyaman mungkin karena ini satu-satunya tempat main saya mel.” markiel menjawab sambil menengadahkan wajah menatap langit malam. dari samping amelia bisa melihat ketampanan yang dituang oleh Tuhan ketika dulu menciptakan markiel. benar-benar definisi sempurna yang sesungguhnya.
kadang amelia masih terheran-heran dan tidak percaya bahwa sekarang ia dan markiel menjalin hubungan dan hampir menikah. ia kira ia tidak bisa dan tidak akan pernah mau luluh dengan pesona lelaki yang bukan 'kekasih korea'nya. namun ternyata..?
suara petasan dari berbagai penjuru membuat amelia tersentak. langit yang tadi hanya berhias satu-dua bunga api itu mulai penuh dengan berbagai warna. tahun baru sudah dimulai rupanya. dan hal itu juga yang membuat markiel mendadak menoleh ke arahnya sambil mengecup pipi amelia singkat.
“happy new year sayang.” ujarnya tersenyum, memeluk badan amelia yang mulai kaku itu dari samping.
“mark!”
“iya amelia?”
“kenapa mendadak cium pipiku?! aku jadi beku banget dan sekarang super merinding..”
“hummm....” markiel sok berpikir, namun akhirnya menunduk dan menatap mata amelia jail. “karena ini di indonesia dan kamu sedang di rumah saya sih mel.”
“maksud?!”
“kalau sekarang kita lagi di new york mungkin sudah saya cium bibir kamu.. tradisi orang sana. kamu tau kan?”
sialan. perut amel melilit sekali. ucapan markiel yang selalu berhasil menggelitik itu membuat kakinya lemas bukan main.
“emang kalo di indonesia gak bisa cium bibir?”
“bisa.” markiel mengangguk. “apa lagi kalau posisinya ada di rumah saya berduaan saja dan orangnya mengijinkan.”
“MARK!” amelia melotot ketika jantungnya sudah terasa tidak karu-karuan. suara petasan di atas sana bahkan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti ketika markiel mendadak saja mendorong langkah mereka yang masih berpelukan itu menuju pembatas dinding.
“so?” tanyanya tersenyum geli ketika mulai menagih.
ya.. markiel adalah markiel.
lelaki itu selalu sukses mendapatkan apapun yang dia inginkan. entah di pekerjaan, ataupun di bidang percintaan sekalipun. caranya mengajak dan menyeret itu begitu mengintimidasi, namun tepat sasaran dan membuat orang luluh serta langsung mengiyakan tawaran apa saja yang keluar dari bibir si sulung hadiwangsa tersebut.
dan sayangnya hal itu berlaku pula untuk amelia yang sudah terjerat pesona lelaki tersebut dan luluh atas tatapan itu dua kali dalam sebulan.
amelia menelan ludahnya susah payah ketika akhirnya bersuara. “aku gak pernah ciuman markiel.. harus apa?”
lelaki itu tertawa kecil ketika pelukannya ia eratkan akibat gemas oleh jawaban amelia barusan. “harus apa ya mel?” tanggapnya sok berpikir, membuat amelia makin gusar dan perlahan membuang pandangan karena pipinya sudah panas bukan main.
tentu ia bukan gadis polos yang tidak tau keinginan lelaki. hanya saja ia memang tidak punya pengalaman. kalau penasaran, tentu saja jawabannya adalah iya. ia sendiri toh juga sering melihat adegan orang berciuman dalam drama, kan?
“hmmm..” deham berat markiel membuyarkan lamunan singkat amelia.
“yang harus dilakukan pertama harus lihat mata saya dulu sih, mel.” markiel tidak mengendorkan serangan seraya tangan besarnya bergerak naik ke batas leher dan dagu amelia untuk menghadapkan wajah cantik itu ke arahnya.
“please deh markiel... aku grogi banget.”
“lihat mata saya dulu mel.”
“buat apa anjir aku malu banget. udah dibilang aku gak pernah jalin hubungan sama cowok juga malah diricuh mulu jantungnya dih.”
markiel tertawa tanpa suara, lalu memiringkan kepalanya demi mencari mata amelia yang terus menolak menatapnya.
“ciuman bisa ada sensasinya kalau kamu lihat mata saya dulu. ayo, saya ajari.”
“biar apa?!”
“biar suatu saat kalau sudah pintar dan memang ketagihan yang minta dicium kamu sendiri, bukan saya terus.. kalau saya pribadi yang diminta kan sudah jelas gak akan menolak mel.”
“dasar cowok otak dewasa!” amelia menggerutu sambil menghentak satu kaki, lantas perlahan mulai memandang mata markiel. jantungnya mulai menggedor gila-gilaan kala melihat cara markiel mengunci pandangan sambil tersenyum manis. tatapannya jatuh super dalam, seakan terus menyelam dan berusaha membuat amelia tenang serta betah bertatapan dengannya dengan jarak sedekat itu.
“kamu cantik sekali mel. saya berulang kali berterima kasih sama opa hadi karena sudah mengenalkan saya ke kamu kemarin.” lelaki itu berujar kecil kala wajahnya perlahan maju mendekat. matanya tetap mengunci intens sedangkan kepalanya mulai ia miringkan beberapa derajat ke kanan. jantung keduanya mulai berlarian ketika gerakan kepala markiel berhenti tepat ketika hidungnya hampir bersentuhan.
“saya sudah bilang kalau saya jatuh hati ke kamu kan mel? saya harap bukan saya saja yang satu-satunya jatuh dan kamu tidak ada rasa terpaksa lagi untuk jalin hubungan sama saya sekarang.”
amelia kembali menelan saliva susah payah ketika ingin menanggapi ucapan markiel. gadis itu membuka bibir kecil sambil membalas tatapan markiel ketika mendadak saja lelaki itu mengikis jarak dan melumat bibir bawah amelia yang barusan terbuka itu secara singkat sebagai pembukaan.
rasa basah dan panas itu menjalar cepat di tubuh keduanya. terutama bagi amelia sendiri yang belah bibirnya baru saja dilumat satu kali tersebut. percik listrik kecil mulai terasa membakar dan menyetrum sarafnya yang memang sudah tidak bisa dikendalikan.
“markiel..”
“yes babe?”
sial. amelia mengumpat kencang dalam hati ketika suara tersebut malah membuatnya melayang jauh. ia tentu tau bahwa ia memang sudah jatuh juga pada segala kesopanan markiel yang ditujukan kepadanya itu, namun bibirnya kelu hingga tidak ada suara lagi yang bisa ia keluarkan untuk membalas selain..
“sini lanjutin. kata orang kalo udah masuk ke kolam sekalian basah aja biar gak tanggung.”
dan satu detik setelah lampu hijau itu menyala terang, kedua tangan markiel yang tadi memeluk pinggang amelia itu ia lepaskan. berganti dengan jemarinya yang kini menarik jemari amel agar mengalung di lehernya. lelaki itu masih diam dan terus mengunci pandangan ketika kemudian ia lanjut mengelus pipi amel dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya ia jatuhkan ke pinggul. “saya ijin mencuri ciuman pertama kamu ya amelia?” ujarnya seraya mendekatkan wajah. dan ketika gadis dengan rambut panjang itu mengangguk, markiel tak banyak basa-basi langsung menutup jarak yang ada dengan satu kecupan panjang. takut salah-salah amelia berubah pikiran.
lelaki itu tak berbuat aneh-aneh dan hanya sesekali melumat bibir bawah amelia yang ia ajak agar sedikit terbuka dan lanjut menyapukan lidahnya perlahan ke celah kecil milik gadisnya tersebut.
sensasinya tentu luar biasa. berciuman di rooftop ditemani langit malam yang terus dihias petasan tiada ujung. belum lagi ketika amelia mulai terbuai dan kalungan tangannya di leher markiel mulai menguat karena kakinya sudah super lemas.
ciuman markiel masih berjalan lembut. lumatan-lumatan terus ia bubuhkan atas dan bawah semata-mata agar amelia mengerti ritme ciuman ini akan berjalan bagaimana beberapa saat ke depan.
berbanding terbalik dengan markiel yang tampak tenang, amelia sudah seperti cacing kepanasan. sejak bibir markiel mendarat tadi kepalanya sudah berkedut luar biasa. sarafnya kian pecah kala lidah panas markiel menjilat permukaan bibirnya walau hanya sesekali.
puncak kegilaan yang dirasakan amelia adalah ketika markiel mulai menjatuhkan hisapan andalannya ke bibir bawah amelia dengan total 6x dalam 5 menit bercumbu.
lelaki itu tidak sekalipun mengendorkan ciuman seakan sudah menemukan titik terenak yang membuatnya kecanduan. tak tampak juga ingin mengakhiri cumbuannya yang berlangsung dengan sangat pelan itu karena menurutnya pribadi ciuman ini tidak menguras nafas. ini bukan jenis ciuman brutal yang mengerahkan banyak energi, sebaliknya.. ini ciuman yang ia tujukan untuk menunjukkan pada amelia bahwa dirinya serius menjatuhkan hati.
lumatan basah markiel masih jatuh di bibir ketika mendadak tangannya mendongakkan kepala amelia agar ciumannya bisa turun ke leher atas tepat di bawah dagu. lelaki itu bisa melihat amelia menggigit sendiri bibir bawahnya sambil tetap memejamkan mata ketika markiel membuka bibirnya untuk melumat kecil area tersebut. lidahnya terjulur demi membasahi sedikit area putih bersih tersebut, menyecapnya beberapa kali hingga membuat suara decak basah yang berhasil membuat amel makin lemas di kungkungannya.
tangan amelia bahkan tanpa sadar sudah bercekalan pada kepala belakang markiel dan meremat rambutnya kasar. gelisah bukan main. puncak-puncaknya adalah ketika markiel menghisap satu titik tersebut hingga menimbulkan bercak merah kecil sebelum akhirnya lelaki tersebut kembali menarik diri.
“bagaimana?”
“gimana apanya?!” amelia menahan kuat-kuat tangannya agar tak menoyor kepala markiel karena pertanyaan dadakan tersebut. mata markiel bahkan masih berkobar ketika menatapnya tepat di bola mata.
“sudah bisa membalas ciuman saya atau belum?”
“mark.....” risaunya membalas.
“iya sayang.”
amelia makin stress bukan main. maka hanya pertanyaan ringan yang kali ini bisa ia keluarkan dari celah bibirnya. “kalo bisa kenapa kalo gak bisa kenapa?”
“kalau bisa, ayo saya ajak lebih intens lagi.. kalau belum bisa, saya ajari lagi pelan-pelan seperti tadi.”
“GILA APA MARKIEL?!”
markiel berjengit sambil tertawa kecil. suara amelia lebih kencang dari pada petasan di atas sana. “ya sudah. kapan-kapan lagi saja. semoga yang kedua nanti kamu sendiri yang kepingin bibir saya..”
“gosh.....”
“terima kasih juga ya.”
“karna udah ijinin kamu nyium?”
“ya.. dan karena sudah kasih bonus satu hisapan di leher tadi.”
amelia benar tidak tahan dan berakhir memukul lengan markiel kencang.