240717 ra-kev first narration.
malam sudah menjemput kala kevin mendapati radine tau-tau saja menghisap rokoknya di tengah malam. ia tentu tau bahwa kehidupan kerja sungguh kejam adanya, belum lagi, radine memang terlalu tangguh untuk ukuran wanita. bukan masalah apa-apa sebenarnya, hanya saja, kevin kadang ikut merasa lelah sebab radine jarang sekali mengeluh. padahal, mengeluh sesekali di dekatnya pun kevin tidak akan pernah mempermasalahkan. justru, ia akan senang bukan main.
mata kevin masih menatap lurus balkon kamar radine yang memang tepat berada di hadapan balkon kamarnya sambil sesekali menggaruk kening. sejujurnya, ia ingin sekali menghampiri. setidaknya untuk duduk diam di samping tubuh radine sambil mengajaknya bertengkar seperti biasa. namun, sudahlah.. hari juga sudah terlalu malam.
“halo? serius ngajak ngobrol gak sih lo? masa iya, diem terus..” suara serak khas radine yang habis merokok itu terdengar di telinga kevin.
lelaki itu lantas berdeham pelan, menghirup rokoknya sendiri dalam-dalam sebelum akhirnya ia hembuskan asapnya agar keluar. “minimal lo sebat malem2 di luar itu pake kardigan gak, sih?”
radine tampak sewot di seberang sana. gadis itu bahkan mengarahkan tinju kecilnya ke arah kevin sambil mulai berjalan masuk ke kamarnya. grasak-grusuk terdengar, radine tampak menuruti titah kevin tanpa banyak babibu sebab mengakui bahwa angin malam kali ini sedikit tidak bersahabat.
bibir kevin mau tidak mau terangkat naik, senyumnya tercetak begitu jelas.
“jadi stress kenapa?” kevin bertanya ketika sudah melihat radine kembali keluar dan duduk di kursi kayunya.
“biasa lah, lagi jenuh doang urusin kertas-kertas.”
kevin berdeham. “jenuh di kerjaan mah artinya lo butuh healing bentar ra.”
terdengar decakan keras di ujung sana. “hilang hiling.. gue bisa duduk santai di pinggir jalan pas balik kantor aja udah sujud syukur.”
“huh?” kevin mengerut kening. “buat apa lo mau ngemper segala?”
“gue bosen lihat ruangan vin hahaha. pengen liat jalanan. dulu, pas gue masih kuliah, gue sering banget tau2 berhentiin mobil di pinggiran terus gue tinggal buat sekedar duduk-duduk bentar di halte. kepala gue kalo di tempat terbuka gitu ajaibnya bisa kerasa kosong dan enak banget.”
“ya udah.” kevin tau-tau menyahut.
“apanya yang ya udah?”
“ayo sekarang.”
“ngapain sekarang?” radine terbingung-bingung sampai harus bangkit berdiri demi melihat ekspresi kevin yang tentu saja tidak akan bisa terlihat jelas sebab jarak antar rumah mereka lumayan jauh.
“jalan toh? ayo gue temenin lo kosongin isi otak sementara.”
radine melotot. langsung menolak. “gak usah sok manis lo ya. gak usah. gue mau tidur juga ini abis mandi.”
kevin hanya diam kali ini, dan tentu saja ini bukan kali pertama ajakannya ditolak mentah-mentah oleh radine. rasanya ia lelah, tapi, rasa cintanya pada gadis itu jauh lebih besar dari pada itu. lantas yang kevin lakukan sekarang bukannya mengangguk pasrah lagi, namun..
“satu jam, ayo gue bahagiain lo satu jam sebelum lo kembali berkutat sama dunia kerja lo besok hari, ra..”
dan yang bisa dilakukan radine adalah termenung sebentar guna berpikir, lantas mengiyakan tanpa banyak basa-basi.