8 sep 2023

| gak penting banget. ini di skip juga gak ganggu jalan cerita.


pukul 8 malam tepat, kalandra sudah tiba di depan gerbang kos celine sambil tetap duduk menyamping untuk menunggu gadis itu keluar pagar.

sesekali ia mengecek ponsel sebab jave dan gibran sudah mendahului pergi ke lokasi. mencari roti bakar, lebih tepatnya.

kalau boleh jujur sebenarnya mereka memang ingin berjalan tanpa arah saja malam ini, namun mengingat ada gadis yang ikut dalam perjalanan ini, mereka memutuskan untuk mampir ke tempat yang jelas saja.

celine keluar tepat sebelum kalandra menelpon. rambutnya terkuncir rapi, lengkap dengan masker yang menutupi hidung. siap untuk diajak pergi.

kalandra tersenyum. merentangkan tangannya sebentar. “sini cel.” ajaknya kemudian. membuat celine terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkacak pinggang.

“gue toyor dulu boleh gak sih?”

“dendam amat lo.. sini cepet.”

“dih.” decaknya kemudian, hampir menjerit juga ketika tangan kalandra lebih gesit menarik tangannya untuk segera dipeluk.

“segitunya kepengen gue lo hah?”

“heem.”

“haam heem..” ucapan protes celine teredam sempurna ketika wajahnya sengaja ditekan gemas ke dada.

“bacot lo malem-malem.”

“ENGEP TOLOL.”

“wangi gak sih tapi?”

celine langsung stress. kegilaannya bertambah ketika kali ini ia dipeluk lembut dengan benar. kepala kalandra bahkan sudah masuk ke ceruk lehernya tanpa permisi.

sial.

wangi tubuh mereka berdua menyeruak ke hidung masing-masing. membuat segala jenis kupu-kupu berterbangan dalam perut dan jantung berpacu sepuluh kali lipat lebih keras dibanding biasanya.

“sabun lo cel.. sumpah gue demen banget.”

celine masih mematung, ia tau jika qna kalandra yang hanya sebiji tadi itu memang tengah membahas dirinya. membiarkan kalandra masih menempel di lehernya cukup lama sebelum kemudian ia dilepas perlahan.

“yuk berangkat.” kalandra berujar dengan suara cukup serak. menyerahkan ponselnya ke tangan celine guna dititipkan, lalu memasangkan helm yang ia bawa ke kepala celine perlahan-lahan.

gadis itu mengangguk dengan wajah panas, menerima uluran tangan kalandra yang menawarinya bantuan untuk naik ke motor. padahal, naik sendiri juga bisa.

dasar kelakuan.

“lutut lo kalo dipegang geli gak cel?”

“ya kalo lo sengaja bikin geli ya geli lah.”

“dipegang doanggggggg.. dengerin lah orang ngomong tuh.”

celine menantang, “kenapa? lo mau pegang lutut gue sambil nyetir?”

“heem.”

wah. kejujuran ternyata memang mampu meninju kewarasan. “mending nyetir betul-betul tangan 2 deh kal.” balasnya lemas.

“udah sering. tapi kalo sambil megang lo kan gak pernah.”

celine reflek menggigil. bukan karena kedinginan, namun karena sudah kepalang baper diperlakukan seperti itu oleh kalandra sejak awal membuka pagar.

“ya udah lah. terserah lo aja.”

lelaki itu lantas menutup kaca helmnya, mulai melajukan motor menjauh dari pagar kos celine.


“kal kalllllllll...”

“gak usah ngomong gue gak denger.”

“gue kepengen takoyaki..”

“kaki dimana? kaki apaan?”

“TAKOYAKI!!”

“oalah.. ya cari.”

“kok lari sih?”

“cariiiiii budek.”

“liat badak?”

kalandra mencengkram lutut celine gemas. “iya, iya liat badak..”

“GUE MAU TAKOYAKI BUKAN LIAT BADAAAAAAAAAAKKKKK!!!”

ya, begitulah keduanya melewati perjalanan malam menemui jave dan gibran dengan ditemani pihak ketiga yang mengganggu.

betul. angin.