about sharing life together.


“sini rambutnya aku benerin.” rain yang baru saja menata rambutnya sendiri setelah melepas helm itu terkekeh pelan ketika melihat jave. tangannya reflek terjulur maju untuk menata kembali anak-anak rambut lelakinya yang berantakan, padahal, helm yang dipakai sudah full face.

jave tersenyum, menurut saja. lagian dia memang suka diperhatikan begitu oleh rain.

“dah sekarang kita jadi suit gak?” rain mengingatkan.

“oooooh jelas!!!!”

“payah.”

“batu gunting kertas!” jave melempar kertas dan langsung meninju udara dengan raut bahagia akibat rain melempar batu secara cuma-cuma.

“gak gak gak, kamu telat itu jangan curanggg.”

“mana ada aku curang? itu tadi kita barengan kok.” jave tidak terima, enggan mengulang permainan.

“oooh.. oke. oke kalo gitu.” rain langsung melengos masuk ke dalam tenda pinggir jalan dan memesan seafood yang mereka inginkan. meninggalkan jave yang masih saja bersorak akibat tidak perlu ribut mengupas cangkang dan lain sebagainya sesuai kesepakatan dengan helaan napas permusuhan.

liat aja. begitu, batinnya.


“LAH AKUUUUUU RAIN?” jave protes seketika saat melihat rain yang baru berhasil mengupas kepiting itu langsung memakannya dengan raut meledek.

“sabar dong, sayang.”

“kan kan.. kamu usil loh sekarang.”

“HAHAHAHAHAHA.”

“aku aku, aku mau satu itu please celupin ke saus yang ini.” jave malah request minta disuap.

“ih, manja banget celup sendiri!!!!”

“ayo lah sayang, tanganku beku nyetir jam segini kamu masa gak kasian sama aku.”

“lebih gak kasian mana gara-gara kamu aku gak bisa jalan dari pagi!!!!!” rain berucap berbisik dengan nada nyolot.

gantian jave tertawa, bahagia sekali nadanya sampai rain mendengus mundur.

“nihhhhh buka mulutnya tuh bukaaa.” ujarnya kemudian, menyodor banyak daging ke dekat bibir jave. “EH EH LAH KAKAKKKKK.. KEPITINGNYA AJA NGAPAIN GIGIT TANGANKU SIH?” rain mendelik protes dan membuat jave hanya makin kencang tertawa.

“nih nih aku bantuin deh..” lelaki itu akhirnya memasang sarung tangan plastik dan menjapit lobster ke piringnya sendiri.

“nah kalo gitu kan cakep.” rain langsung memajukan kursi mendekat. sudah jelas ingin menanti hasil kerja jave.

“heh ya itu dipegangin dulu lah kak javeeee.”

“apanya?”

“gak jago ih gak proooooooo.”

“yeeeee. nih aa bentar udah kecongkel dikit.” jave mendekatkan potongan kecil ke bibir rain, membuat rain spontan menurut saja dan membuka bibir.

“EH RAINY DEMI APAPUN DENDAM BANGET KAMU.” jave berjengit ketika jarinya ikut digigit.

“eh maaf kirain itu daging lobster. mirip sih.” jawaban yang kembali pun sangatlah template khas ala javerio.

“awas ajaaaaa kamu ntar.”

rain tertawa, mengalah, kembali fokus mengupas dan kali ini langsung memberikannya ke piring jave dengan benar. “tuh udah, celupin ke saus deh sana makan yang banyaaaaak.”

jave tersenyum karena kali ini rain sudah kembali normal.

“makasih, istri.”

gadis itu reflek mendelik pada jave demi menyuruhnya diam. sebab kini beberapa orang dalam tenda yang juga makan itu kedapatan tertawa sambil menonton terang-terangan. padahal, sudah sejak tadi pula mereka mendapat tontonan gratis tom and jerry versi lebih gemas dengan taburan bubuk-bubuk cinta di setiap gerakan.

jave dan rain. pasangan ini memang mau dalam keadaan apapun dan dimanapun tetap gemas setengah mati.

“omong-omong aku jadi inget deh, pas sma duluuuuuu tuh.” rain tiba-tiba membanting topik.

“inget apa?”

“makan kayak gini, pas kamu ajak aku sama gio keluar makan jam 9 malem gak takut diamukin mama hahahahahahahaha ngaco banget diinget-inget.”

“ooooooh.” jave ber-oh panjang karena memorinya terpanggil.

“makasih banyak sih kak, aku sebenernya pas itu nggak begitu pengen makan. maksudnya rebutan makanan juga ngapain? makan yang lain juga bisa. tapi pas itu aku nangis jengkelnya gara-gara mama lebih perhatiin clau, ri sama om janu gitu. aku kasian liat gio dilarang ambil ini itu tapi mama ambilin yang enak-enak buat mereka. kasian. gio pas itu ulang tahun.”

jave mengangguk, ia mendengarkan lagi kisah lama yang dulu memang sudah dibagi kepadanya. kali ini rain memang bercerita dengan tenang, namun dulu gadis itu sampai menangis saking kesalnya sambil srot kanan kiri.

“kalo gak ada kamu, aku pas itu paling cuma bisa gojek ulang, gak seru. seruan sama kamu.” ia melanjutkan.

“so, i got ur back?” jave mengerling, meletakkan daging lobster yang kali ini berhasil ia potong sempurna ke piring rain.

“you always got my back.” rain tersenyum penuh penghargaan, menatap mata jave dalam hening dengan ucapan terima kasih yang terus berpendar disana.

“hahahaha rain rain.. dah tuh, bersih, makan dulu.” ujarnya menyuruh akibat mengaku tidak kuat terlalu lama diperhatikan.

“okeeeeei.”

“nanti abis makan pergi kemanakah kitaaaa?”

“muter aja, aku pengen motoran sama kamu doang gak berhenti.”

jave terkekeh. “siapppp melaksanakan perintah istri!!!!”

“HEH DIAMMMMMMMMM.” rain mencubit tangan jave yang juga masih ada dalam sarung tangan itu sambil melempar tatap mengancam. membuat (lagi-lagi), orang di sekitar mereka tertawa sambil menyimpulkan, ohhh lagi bulan maduuuuu dalam benak mereka secara keras.


“eh copottttt rain hahahahaha.” jave menarik airbuds yang hampir saja terjatuh ke aspal sambil tertawa kencang. tidak ada pentingnya, receh saja.

rain yang sudah duduk dalam boncengan ikut tertawa, “makanya rapetin dulu sebelum pake helmmmmmmm.”

“punyamu mana?”

“udah kepasang lah aku proooo.”

“gayaaaaaaaaamuuuuuuu.”

“jadi udah bener belum tuh? aku puter lagunya kalo udah.”

“udaaah nih nancep kuat.”

“haha okay jadi dealnya kita mainin playlist apaaa?”

jave menimbang, lelaki itu suka semua jenis lagu tentunya. “terserah kamu deh.”

“lany mau enggaaaa?”

“album apa?”

“ggbbxx.”

“HAHAHAHA KAMU MAU BALIK JAMAN APA SIH ASTAGA.”

“YEUUU. dah ya aku puter ya?”

jave mengangguk, “oke. tapi sini dulu tangannya.”

“malu lah jalan dulu baru peluk.”

“beneran ya? awas boongan.”

rain mengangguk patuh. intro lagu lany mulai terdengar dan motor jave sudah kembali melaju meninggalkan tenda seafood pinggir jalan.

jalanan yang mereka pilih tak begitu ramai, pun, cuaca sebenarnya tak begitu dingin. bali. apa yang mau diharapkan?

“nyanyiiiii kakkkkk!!!” rain spontan berucap kala lagu favoritnya sudah memasuki bagian reff.

“That people make rockets, they go to the moon.” jave benar menyanyi, lalu..

“yooow, apa lanjutannya rain??” teriaknya, seperti mengoper mic agar rain ikut bernyanyi.

“People make mistakes too So whatever you do Know that I will still be here.”

“If the whole world shuts you out I'm not gonna run If you mess it up, I'll be the one Be the first to let you live it down.”

rain terkekeh, hatinya senang sekali. tangannya kini menyusup ke perut jave kian erat.

“You can cry a million tears But I can't pass out on my couch It's the kind of love If you mess it up, I'll be the one Be the first to let you live it down.

“ASIKKK KEREN KAMU DAH HAFAL.” rain memuji.

“iya dong, lagu lany hafal semua gara-gara kamu puterin mulu waktu spotsess pas itu hahahaha.”

keduanya kini lanjut bernyanyi lagu-lagu yang terputar sambil terus menerobos jalan besar. angin sepoi-sepoi menerpa kulit yang tak tertutup kain dan membuat mereka kian bersemangat menjelajah malam.

“kak javeeeeeeeee...” rain berucap di samping kepala setelah memajukan badan.

“yaaa sayang.”

“i love youuu.” ujarnya, memeluk kian erat sembari kepalanya mundur lagi ke belakang.

“hahahahahahahahaha kesabet apaan rainnnnnnnnnn.”

“diammmm.”

“aku juga.”

“kamu old man kebanyakan menggombal.”

“dih.” jave mendengus, bercanda. tangan kirinya mencekali jemari rain dan mengelusnya disana.

“nanti pas pulang aku pijetin.” rain berujar.

“gak usah, kamu juga capek.”

“kan tapi kamu menyetir lama.”

“injek aja gimana?”

“gakkkkkkk.”

“kamu kalo mijet gak kerasa enakan langsung diinjek.”

“nanti kamu pingsaaaaaaaannn.”

“enggakkkkkk.”

“HHHHHHHHHH.”

“lah apa sih?” jave tertawa dan kini menepikan motornya agar bisa berjalan dengan kecepatan pelan di dekat trotoar yang menghadap langsung ke air pantai.

“omong-omong rain.”

“apaa?”

“masih sakit gak?”

“apanya?”

“kamu..”

“oh.” rain paham, pipinya menghangat seketika. “lumayan, maksudnya gak separah tadi pagi tapi yah.. all good.” ia menjawab terbata meskipun jawaban yang dilontar tetap jujur.

“berarti, kita bisa, main lagi?”

“kak stopppppppp!!!!!!!” rain langsung memukul punggung jave setelah tangannya dibebaskan.

“lah aku nanyaaaaaaa.”

“jorok jorok, males pikiranmu jorok banget.”

“dih enggak aku cuma mastiin doang.” jave membela diri sambil menarik kembali tangan rain agar bergerak memeluknya lagi.

“heuuuuu.”

“lucu kamu tuh.”

“yaaaaa.”

jave geleng-geleng saja sambil fokus melajukan motor dengan kecepatan stabil.

“kak..”

“hm?”

“ya mungkin, bisa.”

hampir lekaki itu mengerem dadakan. “bisa????”

“ya, bisa.”

hening, lama sekali. sampai akhirnya..

“YOW, HELLO MISTER!” jave berteriak menyapa bule yang sedang duduk berhadapan dengan rekannya, mereka berdua melambai balik. ramah betul. meski pikiran mereka jelas tanda tanya karena disapa secara dadakan.

“HAHAHAHAHA KAK JAVE RANDOM BANGET.”

“THIS IS MY WIFE, LOOK LOOK.” lelaki itu berteriak lagi pada bule lainnya, padahal tidak ada yang bertanya dan juga peduli. memang jave moodnya sedang kelewat baik, jatuhnya ya tidak jelas.

“KAK JAVE ASTAGA KAK..”

“HAHAHAHAHAHA BIARIN AKU LAGI SENENGGGGGGGGGG DAPET IJIN FREEEEEEEEE.”

rain tertawa, “segitunya?”

“yaaaaaa. mau berapa lama rain?”

“ah sudahlah dasar pikiran mesum!!!”

“mau sekarang aja apa besok pagi?”

“kak!!!!!!”

“kalo sekarang kemaleman, tapi aku gak gitu capek sih. liat-liat.” lelaki itu malah sok peregangan dengan tangan kirinya yang bebas.

“HHHHHHHHHHHHH STOPPPPPPP FOKUS JALAN AJA JANGAN KEBANYAKAN TINGKAAAAAAAH.”

jave gemas hingga hampir mencak-mencak, dan entah kenapa ia langsung ingin menarik full gas motornya agar bisa pulang secepat kilat.

“nanti aja deh ya rain, lanjutnya kalo kurang ya besok pagi lagi.”

rain menghilang di balik punggung, tak menjawab.

“RAINNNNN.”

“DIAM.”

“JAWAB DULU BARU AKU DIEM.”

hening.

“RAINYYYYYYYY..”

“IYA IYA KAKAK NANTI IYA BOLEH.”

“YEEEEEEEEEEEAYYYYYYYYY.” jave bersorak seperti orang ketiban uang 1 triliun.

“DIEM KAK DIEM PLEASE JANGAN BERTINGKAH.”

“OKE. SEKARANG AKU DIEM, BERISIKNYA NANTI!!!!”

oh sial. wajah rain langsung merah padam. melirik sekilas wajah jave dari spion yang seperti orang kasmaran sekali. sumringah betul. padahal, cuma masalah tidur.

“aku mau es krim.” rain memancing mood jave, karna biasanya jika malam lelaki itu selalu mengomel melarang makan dingin-dingin dan sebangsanya. namun...

“BOLEH. APA AJA BOLEH. MAU ES APA? AKU CARIINNNNNNN HAHAHAHA.”

“OH GOSH LEBIH BAIK KAMU DIAM AJA.” rain berteriak frustasi dan hilang di balik punggung. malu.