and he know it, he fell in love.
“sini kasih gue tas laptop lo miles.” kalandra berujar sambil tangannya bergerak cepat, menarik tas hitam tersebut dari celine dan langsung menantingnya di tangan kiri.
“lah lo juga bawa barang tuh tangan kiri lo full tas laptop doang kal. dah gue bawa sendiri ajaa.”
kalandra menggeleng. “gue butuh tangan lo dua-duanya miles.”
“maks....” pertanyaan yang hampir terlontar itu langsung batal keluar ketika tangan kanan kalandra menarik pergelangan tangan kiri celine, memasukkannya ke dalam genggaman hangat.
“gandeng. boleh?”
celine menelan ludahnya kuat-kuat, lalu melirik ke bawah. ke arah tangannya sendiri yang sekarang sudah secepat kilat basah oleh keringat dingin.
kalandra menggandengnya. lagi.
tentu ini bukan kali pertama tangannya ditarik dadakan, namun kali ini berbeda. lelaki itu menyusur pelan telapak tangan dan jemari celine secara lembut dan menguncinya dalam cekalan kuat.
“miles!!!”
“kata gue lo diem, sumpah, kal.. diem kal.”
kalandra tertawa, mulai menarik langkah agar celine kembali berjalan. “nah, tangan kanan lo nanti tolong pegangin aja ciloknya. ngerti?”
“KAL LO JANGAN BERLAGAK KEK ABG BARU JATUH CINTA ANJIR.”
“emang lo doang yang boleh jatuh cinta? guenya enggak gitu?”
“mulut lo noh mulut lo.” celine reflek mencubit bibir kalandra agar bungkam saja saking gemasnya.
“lah apa sih gue nih nanyaaaaa.”
“PERTANYAAN LO TUH MEMBUNUH SANUBARI GUE TAU GAK?!”
“hehe.”
“NGAPA LO HAHAHEHE?!”
“kebablas, tuh gerobak ciloknya ada di kanan lo.”
sialan. celine langsung mundur 3 langkah diikuti oleh kalandra yang masih saja terus cengengesan. puas sekali membuat gadis secantik celine jadi salah tingkah akut seperti ini.
“misi pak.. beli sepuluh ribu campur ya.”
“pedes gak non?”
“pedesin aja pak. biar sariawan sekalian.”
kalandra makin tertawa lebar tanpa suara di sampingnya. tangannya yang menggandeng itu bahkan sudah ia goyang-goyang kecil saking senangnya.
“gue dalam rangka bikin lo sariawan kenapa heboh banget sih kal ya Tuhan sumpah..”
“seneng aja.”
“ck.” celine berdecak, berusaha menarik cekalan namun gagal dalam sekali coba. ya tentu saja, tenaganya tidak banding. dan baru saja ia ingin meneduhkan kepala sedikit ke bawah payung pelangi milik bapak cilok, sebuah teriakan keras yang sangat ia hafal itu melantun dari arah berlawanan.
“CE CELINEE!”
betul. itu ayen. galenio albian, nama lengkapnya.
gadis itu spontan melambaikan tangan kanan dan menyuruh sepupunya itu untuk mendekat.
benar tidak sendiri rupanya, ada sekitar 7 orang di sekitar ayen berjalan. 3 diantaranya perempuan, sisanya laki-laki.
kalandra reflek ikut menolehkan pandang dan lumayan terkejut melihat perawakan super tinggi dari lelaki yang baru menyapa celine tersebut. tangannya yang menggandeng reflek menguat, tidak ingin gadisnya lepas.
celine ingin melirik tangannya di bawah sana namun batal seketika karena ayen sudah tiba di sampingnya menawarkan kepalan tangan untuk menyapa.
“lo balik kapan, yen?” tanyanya dengan suara setengah serak seraya membalas salam sepupunya tersebut.
“jam 6an sih gue. omong-omong gue beliin cilok juga dong ce cel.” ayen membalas sambil kini bercengkrama dengan bapak penjual cilok. “8 bungkus isinya samain kayak pesenan yang bapak bikin ya pak. dia yang bayar hahahahaha.”
celine melotot, reflek menjambak rambut ayen kuat dengan tangan kanannya. “gue udah baik-baikin karna ada temen lo malah gue lo rampok!!!!!!!!!!!!! HIDUPIN MIRNA GUE YEN!!!”
kalandra reflek melepas cekalan dan membantu ayen agar bebas dari serangan celine. setidaknya ia lega sekali ketika mendengar nama mirna disebut, yang mana berarti lelaki ini adalah sepupu celine yang diceritakan kala itu.
“cel hahaha kalem cel. botak ntar.”
“NGELUNJAK LO YA BENER-BENER.” balasnya sambil melepas jambakan.
“wah edan. jambakan lo tuh hanya beberapa detik tapi.. NAH KAN, RONTOK TUH 2 HELAI CE!!!”
“bodo amat.”
“shampoo lo di rumah gue ambil liat aja.”
sialan. kepala celine langsung berkedut. dan suara bapak cilok yang mendadak menyela itu membuat ia menghela napas lega.
“dah selesai non.”
celine mengangguk dan menarik satu bungkus pesanannya, lantas membayar. menghadang tangan kalandra yang ingin mengambil dompet.
“gue aja kal. sekalian tuh bayarin anak setan ngerampok siang-siang.”
kalandra tertawa, lalu mengangguk. “oke.”
“pacarnya ce celine kah?” ayen, yang sedari tadi ribut itu otomatis bertanya pada kalandra sambil merapikan rambutnya.
celine sudah ingin menyela ketika kalandra mengangguk di sebelahnya. “iya. lo sepupu celine?”
“heem. galenio.” ujarnya mengajak berkenalan.
“kalandra.”
“oke kak kalandra. jaga diri ya.. semoga lo dijauhkan dari tangan maut ce celine.”
“hahahaha oke. omong-omong gue ajak celine cabut dulu gak papa ya?”
“ajak ajaa.. sumpah ajak aja. gue gak masalah.”
“anak setan.” celine menjewer telinga ayen kuat-kuat ketika tangannya sendiri perlahan kembali masuk dalam genggaman kalandra. lelaki itu menarik tubuhnya menjauh.
“liat aja lo ntar yen!”
ayen menjulur lidah tanda ia tidak takut sedikitpun. sebab selamanya celine akan terlihat seperti kakak yang baik di matanya meski tangan dan bibir celine suka kemana-mana.