15+ lower case.


gadis berambut panjang dengan warna dark brown yang begitu jelas di atas pakaian hitamnya itu tengah berjalan cepat melewati batas pagar.

kekasihnya, marvin, tengah menunggu dari dalam mobil.

“udah makan?” sapa lelaki itu ketika pantat sheena sudah mendarat di sampingnya.

“udah sih, roti. nih aku bawain, coklat tapi. mau kan?” sheena menanggapi, lalu membuka kotak tupperware dan mengeluarkan isinya.

“mau, but let me get my morning kiss first.” marvin mengangkat sebelah alisnya dan melepas seatbeltnya, “boleh kan?” tanyanya melanjutkan.

sheena mendengus, lalu menyadari jika ia tidak punya pilihan lain selain menurut, ia-pun mengangguk mengiyakan.

marvin lagi-lagi tersenyum, kemudian membelai rambut sheena pelan dan mulai mencomot roti coklatnya dari tangan sheena.

“katanya mau cium dulu?”

marvin mengedikkan bahu, “nanti kamu mikir aku liar dan mesum banget kalo baru masuk mobil aja udah narget bibir.” lelaki itu menjawab, kemudian mengunyah rotinya.

coklat langsung lumer digigitannya yang pertama.

“buat sendiri sheen?”

sheena mengangguk, “iya dong.”

lelaki itu hanya menggumam dan lanjut memakannya hingga habis.

“coklatnya nempel di pinggir bibir mar.” sheena memberitau seraya menyerahkan selembar tissue ke hadapan marvin.

“bersihin sheen.”

“ya sendiri lah, ini kan udah diambilin.”

marvin berdecak. lelaki itu lantas menggenggam pergelangan tangan sheena yang masih terulur memberikan tissue itu, kemudian menekannya di bawah agar gadisnya tidak banyak bergerak.

“mau dibersihin pake yang lain kan maksudnya?” sheena sampai sudah hafal jenis kadalan marvin.

“hehe.”

“padahal tadi sok gak mau.”

marvin hanya balas tertawa renyah.

“ck. ya udah, merem sana.” titah sheena menyuruh.

pacarnya itu lantas memejamkan mata menurut. sempat tersenyum puas juga beberapa detik sebelum akhirnya merasakan nafas sheena yang sudah berada dekat di hadapan wajahnya.

nafas gadis itu benar-benar terasa hangat sebelum akhirnya bibirnya disentuh oleh benda kenyal yang sejak semalam sudah menghantui otaknya.

sheena ikut memejam, tidak bisa berbuat banyak akibat satu pergelangan tangannya ditekan kuat seraya sesekali diusap oleh jemari marvin yang dingin di bawah sana.

efek AC, marvin emang suka kedinginan sendiri setelah mesin mobilnya dibawa ke bengkel seminggu yang lalu.

marvin mengerang pelan kala merasakan lidah sheena menari di sekitar bibirnya, menghapus sisa coklat yang ada.

dan sedetik sebelum sheena menarik mundur badannya, marvin segera memegangi tengkuk gadis itu agar tidak menjauh, lantas memagutnya lagi dengan gerakan lembut.

gigitan kecil lelaki itu berikan agar sheena membuka mulutnya. sesekali ia menghisap dan melumat bergantian bibir merah tersebut atas bawah.

sheena kelimpungan, marvin benar-benar membabat habis bibirnya. gadis itu lantas menarik tangan dari genggaman marvin dan mulai mengalungkannya di leher lelaki itu.

desahan ringannya mulai terdengar kala elusan tangan marvin mulai ia dapatkan di sekitar pinggulnya. entah, rasanya aneh dan sedikit menyengat mengingat bahwa marvin tidak pernah berani menyentuh tubuhnya lebih jauh sebelum ini.

“sorry sheen.” lelaki itu langsung melepas ciumannya secara tiba-tiba. “gue takut kebablas kalo kelamaan.” ia melanjutkan seraya mengusap bibir bawah sheena yang basah akibat ulahnya barusan.

sheena mengangguk, kemudian menarik dagu marvin mendekat dan mengecup singkat bibirnya.

“buat apa ngecup tiba-tiba?” lelaki itu bingung.

“penutupan aja biar gak aneh kalo lepas kayak tadi tiba-tiba.”

tawa marvin langsung pecah.

ya biasa sih, marvin emang level recehnya kalo di depan sheena suka anjlok dadakan.