“capek?” jave duduk di sebelah kursi rain untuk memberikan sekotak susu yang tadi memang betul ia beli di toko sebelum datang ke rumah rain. sesi foto hari ini telah selesai, sudah 10 menit lalu sebenarnya, namun rain masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin segera pulang.
gadis itu menarik beberapa aksesoris rambut yang menempel di rambutnya, meletakkannya ke dalam kantong kecil agar tak hilang ketika nanti harus dikembalikan ke pihak salon. ia kemudian menggeleng, menggaruk keningnya sebentar akibat bingung ingin berbuat apa lagi kali ini.
pikirannya melantur kanan kiri. entahlah, mungkin benar ia sedang kelelahan. kalandra dan teman-teman jave yang lain tampak sibuk membantu membenahi peralatan foto dan tengah berjalan mondar-mandir untuk membawa properti kembali ke tempatnya masing-masing.
tidak ribet sebenarnya. mengingat jave dan rain yang tidak suka aneh-aneh, konsep prewed mereka hari ini pun juga sederhana seperti kemarin. berlatar taman kecil dengan dedaunan hijau lengkap dengan bunga yang tersebar beraneka warna. tampak cantik, tampak berkesan. ditambah gaun dengan tema serupa, terlihat berkelas.
“kapan gue bisa melepas first kiss gue ya cim?” sebuah suara melontar dari jarak dekat, membuat jave dan rain kaget hingga reflek mendongak cepat.
“bikin kaget aja kak rendy.” rain mengerut alis, rautnya tampak sedikit protes. rambut gadis itu yang kini tengah terurai dengan keadaan separuh berantakan akibat bekas kelabang itu perlahan tertiup angin. sangat cantik. jave reflek menangkap tiap helai rambut dan menyisirnya dengan jemari.
rendy hanya balas mengedik pundak, lalu duduk di kursi kayu panjang tepat di depan milik rain. memperhatikan jave yang tak mau melihat ke sembarang arah dan hanya mau fokus ke gadisnya itu sembari geleng-geleng kepala.
javerio alkanira, semua tau jika lelaki ini tidak mudah mencinta. namun sekalinya jatuh, lihat, bahkan tidak ada satu gadispun yang berhasil mencuri perhatiannya meski cuma sejengkal mata sejak pacaran dengan rain beberapa tahun lalu.
“omong-omong emang cim siapa?” jave memutuskan bertanya ketika rambut rain sudah ia ikat menggunakan karet hitam yang ia bawa, wajahnya tampak bingung.
“orang nyebut cim udah berapa menit lalu bos???? respon lo telat.” rendy melotot.
“hahahahahaha ya ayo buru lo jawab. gue tau lo pengen ditanyain aslinya. kan?”
rendy mendengus. “cimi, nama bibir gue.”
“hah?” rain langsung mangap, hampir tergelak dan tersedak ludah sendiri jika tak diganggu oleh kalandra dan gibran yang datang sambil mengomel.
“besok bran ya ampun lo kenapa sensi dah?”
“gak gak, lo janji nemenin sekarang kok.”
“nemenin kemana?” rain menimbrung basa-basi.
“si gibran noh mau ngajak jadian cewek malah nyusahin gue. masa iya gue disuruh ngambilin kembang di perempatan?”
“yaelaaaaah tolonggggggg kalandra kan deket rumah lo, lagian sama gue ngambilnya.”
kalandra mendengus, ikut duduk di sebelah rendy. “iye iye, gue temenin.”
rain menggeleng kepala, lanjut mengamati sekitar dalam hening. kepalanya beberapa hari ini penuh sekali. bagaimana tidak? sesaat lagi ia akan melepas beberapa aspek dalam hidup karena harus melangkah maju. ia akan menikah. mempunyai hidup baru lainnya karena akan keluar dari rumah dan tinggal bersama orang lain sehidup semati.
“sayang..” jave menyenggol, menggoyang susu kotak stroberi kesukaan rain yang belum terminum itu pelan. “dihabisin dulu terus kita cari makan ya?”
“aku males makan kak jave..”
“kenapa males? kamu dari siang tadi berangkat ngecek baju belum makan apa-apa lagi sampe sore begini loh. diisi, dikit aja.”
rain menggeleng, sedikit merajuk akibat ia tau jave pasti akan terus memaksa. “please nanti aja, aku masih gak mau makan.”
“kamu ada pikiran atau yang lain beneran ya rain? kalo ada bagi ke aku. aku disini.”
gadis itu menggeleng lagi. “gak ada yang begituan ini cuma betulan lagi males.”
“YANG BENTAR LAGI SERUMAH UDAHAN DONG YA KITA MAH NYAMUK DOANG KALO BEGINI.” kalandra melotot sangsi.
jave mengedik pundak, tidak peduli.
“ati-ati aja lo ntar rain.” kalandra mengajak bicara. nadanya julid sekali.
“ati-ati apa kak?”
“jave kalo tidur kadang gak sadar kentutnya keras banget.”
“HAHAHAHAHAHA IYA GUE PERNAH DENGER SUMPAH.”
jave spontan berdiri, melotot kaget. “GUE TUNTUT LO SEMUA ATAS TUDUHAN PALSU DAN PENCEMARAN NAMA BAIK.”
“nah kan rain, dia ngamuk. berarti itu fakta.”
rain akhirnya ikut tertawa, tawa lepas pertamanya untuk hari ini.
“abis ini makan rain, cowok lo bingung terus tiap jam dikirain lo gak mau nikah loh ntar.”
“eh mauuuuu.” rain langsung menyanggah, membuat yang lain spontan ganti tertawa kencang.