celine benar-benar bungkam sejak chatnya diakhiri secara sepihak oleh bella beberapa menit lalu. pandangannya hanya fokus pada langit mendung dan jalanan tol di sampingnya yang lengang. beberapa kali guntur tampak menyambar jelas di antara rumah warga. namun hanya seperti itu saja, hujan tak kunjung turun.

“cel?” kalandra menyapa. “mau pilih lagu kesukaan lo gak?” lanjutnya, paham situasi. lelaki itu berusaha mengajak bicara meski sejak tadi ia sudah sangat-sangat dianggurkan.

“gak deh kal. lagu ini aja cakep kok.”

“emang lo suka genre begini?”

“kenapa enggak?” celine akhirnya menoleh, berusaha menanggapi obrolan dengan benar.

“ya udah terserah. tapi kalo emang lo pengen ganti, tuh, hape gue ambil aja. ganti sendiri.” kalandra membalas, menunjuk ponsel yang ia letakkan di dekat persnelling dengan lirikan mata.

“emang boleh kah buka-buka hape lo?”

lelaki itu diam, ngelag sepersekian detik. lalu ketika sadar isi ponselnya yang tidak pernah diam, ia akhirnya hanya mengangguk dengan setengah hati. “ya.... terserah, sih.”

“gaya lo sok-sokan tapi mendadak pucet juga tuh ekspresi hahaha. kenapa kak? roomchatnya kayak asrama putri yah?” celine meledek sambil geleng-geleng kepala, memilih untuk tak mengotak-atik ponsel kalandra. sedangkan yang menawari hanya memainkan lidahnya dalam bibir saja. bungkam.

keadaan menjadi hening lagi. celine reflek memundurkan sandaran kursi sedikit ke bawah sebab tubuhnya makin lemas. bukan lemas sakit, namun lemas karena energinya terkuras total. pikirannya terus berputar tiada henti. memikirkan alasan bella menjadi seperti itu dan omongan-omongan tidak benar yang ditujukan padanya.

“jangan digituin toh tangannya princess.” kalandra menginterupsi, menarik satu pergelangan tangan celine agar tidak saling meremat kasar di atas pangkuan. “peluk ini aja, boneka.” ia melanjutkan, merogoh jok belakang demi meraih boneka winnie the pooh berukuran sedang. milik rain yang dibawa jave, entah kenapa bisa berada di mobil ini. sepertinya terbawa oleh tangan usil gibran.

“makasih ya kal.” celine menjawab alakadarnya, menerima boneka dan memeluknya rapat. memutuskan untuk kembali melihat arah luar saja karena bibirnya kembali mengunci, susah tuk memulai obrolan seperti biasanya.


“nanti abis nitipin barang ke temen gue, kita makan ya? gue tau ada warung bebek disini enak banget.”

“boleeeeh.”

“oke sip. ini bentar gue telpon dulu anaknya.” kalandra menarik ponsel, memutus jaringan bluetooth dari ponselnya yang tersambung speaker mobil agar bisa menelpon tanpa mengganggu celine.

3x memanggil sebab yang 2 sebelumnya sudah tidak diangkat, akhirnya telpon tersebut menyambung juga.

“halo?”

“sumpah lo ya gue telpon 3x malah putus-putus begini maunya gimana deh?”

“halooooo iya gue disini.”

“PUTUS-PUTUS ANJIR LO DI GUA APA DAH?”

“pake mobil merah gue. depan orang jual martabak.”

“iya maksud gue sampingnya sayang...”

“HAHAHA BERCANDA IYA JANGAN LAPOR.”

celine hanya mampu melirik dari ujung matanya saja. menebak-nebak sebab lumayan penasaran siapa yang akan ditemui kalandra jauh-jauh begini. dan jika melihat interaksi antar keduanya, celine bisa tau jika yang akan ditemui ini merupakan teman dekat kalandra. bukan teman perempuan yang dijadikan bahan sasaran dengan sebutan princess, seperti dirinya.

“nah, tuh muncul. bentar ya miles? lo disini atau mau turun?”

“eh? disini aja deh gue. gak enak.” celine reflek menggelengkan wajah.

“hahaha gak enak kenapa sih? tapi ya udah, cuma bentar. 3 menit paling?”

“iyaaaaa kalandra.” celine mempersilakan, melihat lelaki itu membuka pintu dan berlari kilat menuju gadis berperawakan kecil yang kini tengah berjalan di trotoar. gadis itu... lucu sekali. entah bagaimana menjelaskannya tapi dilihat dari cara berjalannya saja sudah terlihat begitu menggemaskan.

keduanya tampak bercakap-cakap sebentar sebelum akhirnya gadis itu berpamitan terlebih dulu dengan raut terburu-buru. kalandra melambaikan tangannya dan menunggu tubuh gadis itu masuk gerbang sebelum akhirnya melangkah masuk kembali dalam mobil.

“dah cel.. ayo makan sekarang.” kalandra memasang seatbelt, memutar kemudi dengan cepat sebelum hari semakin sore. tidak melihat ekspresi penasaran celine yang sebenarnya sudah ingin bertanya namun masih tidak mood tersebut.