dami-nara

short story about the very beginning of them.


namanya damian dewangga. bukan siapa-siapa sebenarnya, tetapi presensinya memang selalu ada untuk kinara.

bukan anak presiden, bukan anak perdana menteri, bukan anak pengusaha kaya raya apa lagi anak dari mafia ala-ala wattpad jadul.

damian dewangga hanya sesimple anak dari david dewangga, dokter bedah professional yang bayarannya sudah terlampau melejit, dan sedang dialih tugas ke kota ini sejak tahun 2015 silam.

oke, perlu diralat, sepertinya tidak terlalu simple.

kembali ke damian dan kinara, tahun 2015 tersebut akhirnya resmi menjadi awal mula pertemuan keduanya.

kinara ingat betul waktu itu adalah malam agustusan RT ketika pick up damian datang silih berganti. memang sih, —natasha, mama kinara, sudah bilang bahwa rumah kosong depan rumah yang dijual itu sudah laku terbeli 2 bulan lalu. bahkan papanya juga bilang bahwa di perkumpulan bapak-bapak itu, david dewangga juga sudah diajak bergabung juga.

kinara menggaruk tengkuknya asal-asalan. bukan masalah besar jika ia punya tetangga baru, toh kinara sendiri juga bukan perempuan yang suka bersosialisasi juga. jadi, apa masalahnya?

“kin, ini dapet buah tangan dari tetangga depan yang baru pindah. kamu masukin kulkas ya.”

yap! dua hari setelahnya, keluarga dewangga sudah bagi-bagi nasi kotak dan buah-buahan dengan harapan bisa menjalin tali kasih dengan tetangga lainnya.

syukuran dan pemberkatan rumah baru-nya beda hari lagi, kinara ingat bahwa acara tersebut baru terjadi satu minggu setelah rumah ditempati.

mobil-mobil mewah milik pendeta, pun kerabat dan teman-teman sesama dokter kenalan david itu berjajar memenuhi pekarangan. bahkan ada yang beberapanya menumpang parkir di depan rumah kinara.

dan.. hari itu juga lah keduanya resmi bertatap muka.

“damian ya?” jelas itu adalah suara milik kinara yang menyapa rungu lelaki tersebut.

damian tersenyum sopan, mengangguk. “lo pasti tetangga depan kan? gue pernah lihat lo siram-siram taneman.”

“ah...” kinara mengangguk canggung sembari memaling muka. sebab bentukan kinara ketika bersih-bersih rumah jelas 100 persen seperti manusia yang tak kenal air. alias.. jorok, menjijikkan.. dan sebangsanya.

“sorry, but what's your name again? gue lupa.” damian menyambung obrolan agar mengalir. lelaki tersebut sedang malas bercengkrama dengan beberapa dokter senior kenalan papanya dan ditanya macam-macam.

“kinara.”

“pretty name of you.”

jika tidak tersipu dan malu-malu kucing, maka kinara patut disebut dengan gadis pick me ala-ala yang belaga keren. karena fakta akuratnya, gadis itu kini sudah memainkan jemarinya satu sama lain dan mengangguk-angguk saja sebagai tanggapan. saking gagunya.

“gue mau masuk dulu deh ya dami. lo ngobrol lagi aja sama kevin.” kinara berpamitan seraya berjalan menjauh menuju pintu besar kediaman dewangga untuk mencari mamanya di dalam. perlu digaris-bawahi, kevin adalah tetangga lain yang letak rumahnya persis di sebelah rumah dami.

sebenarnya bukan tanpa alasan kinara tiba-tiba bertemu damian di luar pagar tadi, karena adegan aslinya, kinara memang datang terlambat.

“nara wait!” damian tau-tau memanggil namanya tepat ketika kinara mengambil 2 langkah menjauh.

“hm?”

damian salah tingkah, lalu tanpa kata lagi ia memutuskan untuk menggiring langkah kinara kembali ke luar pagar.

“sorry for saying this. but you'll thank me later. just go in and check it yourself” damian berjalan di belakang kinara sembari menggiring langkah agar gadis itu segera kembali ke kediamannya sendiri.

kinara yang waktu itu bingung dan masuk ke rumah sembari ingin mengoceh langsung batal omelan dalam sekejap.

dan dari kejadian itu, kinara resmi tidak ingin bertemu dengan damian lagi.

tiap damian keluar pagar, kinara langsung terbirit-birit masuk ke rumah.

tiap kinara sudah di depan rumah dan kebetulan saja damian baru pulang sekolah, kinara langsung tancap gas dan tak menoleh ke samping untuk sekedar menyapa ringan.

omong-omong, kinara dan damian memang seumuran. mereka berdua sama-sama kelahiran 2000 dan terlahir di bulan yang sama pula. bulan juni. tentu saja info tersebut bisa diketahui keduanya dari para mama mereka yang tergabung di grup PKK RT. waktu itu tengah membahas perihal vaksin, kinara ingat betul soal itu.

“kinara? long time no see..” damian terkekeh ketika ia menemukan kinara tengah duduk di pinggir danau sambil mencekali botol minum kemasan.

hm.. ternyata sesi petak umpet antara damian dan kinara berakhir dalam 4 bulan saja.

jangan berpikir aneh-aneh mengira bahwa dami dan nara tengah jalan berduaan di danau.. sebab faktanya ini adalah acara rekreasi rutin akhir tahun yang diadakan oleh RT.

kinara berdecak stress. mati-matian ia bersembunyi hari ini, namun pada akhirnya tertangkap juga.

sial. ia merutuk dan reflek membuang muka ke arah bebek-bebek perahu yang mulai didayung oleh komplotan bu RT. wajah gadis itu spontan saja memanas mendadak, bahkan keringat dingin juga mulai membanjir di pelipisnya.

melihat bahwa damian kini malah mengangkat sebelah kakinya membuat gestur santai, kinara langsung paham bahwa damian tidak berniat melepaskan presensi kinara hari ini.

“thanks ya dami.. remember that i haven't had time to say thanks to you properly before..” gadis itu berujar kemudian, masih memaling muka karena malu bukan main.

oke, mari kita perjelas sebelum pembahasan ini makin kemana-mana... bahwa di hari ketika keluarga dewangga mengadakan acara syukuran dan pemberkatan rumah, kinara tengah mendapat tamu bulanan di hari pertamanya.

dan ya.... celana kinara menunjukkan bercak merah kecil yang akhirnya tertangkap netra damian.

“it's okay. gue juga paham kenapa lo hindarin gue hari-hari setelahnya.” damian tertawa, menyugar rambutnya sendiri ke belakang.

kinara langsung mati kutu.

“omong-omong karena kita tetanggaan, gue pikir kita gak bisa selalu mengabaikan kayak gitu. gimanapun juga lo tau RT kita ini... sibuk.... suka keluyuran juga, mending kita temenan aja gak sih?” damian menjulurkan ponselnya mendekat ke kinara.

“buat apa?”

“which one?” damian balas bertanya.

“hm?”

“buat apanya.. untuk yang apa? untuk gue yang ajak lo temenan atau untuk gue yang sodorin hp ke lo?” damian menaikkan sebelah alisnya.

sial...

terkutuklah angin-angin dan suasana yang super damai ini karena kinara bersumpah bahwa damian... tampan sekali.

ia lantas berdeham untuk mengambil ponsel damian yang masih terulur. “hapenya buat apa?”

lelaki itu tersenyum puas. “give me your number. so, we can be friend.”

dan kinara langsung menghela napas dan memasukkan nomor ponselnya ke milik damian. toh.. memiliki teman tampan dan atraktif seperti damian sepertinya bukan hal yang buruk untuk dijalani.

at least, for now.