days gone by, our last day—


sudah dibilang rendy dan kawan-kawan kalandra yang lain itu tidak pernah sekalipun mendapati kalandra dalam mode bucin.

jadi, ketika lelaki itu bilang bahwa ia tidak pulang dan akan menginap bersama celine, tentu saja semuanya melotot menolak. yang paling lebar adalah javerio.

“jangan aneh-aneh!!!” begitu wejangannya kala itu.

namun tentu saja kalandra hanya mampu mengedik pundak tidak peduli. yang ia pikirkan adalah ia mau menghabiskan waktunya bersama celine seorang. ia tidak mau menyia-nyiakan barang sedetikpun lewat tanpa ada celine di dalamnya.

terbukti dengan keduanya yang kini tengah duduk tepat di sofa hotel sambil berbicara ngalor-ngidul. apa saja mereka bahas, bahkan kecoa terbang yang tadi siang sempat hinggap di pundak ibu-ibu ketika makan siang itu pun mereka bicarakan. seakan tak punya lelah, padahal aslinya mereka sama tau bahwa keadaan makin canggung kala jam kepergian celine itu mulai mendekat.

suasana sunyi menyergap. gemerlap lampu kota yang ada di kejauhan itu bisa jelas tertangkap mata karena gorden kamar hotel masih terbuka lebar, belum ditutup oleh penghuninya. deru angin yang keluar dari mesin pendingin ruangan itu bahkan menyapu lembut kulit, membuat bulu-bulu merinding dan perasaan makin tidak enak kian menjalar di seluruh saraf mereka.

“hmm, kal..” celine akhirnya membuka bibir lagi. mengajak bicara. tangannya yang tadi diam itu kini meremat satu sama lain akibat gelisah bukan main. pupil matanya bahkan sekarang mulai bergetar ketika kalandra memandangnya lagi.

“apa?” lelaki itu balas bertanya.

sepi. hanya ada suara televisi yang dinyalakan dengan volume pelan di kejauhan. kalandra sendiri sampai hampir bisa mendengarkan jantungnya yang memompa kencang saking sepinya. ia tidak terbiasa melihat celine dalam mode super serius secara dadakan seperti ini.

“putus, yuk?”

“hm?” kalandra langsung meneleng kepala. tidak mengerti. lebih tepatnya lagi, menolak mengerti. pupilnya bahkan sampai membesar sebab terkejut bukan main.

“eh, gue tau lo terbiasa bebas kal.. selama gue pergi disana rasanya juga gak adil kalo gue ngiket lo dengan status pacaran. pun, hubungan LDR sejauh itu gak menjamin langgengnya suatu hubungan.. lo tau sendiri, kan?” celine berusaha menjawab dengan tegar meski suaranya bergetar. ia ingin menangis. sungguh kalandra adalah lelaki pertama yang ia kejar mati-matian. mendapatkan status pacar saja menunggunya berabad-abad. tapi lihatlah sekarang...

“gak.. gak bisa gue cel. gue gak mau.”

ya, celine mengacaukan semuanya.

entah itu perasaannya sendiri maupun perasaan kalandra.

“meski gak putus sekalipun jarak ini udah misahin kita kal.. lebih gampang kalo berakhir kan? lo juga bisa cari perempuan lain tanpa harus mikir selingkuhin gue atau apapun. gue juga bisa anteng disana tanpa mikir lo duain gue?” celine tertawa dengan suara hambar, masih berusaha menghibur keadaan.

berbanding terbalik dengan kalandra yang napasnya mulai patah-patah. segala ucapan celine bagaikan bom yang meledak tepat di jantungnya. ia menggeleng kuat. masih menolak usulan tersebut. sebab pada dasarnya celine adalah gadis pertama yang mau ia ajak berkomitmen. dan tentu saja ia tidak bisa melepasnya begitu saja.

kalandra jatuh hati begitu dalam tanpa ia sadari.

“gue gak mau putus.” ujarnya kemudian dengan nada tegas setelah hening cukup panjang. ia lantas menatap mata celine lekat-lekat. “jalani aja sebisanya, ya? gak mau putus cel. gak perlu khawatir gue selingkuh kok. lo kuliah aja disana gue juga fokus lanjutin hidup disini.”

“gak gitu kal.. gak nuduh lo-nya bakal selingkuh apa gak juga kok gue tuh..”

“gak usah putus.. please jalanin aja sebisanya. percaya gue..”

“kal..” celine benar speechless sekarang. gadis itu hanya menatap raut depresi yang dipapar kalandra di depannya. tangannya yang mendadak digenggam itu juga merasa dingin dan begitu aneh sebab kalandra menyalurkan emosinya lewat sana. meremat jemari celine begitu kuat sampai saraf-saraf tangan kalandra timbul keluar.

“gue belum selesai mencintai lo dengan bener cel... gue gak mau putus.”

celine menggigit bibir. air matanya hampir tumpah ketika kalandra melepas rematannya dan mendadak saja menutup wajah dengan kedua tangan. lelaki itu menangis tanpa gengsi lagi di depannya.

“kallllllll jangan gitu anjing ih harusnya gue duluan yang nangis bukan elooooooo.” pada akhirnya tangisan celine pecah juga. ia mendekatkan diri dan berusaha menarik telapak tangan kalandra agar lepas menjauh dari wajah.

“gue tau kalo bakal berakhir begini. tapi jujur gue gak bisa putus. sorry gue egois cel. gue cuma gak bisa.. gak ada alesan negatif buat mendadak putus sama lo.”

celine makin menggigit bibir bawahnya. emosinya tidak terkontrol sebab baru kali ini juga ada lelaki yang mau menangisi dirinya secara terbuka seperti ini.

dilihatnya rambut kalandra yang berantakan sehabis ia usel-usel beberapa jam lalu. dilihatnya pula mata kalandra yang kini memerah lengkap dengan hidungnya juga. wajah dan rambut dari orang yang ia sayangi begitu besar akhir-akhir ini.

celine sadar bahwa ia akan susah melihat kalandra lagi setelah ia terbang mengikuti ajakan mamanya.

tidak ada lagi kalandra yang diam-diam mengusili dan mericuh hari-harinya. tidak ada lagi kalandra yang nanti membelanya pertama kali ketika ia terkena masalah.

kalandra akan berada jauh sekali setelah pesawat membawanya pergi berkilo-kilo meter dari tempat tinggalnya disini..

ia akan sangat merindukan tiap perbuatan manis lelaki itu.. sebab, cintanya juga sama belum selesai.

celine menghela napas kasar dengan air matanya yang jatuh terus tanpa diminta.

ia semakin sadar bahwa ia tidak akan bisa menggandeng tangan kekar tersebut untuk jangka waktu panjang.

ia tidak bisa memeluk raga kalandra yang akhir-akhir ini ia tau terasa begitu nyaman.

telinganya tidak bisa mendengar segala gombal dan manisnya perkataan yang keluar dari bibir kalandra.

celine sejujurnya masih sangat tidak siap. karena bagaimanapun juga, semua orang akan tau bahwa rasa cintanya pada kalandra memang lebih besar dari pada apapun.

“nafas kal.” celine lantas berujar, membuat kalandra menatap matanya dengan tanda tanya. ekspresi sedih yang menguar dari wajah keduanya membuat bisu keadaan. dan tanpa memberitahukan apa maksud perkataannya barusan, gadis itu langsung mengikis jarak yang tersisa dengan menempelkan bibirnya kuat.

celine dapat merasakan tubuh kalandra menegang di depannya. bahkan pupil lelaki itu sempat membesar beberapa detik karena celine mencumbunya terlebih dulu.

tentu saja rasa frustasi lah yang mendorong celine melakukan tindak tersebut tanpa malu-malu lagi. ia meraup bibir merah kalandra dengan gerakan cukup kasar, membuat yang dicumbu perlahan terbuai dan tanpa sadar malah mengangkat tubuh celine agar naik ke pangkuannya.

tidak ada perkataan lagi, hanya ada deru napas berat yang keluar dari bibir kalandra dan celine yang kini terus menyicip satu sama lain.

dan ketika celine mengira ciuman ini akan berakhir, tangan kalandra naik dan mencekali tengkuknya. lelaki itu mulai mendorong lidahnya masuk agar memperintim suasana.

lenguh kecil mulai terdengar karena liarnya ciuman yang dibuat oleh dua manusia itu malam ini. rasa manis dan asin dari lelehan air mata itu bercampur jadi satu.

“gue cinta lo banget kal..” celine berujar serak, raut frustasinya makin menjadi-jadi ketika kalandra mencekali leher celine agar mulai mendongak ke atas. lelaki itu menciumi leher celine dengan napas makin memburu. air matanya bahkan masih meluber keluar ketika perlahan bibirnya mulai menghisap kulit putih celine tersebut di banyak tempat.

leher kiri, leher atas.. batas telinga...

“kal..” celine memanggil terus menerus.

namun yang dipanggil seakan tuli mendadak. lelaki itu benar melepas segala emosi yang berkecamuk di otaknya sejak celine mengucap kata putus beberapa menit lalu.

masih kurang..

cewek lo bakal pergi jauh dari lo..

sial.

kepala kalandra begitu pening ketika akhirnya ia menyentak bibir celine kembali. lidahnya terjulur masuk dan mulutnya meraup milik celine sampai si empunya melenguh kencang.

more..

i said more...

still not enough.

more....

deeper.

celine reflek menggelinjang kecil kala bibir kalandra pindah ke belakang telinganya.

“kal.. we shouldn't... God..” gadis itu sampai kelimpungan ketika telinganya dimainkan dengan begitu lihainya oleh kalandra.

sentuhan terakhir lelaki itu berikan dengan menurunkan sedikit atasan yang dipakai celine dan menghisap kuat tepat di dada atasnya.

“gue tau ucapan gue gak ngaruh apa-apa. tapi serius gue gak mau lo pergi.. gue cinta lo banget celine.” ujarnya kemudian, memeluk tubuh gadis yang ada dipangkuannya itu dengan erat. napasnya masih memburu ketika air mata kembali meleleh tak tau aturan.

keduanya menangis lagi. sebab tanpa sadar masa lovey-dovey yang masih belum selesai itu terpaksa sirna.

kalandra dan celine.

akankah keduanya bertemu lagi suatu hari nanti?