gak penting banget. ini di skip juga gak ganggu jalan cerita.
pukul 8 malam tepat, kalandra sudah tiba di depan gerbang kos celine sambil tetap duduk menyamping untuk menunggu gadis itu keluar pagar.
sesekali ia mengecek ponsel sebab jave dan gibran sudah mendahului pergi ke lokasi. mencari roti bakar, lebih tepatnya.
kalau boleh jujur sebenarnya mereka memang ingin berjalan tanpa arah saja malam ini, namun mengingat ada gadis yang ikut dalam perjalanan ini, mereka memutuskan untuk mampir ke tempat yang jelas saja.
celine keluar tepat sebelum kalandra menelpon. rambutnya terkuncir rapi, lengkap dengan masker yang menutupi hidung. siap untuk diajak pergi.
kalandra tersenyum. merentangkan tangannya sebentar. “sini cel.” ajaknya kemudian. membuat celine ikut tersenyum sebelum akhirnya masuk perlahan dalam dekapan.
wangi tubuh mereka berdua menyeruak ke hidung masing-masing. membuat segala jenis kupu-kupu berterbangan dalam perut dan jantung berpacu sepuluh kali lipat lebih keras dibanding biasanya.
“yuk berangkat.” kalandra berujar ketika pelukannya sudah terurai. menyerahkan ponselnya ke tangan celine guna dititipkan, lalu memasangkan helm yang ia bawa ke kepala celine perlahan-lahan.
gadis itu mengangguk dengan wajah panas, menerima uluran tangan kalandra yang menawarinya bantuan untuk naik ke motor. padahal, naik sendiri juga bisa.
dasar kelakuan.
“lutut lo kalo dipegang geli gak cel?”
“ya kalo lo sengaja bikin geli ya gel lah.”
“dipegang doanggggggg.. dengerin lah orang ngomong tuh.”
celine menyeringai, “kenapa? lo mau pegang lutut gue sambil nyetir?”
“heem.”
“dah sarap kah lo? nyetir betul-betul tangan 2!”
“udah sering. tapi kalo sambil megang lo kan gak pernah.”
celine menggigil. bukan karena kedinginan, namun karena sudah kepalang baper diperlakukan seperti itu oleh kalandra.
“ya udah.”
lelaki itu lantas menutup kaca helmnya, mulai melajukan motor menjauh dari pagar kos celine.
“kal..”
“gak usah ngomong gue gak denger.”
“gue kepengen takoyaki..”
“kaki dimana? kaki apaan?”
“TAKOYAKI!!”
“oalah.. ya cari.”
“kok lari sih?”
“cariiiiii budek.”
“liat badak?”
kalandra mencengkram lutut celine gemas. “iya, iya liat badak..”
“GUE MAU TAKOYAKI BUKAN LIAT BADAAAAAAAAAAKKKKK!!!”
ya, begitulah keduanya melewati perjalanan malam dengan ditemani pihak ketiga yang mengganggu. angin.