hazel sarah's random moment.
lowercase.
happy reading!
terhitung sudah lebih dari satu minggu hazel tidak bertemu sarah sama sekali. gadis itu tidak bisa ditemui meski cuma satu detik. ya, jangankan ditemui, dihubungi pun tidak bisa!
entah apa yang menyebabkan gadis itu menjauhinya kali ini, bahkan terakhir kali mereka bertemu-pun kejadiannya masih baik-baik saja. atau, sebetulnya tidak? hazel meraup wajahnya gusar. ia rindu gadisnya yang dicap tukang ngegas tersebut.
mungkin rasa kesal hazel bisa sedikit dipendam kalau saja christo tidak mendadak mengabari dirinya dengan info sarah beberapa hari yang lalu. christo menunjukkan postingan insta story arina, teman model sarah, yang sedang berada di bali. disitu tampak gadisnya itu tengah duduk di pojokan bersama javi. meski hanya video singkat saja, tentu hazel hafal betul bentukan gadisnya seperti apa.
jadi, apa yang tengah dilakukan sarah di bali bersama teman-teman modelnya sampai tidak bisa dihubungi sama sekali? garis bawahi, tidak bisa dihubungi SAMA SEKALI. chat tidak dibalas, telpon tidak diangkat. bahkan kepulangan sarah dari bali pun lagi-lagi hazel ketahui dengan curi-curi lihat insta story arina.
noah yang kala itu menemani hazel mabuk-pun sampai geleng-geleng kepala melihat betapa melasnya kondisi kakaknya kala itu.
geram berat terdengar lumayan menggema di ruangan kerja hazel. lelaki dengan jas abu-abu itu kepalang frustasi. rambutnya sudah separuh acak-acakan sebab terlalu bingung dengan situasinya bersama sarah saat ini. hampir saja ia menjambak rambutnya lagi kalau saja ketukan pintu yang berasal dari agya, sekretaris barunya itu, tidak berbunyi pelan.
pintu perlahaan dibuka saat hazel mempersilakan. dan disana, tepat di depan pintu besar dengan tinggi 2 meter itu, hazel melihatnya.
sarah adelaine.
gadis yang membuatnya awut-awutan dan uring-uringan karena mendiamkan hazel satu minggu lebih itu tengah berdiri di depan pintu sambil menenteng tas jinjingnya.
sangat khas sarah sekali.
rambut panjangnya yang terakhir kali hazel tau masih berwarna sedikit kebiruan itu sudah dicat hitam pekat. bahkan potongannya pun sudah berubah. yang waktu itu sepanjang pinggang kini sudah naik sedikit sekitar 7 senti.
hazel masih kebingungan. kakinya kaku sekali ketika perlahan ia bangkit berdiri untuk menghampiri perempuannya yang kini sudah mengangguk singkat pada agya guna mengucap terima kasih sudah diantarkan masuk. kata lainnya, ia mengusir. tentu saja tidak mungkin ia akan berpacaran di depan sekretaris hazel itu, kan?
wangi lembut sarah perlahan menguar makin dahsyat kala hazel sudah tiba di depan tubuh gadis itu persis. tangannya reflek ingin merengkuh ketika sarah tau-tau saja sudah berlalu melewatinya untuk duduk di sofa panjang sisi kanan ruangan.
“ada apa dengan suasana dingin ini sebenarnya ra?” hazel tidak tahan untuk tidak bersuara. sapaan hangatnya yang tadi ingin ia lontarkan spontan menguap begitu saja saat tau ia diabaikan lagi kali ini.
“dingin? nggak juga ah.” sarah menjawab, menepuk ruang kosong di kanannta agar hazel duduk disitu mengikutinya.
sedetik setelah hazel duduk, keduanya hanya diam membisu. hazel yang masih menuntut penjelasan dengan masih diselimuti rasa kaget, dan sarah yang.. entah, bagaimana menjelaskan ekspresi gadis itu kali ini.
“jadi? ada apa dengan kita seminggu terakhir ini ra? kamu jauhin aku, aku tau.”
“gue ada kerjaan di bali hazel.” sarah menjawab tenang sambil mengangkat kaki kanannya untuk ia letakkan di atas kaki kirinya. membuat tungkai cantik gadis itu terlihat sebab dress panjangnya tersingkap.
“lalu kenapa nggak kabarin aku?” hazel masih mengejar. ia butuh penjelasan akan apa yang tengah dilakukan sarah kali ini.
“nggak sempet.”
hazel reflek menggeram sambil memijat pelipisnya yang mendadak berdenyut. “kamu jangan bercanda adelaine.”
adelaine..
hazel mengucap nama belakangnya dengan penekanan ekstra barusan. dan jujur saja sarah langsung merinding.
“nggak bercanda zel. gue emang gak sempet kabarin.”
“satu detikpun kamu gak sempat? aku lihat di story arina kamu pegang hp waktu itu. kenapa gak sempatin balas chatku atau angkat telponku?”
sarah mendengus singkat, tawa kecilnya bahkan sampai keluar beberapa detik. “liat deh, siapa yang marah-marah?”
“ya siapa juga yang nggak marah kalau ditinggal seminggu tanpa kabar? kamu disana ngapain aja aku nggak tau. aku datangin apartment kamu juga kosong melompong. apa kamu kalau jadi aku juga nggak marah?”
“marah lah jelas.” sarah menjawab sambil mengangguk menyetujui.
“terus ra? kenapa malah buat aku kesiksa seperti ini?”
gadis itu menyenderkan kepala di punggung kursi, tampak memberi jeda sebentar sebelum ia mengeluarkan jawaban. beberapa detik ia habiskan untuk menatap hazel dari samping.
rambut lelaki itu memanjang, lengkap dengan kumis tipis yang tumbuh dan belum dicukur. masih tampan memang. dan jujur saja hazel masih tampak sangat rapi meski ini adalah versinya yang sudah super kacau. ya, hanya orang-orang terdekat saja yang bisa mengetahui perbedaan penampilan hazel kala kacau dan fit.
“ra?” hazel menagih jawaban. membuat sarah otomatis meletakkan tasnya di meja kecil depan tempatnya duduk, lalu bangkit berdiri untuk menjauh dan duduk di meja kerja hazel.
“pengen balas dendam aja sih aslinya.” kalimat itu akhirnya keluar juga. hazel yang tadi memang langsung mengikuti di belakangnya itu sampai kehabisan kata-kata. ia bingung setengah emosi mendengar jawaban sarah barusan.
balas dendam katanya?
“gue tau gue salah zel. tapi seenggaknya gue pengen lo tau kalo biasanya perasaan gue pas lo kacangin juga kayak gitu.”
emosi hazel yang tadinya sempat sampai di ubun-ubun itu entah kenapa mulai meluap perlahan. sepertinya ucapan sarah barusan menyadarkan hazel 100%.
“gue tau kita berdua emang udah pacaran lama banget. tapi tetep, gue kadang juga kangen diperhatiin kayak jaman awal-awal pacaran gitu. lo sekarang sibuknya kebangetan zel gila. gue pernah gak kontakan sama lo hampir sebulan lho? seminggu kemarin gue diemin masih bukan apa-apa..” sarah reflek mendengus dan membuang pandangan. apa lagi kini ketika ia menyadari tangan kekar hazel mulai memagari pinggulnya yang masih duduk di meja.
“iya. paham aku ra. maaf. tapi serius, jangan ulangi lagi. aku hampir gila ra.. aku nggak mau bela diri sendiri, tapi setiap mau kemana-mana seenggaknya toh aku kabarin kamu kan? jadi aku harap besok-besok kamu kabarin aku juga. jangan tiba-tiba hilang. aku gak suka kehilangan kamu.” hazel menjawab sembari menundukkan pandangan. tampak menyesal dan sedikit terpukul sebab kini ia merasakan menjadi sarah meski cuma satu minggu.
“gue juga minta maaf. maaf karena sengaja gak kabarin dan maaf karena disana gue ditempelin javi mulu. gue yakin lo juga liat javi kan di akun arina?”
hazel reflek mengangkat pandang dan menatap lurus bola mata sarah yang kini sudah berada tepat di hadapan wajahnya. “khusus yang itu aku benar-benar nggak suka ra. kesel banget waktu tau dia ada ikut pertemuan model disana padahal posisinya sudah bukan model lagi. dia dekati kamu terang-terangan sekali.”
sarah mengangguk. “dia emang pantang menyerah sih. dan beberapa atasan gue sialnya malah nyuruh gue terima javi aja. katanya ganteng dan berdedikasi banget gitu dia-nya.”
hazel masih belum bereaksi. sudah tentu lelaki itu tau bahwa javi memang sangat menginginkan sarah. tidak sekali dua kali hazel menerima pesan yang berisi ancaman serius dari javi. seperti, kalau gak bisa jaga sarah lebih baik mundur dan biarin javi yang ambil alih.
ralat, bukan dia yang menerima. tapi sekretarisnya. tentu saja karena nomor telpon hazel tidak semua orang bisa memiliki.
hazel masih membiarkan keadaan hening cukup lama sebelum akhirnya ia merasakan tangan sarah yang kini sudah melingkari lehernya.
“gue tau gue kedengeran gak sadar diri dan ngeselin. tapi jujur zel, gue kangen banget.” gadis itu berujar lirih seraya mulai menempelkan bibirnya pada milik hazel. berusaha menyecap sensasi yang sudah beberapa hari tak ia rasakan. bibir hazel masih diam tak membalas, membiarkan sarah melakukan semuanya sendirian dan semaunya sampai puas.
padahal, bagaimana bisa puas jika hazel tidak bergerak sedikitpun?
tidak menyerah begitu saja, sarah mengeluarkan jurus ampuh dengan cara menggeser ciuman pada telinga hazel. berusaha menggodanya dengan kecup-kecup kecil yang terus ia bubuhkan. lingkaran tangannya bahkan perlahan bergerak naik demi membelai rambut hazel.
gila.
hazel hampir mengerang kala lidah sarah turut andil mengambil alih permainan. seharusnya hazel tau dan tidak cari gara-gara. sebab sejujurnya yang paling jago dengan goda menggoda seperti ini memang adalah sarah sendiri. mau tak mau hazel menelengkan kepalanya dan membiarkan lidah perempuannya itu menyusur otot leher hazel yang menyembul sebab dipermainkan sebegitu rupa.
menyadari hazel sudah terpikat, tangan sarah bergerak turun demi mengendorkan dasi hazel. bahkan sempat-sempatnya sarah juga menyusupkan tangan ke bawah jas hazel agar kain itu terlepas dari tubuh kekar kekasihnya.
“ra.. kita masih di kantor...”
sarah tidak mengindahkan dan kembali membubuhkan ciuman pada leher depan hazel yang kini mulai terpampang akibat dua kancing kemeja teratasnya sudah sarah lepas.
gadis itu memang ahli sekali membuat hazel panas dingin. dan sebagai ganti atas tindakan liarnya barusan, hazel pun mulai merapatkan tubuh seraya menarik dagu sarah agar berhadapan lurus dengannya. adu nafas berat terjadi beberapa detik sebelum hazel mengikis habis jarak yang tersisa dengan mencium brutal bibir seksi sarah.
lenguh-lenguh kecil tentu terdengar lepas dari bibir sarah. sebab nyatanya, nafsu hazel yang memuncak selalu berhasil menggerogoti iman sarah yang susah payah ia pertahankan. hisapan lelaki itu terasa sangat nikmat. bahkan lidahnya yang terus menyesap dan menyusup masuk itu memabukkan sekali.
decakan basah disertai desahan ringan menguar bergantian. tangan hazel yang tadi masih diam di meja kini sudah bergerak dan mendarat di paha sarah. sesekali ia bahkan membubuhkan remasan-remasan kecil guna menyalurkan energinya yang masih menggebu sebab kepalang rindu.
“ah zel, jangan dendam ke telinga... aku gak kuat.”
aku?
hazel benar-benar gelisah dan makin berminat saja mendengar kata aku yang diibarengi desahan itu keluar dari bibir sarah. otomatis bibirnya terbuka dan mengulum telinga sarah tanpa basa-basi lagi.
perempuan yang masih duduk di atas meja itu reflek menjambak-jambak rambut hazel. sensasi geli dan basah itu merambat cepat sampai nafasnya memburu kian berat.
dan entah sadar atau tidak, kaki sarah kini bahkan sudah melingkari pinggul hazel agar pelukannya semakin rapat.
“ah adelaine.. please jangan gesek bagian bawahku. kamu jangan gerak-gerak.” hazel resah bukan main ketika sarah mendadak sudah naik ke gendongannya. perempuan itu liar sekali memang.
“i miss you zel.” ujarnya lagi sambil menarik wajah hazel agar bisa kembali ia ciumi bibirnya.
maka dengan ciuman tak terputus, kaki hazel melangkah kembali mendekati sofa agar bisa duduk memangku sarah disana.
terhitung sudah hampir 10x sarah dan hazel berciuman di sofa itu. dan baru kali ini mereka berdua kelewatan.
bagaimana tidak?
bahkan kini saja..
“hazel.. pintunya belum dikunci zel..” sarah berucap serak ketika tangan hazel perlahan menurunkan ritsleting dress sarah. lelaki itu ingin mengecup tulang selangka dengan bebas.
“silakan aja masuk kalau memang berani.” hazel membalas seraya menyibak rambutnya ke belakang. “aku nggak akan turun kemana-mana, aku cuma mau area pundak aja. apa kamu izinkan?”
see? biasanya sarah dan hazel hanya sampai batas leher saja.
sarah tidak menjawab, dan sebagai gantinya ia langsung menurunkan sedikit bagian atas dressnya hingga sampai tepat di atas payudara.
melihat kulit putih sarah membuat hazel panas dingin dan berakhir bengong cukup lama. “kiss it zel?” ujarnya menyuruh. dan belum sampai bibir hazel menyentuh kulitnya, gadis itu sudah lebih dulu menggoda dengan cara menarik dagu hazel agar bisa berpagut bibir kembali terlebih dulu.
hazel terdengar mendesah berat, kemungkinan besar karena bagian bawahnya lagi-lagi tergesek kencang oleh pantat sarah yang masih duduk di atasnya. hingga suara decak ciuman itu lagi-lagi menguar dibarengi desahan ringan yang cenderung berat dan seksi.
lenguhan sarah bahkan kini sudah menguar lepas ketika tangan hazel mendadak saja meremas payudaranya pelan dari luar dress.
satu kali, dua kali.
pikiran hazel makin liar sebab sarah tak menunjukkan penolakan. bahkan didengar dari desahannya yang terus keluar disela brutalnya adegan ciuman itu, hazel tau bahwa sarah amat menikmatinya.
namun masalahnya ini semua tidak boleh terjadi. makin parah lagi perasaan kacau hazel ketika ingat bahwa markiel dan amel saja sampai sekarang masih belum ke tahap ini padahal sudah menikah.
“ra, we need to stop. aku takut bablas.”
“yes we need to stop. but after...” sarah menjeda omongannya dengan menunjuk tulang selangkanya yang mengecap seksi. “bukannya tadi ada yang kepingin hisap kulitku di bagian ini?”