J A E N A N A
▪︎ bonus chapter dari AU di akun _oreochocolate (pinned nomer 3.)
▪︎ mature, 17+
■□■□■□■
Nana mendengar suara mobil Jaehyun yang sudah sampai di depan pagarnya.
Bukan pekara hafal atau nggaknya sih, masalahnya lebih ke arah Jaehyun yang terlalu berisik meneriakkan namanya dari depan sana.
“NANA CEPETAN NA NTAR TELAT.” Lelaki itu berteriak sambil memunculkan kepalanya dari kaca mobil.
Barbar banget, tingkah Nana udah 100% nular ke Jaehyun rupanya.
“SABAR YA PARMIN, INI GUE LAGI NYARI LILIN BENTAR.” Nana balas berteriak sambil kelimpungan membuka tutup laci demi mencari lilin dan korek dari dalam sana.
“YAELAH, BUKANNYA DISIAPIN DARITADI!”
Ck.
Nana memutar bola matanya kesal lalu mulai berlari ke teras setelah menemukan barangnya dan berpamitan dengan orangtuanya.
“Lama banget. Capek tau nunggunya.”
“Hah? Bukannya lo cuma duduk doang ya di dalem situ?”
Jaehyun hanya balas cengengesan lalu menyuruh Nana agar lekas masuk ke dalam mobil.
“Ini mau dimana dulu jadinya? di rumah Doyoung? Apa Yuta?” Nana bertanya setelah bokongnya sudah mendarat sempurna di samping kursi kemudi.
“Hmm... Gatau, Haechan dimana aja gue masih bingung.”
Nana langsung melotot. “Dasar Jaehyun sinting. Buruan cek group lah anjir.”
Jaehyun merengut namun menurut dan segera membuka groupchat khusus yang baru dibuat minggu lalu, tepatnya group yang dibuat untuk memberikan surprise ulang tahun pada Haechan.
“Ohhhhh anjir si Echan lagi di rumah Mark katanya. Mau latian band.” Jaehyun berucap setelah membaca info yang dibagikan oleh Winwin di group tersebut.
Tapi sepertinya ia kelepasan menyebut sebuah nama barusan, karena setelahnya ia dapat merasakan pergerakan cepat Nana yang menarik ponsel dari tangannya.
“Hah? Apa? Dimana?” Toleh Nana cepat ketika mendengar nama Mark tersebut.
“Pelan-pelan aja kalo noleh, gue khawatir leher lo kecengklak kalo kecepetan kayak gitu.”
Sialan.
Emang Jaehyun sialan kalo ngomong.
“Ini berarti kita ke rumahnya Mark dulu gak sih? Nyusulin Haechan?” Nana bertanya antusias.
“Mau kesana?” Cowok itu balas bertanya seraya menutup kaca jendela dan mengunci mobilnya.
“Ya kalo emang butuh ngampirin Haechan ya kenapa enggak?”
Jaehyun reflek mengerutkan alis lalu menyenderkan kepala ke kursinya, “Udah tunangan masih iya aja ngelirik Mark.” Omelnya.
“Ngelirik apaan orang masih belom ketemu juga..”
“Heh bujang....” Cowok itu menahan ucapannya di udara, lalu, “Ah gatau ah.. Bodoamat kalo kamu mau lari ke Mark abis ngesurprise Haechan disana.”
Nana menaikkan sebelah alisnya, “Yakin? Boleh? Lari ke Mark?”
“YA GA BOLEH LAH ANJIR YANG KAYAK BEGITU MASIH BISA LO TANYAIN?!” Jaehyun spontan mendelik, dan Nana langsung tertawa.
Menurutnya, ekspresi cowok itu sore ini gemesin banget.
“Santai dong Jae, udah tunangan aku ga bakal kecantol sama cowok lain.” Nana berucap seraya mengelus rahang Jaehyun pelan.
Halus.
Habis cukuran rupanya.
“Kamu akhir-akhir ini sering kerasukan Doyoung nyadar gak sih Na?”
“Apa?”
“Ya dulu pas kuliah mana mau kamu giniin aku? Barbar mulu yang ada tiap hari..”
“Aelah pegang pipi doang udah baper.” Nana mencibir, lalu menarik gerakan tangannya.
“Lagi dong..”
“Lagi apanya?”
“Elus. Sampe nyampe ke rumah Mark.”
“Dih? Sinting kali gue ngelus-ngelus pipi lo sampe sana? Ogah.”
Jaehyun menghela nafas sabar, lalu mulai menarik handremnya dan menjalankan mobil keluar dari perumahan mereka.
“Oh iya btw Jae.. Anak-anak udah pada otw?”
“Tadi sih katanya masih pada makan di cafe. Gatau kalo sekarang.”
“Hmm.. Ya udahlah, ketemu disana aja.”
Jaehyun mengangguk, lalu meraih tangan Nana yang bebas di atas pangkuan.
“Mau apa nih mendadak pegang-pegang?”
“Cielah baru megang tangan doang udah salting..”
“Bukannya salting ya narji, tapi biasanya lo ada maunya kalo gini.”
Jaehyun reflek mendengus, “Ada emang.”
“Kannn..”
Hmm.
“Nana pokoknya jangan oleng ke Mark lagi nanti..” Cowok itu berucap tanpa basa-basi sambil menghentikan mobilnya yang mendadak terstop lampu merah.
60 detik.
“Lah ngapain? Enggak.” Nana membalas singkat seraya menolehkan wajah ke arah Jaehyun yang kini tengah menatapnya lekat.
“Awas oleng terus minta selingkuh kayak pas jaman kuliah itu..” Tutur Jaehyun dengan nada sok mengancam.
Halah.
“Eh tapi kalo ngelirik 5 detik doang boleh gak sih?”
Jaehyun langsung mendelik.
“Iya ga ngelirik, bercanda doang.”
Lelaki itu hanya balas mencibir lalu menekan kembali pedal gasnya dengan keadaan tangan kirinya yang masih menggenggam tangan Nana.
Hening.
Yang ada hanya suara pelan penyiar radio yang sedang membahas ramalan cuaca.
“Na.. Mau main game gak?”
“Main apaan?”
“Suit. Kalo kalah dapet tantangan.”
“Apa banget main tantangan di dalem mobil?”
“Ya coba dulu aja kali.”
Nana bingung, namun akhirnya mengalah dan mengusir tangan Jaehyun dari genggamannya. “Ya udah ayo, 1.. 2...”
“3!!!” Jaehyun dan Nana berteriak ricuh bersamaan.
Keduanya sudah melempar hasil dan Nana yang memang menunjukkan batu reflek tertawa kencang melihat jari Jaehyun yang membentuk gunting.
“Hahaha lo kalah Jae..”
“Sialan emang nih gunting.” Cibir lelaki itu, merutuki kekalahannya.
“Hmm, dare ya? Dare apaan di dalem mobil gini anjir..” Nana berpikir keras sambil menoleh ke kanan kiri mencari bahan yang pas untuk memberi tantangan pada Jaehyun.
Namun nihil.
Otaknya mendadak ngeblank.
“Skip deh, Darenya gue kasih nanti aja..” Cewek itu menyerah.
“Kok gituuuuuuu....”
“Lo duluan aja yang ngasih dare, gue yakin lo udah ada ide buat ngusilin gue secara lo yang ngajakin ngegame.”
Jaehyun cengengesan. “Tau aja..”
“Ck. Mau dare apa?”
“Hmm..” Jaehyun sok berpikir seraya mengerem mobilnya yang kali ini berhenti terkena macet.
Maklum, jam pulang kerja.
“Apa buruan? Tapi tolong jangan sesat.”
“Dibilang sesat sebenernya gak sesat sih, gue cuma mau minta lo seriusin kalimat lo di chat kapan itu.”
“Waktu itu apa? Chat yang mana?”
Jaehyun menggerakkan badannya mendekat dan menatap manik didepannya intens. “Chat yang lo boring ngajak gue kiss..”
Nana melotot kaget. “Kan itu bercanda.”
“Justru karena lo bercanda itu gue sekarang ngedare lo supaya serius.”
Sialan.
Nana seketika stress mampus dan berharap macet didepannya ini berkurang agar Jaehyun bisa kembali fokus menyetir dan melupakan hal bodoh ini.
“Nanaaaaaa...”
“Hmm?” Gumamnya setelah sadar dari pikirannya barusan.
“Boleh?” Tanya Jaehyun meminta ijin seraya mengelus punggung tangan Nana yang mendadak kebas dibawah sana.
“Ck.. Gue ga ngerti kenapa harus nanggepin keinginan lo ditengah kemacetan ini Jae.. Hhhh..” Cewek itu berdecak dan mengomel, lalu perlahan menarik dagu lelaki itu agar mendekat.
Belum menyentuh.
“Jangan digigit pokoknya.” Ucap Nana final. Dan sedetik kemudian ia dapat melihat Jaehyun yang tersenyum puas sebelum akhirnya merasakan benda kenyal cowok itu mendarat halus dibibirnya.
Basah, lelaki itu melumat bibir Nana penuh gairah namun tetap lembut disaat yang bersamaan.
Suasana mobil yang tadinya sepi itu sekarang berisi dengan decakan-decakan yang dikeluarkan oleh bibir keduanya.
TINNN TINNN!!!
Jaehyun reflek melepas pagutannya dan berdecak kesal karena kaget. “Ck.. Ganggu. Bikin kaget pula.” Cibirnya bermonolog seraya menekan pedal gas agar mobil bergerak maju.
Namun bukannya maju mengikuti arus, cowok itu malah maju dan berputar haluan, lalu menghentikan mobilnya di bahu jalan.
Tepat disebelah sebuah taman kecil.
“Lo yang bikin ulah kok malah ngatain mobil belakang ganggu.” Nana berucap sembari mengusap bagian bawah bibirnya yang masih basah. “Anw lo ngapain berhenti disini?” Lanjutnya bertanya bingung.
Jaehyun hanya diam dan kini mulai melepas seatbeltnya.
“Eh eh.. Jangan lagi-lagi.” Nana melotot dengan tatapan memprotes ketika melihat Jaehyun yang mulai mendekat.
“Lagi lah, belom puas juga.” Balas Jaehyun lalu menarik punggung Nana agar bergerak maju. “Gak bakal aku gigit deh, tapi gak janji.” Lanjutnya tersenyum tanpa dosa, lalu memiringkan wajah dan tanpa aba-aba mulai mencium bibir Nana, lagi.
Ck.
Dasar Jaehyun..
Nana mulai hilang akal dan meremat hoodie yang Jaehyun kenakan ketika merasa tangan cowok itu mengusap punggungnya halus dan sesekali bergerak di atas pahanya.
“Tangan lo tolong jangan macem-macem, gue geliii.” Cewek itu meracau tidak jelas ketika melepas sebentar pagutan Jaehyun yang mendadak liar tersebut.
Namun bukannya mendengar, cowok itu malah kembali melahap bibir Nana dengan rakusnya.
Membuat Nana kelimpungan dan bahkan sampai tidak mampu membalasnya.
Dalam hati ia sudah merutuk diri agar jangan lagi bercandain Jaehyun tentang hal-hal aneh seperti ini kedepannya.
“Ahh shit.” Suara itu mendadak lolos dari bibir Nana ketika milik Jaehyun berpindah tempat dan sudah berada di sekitar telinganya.
“Ngapain disitu?” Cewek itu kembali meracau ketika merasakan lidah Jaehyun yang menari lembut disana.
Sinting.
Dunia terasa terhenti dan perutnya seperti menari-nari.
Jaehyun benar-benar memainkan telinga Nana seakan tengah menjilat permen lollipop.
Sial. Nana jadi lupa bumi.
Cewek itu bahkan sudah menelengkan kepala agar Jaehyun bisa lebih leluasa menggerakkan lidahnya disana.
“Enak Na? Sampe miring gitu?” Cowok itu bertanya blak-blakan seraya menarik mundur kepalanya sedikit.
Hanya untuk sekedar melihat ekspresi Nana di hadapannya saat ini.
Cewek itu menatap mata Jaehyun, nampak gelap dan sayu.
Lalu entah mendapat hidayah dari mana, tangan Nana sudah menyusup ke tengkuk Jaehyun dan menariknya maju. “Lagi aja, bentar, boleh?” Tanyanya pelan.
Jaehyun menaikkan sebelah alisnya, sempat heran. Namun merasa mendapat lampu hijau yang beneran hijau ini, ia tersenyum dan mengangguk.
“Im yours Na.” Ucap Jaehyun sebelum akhirnya mulai melancarkan aksinya lagi.
Yang tentu saja lebih lama dan dalam dari sebelumnya.