■ J E V A N A T A

i've publish it before au SAKA KAYNA MARCO publish jadi mohon maaf kalo namanya sama, aku emang agak males mikir nama sih sksksk.

anw : ▪︎ i don't use any FIGURE to this story, so just imagine it yourself.

▪︎ lower case.

▪︎ 21+ ONLY.

▪︎ ngasih feedback nggak sesusah nulis narasi kok ya marilah berikan satu dua cuap kata untuk oneshot ini.

■ ■

gadis itu berjalan seorang diri menyusuri koridor apartment dengan wajah merah padam akibat mabuk dalam sebuah pesta pernikahan yang sebelum ini dihadirinya.

bukan.

tentu bukan keinginannya untuk pulang dalam keadaan mabuk seperti ini.

“pesta apaan sih sampe semua minumannya beralkohol kayak gitu..” ia meracau seraya menekan-nekan password apartmentnya.

bip.

pintu tersebut akhirnya terbuka dan gadis itu segera masuk, lalu menutupnya kembali.

belum sampai langkah kakinya mendarat di dalam kamar, netra gadis itu sudah menangkap pergerakan seseorang yang tengah duduk dengan mata melotot di area ruang tengah.

“jevan?” sipitnya ketika melihat sosok itu bangkit dan berjalan mendekat.

“kamu mabuk? udah sinting ya nat?”

nata, sang empunya nama, langsung menggeleng, “gak sengaja, tadi itu lagi haus, jev..”

“terus ini tadi kamu pulang dianter siapa?”

“hmm, marco.”

“what? your ex right?” jevan mengerutkan alisnya, tampak sensitif mendengar nama marco keluar dari bibir nata malam ini.

“hng.. pusing banget.” gadis itu mengeluh, kemudian memegang pundak kekar jevan yang tertutup kaos hitam, “ac-nya nyalain dong jev.”

bukannya mengindahkan permintaan nata, jevan malah berkacak pinggang. “kamu mabuk, kepanasan, pusing juga, terus pulang bareng marco yang sedikit banyak otaknya mesum kayak gitu.. yakin kamu gak disentuh?”

nata menggeleng lagi, “gak tau. tadi aku di mobil ketiduran.”

“kerasa disentuh apa gak dong?”

gadis itu mengibas tangannya, “kamu kok malah ngajakin aku tanya jawab sih..”

“ck.”

“ac jev, please.” keluhnya memohon, “panas.”

“ini ac udah nyala 16° anjir. lagian kamu tadi minum seberapa banyak coba?”

“hehe.”

“hahahehe, duduk sana di kursi aku ambilin minum aja.” jevan mengusir tangan nata yang masih bertengger di pundaknya, membuat gadis yang tadinya menumpukan sebagian berat tubuhnya itu langsung oleng dan jatuh ke depan.

ke pelukan jevan.

“astaga nat nat... lain kali jangan minum aneh-aneh di acara orang deh ya.. baru mabuk sekali aja udah kayak gini modelannya.” jevan mencibir, lalu memegangi pundak nata yang kemudian ia sadari sudah terdapat bercak kemerahan.

tidak tanggung, ada 3 bercak yang tersebar disana.

“nata?” lelaki itu spontan melongo, “ini merah ada 3 begini kenapa?” tanyanya.

“hm?”

“kamu dicupang ya?” tanyanya sedikit nyolot, “emang dasar marco anjing.” lanjutnya mendesis pelan.

tidak mendengar kekesalan jevan didepannya, nata mulai memijat pelipisnya yang makin terasa pening, “jev.. can your turn on the ac pleaseee?”

“kamu beneran nggak inget di apain lagi sama marco selain ini nat?” tanyanya tidak menggubris keluhan nata, lalu mulai memegang kedua pundak gadis itu dan memutar-mutarnya ringan.

nata menggeleng, ia benar-benar tidak ingat apapun karena tertidur.

yang ia tau pasti adalah tubuhnya yang sekarang kepanasan, “please jev, serius panas banget.”

“ya iyalah panas! mabuk sampe ga inget apa-apa gitu.” decak jevan emosi, sedetik kemudian ia meraih jemari nata agar mengikutinya berjalan ke arah sofa ruang tengah, tepat di bawah ac ruangan supaya gadis itu tidak protes kepanasan terus menerus.

“duduk sini diem. aku ambilin air buat bersihin badan dulu bentar.” titahnya, lalu lanjut berjalan untuk mengambil air serta kain dari kamar mandi.

tak lama kemudian jevan sudah kembali, namun pemandangan yang ada didepannya itu spontan saja membuatnya menelan ludah kasar.

nata yang tengah duduk tegak sembari tangannya sibuk mencari resletting dress benar-benar hampir menggoyahkan imannya.

“heh. aturan panas tapi jangan main buka-buka di depanku dong.” jevan meletakkan baskom airnya dengan gemas kemudian menahan tangan nata yang masih sibuk mencari-cari.

“jev.. bohong ya kamu, acnya mati gitu.”

“sinting nih anak mati rasa beneran.”

“bantu lepasin dressnya bisa nggak sih jev?” gadis itu bertanya dan sekali lagi tangannya terangkat untuk mencari letak pengait kain tersebut.

“tolong jangan gila. aku ini cowok dan punya batasan sendiri.”

“ck.” nata mendengus kemudian menyenderkan tubuhnya dengan pasrah ke senderan kursi dibelakangnya. “panas, pusing, malah dimarah-marah.” gerutunya, lalu memejamkan mata.

jevan berulang kali mengelus dada agar sabar menghadapi tingkah gadis itu malam ini.

“sini kakinya, aku lap dulu ya?” lelaki itu berucap, lalu menarik kaki mulus nata ke atas pangkuannya.

dengan telaten dilepasnya heels hitam yang terpasang itu lalu mulai mengelap perlahan telapak kakinya, begitupun ia lakukan dengan kaki satunya.

“jev.. bau gak?”

“apanya?”

“kaki.”

jevan mendengus, “heem. bauuuuu banget. makanya jangan mabuk biar bisa bersihin sendiri.” ia berucap penuh penekanan, lalu meletakkan kembali kaki nata agar menapak bebas di lantai.

tentang kaki bau itu bohong, tentu saja.

“tangan sini.” pinta jevan seraya menggeser pantatnya mendekat.

“ngapain tangan? tangan aku bersih.”

“kalo gitu bahu. aku nggak suka ada bekas bibir orang di badan kamu.” lelaki itu berucap dan membasuh kembali kain ditangannya.

dengan perlahan diusapkannya kain itu ke bahu nata yang kini warnanya sudah berubah menjadi keunguan.

sial.

emosi jevan kembali naik ke ubun-ubun membayangkan marco memainkan lidahnya di bahu putih nata tersebut.

“besok aku bikin babak belur si marco.” desisnya, kemudian meletakkan lap itu kembali ke baskom.

“kenapa?”

“masih bisa nanya kenapa?! dia cupang kamu nat. sadar dong.” jevan hampir mengumpat.

“hm.”

“kalo bisa besok sheena sama saka aku labrak juga soalnya ngasih minuman beralkohol gini di acara pesta.” lanjutnya mendengus.

“iya, marahin aja. terserah.” balas nata, lalu menyenderkan kembali kepalanya di kursi dengan posisi tidur menyamping.

“masih panas?”

“hmm.”

jevan menyerah, lelaki itu mengulurkan tangannya agar gadis itu terduduk tegak, “sini, aku bantu lepas.”

“tadi gak mau, sekarang mau.” nata mencibir pelan  setelah punggungnya sudah menjauh dari senderan kursi.

“udah dibantu masih iya aja protes.” gerutu jevan seraya meraih punggung nata mendekat dengan maksud mencari kaitan dress yang memang berada di area itu.

posisi mereka sekarang sudah seperti orang yang mau berpelukan.

padahal mah apaan?

duh! nggak banget..

“jev, kamu kok wangi?” gadis itu tiba-tiba bertanya dan mengendus area leher jevan perlahan.

“shh, kamu ngapain?” desis jevan kaget, lelaki itu bahkan sampai batal menurunkan resletting yang sudah ia temukan tempatnya.

“wangi. pake sabun apa?” nata menempelkan hidungnya mendekat sehingga bisa leluasa mengendus leher lelaki itu.

sial.

jevan benar-benar merasa terkutuk malam ini.

tanpa banyak bicara lelaki itu menurunkan resletting dress nata sampai ke bawah lalu menarik badannya mundur.

“jangan gitu, pertahanan lelaki itu ada batasannya tau.”

“ini udah lepas?”

“hmm.”

“makasih ya jev.”

“makasah makasih, sana pergi masuk kamar aku mau balik.”

nata tidak mendengarkan dan kini mulai mengeluh lagi, “orang mabuk pantes aja bisa kecelakaan kalo nyetir.. pusing banget gini.”

hening.

jevan hanya menatap lurus ke arah nata yang kini sedang memandang kosong ke arah televisi mati di depan sana.

sedetik kemudian ia menyadari jika nata nampak begitu cantik dan yeah, cukup seksi, dengan balutan dress hitam yang kini pundaknya mulai terbuka sempurna.

mata coklatnya terlihat sayu dan rambutnya yang biasanya rapi kini tampak sedikit berantakan.

beberapa anak rambutnya bahkan jatuh menutupi dahi dan sebagian pipinya.

jevan menghela nafasnya, mencoba mengendalikan perasaan aneh yang timbul di dalam tubuhnya.

sial.

pergerakan tubuh nata yang membuat dressnya melorot hingga ke area dada sanggup membuat darahnya berdesir, “ini gue jadi ikut kepanasan kalo lo gini nat astaga.” cowok itu mendesis seraya menarik pergelangan tangan nata, “pindah kamar buruan.”

“pusing jev.”

“iya pusing makanya tidur di kamar.”

“panas.”

“si saka bajingan banget, gue gebuk bareng marco mampus deh lo sak.” jevan meraup wajahnya kasar kemudian bangkit berdiri. “ayo berdiri cepet.”

“no.”

“kok ngeyel banget kenapa sih?”

“kamu berisik aku makin pusing.” mata gadis itu mendongak menatap mata jevan yang kini sudah terlihat frustasi.

“jangan liatin aku dengan keadaan kayak gitu.........” geramnya, “itu bajunya naikin dulu buruan.”

“justru mau dilepas kenapa harus dinaikin lagi?”

astaga.

jevan rasanya kepingin jedukin kepala ke pinggiran tembok biar pingsan sekarang.

☆☆☆

“ayo nat......” jevan berucap sekali lagi dengan nada lebih sabar, walau sebenernya jantungnya cukup berdebar melihat dress nata yang terbuka dan menampakkan punggung putih serta bra berwarna hitam yang begitu kontras disana.

“kemana jev?”

“jangan main-main please?” ancamnya lalu mendudukkan tubuh kembali di samping nata.

“apa?”

“kamu ini anggep aku apa sih nat? sumpah lah aku ini cowok loh.”

nata diam dan menatap lamat-lamat netra jevan di hadapannya. “emang cowok.”

“terus kamu gak takut aku apa-apain gitu? aku udah puber please????? umur aja udah 24.”

gadis itu mengerutkan alis ketika merasa denyutan di kepalanya semakin menjadi-jadi.

bahkan beberapa benda di hadapannya terlihat berputar, membuat perutnya mual dan begitu ingin muntah.

“nat, ayo..”

“jev... mau muntah.”

“hah?”

“mual banget.”

“jangan ngada-ngada nat..” jevan seketika bingung mencari tempat yang tepat untuk menadah muntahan gadis itu.

“ayo berdiri buruan ke kamar mandi aja sana.” ucapnya ketika tidak menemukan benda yang tepat, bahkan baskom berisi air di depannya itu nampak terlalu kinclong untuk sekedar dijadikan wadah muntahan.

“awas kamu sampe muntah di bajuku.” ancam jevan ketika meraih tangan nata yang kini terasa begitu dingin.

namun lagi-lagi jevan merasa jika dirinya dikutuk, karena ketika gadis itu bangkit berdiri dressnya malah jatuh merosot hingga ke area pinggangnya.

menampakkan pemandangan yang begitu.. ah entahlah, jevan saja sampai speechless.

“nat, your dress.. astaga.”

“hoek.”

“anjeng. jangan muntah dulu.” omelnya ngegas, lalu tanpa memperdulikan sesuatu yang mulai mengeras dibawah sana, jevan menarik tangan nata dan menggiringnya ke toilet.

“sana muntah.” suruhnya seraya memegangi rambut nata menjadi satu kunciran.

darahnya kembali berdesir aneh ketika jemarinya tidak sengaja bersentuhan dengan kulit punggung nata yang benar-benar putih mulus tersebut.

“hoek.”

gadis itu memuntahkan segala cairannya, lalu setelah selesai segera bangkit tegak kembali.

“jev.. pusing.” keluhnya seraya membasuh bibir di wastafel toilet, raut wajahnya bahkan sudah hampir menangis.

“masih mual gak?”

nata menggeleng dan membalik tubuhnya untuk menghadap ke arah lelaki itu. “bentar, perutku masih gak enak.” ucapnya seraya berpegangan pada dada bidang jevan.

“sh, pegangan wastafel bisa kali?”

“hm?”

“nat please..” jevan berucap dengan nada rendah, “aku ulang lagi, aku ini cowok.”

“iya.”

“shhhh nataaaaaaaaaa...” jevan benar-benar frustasi kali ini.

kedua tangan yang tadi masih menggelantung bebas itu mulai tergerak untuk bertumpu pada wastafel di belakang tubuh nata.

membuat jarak di antara mereka menyempit dan nata terpaksa mundur hingga pantatnya menempel tepat didekat tangan jevan yang kini meremat keras bibir wastafel.

“aku tau kamu mabuk, aku bahkan udah nahan diri sejak tadi kamu ngendus leherku, tapi.. argh.. gatau deh.” jevan menggeram seraya menutup matanya rapat.

netra nata yang menatapnya dalam hening tanpa protes bahkan membuatnya lebih gila lagi.

“jev.. kamu wangi banget.”

nata mengulang kalimat tersebut dengan tangan yang mulai meraba leher dan sesekali mengelusnya.

“hng.” jevan mengerang ketika merasa semakin sesak dibawah sana.

sentuhan nata dan tatapan sayunya sudah tidak bisa membuat jevan menahan diri.

dengan cepat lelaki itu mengikis habis jarak dengan memeluk tubuh nata yang sudah hampir telanjang itu.

“hmmh, jev...” erang nata setengah terkejut.

lelaki itu tidak mendengarkan, lalu mulai mengelus punggung yang sejak tadi sudah meruntuhkan pertahanannya itu dengan lembut.

“halus.” gumamnya serak seraya mulai meremas area bokong nata yang masih tertutup dress.

nata spontan mendesah ringan dan bergerak gelisah dalam pelukannya, “jevhhh..”

“sorry, kamu yang pancing aku.” ucapnya pelan, lalu dengan perlahan dijauhkannya kembali tubuhnya demi melihat ekspresi gadis itu, yang sialnya malah memejamkan mata.

jemari jevan terulur dan menarik dagu di depannya mendekat sampai gadis itu kembali membuka mata.

lelaki itu menyingkirkan anak rambut nata yang terjatuh dan mengelus pipinya lembut, “bahkan waktu mabuk kayak gini kamu masih cantik.” ucapnya memuji, membuat wajah didepannya merona sesaat.

nata diam dan hanya menatap netra jevan yang kini sudah nampak menggelap, dengan pelan dielusnya rahang jevan yang mengeras lalu meraih tengkuknya.

“tapi cantikku gak bikin kamu cinta aku.” ucap nata menarik jevan mendekat, “atau kamu mau aku buat gila dulu baru bisa cinta ke aku?”

“nath..” lelaki itu mengerang ketika bibir panas nata mendarat di rahang bawahnya.

“kenapa lebih suka kania daripada aku?” nata bertanya ketika melepas sebentar kecupannya, lalu menempelkan kembali bibirnya disana.

kali ini ia tidak hanya mengecup, namun mulai menjulurkan lidahnya dan memainkan dagu jevan yang dirasanya semakin menegang.

“siapa bilanghh aku gak cinta kamu?”

“hmm.” gadis itu hanya balas menggumam seraya memutar lidahnya disana.

“hhh setan malem ini bener-bener...” lelaki itu mengerang lalu dengan sigap menjauhkan nata dari dagunya.

“kania.. cuma anak buahku di kantor. sedangkan kamu....” jevan menggantung ucapannya dan kembali mendekatkan wajahnya ke arah nata. “kamu... aku sudah suka kamu sejak sebelum kamu jadian sama marco.”

“hm?”

“kamu boleh tanya saka atau gavier, aku selalu curhat sama mereka.”

nata kembali diam, otaknya yang masih setengah pening itu disuruhnya untuk berusaha berpikir.

“i love you, nat.” bisik jevan serius tepat di samping telinga nata lalu mengecup cupingnya singkat.

“i love you, since the very first time.” ucapnya lagi dengan nada yang lebih jelas, begitupula jelasnya dengan bibir jevan yang tiba-tiba sudah bergerak berpindah tempat menuju bibir merekah milik nata.

lelaki itu memegangi pinggul nata yang menegang dengan sebelah tangannya, sedang tangannya yang lain mulai naik dan menyusup masuk ke dalam dress demi meraih pantat nata di dalam sana.

“ngh, jev.. itu..” nata mulai meracau ketika melepaskan ciumannya, ia merasa aneh dan sedikit banyak menikmati sentuhan itu.

“hm?”

gadis itu menarik nafasnya, lalu dengan gerakan cepat mulai melingkarkan tangannya di leher jevan. “i love you too.” ucapnya pelan seraya menjinjitkan kaki, “so, can i be yours?”

jevan tidak menjawab, namun dengan pasti langsung menempelkan bibirnya kembali dan melumat perlahan bibir mungil tersebut.

di rendahkannya punggungnya sehingga nata tidak perlu kesusahan menjinjit.

“you're mine, and i'm yours nat..” ucapnya melepas ciuman itu kemudian mengangkat bokong nata hingga naik di bibir wastafel.

dan yang membuat lelaki itu melayang adalah gadis itu yang sudah kembali menarik lehernya dan mengendus-endus disana.

bahkan tanpa berkomentar nata sudah menjilat leher tersebut dan sesekali menyesapnya. “nath.. aku gak pernah tau kamu jago beginian.”

nata tidak menggubris dan lanjut menurunkan sedikit kaos jevan sehingga bahu tegapnya nampak disana, “boleh dicium juga nggak jev?”

jevan menggeleng, “habis aku baru kamu.”

“maksudnhhh..” ia batal bertanya ketika lidah jevan tiba-tiba sudah bergerak maju dan menari di area belakang telinganya.

dengan lihai lelaki itu menjilat dan menyedot kulit mulus nata dan menciptakan beberapa kissmark disana.

lidah lelaki itu bergerak turun menuju area bahu, “kamu diginiin juga sama marco tadi.” ucapnya seraya mengecup bekas-bekas milik marco dan kembali memainkan lidahnya disana. “sampe ungu gini yakin aja tadi marco nyedotnya nafsu banget.”

nata tidak mendengarkan ocehan jevan karena sekarang matanya benar-benar terpejam menikmati sentuhan lelaki itu. “jevh... kamu belaj ar.. sama siapah kok bisa begini?”

“belajar apa? liat youtube lah..” jawabnya ditengah kegiatannya menguliti bahu nata.

“hnggh..” gadis itu kembali mengerang saat tangan kekar jevan bergerak mengelus-elus area bahunya dan beberapa kali meremasnya pelan.

“from now on, jangan sampe ada yang berani-berani nyentuh kamu.” ucap jevan dengan suara serak, lalu kembali melahap bibir nata dengan penuh gairah.

lelaki itu mulai menyusupkan lidahnya dan mengabsen seluruh sudut mulut nata dengan gerakan perlahan namun menuntut.

“shh.” gadis itu mengerang ketika merasa bibir bawahnya digigit perlahan.

“sakit nat?” tanya jevan melepas ciumannya yang mendadak liar tersebut.

“no.” gelengnya pelan, “enak.”

lalu dengan kesadaran yang terlampau minim, gadis itu memajukan wajahnya dan mencium kembali bibir jevan dengan gerakan yang menurut lelaki itu begitu berantakan, namun bisa dibilang cukup seksi.

jevan tersenyum disela kegiatannya, dan dengan lihai dibalasnya ciuman nata itu dengan pengertian.

mengesampingkan segala jenis nafsu, lelaki itu menyadari bahwa malam ini nata sudah menjadi miliknya.

☆☆☆

“mmh, jevh..” nata tiba-tiba mengerang ketika bibir jevan turun kembali ke area lehernya, memberikan sensasi geli dan nikmat disaat yang bersamaan.

lelaki itu terus menjilat dan menyedot kulit leher nata hingga puas, lalu akhirnya mulai turun ke area dada.

“jevh, yaampun.” gadis itu mendesah ringan tatkala merasa pantatnya diangkat naik ke atas gendongan jevan.

“gak bisa, ayo pindah ke depan.”

“gak bisa kenapa?”

“desahanmu daritadi gema disini, gak sanggup.”

nata menangkup wajah jevan sekali lagi lalu mengecup kening, hidung kemudian turun ke bibir. “jangan di kasih ke orang lain.” ancamnya lalu menjilat bagian atas bibir jevan yang sudah basah dan berwarna kemerahan.

“katanya tadi pusing kok sekarang bisa godain aku? sadar kamu?”

“jujur aja abis kamu cium tadi perutku agak mendingan.”

“ngada-ngada.” lelaki itu mendengus lalu berjalan kembali ke arah sofa ruang tengah dengan nata yang masih berada dalam gendongannya.

“astaga, naath..” jevan mengerang panjang ketika mendudukkan diri di kursi.

bagaimana tidak?

kemaluannya yang sejak tadi sudah membengkak itu tergesek langsung oleh bokong nata, yang meskipun masih tertutup dress tetap terasa begitu kenyal.

tapi ternyata bukan hanya dirinya, karena sekarang dilihatnya gadis itu juga menggigit bibir bawahnya sendiri ketika merasakan hal tersebut.

sial.

persetan dengan segala jenis kewarasan, jevan reflek menarik lepas kaosnya dan langsung mencumbu dada tengah nata yang terpampang di depannya.

wangi, dan kulitnya begitu halus terawat.

tangan lelaki itu bergerak mengelus punggung nata lama, dan dalam sekali jentik ia melepas kaitan bra gadis itu hingga lepas dari tubuhnya.

“jevh.. ituh.. hnghh..” nata bergerak gelisah di atas pangkuan ketika merasa panasnya lidah jevan menyentuh payudaranya.

“marco pernah liat ini nat?” lelaki itu menyempatkan diri bertanya dengan suara yang kian serak menahan gejolak nafsu yang mulai membuncah.

“hngh?” belum sempat menjawab pertanyaan jevan, lidah lelaki itu sudah menari lagi di sekitar puting kirinya.

bahkan ia merasa payudara kanannya sudah diremas perlahan oleh tangan kekar jevan yang hangat tersebut.

“pernah diliat marco nggak ini?” ulangnya.

“engh, enggak.” jawabnya setengah meracau.

tubuh gadis itu bahkan sudah menggelinjang hebat hanya dengan sentuhan tangan dan permainan lidah jevan di dadanya.

“tapi kamu curangh jevh..”

“apa?”

“katanya, hngh, tadi gantian..”

“gantian? kamu mau apa emang?” jevan heran, lalu menarik bibirnya menjauh.

dilihatnya gadis itu sibuk mengumpulkan oksigen akibat ulah liarnya barusan.

“nat?” tanyanya lagi ketika nata tak kunjung memberi jawaban.

“kamu mau bahuku?” tebak jevan mengingat-ingat keinginan nata tadi waktu di dalam toilet.

gadis itu tidak menggeleng, tidak juga mengangguk. “aku mau semua.”

“semua?” jevan terkekeh, lalu menyenderkan kepalanya ke senderan kursi. “terserah mau kamu apain deh. suka-suka kamu.”

mendengar respon jevan, gadis itu reflek menyibakkan rambutnya ke belakang, lalu sedikit mengangkat bokong agar dressnya bisa lolos dr tubuhnya.

“wow.” jevan tidak bisa menahan pujiannya ketika mendapati nata begitu bernafsu malam ini. “kayaknya aku harus bilang makasih sama saka besok.” ucapnya dengan pandangan mata yang tidak sedikitpun berpaling dari tubuh indah nata tersebut.

“tadi aku denger saka mau digebuk.” ucap nata mencibir pelan, lalu mendudukkan kembali tubuhnya diatas pangkuan jevan.

“terserah aku ya jev?”

“bisa liar juga kamu?”

“hmm.” gadis itu hanya balas menggumam lalu mulai mengecup bahu jevan yang sejak tadi sudah diincarnya.

lelaki itu hanya diam menikmati lidah hangat nata yang terus berputar di area bahu dan mulai turun ke arah dadanya.

tangan kiri gadis itu bahkan sudah bertengger disana dengan jemarinya yang mulai bergerak aktif meraba perutnya.

“sial. kamu jago bikin orang turn on nath.” erang jevan pelan saat merasakan gigitan pada putingnya.

bibir nata terus mengecup dan berhasil menimbulkan sensasi tersendiri bagi lelaki itu.

tangan jevan yang tadinya ingin tetap diam bahkan sudah berpindah tempat dari atas kursi menuju pantat nata yang kini hanya tertutup celana dalam dengan warna senada.

“kamu pake sabun apa sih nat? halus.” lelaki itu berucap ketika merasakan lembut serta kenyal ditelapak tangannya yang baru saja dimasukkannya ke dalam celah kain kecil tersebut.

nata kembali mendesah ringan karena tangan jevan meremas pantatnya keras, “jevan curangh lagi.” kesalnya bergerak gelisah.

“engh nat jangan digesek.” jevan menahan pinggul nata dengan satu tangannya yang bebas, “makin sesek celanaku kalo kamu gerak-gerak gitu.”

“ck.” gadis itu berdecak, “ya suruh siapa remes-remes?”

jevan kembali terkekeh pelan, “tapi enak kan?” ucapnya bertanya dan kembali melakukan aksinya dibawah sana.

bahkan kini jari tengah lelaki itu mulai menelusur garis pantatnya hingga ke area kewanitaan nata yang terasa lembab.

“nghhh.. itu geli jevh janganh, ahh, mmh..” gadis itu mendesah seksi dan makin bergerak gelisah ketika jemari jevan turun mengelus area bawah vaginanya dengan perlahan.

dipejamkannya mata menikmati sensasi jari-jari jevan yang menggesek miliknya tersebut.

ini baru pertama kalinya, dan nata benar-benar menyukainya.

“kamu basah banget gini nathh..”

“mmh, jevh....” gadis itu tidak mendengar ucapan jevan dan hanya fokus mendesah.

“apa kok panggil-panggil terus?”

“mmh, ituh, jari kamu...” racaunya liar seraya menggerakkan pinggulnya mengikuti arah gesekan jevan pada vaginanya yang mulai sedikit dipercepat.

payudara bebas nata yang menggantung dihadapannya pun mulai bergerak liar, begitu menggoda.

dengan sigap sebelah tangan jevan yang tidak bekerja itu meremas benda kenyal tersebut.

bibirnya yang juga tidak tahan godaan bergerak maju demi melahap sesuatu yang entah kenapa begitu pas di dalam mulutnya.

ralat.

ternyata tidak terlalu muat untuk masuk seluruhnya.

oh sial.

jevan benar-benar makin dikuasai nafsu setan merasakan ini semua.

“ngghhhh...” gadis itu menggelinjang pelan mendapati bagian sensitif tubuhnya diserang semuanya.

“jevh.. stoph it..” mohonnya berusaha menarik diri.

namun suara erangan nata yang terus menerus memanggil namanya semakin membuat gejolak aneh dalam dirinya.

sesuatu dibawah sana bahkan sudah terasa sangat mengeras,

dengan gemas disedotnya payudara kanan nata hingga yang awalnya berwarna putih kini sudah berwarna kemerahan, “ahh jevh..” desahnya lagi dengan kencang seraya menggigit bibir bawahnya.

“nath, aku gak pernah tau kamu bisa segini seksinya.” ucap jevan serak seraya menarik seluruh kegiatannya pada tubuh nata. “aku nggak tahan lagi nat. sumpah.” ia melanjutkan, lalu merebahkan tubuh nata perlahan diatas sofa.

“daritadi juga emang kamu yang nyerang.”

jevan tidak perduli dan mulai melepas celana luarnya, lalu dengan cepat ditindihnya tubuh nata yang sudah terbujur pasrah disana, “seru kan? mainnya di atas kursi.”

nata reflek menutup wajahnya yang tau-tau saja makin memanas, “kalo ngomong jangan blak-blakan jev.”

“tapi bener kan? lagian enak gini juga sih, kamu jadi nggak bisa lari-lari keujung kasur kalo nantinya udah aku sentuh.”

“bukannya daritadi udah disentuh?”

jevan terkekeh sebentar, lalu mengecup pelipis nata yang basah berkeringat. “masih kepanasan kayaknya ya? kok keringetan gini..” ucapnya menggoda, lalu menjilati bibir nata yang membengkak akibat sesapan dalamnya sejak tadi.

jilatannya turun terus hingga ke area dada, dimainkannya sebentar benda kenyal itu hingga sang empunya pasrah dan hanya bisa mengelus rambut lembut milik jevan, bahkan terkadang gadis itu menekan kepala lelaki itu agar bisa memberi kenikmatan lebih pada tubuhnya.

“mulut kamu panas jev.”

“hm.” jevan menggumam lalu menurunkan lidahnya hingga ke perut, di kecupnya pusar milik nata dan dijilatnya memutar area itu layaknya permen.

“sinting, mulus banget.” puji jevan lagi.

tangannya yang tadi masih berada disamping kiri kanan tubuh nata sudah bergerak turun demi mengelus sesuatu yang begitu sensitif dibawah sana.

“mmh jevh, kamu, ahh, kok suka, ngelus-ngelus ituh sih..” nata meracau ketika merasa jari jevan kembali mengelus bibir kemaluannya dari luar celana dalam.

“seksi nath, sumpah.” jawabnya dengan suara bergetar ketika melihat langsung benda yang tadi sempat dielusnya itu.

dengan gerakan perlahan lelaki itu meraba karet celana tersebut lalu menurunkannya hingga lepas. “wow.. bersih.” pujinya lagi seraya mendekatkan wajahnya ke area vagina nata yang mulus tercukur. “dan sesuai dugaanku, wangi.”

“nggh jevh.. jangan diendus-endus. ahhhh..” gadis itu tau-tau sudah mendesah lagi ketika merasa lidah panas jevan menjilati areanya dengan lihai.

“jevh, ge, ngh, geli.” racaunya lagi dengan nada terputus-putus.

pinggul gadis itu bahkan sudah bergerak gelisah lagi, membuat jevan dengan sigap memegangi pantatnya.

“kalo geli enak, desah aja nat.” ucap jevan lalu mulai meneroboskan 2 jarinya masuk ke lubang nata yang begitu basah tersebut.

didengarnya gadis itu mendesah kuat merasa gerakan jarinya yang bergerak masuk-keluar dengan pelan.

gila.

semua sensasi ini gila.

lelaki itu sudah kepalang bernafsu detik ini, dengan segera dimajukannya kepalanya demi menjilat lagi area sensitif tersebut serta jemarinya yang terus bergerak aktif, membuat nata kelimpungan dan terus mendesahkan namanya dengan suara serak yang begitu enak didengar.

“jevh.. mau.. nghh, kayak, kebelet pipish..” racaunya liar.

jevan memahami kalimat itu dan semakin menusukkan jemari panjangnya dengan gerakan cepat, bahkan terkadang memutar.

bibir jevan menyedot kuat vagina nata yang mulai berkedut hingga akhirnya sebuah cairan bening lolos dari lubangnya.

gadis itu mencapai puncaknya seraya mengelukan nama jevan kencang, lengkap dengan kepalanya yang mendongak nikmat dan tangannya mencengkram kuat bahu kekar jevan.

“for the first time nath?” tanyanya setelah menyesap habis semua cairan tersebut.

“heem.” jawabnya singkat seraya mengatur nafas, “i love you, jev.” lanjut nata lalu bangkit dan mendorong tubuh jevan kuat, dinaikinya kembali lelaki itu seraya mencumbu liar bibirnya.

vaginanya yang sudah polos tanpa sehelai kain itu bahkan sudah digesekkannya pelan diatas kemaluan jevan yang mengeras dibawah sana.

“shith..” jevan mengerang ketika benda hangat itu terus menggesek kemaluannya yang hanya tertutup celana dalam.

payudara yang bergoyang dihadapannya serta leher nata yang terpampang jelas langsung diserbunya kembali.

sensasinya nikmat.

walau hanya sekedar gesekan pelan seperti itu.

“kerash jev. nggak mau dikeluarin?” tanyanya pelan menatap mata jevan yang sudah sangat berkabut karena nafsu yang berada di puncak ubun-ubun.

“nanti kalo udah dikeluarin kamunya nggak kuat lama.” ancamnya serak.

“emang kamu bisa, lama?”

lelaki itu mengangguk pasti, “bisa aja, kamunya seksi gini.” ucapnya dengan tangan yang mulai mengarahkan vagina nata untuk menggeseknya kembali.

“hmmh..”

“desahanmu, enak nath..”

nata kembali memejamkan matanya merasa sensasi nikmat yang kembali bersentuhan dibawah sana.

pinggul gadis itu maju mundur dan bergoyang memutar mencari kenikmatannya sendiri. “geli bangeth nggak sih, jevh?..”

“hmmh.” jevan menjawab dengan bergumam pelan seraya ikut memegangi pinggul nata agar bergerak lebih cepat.

“punyamu keluarin aja jevh.. kasian kalo sempit begitu, aww..” nata merintih pelan ketika payudaranya kembali digigit liar oleh jevan.

“keluarin aja kalo kamu emang kasian nath.” jevan berucap mempersilahkan.

“nggh nggak papa?”

lelaki itu mengangguk, “aku sih suka-suka aja liat kamu agresif gini.”

sialan.

nata reflek menggampar dada jevan, “agresaf agresif juga kamu yang nelanjangin aku dari tadi.”

“kan awalnya kamu yang minta.”

“ya tapi kan..”

“iya-iya, emang aku.” kekeh jevan mengalah, “tapi serius goyanganmu barusan hampir buat aku keluar nat.”

gadis itu spontan melotot, “terus ketahan dong kalo nggak jadi keluar gini?”

“ya nanti gampang.”

“mau diapain nanti?”

jevan mencubit puting nata yang berada dihadapannya gemas, “ya nanti rasain sendiri.”

“emang tanganmu sialan jev, main cubit aja.” nata berdecak seraya mulai berjongkok di hadapan jevan.

disentuhnya batang kemaluan jevan yang mengeras dibalik celana itu dengan hati-hati.

“wajahmu diem aja udah keliatan seksi dari atas sini nath.” jevan berucap seraya menyampirkan rambut nata ke belakang telinga, “cantik.”

nata hanya diam dan mulai mengelus halus paha jevan yang berotot tersebut, jemari tangannya yang lain ia gunakan untuk menarik karet celana hingga kemudian lepas jatuh ke lantai.

“wow.” nata melotot takjub melihat benda yang menjulang dihadapannya tersebut, “bisa berdiri jev..”

“ya masa aku impoten?”

nata langsung menjiwit perut jevan kencang, “bahasanya jangan aneh-aneh ya..”

“lagian itu kamu loh yang bikin berdiri, dan asal tau aja ngh nathh....” lelaki itu tidak melanjutkan ucapannya ketika merasa jemari kecil nata menggenggam batangnya dengan kaku.

“apa?”

lelaki itu menunduk melihat ekspresi heran nata dibawah sana.

sial.

“kerasa enak jev?”

“kok masih nanya sih??” jevan melotot, membuat nata seketika mengerutkan alis. “ya kan aku gak tau.”

jevan berdecak lalu menggenggam jemari nata yang berada di batang kemaluannya, “gini nath caranya, dinaik-turunin pelan-pelan.” lelaki itu memberi arahan, membimbing gerakan itu dengan perlahan.

nata menurut dan mulai mengurut pelan kemaluan jevan yang berada digenggamannya tersebut.

“sshh nath..” desis jevan dengan suara rendah seraya menyibakkan rambutnya sendiri ke belakang.

“lagi dong jev.” pinta nata ketika melihat gerakan jevan tersebut.

“hmmh?”

“naikin lagi rambutnya, ganteng.”

jevan yang mendengar hal tersebut reflek membungkukkan badan hingga kepalanya mendekat ke arah wajah nata yang juga tengah menatapnya, “ngerayu aku kamu ya?”

gadis itu menggeleng lalu menarik dagu jevan dengan sebelah tangannya, “padahal aku serius.” ucapnya pelan seraya mulai mencium bibir jevan lembut.

suara decakan ringan kembali terdengar di ruang tengah apartment nata yang tadinya sempat hening sebentar.

“sshh nath..” lelaki itu tiba-tiba mengerang ketika tangan nata yang masih berada di pusakanya digerakkan kembali naik turun dengan pelan.

“just kiss me roughly if you feel good, jev.” titah nata seraya menaikkan posisinya tubuhnya, hingga yang tadinya berjongkok sekarang sudah menungging di atas perutnya.

sial.

gadis itu benar-benar membuatnya begitu gila malam ini.

dengan patuh disambarnya kembali bibir nata yang sudah membengkak itu dengan perasaan campur aduk.

disedotnya lidah gadis itu dengan nafsu dan terus menyusupkan miliknya hingga memutar didalam sana. “ngh..” satu desahan kembali lolos dari bibir jevan ketika tangan nata bergerak naik-turun kian cepat dibawah sana.

“can you please try to be more faster nathh?” pinta jevan melepas ciuman liarnya dengan suara rendahnya yang begitu menggoda.

nata mengangguk lalu mengocok batang tersebut dengan gerakan cepat, didengarkannya jevan mendesah pelan seraya sesekali meremas pantat nata keras.

“kalo mau keluar bilang aja jev.”

“hmmh. bentar lagi kayaknya.” jevan membalas dengan mata terpejam.

mengingat tingkah jevan yang begitu memuaskannya sejak tadi, gadis itu kembali mendekatkan diri dan menjilat belakang telinga jevan yang basah berkeringat.

dikulumnya telinga tersebut hingga mengeluarkan bunyi-bunyi nikmat yang dapat memancing cairan jevan agar cepat keluar. “jevh, you know that from now on i'm yours right?” bisiknya pelan lalu kembali mengecup cuping lelaki itu berulang kali.

gerakan tangan dibawah sana ia percepat hingga akhirnya jevan memeluk tubuh nata rapat karena cairan tersebut mengalir keluar dari batangnya.

“ouh shith nath..” geram jevan seraya mengangkat nata naik ke atas pangkuannya lagi.

dicumbunya payudara gadis itu dengan penuh gairah seraya memberikan beberapa gigitan keras pada putingnya yang menjulang.

kedua tangan jevan yang bebas digunakannya untuk menggerakkan pinggul nata agar dua benda yang kini tidak tertutup sehelai benang dibawah sana itu kembali bergesekan.

“hmmmhhh jevh..” gadis itu mendesah kuat mendapati kejantanan jevan yang keras itu menempel hangat dicelah kemaluannya.

“enak kan?” tanya jevan mengelus wajah nata yang berkeringat.

“hmmh heemh.” nata menjawab seraya mengulum jemarinya sendiri agar tidak mendesah terlalu kencang.

sial.

pemandangan itu terlalu seksi bagi jevan.

“jangan ditahan nath, kalo mau desah, desah aja.” ucapnya menarik tangan nata menjauh, “jarimu, biar disini aja sama aku.” lanjutnya menggenggam erat jemari nata.

keduanya tidak bicara lagi dan hanya fokus mendesah sambil sesekali memberikan kecupan satu sama lain.

dibiarkannya gadis itu bergerak sesuai keinginannya, dengan temponya sendiri.

“kamu seksi nath..” ucap jevan memandangi wajah nata yang keenakan dihadapannya.

pinggulnya yang bergerak maju-mundur dengan gerakan lambat itu benar-benar nampak erotis.

“hmmhh, makasih..” jawabnya tidak fokus dengan mata terpejam. “punyamu enak bangeth jev.” lanjutnya seraya mempercepat gerakan.

“besar?”

“hmmh..”

“keras?”

“mmhh.”

“suka?”

“ehemmh.”

“ditanya kok ngedesah terus sih? sengaja biar aku makin gak tahan godaan ya?”

“hmmh? bukannya, ahh..” gadis itu memekik ketika pantatnya diremas seraya digerakkan maju mundur dengan penuh tekanan oleh tangan kekar jevan.

“aku daritadi tahan biar jangan sampe masukin ini kedalem sana, tapi kamu beneran seksi bangeth nathh...”

“ahh jevhh... janganh cepet-cepeth, mmhhh mau pipish lagi.” gadis itu meracau sembari memeluk tubuh jevan dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher lelaki itu.

“lagi?” jevan bertanya dengan nada setengah menggoda, namun gagal, yang keluar dari bibirnya malah suara rendah penuh dengan getaran karena tertutup hawa nafsu.

bibirnya maju menyedot kuat leher nata, “coba kamu tahan nath, biar aku dulu yang keluar.”

“hngggh jevh... nggakh kuat.. mana bisahh?” racau nata berantakan dengan desahannya yang kian kuat.

“bisa. pancing aku biar keluar duluan nath.” bisik jevan tepat disamping telinga nata yang sudah memerah.

“ngghhhh...” gadis itu menurut dan dengan segera menggigit serta menjilat leher jevan, digerakkannya lidah naik ke telinga dan dijulurkannya masuk dengan perlahan.

bagus.

nata sudah tau letak sensitif jevan detik ini. karena ketika lidahnya menerobos masuk, lelaki itu mendesiskan namanya dan makin menggerakkan pinggulnya kencang.

bahkan yang tadi gerakannya hanya maju-mundur mulai dihentak-hentaknya perlahan atas-bawah.

nata benar-benar kelimpungan menahan cairannya karena jevan masih belum juga mencapai puncaknya.

“jevhh, please, just cum and call my name.” bisik nata memohon tepat di telinga lelaki tersebut seraya kembali menjilatinya memutar.

tangan kanannya yang tadi berada di pundak jevan bergerak turun dan menyelinap masuk meremas bijinya yang berhasil membuat jevan mendesah serak.

“natthhh... oh my....”

“please, just cum, aku nggak kuat lagihhh ahhh jevhhh..”

“ketusuk dikit sama kepalanya ya?” gumam jevan serak ketika baru saja menaik turunkan pinggul nata dengan gerakan liar.

“iyah..”

lelaki itu meringis meminta maaf, “sorry, nggak keliatan soalnya.”

“hmmmhh.” balasnya seraya menggerakkan sendiri pinggulnya mengikuti arahan tangan jevan.

“bentar lagi nathhh, tahann bentarh.” ucapnya menegakkan tubuh, lalu mengarahkan tangan nata untuk turun dan memainkan zakarnya kembali.

lelaki itu menyedot kuat payudara nata yang bergerak didepannya hingga akhirnya cairan tersebut berhasil keluar dengan deras dari batangnya, “nathhhh...”

“hmmmhh....”

“keluarin punyamu nath..”

nata menggeleng, “mmhh. ituh, pleasee..”

jevan mengerti dan kembali menyerang payudara nata dengan liar hingga pemiliknya misuh-misuh..

“ahh ahh, shithhh shithhhhhhhh jevanhh..” gadis itu menggelinjang dahsyat dan membanjirkan cairan yang sejak tadi ditahannya kuat-kuat.

“kamu hebat nathh.” puji jevan serius seraya mengecup bahu nata yang sudah ambruk lemas di dalam pelukannya.

diciuminya puncak kepala gadis itu seraya mengelus punggungnya dengan penuh sayang, “kamu udah gak pusing kan?”

“hmm.”

“masih mau lanjut atau udahan?”

nata tidak menjawab dan hanya mengeratkan pelukannya pada tubuh jevan, “terserah.” balasnya.

“nggak capek?”

“belom masuk intinya masa udah capek?”

jevan reflek mengerjap dan menarik nata keluar dari pelukannya, “iya ya? daritadi kita cuma gesek-gesek doang...”

nata mengernyitkan alisnya kesal mendengar ucapan jevan yang kelewat jujur tersebut lalu kembali membenamkan dirinya didalam pelukan hangat lelaki itu. “kalo ngomong jangan blak-blakan gitu ya kamu jev.”

jevan terkekeh ringan lalu memeluk tubuh nata sekali lagi, “tapi tadi kamu jago loh, sampe tau ngeremes.. ahhh nath, iya iya gak ngomong lagi iya.”

“ck.”

“tidur yuk?”

gadis itu mengangguk, “tapi tidurnya mau gini aja. enak.”

“enak di kamu engep di aku,”

“kok gitu?”

“daritadi aku udah bilang kalo aku nahan banget si kecil ini biar gak masuk ke punyamu.”

nata spontan tertawa dengan nada penuh cibiran, “heh jev, siapa yang kamu bilang kecil?”

“ya si ini..”

“gede serem gitu kok dibilang kecil.”

“tapi justru yang serem kayak gini yang bisa bikin kamu teriak-teriak nat.”

“jadi kamu mau bikin aku teriak-teriak?” tanya nata mendongakkan kepala.

jevan menggeleng geli, lalu mengecup bibir nata pelan. “kamu aku bikin teriak-teriak nanti aja, setelah tuker cincin di pernikahan.”

“hm?”

“nat..”

“apa?”

“mau jaga hati sampe di hari aku ngelamar kamu nggak?”

“hah?” nata menjauhkan diri dan seketika melotot lebar, “kamu apa?”

“lamar kamu. nggak mau?”

“WHATTT???”

“budek ya kamu?”

“jev.. omg.”

“serius nat, aku udah bilang tadi kalo aku udah suka kamu sejak sebelum kamu jadian sama marco. yang berarti aku udah suka kamu selama 4 tahun.”

“jev..” nata terharu seraya memegang kedua bahu jevan yang mulai terdapat bercak kemerahan akibat ulahnya tadi. “aku bakal jaga hati sampe kamu ngajak aku beli cincin nikah nanti.”

“serius?”

“iya.” balas nata mantap dengan senyumnya yang mulai merekah.

“i love you nath.” jevan berucap seraya menarik tengkuk nata mendekat,

“i love you too, jevan.”

jevan tersenyum ketika akhirnya mengikis habis jarak di antara mereka.

ciuman yang lebih lembut dan bukan karena nafsu itu disalurkan perlahan oleh keduanya.

“shhh.” nata mendadak kembali mendesis ketika merasa benda milik jevan mengeras lagi dibawah sana.

“sorry nath, emang itu suka nakal.” ucap jevan pelan, dan dengan gerakan cepat diangkatnya nata ke dalam gendongan seraya menuntun langkah kakinya masuk kedalam ruang tidur nata yang besar tersebut.

direbahkan gadis itu disana seraya mengulum cepat payudaranya.

hanya sebatas itu, karena sekarang lelaki itu sudah kembali berdiri disebelah kasur. “udah jam 1, tidur ya?”

“punyamu berdiri lagi, gimana nidurinnya?”

“gampang, aku solo aja di toilet.”

“hm jev..”

“apa?”

“mau aku bantu nidurin nggak?”

“hm??? nggak capek?”

nata menggeleng, lalu mendudukkan tubuhnya kembali, “tapi nanti kalo udah lemes jangan berani-beraninya bangun lagi ya..”

jevan tertawa, “tergantung kamu.”

“kok aku?”

“jangan bikin aku turn on lagi nanti.”

“aku kan diem?”

“diem??? diemm????”

“iyakan?”

“terus tadi yang mulai inisiatif goyangin itu diatas punyaku apa namanya?” cibir jevan seraya mendudukkan diri di samping tubuh nata.

“heh jevandrian winata.... diem ya!”

mendengar nama lengkapnya disebut lelaki itu reflek mendengus geli, “lagian kamu belajar darimana coba..”

“banyak, dari wattpad.”

“HAH?”

“apa? kan gak sengaja bacanya, pas tiba-tiba authornya nyelipin adegan. daripada kamu, nonton punya orang.”

jevan tidak mendengar cibiran tersebut dan fokus menggoda gadis itu, “wah nata ternyata, diem-diem baca begituan... ckckckck.”

“godain sekali lagi silahkan solo didepan.” ancam nata kesal.

“ck, iya-iya.” jevan menurut, “jadi kamu mau posisi kita gimana, sayang?”

nata reflek melotot dan meremas kencang batang jevan, “ahhhh nathhh.. kejem juga kamu.”

“udah dibilang diem makanya diem.”

“iya-iya diem ini diem. shh... ya gitu, udah jago naik-turunnya gak kaku kayak, ahhh. iya udah gak ngomong lagi astaga.”

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

“oi jevan! lo minggu kemaren gak dateng ke nikahan gue kemana anjir?!” saka menepuk bahu jevan yang tengah duduk di salah satu kursi cafe.

“sorry sak, gue kapan itu maunya lembur ngurusin proposal kantor bareng nata..”

“yee, nata aja dateng di gue.”

jevan mengernyit, “sorry deh. duitnya besok gue gepokin ke lo hahaha.”

“btw jev, sialan banget.”

“apaan? gak lancar?”

saka mengangguk, “bokap sheena malemnya mau langsung terbang balik ke aussie, jadi yah.. lo tau sheena sayang banget sama bokapnya....”

“pasti sheena ngeyel mau ikut nganter?”

“heem.”

“kasian banget gajadi malam pertama ckckck.”

“tp hari kedua beneran gue abisin si sheena.”

“lo kira makanan?!” jevan memprotes ucapan saka seraya menyeruput kopinya.

“anw di malem itu si nata mabuk, terus dianterin marco.”

“heem gue tau, kok lo biarin sih?!”

“ya gimanaaa... gue juga ga mungkin biarin dia balik dianter janu, otaknya jauh lebih bobrok dari marco soalnya.”

“hngg.”

“lo gamau buruan deketin nata biar cepet nyusul gue jev?”

“udah kok. secepetnya.”

“hah?????? kapan?”

“ya malem itu.... thanks sama alkohol lo ya sak hahahaha.”

“bajingan??? anak orang itu jev.”

“ga gue apa-apain.”

“masa?”

“gue ga goblok ya bangsat, mana tega gue berbuat lebih?”

“terus lo apain si nata?”

“hmm, cuma... ya gitu..”

“apaan?”

“cuma OTW bikin anak, bukan lagi bikin anak.”

“anjing? gue yang nikah malah lo yang malemnya 4646.”

“hahaha, gegara lo sama sheena hahahahaha, thanks a lot lho sak.”

“duit amplopan gue minta 3 gepok kalo gitu, anggep aja amal.”

“amal muka lo gue bonyokin ntar.” jevan mendengus lalu menjauhkan kopinya, “gue rencana bulan depan lamaran. doain lancar ya sak..”

saka-pun tertawa, lalu mengangguk. “pasti jev.”