kalandra duduk di atas jok motornya setelah melepas helm. lelaki itu sibuk mengetuk stang motor sebab yang ditunggu masih belum juga keluar. gelisah, tentu saja. kakinya sudah ingin melangkah turun demi memencet bel ketika akhirnya gadis yang ia nantikan keluar juga dari pintu utama. mengenakan setelan tidur serba putih dilengkapi dengan hoodie super kebesaran.

kalandra sampai hampir meledakkan tawa sebab celine menutup kepala dengan topi hoodie dan menariknya rapat-rapat. memperlihatkan wajah kecilnya yang semakin mengerut hilang sebab tertelan separuh lebih. tampak sangat menggemaskan.

“sini keluar. masa iya gue dijamur disini udah kayak jual cilok aja?”

“gak berani. lo lagi serem.”

kalandra berdecak. “kayak pernah gue apain aja sih ya ampun..”

celine menimbang cukup lama sebelum akhirnya menurut tuk keluar dari pagar. menghampiri kalandra.. yang demi apapun tampak sangat luar biasa sempurna malam ini.

rambutnya tersisir rapi, dilengkapi oleh kaos putih terbalut jaket denim. santai, namun benar-benar membuat orang kesusahan memaling mata.

“jadi?” lelaki itu menembak tanpa basa-basi.

“jadi ya itu..”

“itu?”

“kal tunggu dongggg jangan lo cepet-cepetin.”

“oke.. jadi kenapa?”

“ya itu.....”

“lo gue cium beneran ya cel ya..” kalandra gemas, menepuk kening. melihat celine meremas tangannya sendiri dan menunduk sebab gelisah bukan main.

“gue cuma gak pengen reputasi lo jelek di kampus kal... udah.”

“hah?”

“lo dituduh beli gue dengan harga mahal. lo dituduh tidurin gue di kos-kosan. lo dicap cowok modal duit sama mereka. gue.. gue cuma beneran gak pengen lo kena imbas masalah gue. ya kalo gue yang dibenci ya udah gue aja sendiri, gak perlu lo disangkut-sangkutin. ya, kan? kasian lo. gue gak tega dengerinnya. hati gue beneran gak mampu kalo nama lo dibawa ke konteks negatif terus-terusan cuma karena gue.”

kalandra melongo, benar tidak menyangka alasan ia dijauhi hanya karena itu saja. namun tak pelak, mendengar alasan celine barusan membuat titik terdalam di hatinya langsung menghangat. ia merasa benar disayangi oleh gadis itu. hingga tanpa sadar kalandra mendenguskan tawa kecil sambil mengurut hidung. menutupi raut saltingnya yang sudah keluar tanpa bisa ia cegah lagi.

“kalo lo sendiri emang gimana?” akhirnya lelaki itu bertanya balik, mengawasi celine yang masih menunduk di hadapannya.

“gimana apa?”

“ya lo sendiri keberatan gak kalo dituduh bareng gue kayak gitu?”

“errr..”

“kalo diajak ngobrol, liat matanya. hadep sini cantik.” kalandra melepas tangan celine yang saling bergelut di bawah itu sebentar sebelum menarik dagu agar menghadap ke arahnya. “nah, sekarang jawab.” ujarnya, menarik mundur pergerakan tangannya.

celine diam, matanya bergerak tidak fokus. tangannya bahkan sudah kembali meremat satu sama lain. “jujur aslinya gue udah gak peduli lagi sih kal, maksudnya ya.. gue sama lo kan emang gak pernah berbuat yang kayak gitu. gue udah berapa hari ini ngerenung tentang omongan-omongan orang yang dilontar ke gue.. dan menurut gue, gue gak berhak untuk down terlalu lama karna gosip yang.. yah.. as you said, 'sampah', itu.. kan?”

kalandra menggigit bibir bawahnya demi menahan senyum yang hampir tertarik. namun gagal. lelaki itu lantas menangkup kepala celine bangga. “bagus, pinter. itu baru namanya cewek gue..” ujarnya, lalu mengelus singkat kening celine sebelum akhirnya menarik mundur cekalan.

“jadi intinya lo cuma khawatirin gue, miles?”

“ya... gitu.”

kalandra mengangguk, telinganya bahkan sampai merah beberapa saat. “asal lo tau gue gak ngurusin bacotan sampah begituan selama idup.. karna lo tau apa?”

“apa?”

“mereka gak pernah kasih gue uang. gue makan, gue minum, gue beli barang, gue lakuin hal apa aja... gue gak pernah minta ke mereka. jadi ya, buat apa gue takut? buat apa gue peduli? buang-buang waktu. buang-buang tenaga. ya gak?”

celine makin termenung di posisinya berdiri.

“lo udah denger ucapan gue barusan dan bisa simpulin sendiri kan?”

“iya..”

“ya udah.” kalandra menjawab seraya mulai melirik jam tangannya sebentar sebelum akhirnya membenarkan posisi duduk di atas motor. ingin lekas berpamitan sebab clara bisa mengomel 7 turunan jika menghitung tamu undangannya tidak lengkap. belum lagi teman-teman anggota basket yang cerewetnya bisa mengalahkan kepala sekolah ketika pidato upacara..

lelaki itu lantas berpamitan tanpa menggubris celine yang kini mendadak cosplay menjadi batu malin kundang. kaku. tidak bergerak. beku! sebagian tertampar, selebihnya baper totalitas. “gue balik dulu ya princess.” ucapnya.

“ehe.. iya.”

“omong-omong ini gue beliin pas di jalan tadi. gue tau lo diet, simpen aja di kulkas. lo makan besok pagi. diangetin. oke?”

“iya kal..”

“pinter.” ujarnya lagi, lalu mulai memasang helm dan menaikkan standar motor.

celine hanya mampu mengawasi sambil menahan degup jantungnya yang sudah hilang merosot ditelan aspal.

“oh ya cel..”

“apa?”

“besok lo berangkat sama gue.” todong kalandra tanpa basa-basi. lelaki itu lantas menaikkan sebelah alisnya untuk berpamitan sebelum akhirnya benar menarik gas motornya menjauh dari halaman depan kos celine.

meninggalkan gadis serba putih yang perlahan meluruh jongkok di atas aspal abu-abu sambil sibuk menetralkan deru napas dan jantungnya yang melompat-lompat tak terkendali.

“SINTINGGGGGGGG.” ia reflek menenggelamkan wajah di celah siku untuk melepas teriakan salting yang sudah tadi ia tahan setengah mati.