late night's mistake


“lo gotong sebelah kanan ih dodol amat lo kinar!” kevin berdecak kesal karena kinara malah bingung sendiri ketika disuruh bantu memapah damian. kevin, adalah tetangga samping damian yang sudah terlebih dulu saling kenal dengan kinara. sejak TK bahkan.

“sabar vin anjir gue masih buka pintu ini lho.” kinara memprotes sambil mendorong pintu besar kediaman dewangga hingga terbuka lebar. setelahnya gadis itu lekas membantu kevin memapah, garis miring —menyeret, lengan damian hingga masuk dan terduduk di sofa.

damian tidak tidur, lelaki itu jelas masih sadar meskipun kadar fokusnya sudah meluap 99 persen.

“balik deh, tinggalin ni bocah tepar di sini.” kevin memberi titah sambil berjalan ke pintu depan lagi.

“ngaco lo! bentar deh gue bantuin ambil ganti dulu dianya.”

“ya udah lo bantu dulu ya kin? gue mau parkirin mobil dulu, mesinnya mana belum gue matiin.”

“santai. balik aja dah lo sana ntar biar gue tutupin rumahnya damian.” kinara berteriak dari tangga. “eh.. pager depannya aja lo tutupin bentar biar secure!”

kevin memberi jempol sebagai tanggapan selagi kinara terus berlalu untuk mencari pakaian bersih di kamar damian.

“dam.” kinara menggampar bahu damian lumayan kencang ketika ia sudah kembali di lantai bawah dengan kaos dan celana putih di tangannya. “ganti-ganti dulu terus tidur sana.” ujarnya menyerahkan pakaian tersebut ke arah damian.

damian menerima sebentar sebelum ia letakkan kembali secara asal di sofa. lelaki itu terlihat sibuk memijat pangkal hidung ketika menyenderkan kepala di senderan kursi.

“kenapa lo gak pernah larang gue ra?” damian mulai berujar ngawur sambil memejamkan matanya. “kenapa gue gak pernah dilarang-larang..”

“orang stress.” kinara mencibir sambil berkacak pinggang di posisinya berdiri. “orang dibiarin bebas tuh bersyukur. ya kali aja ada orang kepengen dilarang-larang. ngaco amat. siapa gue juga?”

“gue mau dilarangin sama lo...” damian berujar lagi. “kinaraaa....” ia malah lanjut merengek.

pada dasarnya damian jika mabuk memang merepotkan telinga.

“gue mau balik, lo ganti dulu terus rebahan dah. kalo gak bisa naik tangga lo tidur sini aja.” kinara mengibas tangan, melangkah ke depan pintu.

“kalila suka sama gue ra.” damian kembali mengoceh. “gue harus gimana ini?”

jantung kinara rasanya berhenti berpacu sepersekian detik sebelum kemudian ia memutuskan untuk kembali melangkah keluar.

“lo suka sama mario ya?” ocehan damian kembali menguar. “lo cantik banget pas keluar sama dia. kalo sama gue lo gak pernah gitu.”

“gue tau lo nih mabuk tapi otak lo pengen gue timpuk beneran ya dami.” kinara akhirnya membalik badan dan masuk kembali. “lo mana pernah ajakin gue pergi ke pesta-pesta? nongkrong sama dateng acara undangan ya baju gue beda lah anjir kalo ngecompare gak kira-kira banget.”

“kinara gue cantik banget..” damian kembali memejamkan mata dan menyender kepala lagi. “gue nyesel koar-koar nama lo di tempat tongkrongan nara.”

kinara gue...

gadis itu sampai mengerjap-ngerjap saking kagetnya.

“kinara gue cantik banget pas sama mario.....” damian mengulang.

“kata gue lo tidur ya dodol.” kinara sudah habis kesabaran dan menarik lengan damian agar rebahan saja di kursi. persetan dengan ganti baju atau tidak, ia hanya ingin cepat pulang.

“stop right there ra.” damian mencekal pergelangan tangan kinara yang sudah akan berjalan menjauh. “gue pusing..” keluhnya kemudian.

“ya pusing orang lo kobam.”

“elusin bentar sampe tidur.”

“terakhir gue elus pas mabuk lo mendadak nyosorin gue. gue gak mau.”

damian tau-tau saja sudah terduduk dengan tangan masih mencekal pergelangan tangan kinara. dan dalam sekali tarik, gadis itu sudah duduk miring di pangkuannya. “kalo gak mau elus, peluk aja.” ujarnya mengawang sembari menyender kepala di badan kinara. tangan kekarnya memeluk rapat.

“kangen pelukan kayak begini.”

jantung kinara memompa drastis. ini jelas bukan kali pertama, tapi entah mengapa perasaannya kerap jadi awur-awuran jika dibeginikan damian.

“lo bakal lupa pas bangun besok dam. jangan ngomong aneh-aneh yang bakalan lo sesali deh.” kinara akhirnya berujar serius sembari berusaha membebaskan diri.

“sebentar aja.” damian tak melepas dan mulai mengusel hidungnya di ceruk leher kinara.

“ck. repot lo damian.” kinara terpaksa meneleng menjauh agar tak memperintim tempelan damian di lehernya.

“gue kenapa begini ra?” damian berbisik lirih setelah sebelumnya sempat hening cukup lama.

“begini apaan lagi?”

“do i have a feeling for you?”

kinara tercekat. “lo mabuk. mending lo diem.”

“it's kinda.. hurt? you know.. seeing you with mario.” damian melanjutkan, mempererat pelukan.

“lo mah apa sih anjir udah minggir dam.” kinara kali ini bertekat besar membebaskan diri. jika ia bilang bahwa pandai bela diri, maka ia tidak berbohong. tenaganya memang tak seberapa, tapi taktiknya jelas ada. apa lagi jika yang ia lawan sedang dalam keadaan tak sadar diri seperti ini.

“udah ya, gue balik.” ujarnya ketika berhasil bangkit berdiri dari rengkuhan damian dan memberikan jarak aman agar tak ditarik kembali.

“will it be okay ra?”

“apanya lagi.. damiann?”

“gue sama kalila. will it be okay for you?

kinara lagi-lagi terhenyak. “lo mau gue jawab apa?”

“just be honest with me. will you be okay?”

kinara memaling wajah. “gak ngerti gue. lagian mau gue jawab pun lo gak akan inget pas besok sadar.”

“that's why. answer me.”

hening cukup lama menyeruak. kinara yang sudah berdiri di dekat pintu dan damian yang masih terduduk di sofa. gadis itu memejamkan mata, ada rasa sakit yang tak bisa dijabarkan ketika pertanyaan itu tembus secara langsung dari bibir damian.

will you be okay?

hm.. will i be okay? kinara mempertanyakan kembali.

rasanya.. tidak. tidak akan pernah, malah.

tapi, punya hak spesial apa dia ingin membebani perasaan damian? kinara jelas tau bahwa damian memang sudah naksir berat dengan kalila sejak lama.

who's she compared to kalila chandra?

nothing.

“i'll be okay. don't mind me.” jawaban kinara akhirnya menerobos rungu damian. pelan sebenarnya, dan cukup lirih.

sepi. suara jangkrik dan detak jam mendominasi suasana. agak lama sampai akhirnya suara damian kembali mengisi rungu kinara. “oke.” jawabnya kemudian.

“gue balik dam. kunci dari dalem ya.” pamitnya berjalan lurus ke arah pagar.

kesalahannya malam itu, bahwa ia tak menyadari jika damian bukannya 99 persen tidak sadar. bahwa damian sebenarnya mendengarkan dengan jelas apa jawaban-jawaban kinara pada kicauannya yang rancu sejak tadi mendarat.