REGISA
▪︎ lowercase.
▪︎ ½
▪︎ 21+
HAPPY READ.
seorang gadis tengah menyenderkan tubuhnya ke sebuah meja setinggi dada seraya meremat keras gaun dress yang ia kenakan.
sesuatu yang tidak beres terjadi pada tubuhnya. terasa panas dan sangat bernafsu.
bahkan hasratnya ketika melihat lawan jenis yang melintas terasa begitu menggebu-gebu.
“gue butuh toilet.” batin gadis itu seraya memejamkan mata dengan kuat karena sesuatu yang nikmat seperti menggelitik area bawahnya.
dengan pikiran yang ia usahakan tetap pada jalan lurus, ia segera berjalan menuju toilet terdekat dan langsung memasukinya.
“sshh, gue kenapa sih..” racaunya setengah mendesah ketika merasakan desiran halus pada area sensitifnya yang kian ingin merasakan sentuhan.
“gue kayaknya ngga konsumsi apa-apa, tapi kenapa rasanya panas banget, aneh.” lanjutnya kesal dengan kakinya yang terus melangkah jauh menuju arah bilik toilet.
namun sial sekali, belum sampai langkahnya masuk ke dalam bilik, seorang lelaki dengan perawakan tinggi sudah menghadang jalannya.
“sorry girl, gue rasa lo salah masuk toilet?” tegur lelaki itu sopan seraya menunjuk plat yang tertera di atas pintu.
TOILET LAKI-LAKI.
“shit. sorry gue gak lihathh.” gadis itu berbalik badan dengan desiran yang kian aneh karena lelaki itu tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.
“lo sakit?”
“nggakh.”
“tapi lo keringetan.”
gadis itu melemas, area sensitifnya terasa begitu lembap dan beberapa titik sensitifnya haus akan sentuhan.
“sorry, gue beneran butuh toilet. tangan lo tolong menyingkir.”
“perlu gue anter?”
“nggakkkh..” jawab gadis itu setengah nyolot sembari menyibak rambutnya yang menutupi wajah.
“gue rasa lo ada sedikit kesalahan, habis minum sesuatu di luar sana?”
gisa, gadis itu, menggeleng. “terakhir gue cuma dikasih minum sama manager brand tas sebelah, cuma itu.”
lelaki berwajah tampan dengan bahu tegap itu menelengkan wajahnya kebingungan, “ga mungkin minuman biasa, gue rasa minuman lo dikasih sesuatu yang yah.. lo tau itu..”
“whath?” gisa bertanya bingung, antara bingung memikirkan jenis minuman dan bingung menahan gelombang dahsyat yang baru saja ia rasakan pada tubuhnya.
aneh.
“apa yang lo rasain?”
gisa menggeleng, payudaranya sekarang bahkan terasa begitu gatal dan benar-benar mengeras.
“sorry bukannya gue perempuanh ga bener, tapi apa bisa lo bantuin gue sebentar?”
lelaki itu diam, ia paham betul apa yang lawan bicaranya inginkan.
tapi..
“kita berdua saling asing, gue ga nyaman make out with people that doesn't know me well.“
gisa memejamkan matanya pasrah, lantas mengangguk dan berbalik badan. hendak menjauh.
“okay okay, but first tell me your name.” lelaki itu menarik siku gisa mendekat dan mendekatkan diri agar gadis itu tidak beranjak menjauh.
“gisa. gisa christabella.”
“such a beautiful name.” pujinya seraya menarik langkah menjauh dari bilik toilet lelaki dan berjalan keluar menjauhi kerumunan pesta. “gue regan, reganio alexander.”
gisa terkejut, matanya membulat sempurna meskipun terasa begitu sayu. “regan anak sulung A company?”
regan, lelaki itu, mengangguk. lantas membelokkan langkah menuju lorong sepi di sudut jalan. “tau gue?”
gisa merutuk diri, lalu mengangguk dan mengusir tangan regan dari pergelangan tangannya, “masalah gue biar gue selesaiin sendiri aja, gak papa.”
“you beg me to help and now you want to throw the chance?”
“iya, asal lo tau gue anak tunggal C company. lawan terbesar perusahaan lo tahun ini.”
mata regan ganti membulat, “really?”
“hmmh..”
“tapi prinsip gue pekerjaan adalah pekerjaan dan urusan pribadi tetep urusan pribadi, you know what i mean right?“
“orang tua kita saingan berat diluar sana dan lo mau bantuin gue yang tadi habis salah minum? you crazy?“
regan tersenyum, matanya menatap rendah bahu gisa yang terbuka itu dengan sabar, lantas mendorongnya tegas hingga terpojok ke tembok.
“biar gue bantuin lo malam ini.”
“bantu?”
“ya. sekedar supaya lo bisa tuntasin hasrat karena minuman mix yang dikasih ke lo tadi.”
gisa mengerang, tubuhnya benar-benar terasa bergetar walau daritadi sudah sekuat tenaga ia tahan. “okay, help only. mau eksekusi dimana?”
regan tertawa singkat dan merendahkan tubuh hingga wajahnya yang tampan itu bisa sejajar dengan wajah cantik gisa di hadapannya, “just do it here. but promise me to not moaning too hard.”
“hah? we wh..” ucapan gisa reflek terbungkam ketika bibir basah regan menyapu miliknya lembut, lelaki itu benar-benar memainkan bibirnya dengan lihai seraya tangannya mengusap halus pundak yang mulai meremang akibat sentuhan jemarinya.
kecupan lelaki itu berpindah dan berganti mendarat di belakang telinga, lidahnya yang hangat menari dan sesekali menyedot ringan kulit bersih tersebut hingga nafas sang empunya kian berat dan kakinya kian melemas.
satu desahan lolos begitu saja dari bibir gisa ketika tangan regan meremas payudaranya dari balik dress putih yang ia kenakan malam ini. “you look so pretty gisa. it's okay to moan right now, gak ada orang yang lewat.”
gisa semakin tidak karuan mendengar suara berat regan yang mendarat tersebut lantas menarik kepala lelaki itu agar berhadapan dengannya lagi. “sorry to said, but gue gakh kuat berdiri regan.”
regan mengangguk paham dan tanpa banyak bicara mengangkat gadis itu naik ke atas gendongan seraya bibirnya kembali mencumbu bibir ranum milik gisa dihadapannya.
“gue gak bisa mainin lo disini, mau move dikit ke tangga darurat?”
“terserah lo aja.” jawabnya pasrah ketika akhirnya regan tersenyum simpul dan membawa langkahnya menuju tangga darurat yang nampak sepi.
diturunkannya satu kaki gisa seraya jemarinya menelusup cepat menuju area sensitifnya yang sudah lembap dan basah tersebut, lantas mengusapnya perlahan.
“gue pegang punya lo gapapa ya gisa?” tanyanya meminta ijin dahulu, lalu mulai mengeseknya perlahan dengan jari.
gadis itu reflek mendesah ketika ibu jari regan menekan-nekan dan memutar klitnya cepat dibawah sana.
“mmmh.. regan, can you please do it slowly? gue takut kalo suara gue tiba-tiba kekencengan pas ada orang lewat.”
“as your wish, lady.” regan menurut dan memelankan tempo gerakan jarinya seraya matanya menatap lurus mata gisa yang tengah terpejam didepannya.
lelaki itu tersenyum tipis, lantas kembali melahap bibir yang tengah terbuka akibat desahan tersebut dengan cepat seraya meneroboskan lidahnya kedalam demi memperintim situasi.
“mmmh..” lenguhan seksi tersebut kembali terdengar kala regan mulai menusukkan jari tengahnya masuk ke dalam lobang dan menariknya keluar masuk dengan cepat.
tangan regan yang tidak memegangi kaki gisa digunakan untuk melepaskan tautan dress hingga akhirnya dress tersebut melorot hingga ke area perut.
tidak banyak bicara lelaki itu segera menyingkap bra yang gisa kenakan dan melahap payudaranya cepat.
gisa spontan kelimpungan, dirematnya keras rambut regan seraya desahan-desahan terus keluar dari bibirnya karena mulut panas regan tidak segan-segan untuk menggigit miliknya keras.
“reg.. reganh.. gue mau keluar.” gadis itu berucap lirih ditengah desahannya seraya dengan perlahan menarik wajah regan mendekat agar bisa kembali mencumbu bibirnya.
lelaki itu mengiyakan dalam hati lantas menambah tusukan jarinya dan mempercepat tempo gerakan hingga akhirnya cairan bening tersebut membanjir di bawah sana disertai lenguhan panjang gisa didalam dekapannya.
“am i doing well, gisa?”
gadis itu mengangguk lemas dan mengecup panjang leher regan lantas memberikan dua tanda kemerahan di area tersebut.
“ucapan makasih lo agak ekstrim ya gis?”
“hmm.” kekeh gisa masih dengan ekspresinya yang lemas seraya membenahi dressnya.
“nice to know you? i guess.” regan berucap seraya membantu menyisir anak rambut gisa yang berjatuhan di depan wajah seraya mengelus bibir yang sedikit bengkak akibat sesapan liarnya beberapa menit lalu.
gisa tersenyum dan mengangguk, “nice play regan, lo bener-bener gentle untuk gak masukin punya lo yang gue rasa udah sekeras batu itu ke gue.”
regan terkekeh, “gue masih tau batasan.” ucapnya. “but, ayo ketemu lagi suatu saat nanti buat bahas bisnis sama gue.” lanjutnya menaikkan sebelah alis.
“mau bahas bisnis apa mau play out sama gue?”
“actually we can do both in the same time, right?” balas regan serak seraya kembali mengikis jarak demi melahap kembali bibir merekah gisa yang ia akui terasa begitu manis hingga sang empunya tersenyum singkat sembari mengalungkan tangan tanda ia menyetujui ajakan regan tersebut.