Rude yet Special Day.
Rain melangkahkan kakinya keluar rumah ketika panggilan telpon Jave sudah masuk ke notifikasi. Lelaki itu tampak menunggunya dibalik balutan hitam-hitam dari atas hingga bawah. Tepat di samping mobil, berdiri tegak.
Rain mendesah, langkahnya terasa berat. Sejak kemarin lelaki itu memposting foto gadis di sosial medianya, Rain sudah merasa tidak punya harapan berlebih lagi tentang hubungannya dan Javerio.
Padahal, beberapa minggu lalu keduanya masih lengket. Lengket sekali bahkan. Seperti lem alteco yang susah ditarik jika sudah terlanjur menempel. Entah apa masalahnya.. atau mungkin benar, Jave memang telah bosan dan menemukan gadis lain yang lebih menarik baginya.
Perasaan manusia, secara tiba-tiba ataukah tidak, tetap bisa berubah.
Langit hitam tanpa awan membentang sejauh mata memandang. Menampakkan konstelasi bintang gemintang yang cantik dan indah di atas sana. Bulan sabit menggantung sempurna dilengkapi oleh deru angin yang tak begitu menyiksa kulit. Cuaca yang sempurna, kontras dengan perasaan Rain yang justru kacau sekali detik ini.
Jave menunduk, menatap sepatunya sendiri ketika Rain sudah menapak di depan kakinya. Tidak mengeluarkan sepatah kata apapun bahkan untuk sekedar menyapa. Rain pun sama, hanya diam, tak melihat.
Keduanya masih diam ketika suara mereka yang serak saling memanggil satu sama lain secara bersamaan.
“Kamu dulu.” Jave berucap, mempersilakan.
Rain mengangguk, tidak banyak kata lagi gadis itu segera melepas cincin yang melingkar di tangan kirinya secara perlahan. Cincin itu diberikan Jave ketika ada di Bali saat itu, sebagai tanda bahwa laki-laki itu ingin membawa Rain ke hubungan yang jauh lebih serius dari pada sekedar berpacaran.
Ia menatap cincin itu sebentar, tersenyum miris, lalu dengan segera menjulurkannya ke arah Jave. “Makasih banyak, kak.” Rain berujar dengan setengah tersendat-sendat, matanya menahan seluruh gejolak sedih dalam hati ketika melihat tangan Jave terangkat, menerima kembali cincin tersebut.
Lelaki itu mengangguk, membuang pandangan ke arah lain tanpa sepatah kata apapun lagi.
Hening. Keduanya sudah tidak ingin berkata-kata sampai Jave akhirnya menghela napas pelan.
“Boleh peluk, Rain?”
Gadis yang dari tadi sibuk menahan air mata dengan memainkan ujung jari itu mendongak, bertanya-tanya. Dan belum sempat ia melontar jawaban, pelukan Jave yang terlampau erat itu hadir mendekap. Bau khas Jave yang segar itu menguar lepas di rongga hidung, membuat Rain semakin ingin menangis saja.
Tak ada percakapan, hanya hembusan napas Jave yang semakin menderu. Detak jantung lelaki itu terasa kencang sekali di dadanya.
“Maaf ya Rain.”
Rain tidak menjawab, sibuk menetralkan perasaan yang kian memburuk detik demi detik.
“Maaf buat seminggu terakhir aku jahatin kamu.”
Rain masih tidak menjawab, bukan karena tidak ingin, namun tidak bisa. Jika bibirnya terbuka, pertahanan air matanya akan tumpah sia-sia. Sebagai gantinya ia hanya mengangguk saja. Menunggu Jave menyelesaikan ucapannya sendiri.
“Tentang cewek kemarin aku juga minta maaf.”
“Hm.”
Hening. Rain merasa pelukan Jave di badannya menguat mendadak. Seakan tak ingin lepas.
“Itu foto aku ambil di pinterest. Disuruh sama Rendy.”
Tubuh Rain membeku sekejap, mata cantiknya mengerjap pelan hingga satu butir air mata yang ia tahan tadi bergulir jatuh dan meresap ke baju hitam Jave.
Ia ingin menarik mundur badannya untuk bertanya ketika seruan kencang dari arah lain tiba-tiba berbunyi nyaring.
“HAPPY BIRTHDAY BAYINYA JAVERIO!!!!”
“Bayi Kiara, saya mamanya, kenapa jadi bayi Javerio?”
“HAHAHAHA iya iya tante, ini anaknya tante Kiara HAPPY BIRTHDAY!!!”
Rain mengerjap berulang kali, kepalanya mendadak pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Serasa ingin pingsan.
Jave menunduk, masih memeluk Rain. Wajahnya yang tadi tertekuk lesu itu perlahan berubah cerah, matanya bahkan sudah ikut berkaca-kaca akibat melihat Rain yang tadi hampir menangis akibat ulahnya.
“Tuh diucapin selamat ulang tahun, senyum ayo, masa kamu kalah sama bulan sabit?” Ia berucap, mencontohkan sebuah senyum hingga matanya menyipit hilang, persis seperti bulan sabit yang melengkung indah ke bawah.