slowburn mature content.
explicit narration.
lowercase 21+
“kalau mau nafas waktu saya cium kebablasan boleh kamu jambak rambut saya aja ya biar saya mundur?”
nyatanya ucapan tersebut bukanlah bualan markiel belaka. lelaki itu benar berdedikasi membabat bibir amel sampai-sampai bukan hanya kehabisan oksigen saja, tapi bibir dan mulutnya jadi lelah pun perih di saat bersamaan.
tidak bisa. markielnya terlalu lihai. entah apa yang pernah diperbuat lelaki itu waktu masih muda dengan para mantannya, yang jelas kemampuan kissing markiel memang di atas ambang normal. bagaimana caranya melilit, membuai, mengulum dan menghisap benar membuat pikiran amel hilang melayang.
“sakit ya sayang?” markiel menghentikan sebentar kegiatannya kala amel menjenggut rambutnya ke belakang. ibu jari lelaki itu bahkan sudah reflek mendarat dan mengusapi bibir ranum yang sudah basah tersebut dengan perlahan.
dan sialnya, ketika melihat amel mengangguk mengiyakan, markiel bukannya merasa bersalah atau apa malah bablas terkekeh.
amel berani bersumpah, suara tawa yang menguar barusan ini berat sekali dan membuat bulu tubuhnya merinding sempurna. “kok ketawa kamu?”
“ya lucu kamunya dilihat dari atas begini. berantakan. tapi memang bibirmu kelihatan lumayan merah sih. capek ya? perih? kelamaan ya saya mainnya?”
amel menggeleng, namun ganti mengangguk-angguk kemudian. tangannya yang tadi mengalung di leher kini ia gunakan untuk membelai pipi dan rahang tegas markiel. “iya sih, capek bibirku. keenakan kamu tuh abisnya.” cibirnya kemudian.
markiel tersenyum, meminta maaf sebentar sebelum kemudian ia memilih untuk menciumi pipi amel saja.
“gak usah ngerayu ya.. kalo mau ke telinga gak perlu itu endus-endus ke pipi dulu.”
“HAHAHAHAHA. HOW COULD YOU KNOW BABE?” tawa markiel mendadak pecah seraya ia menarik mundur kegiatannya. lelaki itu lanjut mengamati ekspresi amel yang kini sudah ada di campuran antara malu-malu dan mau yang begitu kentara di bawah kungkungan badannya.
“sok iya banget sih kamu gayanya.” amel menjawab dan membiarkan markiel membelai-belai keningnya.
“lho tapi saya memang suka menyapa dulu sebelum gas ke tempat tujuan saya mel, toh pipi kamu lho lucu. seperti bakpao.”
“pipiku kamu bilang ge.. ahh! aba-aba dulu ya sumpah!” amel yang awalnya hendak marah-marah itu seketika ganti melanjutkan desahan lantaran markiel mendadak saja menghujani area dadanya dengan cium dan gigit massal. lidah lelaki itu bahkan tak kenal lelah, terus menjamah bagian-bagian sensitif amel yang masih kering belum terkena sentuhannya.
“punya saya lho ya ini.” markiel berujar kecil seraya terus memutar lidah naik dan turun. tangannya yang menganggur ia gunakan untuk bercekalan pada tangan amel untuk gadis itu remas-remas pada akhirnya.
jilatan markiel berhenti dan ia menarik kepalanya menjauh sebentar tepat di atas gundukan kenyal milik amel yang ujungnya sudah menjulang. ia lantas mendongak untuk adu tatap dengan perempuannya, “boleh?” tanyanya meminta ijin.
dan amel hanya mengangguk sebagai balasan sebelum akhirnya ia lanjut menggelinjang keenakan lantaran kehangatan mulai menyelimuti payudaranya secara perlahan.
gila apa? dari mana markiel pernah belajar ini semua?
“kok enak.. enak banget itu kiel.” amel sebenarnya merasa malu berujar demikian, namun ia tidak berbohong, kuluman markiel benar seenak itu. bahkan bibir lelaki itu yang bergerak menjepit ujungnya pun terasa super lihai dan memabukkan. amel benar dibuat gelap mata dan hanya bisa melenguh keenakan sembari menyebut nama markiel saja detik ini.
“yang kamu remas sendiri tadi itu ngilu ya? lepas bentar gih tangan saya, saya benerin dulu satunya ini biar kamunya enakan.”
“jangan kenceng-kenceng tapi ya kiel. aku serem.”
“serem apa sih? cuma dibeginikan lho.” markiel meletakkan telapak tangannya di payudara kiri amel dan mulai meremasnya kecil sebagai sebuah bentuk sapaan.
dan gila! kepala markiel sontak makin mau pecah.
sensasi mencekal dan meremas ini tentu sudah pernah ia bayangkan berkali-kali ketika pertama kali diperlihatkan bentuknya oleh amel. tapi ketika melakukannya sendiri, merasakan tekstur padat dan kencang yang ada di tangannya itu, markiel benar-benar jadi ingin bersiul pun mengacak-acak tubuh amelnya secepat itu juga.
perlu digaris-bawahi bahwa tubuh amel adalah keindahan dunia yang sesungguhnya. bahkan ia masih mengingat ketika bibirnya jatuh ke gundukan kanan amel beberapa saat lalu, benda kenyal itu tak dapat masuk ke bibir seluruhnya.
iya, serius. amelnya memang seenak itu, seseksi itu.. dan yang jelas, secandu itu.
kombinasi antara desahan amel dan lekuk tubuh sempurna benar membuat markiel ingin menggempur secara totalitas malam ini. ia tak peduli jika seisi rumah terbangun karena amelnya menjerit-jerit keenakan nanti. toh, ia benar sudah menanti dan menahan diri terlalu lama untuk mendapatkan hal ini. dan jika sudah diijinkan, kenapa harus kasih kendor? markiel bukannya anak lelaki yang baru besar, umurnya sudah cukup dan jelas ia mengerti bagaimana caranya meluluhkan dan bermain dengan wanita secara benar.
ia jelas ingin mendengar amelnya merintih puas seraya meneriakkan namanya seorang.
dan kini, mendengar amel yang mendesah seksi seraya ikut mencekali tangan markiel yang tengah meremas itu rasanya begitu sangat memuaskan.
sebab baru payudara saya amelnya sudah melayang, bagaimana jika markiel lanjut ke bawah? akan hilang kah amelnya ini?
“suka ya? enak?” markiel menjatuhkan tangan sebelahnya untuk andil meremas milik amel yang menganggur. jemarinya bergerak mengusap ujung milik amel sebelum akhirnya ia jepit kencang, membuat amelnya makin kewalahan hingga hanya bisa memejamkan matanya saja dan menganggukkan kepala.
dan jika biasanya markiel selalu suka bibir amel yang terbuka begini, maka kali ini ia terpaksa melewati sebentar bagian itu lantaran sang empunya sedang kelelahan. sebagai gantinya markiel melanjutkan keinginannya untuk bermain ke telinga yang tadinya sempat tertunda.
“ah.. edan kamu ih sumpah ya! dulu sering main cewek kamu tuh.. yakin ak.. mmhh.” omelannya terhenti untuk kali kedua lantaran kini markiel kembali menjatuhkan cium ke bibirnya. tidak seliar sebelumnya sebab lelaki itu memilih untuk memainkan lidah amel saja.
“gak pernah saya main dengan perempuan lain. tapi kalau ciuman memang sering. makanya saya jago. tuh lihat? kamunya sampai capek begitu.” markiel tertawa, melanjutkan kecupannya yang lagi-lagi terdistract oleh ujaran absurd amel seraya membiarkan kedua tangannya tetap bergerak memijat gundukan amel yang kian menegang tersebut.
dikecupinya sebentar daun telinga amel sebelum lanjut ia jilati permukaannya. nafsu lelaki itu kembali membumbung tinggi karena amel lagi-lagi ikut memegangi kedua tangan markiel yang tengah bekerja.
cantik. amelnya cantik. dan markiel benar lemah akan kecantikan tersebut hingga akhirnya ia putuskan untuk mengulum telinga amel sampai suasana kamar dipenuhi oleh decak-decak basah kembali. sang pemilik reflek berjengit kegelian sambil melayangkan omelan yang sayangnya memantul semua di telinga markiel.
“suka kamu mel?”
“heemh.”
“coba toleh wajah ke saya, saya mau lihat matanya bentar itu.”
dan amel harusnya tidak mudah percaya akan tipu daya markiel yang memang jauh lebih jago jika urusan ranjang begini, karena begitu ia menoleh, bibir markiel sudah terbuka untuk menyambut dagunya. terpaksa, markiel masih tak tega untuk menghajar bibir amel walau nafsunya masih meluap-luap. bahkan juniornya saja sudah mengeras makin sempurna di balik celana. entah lah amel bisa merasakannya atau tidak di bawah sana.
“udah udah.. udah jangan nyium lagi aku engep sumpah geli pol.” amel menyerah ketika markiel masih sibuk melumati dagu dan lehernya, lantas mendorong kepala lelaki itu agar menyingkir 30 senti dari tubuhnya. “diem dulu kamu. nafas. heran banget gak ada capeknya sumpah.” lanjutnya kemudian seraya bangkit duduk menarik bantal, memberi batas pada markiel agar tidak menyerang secara mendadak lagi dan lagi.
“tega kamu sama saya ini mel memang.” markiel mengeluh, hanya bisa mengusapi paha amel yang memang tak ditutupi oleh pemiliknya.
“bukan tega, cuma jeda dikit gitu lho. merinding aku dengerin suaraku desah-desah mulu dari tadi.” amel masih protes, lantas menunjukkan hasil-hasil karya markiel yang memerah itu pada sang pembuat ulah. “nih liat, udah kayak korban kdrt aku merah-merah sebadan begini..”
“hahaha tapi kamu kan suka. mana ada kdrt kalau kamunya aja keenakan begitu?” markiel menimpali dengan canda, merebahkan tubuhnya kembali di atas bantal yang menutupi amel sambil berusaha tetap tenang dan tidak menggila lantaran adanya istirahat tak terduga ini. “coba kamu ingat-ingat yang tadi remas duluan itu kamu sendiri apa saya mel?”
“JANGAN NGECE LHO KAMU YA MARKIEL!” amel sontak histeris karena malu bukan main. “lagian itu tuh sebuah kode untuk mempersilakan tau gak.. kamu kalo gak digituin ya terus aja nahan diri. dibilang gak papa gak papa kok ya nahannnnn mulu.”
markiel tersenyum, mendadak saja ia menciumi bibir amel kembali sampai pemilik bibirnya dibuat pasrah. toh ciuman markiel kali ini mendarat normal dan tidak seliar sebelumnya. ini adalah jenis ciuman yang pernah diajarkan markiel ketika tahun baru kala itu.
pelan, manis, membuai.
“cintanya saya.. mana bisa saya duluin nafsu saya ke kamu?” markiel berujar di tengah ciumannya sebelum kembali memberi ciuman panjang sesi ke sekian pada bibir ranum amel yang sudah sangat ia hafal sekali bentuknya. amel sendiri makin terbuai, sudah dibilang jika markiel adalah lelaki tersopan yang pernah ia kenal, dan kesopanan lelaki itu sendirilah yang kerap membuat amel kalang-kabut saking jatuh cintanya.
ciuman itu masih berlangsung dengan super lembut tanpa hisap-hisap aneh mengingat bibir amelnya yang masih perih. kedua tangan mereka bertaut erat dan sesekali saling mengelus dengan ibu jarinya masing-masing. sampai akhirnya amel melepas genggaman tangannya, menyingkirkan bantal yang tadi menutupi tubuh seraya mulai memajukan badan ke depan.
masih sambil berciuman, gadis itu mengubah posisi duduknya jadi berlutut sambil meletakkan kedua tangannya di atas pundak markiel untuk bertumpu. membiarkan lelaki itu memajukan badannya sendiri untuk mendekat dan melingkari tubuh amel dengan kakinya.
“sekarang kamu mau apa?” markiel bertanya, sedikit mendongak untuk menatap wajah ayu amelnya yang kini susah dibaca apa maunya.
“siniin lidahmu, gantian aku yang mau main.”
TIME TIME GUE GAKUAT. EDAN LU MARKAMEL PANJANG AMAT 😭🫵🏻
likenya 1000 in dulu di kepalanya baru melaju ke finalchapter alias part 3. bisa itu, gak susah kudunya. org yang baca part 1 aja nembus 4k kok hari ini ㅠㅠ
bye