something between us.
lowercase
malam dengan bulan purnama tanpa awan mendung mulai menjemput. terasa damai, pun menenangkan. belum lagi angin yang berhembus kini tidak begitu kencang dan dingin, cenderung sepoi-sepoi dan membuat mata mendadak mengantuk tanpa dipaksa.
nasya menghela napas, lantas mendudukkan diri di balkon teras atas rumahnya sambil memandangi atap rumah tetangga depan yang sudah rompal separuh karena tidak dihuni.
jujur saja ia tidak tau alasan kenapa hatinya mendadak terasa begitu kosong detik ini. padahal, beberapa jam lalu ia masih sempat melakukan panggilan telepon bersama jendria. angkasa sendiri juga bahkan baru pulang setelah mengirim martabak telur dan membantunya mengerjakan tugas.
namun benar.. kosong tetaplah kosong. bahkan kini kantuknya yang sempat datang itu bablas hilang sirna.
entah mengapa secara tiba-tiba nasya merasa ada banyak sekali hal yang ia lupakan telah terjadi. dan sayangnya, ia tidak mengerti akan kebenaran hal tersebut sama sekali.
suara jangkrik malam diiringi kendaraan yang kadang melintas sekali dua kali mulai menyapa pendengaran, membuat nasya terus jatuh dalam lamunannya tersebut tanpa sebuah jawaban.
gadis itu baru akan berdiri dari duduk ketika desir angin tak enak mendadak saja merayap di sekitar tengkuknya. ia merinding lagi tanpa diminta. membuat kepalanya reflek menoleh ke kanan kiri, mencari apakah ada sosok yang biasa dilihatnya ada di sekitar situ atau tidak.
namun lagi, hasilnya nihil. nasya tidak bisa melihat apapun bahkan jika itu hanya anak kecil merangkak sekalipun.
“tolong siapapun lo atau apapun bentukan lo, jangan ganggu gue lagi ya? gue capek beres-beres hasil pecahan lo. pun gue juga capek nyari-nyari keberadaan lo yang gak terlihat sama mata gue..” nasya mengeluh, lantas melirik jam dinding yang terpasang di kamarnya.
pukul 11 tepat. dan sejujurnya ini masih belum terlalu malam untuk ia biasa bersantai di atas kasur. ia masih ingin duduk di balkon, menikmati angin malam sambil mendengar petikan gitar angkasa yang mengalun pelan dari sebelah rumah. namun harapan hanyalah harapan, sebab sebagai balasan atas keluh kesahnya barusan itu, wadah tisu kain yang ada di atas kasur tiba-tiba jatuh tanpa ada yang menyentuh. membuat langkah gadis itu mau tak mau kembali masuk ke dalam kamar demi meringkas hasil ulah sosok lain yang ia yakin berada tak jauh darinya.
“nantang banget ya lo tuh ya? tadi gue bilang jangan mecahin barang sekarang jatuhinnya benda kain.. pinter dah asli.” gerutunya kemudian. sedikit ingin tertawa sebab ternyata keluhannya malah benar-benar ditanggapi.
dan beberapa detik kemudian nasya hanya lanjut diam sambil duduk di lantai kamar. entah sosok tersebut berada dimana karena nasya tidak merasakan hal apapun yang menganggunya lagi. gadis itu lantas menghembus napas sebelum melontar suara.
“lo masih disini gak? kalo iya, gue mau tanya dan lo harus jawab jujur ya?”
tentu saja hanya hening yang menyambut karena ia masih tidak bisa melihat apapun. sejujurnya ia betul tidak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi. mengenai kemampuannya melihat hal-hal tersebut bahkan masih berfungsi. namun...
“kenapa gue gak bisa lihat lo?”
iya. pertanyaan itu selalu mengganjal dalam pikirannya.
desir angin pelan menggoyang anak rambut. bukan angin dari balkon, sebab kali ini nasya merasa angin tersebut terasa hangat meskipun tetap membuat sekujur tubuhnya merinding.
“lo malu atau emang gak bisa nampakin diri?”
wadah tisu nasya terguling lagi.
“dan kenapa lo suka jatuhin barang-barang gue anjir?”
sepi. nasya tidak mendapat jawaban apapun.
“oke fine, itu hak lo mau nongol dimanapun tapi please jangan gangguin gue oke? apa lagi kalo gue mau ngerjain tugas malem-malem tuh! awas aja beneran kalo tugas kampus gue gak selesai lo bakal gue aduin ke dosen biar disabet sekalian pake air suci!”
dan detik itu juga, lampu kamar nasya mendadak mati dibarengi oleh lagu dari speaker yang berbunyi lirih.
itu lagu dari band luar negeri.
oasis.
berjudul “don't look back in anger.”
dan bersamaan itu pula, jantung nasya langsung berdegup liar tak terkendali. air matanya juga mendadak menetes tanpa diminta. paru-parunya yang tadi bekerja normal juga kini terasa sesak bukan main. kepalanya pening, seperti dihantam oleh palu raksasa. oksigen yang berputar di sekitar hidung tidak bisa dihirup leluasa sama sekali. hingga akhirnya mata gadis itu mengawang, pandangannya mengabur total.
ya. gadis itu pingsan. tepat ketika bayang gelap tapak kaki mulai mendarat di sekitar badannya.