their first “date”.
Kalandra sudah mendahului duduk di kursi kemudi dan kini tengah menunggu Celine, yang otaknya memang agak sedikit kurang penuh itu berdiri diam di samping pintu, belum kunjung masuk. Lelaki itu lantas menurunkan kaca jendela di kursi penumpang agar bisa berbincang sebentar.
“Miles. Lagi apa?” Tanyanya.
Celine tidak membalas, masih tampak lag. Matanya bahkan kini sudah memandangi ponsel dan dompet bergantian.
“Ada yang ketinggalan?” Kalandra bertanya lagi.
Hening. Pagar kos-kosan yang diam itu menjadi sasaran pandang Celine kali ini.
“Miles?”
“Ya?”
“Kenapa?”
Sepi. Hanya ada suara kecil dari mobil Kalandra yang menghiasi indra pendengaran.
“MILES!!!!!!”
“Ohhhhh ya ampun!!!!!!”
“Apa?”
“Hehehehehe.”
Kalandra mengerut alis, kebingungan. Sebab Celine hanya tertawa dan belum menjawab ketika akhirnya duduk di kursi penumpang.
“Maap-maap Kal, tadi gue mikir Bella transfer uang tuh gue tarik dulu apa gimana lah kan bisa gesek disana.”
“Oh God.....” Kalandra memijat pelipis. Baru kali ini ia melihat gadis keren dengan kelas tinggi seperti Celine ngehang hanya karena masalah transfer.
“Maaf doooooong, otak gue memang kadang ke-log out.”
Lelaki itu geleng-geleng kepala, memutuskan untuk memaklumi saja sebab sekarang toh ia sudah tau bahwa Celine memang keterlaluan aneh. Ia lantas menghadap kiri, memandang Celine yang terbalut pakaian serba hitam itu dalam diam.
“Apaaa liat-liat?”
“Nungguin lo.”
“Nunggu apa? Gue udah duduk udah siap berangkat Kal.”
Kalandra berdecak. Raut gemasnya tercetak begitu sempurna sebelum akhirnya tangan lelaki itu terulur maju untuk menarik seatbelt Celine yang belum terpasang. “Nungguin lo pasang ini loh, princess.”
Celine mematung lama, bau tubuh Kalandra yang segar itu menusuk indra penciuman dan berhasil membuat jantungnya tidak berdetak normal. Kacau sekali.
“Jangan bablas ngelamun Cel..” Lelaki itu berbicara ketika sudah mundur ke posisinya kembali.
Cel.. Kalandra masih terus memanggilnya dengan sebutan Celin alih-alih Selin.
“Kenapa sih Cel Cel terus Tan?”
“Tan? Tan what?”
“Titanio. Nama lo.”
Kalandra tertawa. Bibirnya membentuk huruf O sebentar. “Gue suka aja sih dipanggil Tan, tapi kayak tante-tante dong Cel nantinya hahahaha.”
“Tannnnnnnnnn..”
“Ya Cellll...”
Celine mendengus. Memutuskan untuk mengakhiri perdebatan pekara nama yang mungkin memang tidak akan pernah bisa berakhir. Toh, semakin banyak percakapan juga semakin salting pula dirinya. Dengan artian lain, Celine masih tidak biasa untuk berduaan dengan oknum yang terang-terangan begitu menarik perhatiannya akhir-akhir ini.
“Anyway Miles..” Kalandra memecah hening yang sempat tercipta beberapa detik.
“Apa?”
“Is the concept of our first date is black date or what?”
Demi mendengar gemuruh petir yang entah datang dari pelosok bumi sebelah mana, paru-paru Celine mendadak kosong mendadak sebab mendengar kata date yang diaku-aku berhasil membuat bulu tubuhnya meremang akibat baper totalitas.
“Black.. date?”
“Look at our outfit.” Kalandra menjelaskan.
Celine melirik, ia tentu sudah sadar dengan baju serba hitam Kalandra dan entah kenapa ia juga ikut-ikutan pakai baju serupa barusan. Mungkin seperempatnya sengaja supaya bisa kembaran, atau mungkin juga tidak sengaja karena sudah dibilang pikiran Celine suka ngelag dadakan.
“Hehehehehe kembar ya Kal..”
Kalandra mengangguk, mulai mengoper persnelling agar mobil bergerak maju.
Komplek kos-kosan Celine pun perlahan menghilang dalam sekejap dan digantikan oleh pemandangan padatnya lalu lintas kota.
“Nanti habis cari jaket makan roti bakar mau gak Cel? Kalo gue yang pesen kejunya dibanyakin loh.”
“Eh sorry gak bisa Kal. Gue udah makan kotor soalnya kemaren. Mana belum gue buang pula lemaknya. Maksud gue, gue belum olahraga.”
Kalandra menoleh. Seperempat lupa jika ia sedang jalan dengan seorang model. “Tapi diet bukan tentang gak makan loh Miles.”
“Iya tau, gue emang suka menyiksa diri aja soalnya body gue tipe yang gampang naiknya gitu Kal.”
“Terus hari ini lo makan apa?”
“Selada? Telur, tahu.. Gitu lah.”
“Ya Tuhan.. Terus karbonya lo isi pake?”
“Ini jadwal gue skip karbo, besok kentang. Hehehehe.”
“Makan pake beras merah bagus Miles. Jangan lo skip-skip lah, asal gak melebihi kalori kan gak papa. Sedikit aja asal nyukupin asupan gizi dalam sehari gitu maksud gue.”
Celine menoleh, “Kalandra lo jangan gitu.”
“Gitu apa?”
“Perhatian.”
“Hahahaha karna nanti lo demen gue?”
“HWWWWWWWWW.”
“Demen aja gak papa sih Miles. Gue gak keberatan.”
Wajah Celine langsung merah padam. Sebab gadis itu paham betul bahwa Kalandra hanya merecoh hati saja tanpa ada jaminan akan bertanggung jawab.