their “first” met.

lowercase.

happy reading ;)


celine tengah berdiri di trotoar panjang yang mengarah persis ke gedung fakultas kedokteran dengan kaki melemas. jantungnya berdegup tidak aturan. berdebum gila hanya dengan membayangkan kalandra, —sang lelaki tampan yang baru-baru ini menyita separuh isi otak, berdiri di sampingnya tuk sekedar mengantarkan masuk dalam gedung bangunan.

entah, sebenarnya celine bisa saja menolak sisi kadal kalandra barusan. namun satu sisi terdalam di hatinya juga ingin merasakan kehadiran lelaki itu yang sudah berhasil dinikmati oleh beberapa gadis top di kampusnya. yang tentu saja merupakan kelas elit incaran kalandra.

celine sendiri cantik. wajahnya tipikal cantik simetris yang begitu sempurna. badannya tegak dengan proporsi pas yang membuat orang lain kerap memandang tanpa diminta. maklum, celine adalah seorang model di bawah naungan agensi dalam kota meskipun tidak terlalu begitu terkenal. dengan kata lain, masih banyak model yang jauh lebih baik berada di atasnya.

“miles?” suara asing yang baru kali ini bisa celine dengarkan itu mendarat mulus dari jarak 3 meter di belakangnya. begitu halus. membuat gadis itu reflek menegang dan melotot sebentar sebab terkejut, lalu lanjut melangkah maju untuk menjauh.

entah apa tujuannya tapi mendadak ia memang merasa malu bukan main. dan sudah dibilang, jika ia malu, maka tindakannya akan semakin memalukan juga.

kalau kata bella, otak dan saraf celine sempat tersangkut ketika lahir dulu. kasihan.

“stop disitu. STOP. CEL. MILES!!! ya Tuhan lo kenapa sih?” kalandra gemas bukan main ketika pergerakan celine semakin cepat di depannya. lelaki itu bahkan sampai rela berlari demi menyejajarkan langkah kaki mereka.

“gue bukan hantu. kenapa lari-lari coba? masih pagi ini!” kalandra mengomel ketika berhasil menangkap pergelangan tangan celine pada akhirnya.

tak sampai satu detik lelaki itu langsung melepasnya dan berganti menarik tote bag hitam yang celine bawa. “sini, gue bawain buat sandra nih tas. lo jalan, GAK USAH LARI. celine ya ampun Gusti..”

“demi segala hantu yang gentayangan deket kepala mickey mouse..... kalandra lo sumpah mending berdiam diri dan lanjut menenangkan diri di sebelah pembakaran api unggun agar segala tingkah laku lo dipermudah dan dijaga oleh roh suci......” celine meremat ujung jaketnya kencang sambil memejamkan mata rapat. ucapannya melantur tak jelas dibarengi oleh jantung yang makin menggila. telapak tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin, mengaku lunglai sebab dicekal oleh kalandra walau hanya seperempat detik saja.

“biar apa gue menenangkan diri? lo tuh.. jalan minggir-minggir ilang ketabrak motor beneran ya lo.. CEL!” kalandra berdecak, menarik siku celine agar bertukar tempat dan tidak berjalan di sisi luar trotoar. masalahnya iya jika celine hanya berjalan di sekitar garis, gadis itu bahkan sudah sampai turun trotoar saking groginya.

“ahhhhhhhhh.”

“apa lagi sekarang?”

celine membuang wajah. “lo wangi banget itu lo makan parfum apa makan pewangi stella jeruk sih?”

“bau gue kayak gantungan stella?”

“GAKKK HAAZZZZZ..”

kalandra tertawa melihat celine yang baper sendirian. gadis itu bahkan mulai bermonolog dan perlahan menjauhkan diri dari tubuh kalandra. lagi. terus bergeser dan menolak melakukan kontak mata sampai kalandra curiga gadis itu bisa masuk ke semak belukar jika dibiarkan bergeser terus menerus.

“sini jalan yang bener cel. iya gue diem deh jadi lo jangan jauh-jauh. oke?”

“bener diem?” celine sangsi.

“dari tadi juga sebenernya gue emang ngapain sih? gak ngapa-ngapain kan?” lelaki itu menoleh, mengedik pundak.

ya, memang benar kalandra tidak berbuat apapun yang terlalu berarti. namun jelas pergerakan lelaki itu terlalu sadar diri. ia tau ia tampan dan ia tau ia tidak akan mendapat penolakan dalam bentuk apapun. apa lagi, celine memang sudah menunjukkan gerak-gerik tertarik sejak awal meminta nomornya dari gibran beberapa hari lalu.

“lo juga wangi menurut gue miles. seger. agak manis juga?” kalandra tiba-tiba berbicara, mengendus singkat jaket celine di area bahu dengan gerak yang kali ini memang sepenuhnya karena reflek. membuat celine menoleh dan melotot lagi sebab wajah kalandra dekat sekali dengan tubuhnya.

“KALANDRA!!!!!”

“hm?” ia mendongak.

“BISA-BISANYA HM DOANG KALO MENJAWAB?”

kalandra menarik mundur tubuhnya, meneleng wajah. “apa, sih?”

“APA SIH??????”

“hahahahaha apa miles?”

*“and please stop calling me miles miles miles. IT'S CELINE. WITH S, SELIN!!!”*

“okay-okay. celine. but i'll make it with c.

celine merengut. “selin kalllll!”

“iya, cel...”

“S!!”

“lucuan pake c. muka lo imut juga jadi gak ada salahnya.”

pipi celine memanas. merah dan gerah sekali.

“ini pertama kalinya gue ngobrol sama lo sih cel, mau kenalan dengan bener sama gue gak? we can be friend, or.. anything? gue gak tau apa yang terjadi ke depan. ya, kan?”

“AHHHHHHHHHH KAL STOP IT.”

“hahahahahaha serius. ayo kenalan. gue kalandra bimantara.” lelaki itu menyodor tangan ke depan setelah menghentikan langkah kaki.

“celine miles. NYEBUTNYA SELIN. oke?”

“no. gue mau panggil pake c. celinnnnnnnn..” kalandra menolak, masih belum menurunkan tangannya yang tersodor lurus.

“biar apa sih? gak ada yang manggil gue begitu serius.” celine hampir menangis bombay, menyambut tangan mulus kalandra dengan raut merah padam menahan malu.

“biar lo inget gue terus. gue yang pertama ya berarti, cel?”

celine hampir meremas wajahnya sendiri sebab semakin baper dan grogi bukan main. bahkan lihatlah kalandra sekarang sudah tersenyum lebar sambil mulai menyodorkan tas hitam milik celine yang tadi ia bawakan. wajahnya tampak puas sekali. “udah sampe. see you later, princess?” ujarnya kemudian sebagai bentuk berpamitan.

“KALLLLLLL.”

kalandra tertawa, melambaikan tangan sebentar dan mulai melangkah menjauh dari gedung fakultas kedokteran setelah sebelumnya sudah mendapatkan lambaian balik dari tangan celine yang bergerak gemetar.