this day is totally our day!
total 10 mobil dengan berbagai ukuran yang semuanya modis itu sampai bersamaan di depan gedung restoran besar yang telah disewa untuk perayaan pesta pernikahan jave dan rain sore ini. dengan 5 tingkat, jave menyewa 1 tingkat di tempat teratas. 4 tingkat bawahnya tampak sudah terisi oleh yang lain, beruntung waktu itu ia cepat memesan tempat terbaik milik restoran.
jave membukakan pintu mobil agar rain bisa turun, membantunya sebentar akibat mengira dress rain sore ini akan seribet saat pemberkatan, namun..
“gak papa, yang ini lipetannya gak banyak kayak tadi pagi, aku bisa kok, serius.”
“hah?” karel yang menyetir sampai menoleh. “ini aja mekar, gak ngerti gue apa bedanya sama yang pagi tadi..”
jave mengangguk, sependapat, tetap berteguh membantu rain hingga akhirnya gadis itu menurut dan menerima uluran tangannya, keluar mobil.
“biar diparkir petugas aja rel, lo turun.”
“yang lain?”
“sama lah.” kalandra tiba-tiba sudah berada di sekitar mereka, menaikkan sebelah alis tanda mobilnya memang sudah aman diparkirkan oleh petugas.
“oke dah.” karel menurut, memanggil petugas parkir dan menyerahkan kuncinya.
kini, rain menoleh kanan kiri demi menghitung kelengkapan pengiring mereka.
lengkap. keluarga utama juga sudah melangkah keluar mobil, melakukan hal serupa untuk kendaraan mereka, lantas berjalan mendahului untuk naik lift.
“gile gue merinding.” tasya bergidik.
“napa?”
“modelan kita udah kek ngawal anak presiden nikahan betulan.”
“HAHAHAHA LAH IYA.”
detik berganti menit, menit berganti jam. terhitung acara ini sudah berjalan sampai di tengah-tengah. hidangan yang keluar masuk dari dapur terus berjalan tak henti-henti.
lancar, acaranya berjalan mulus tanpa kendala berarti. tentunya minus kekacauan di dapur karena mereka sempat hampir kewalahan.
tamu pesta yang duduk melingkar di meja-meja besar memenuhi segala tempat. dengan wajah bahagia karena memang ini adalah hari yang sangat bahagia.
“ayo jalan nyapa temen-temen yang dateng kak?” rain mengajak, menawar tangan agar jave bangkit berdiri.
“gak capek? bentar lagi kita disuruh dansa.”
“aduh.” rain menepuk kening karena baru ingat tentang acara tambahan tersebut. ia merasa malu sekali membayangkan dirinya disorot berdansa dengan jave.
“hahahahaha nanti kamu sembunyi aja disini.” jave menuding dadanya.
“enak aja! entar aku dikatain nggleyer ke kamu terus yeeeee.”
“emang nggak?”
“nggak dong. kan aslinya kamu yang lebih rewel ketimbang aku.”
“dih.” jave berdecih pelan, bercanda.
“kedua mempelai kita lagi asik berantem nih temen-temen.” arya, yang hari ini menjadi mc, berucap nyaring hingga kamera reflek menyorot jave dan rain kembali.
sialan. jave menyempatkan diri tersenyum paksa ke hadapan arya.
“jadi gimana nih? udah pasti tenaga masih ekstra dong buat lanjut ke acara selanjutnya.” ucapan arya memang ambigu, dan jave kembali tersenyum paksa sebagai tanggapan.
“nanti gue hajar” begitu kira-kira maksudnya.
arya menyerah, lelah menggoda. petugas bagian makanan yang ada di ujung ruangan reflek mengangkat tangan ketika arya menghadap ke arahnya. siap. agar arya bisa melanjutkan acara kembali karena makanan berhenti di edarkan untuk sementara.
“hahahaha ladies and gentleman, i invite you to stand up and raise your glass. say cheers to javerio and rain marriage. kita doakan mereka selalu bersama dalam keadaan apapun di atas pernikahan, sekarang, besok, selamanya.” arya mengangkat gelas tinggi-tinggi, memandu mengatakan cheers sebelum menegak isinya dalam sekali jalan.
suara menggema sesaat membuat tubuh merinding, jave dan rain yang kini berdiri itu memandang tiap-tiap wajah dengan penuh rasa terima kasih. terlebih pada orang-orang terdekat yang mau mendukung hingga detik ini terjadi.
lampu pesta dipadamkan beberapa, membuat suasana yang tadinya masih terang menjadi sedikit redup. musik lembut kembali mengalun bersamaan dengan hidangan ringan yang kembali mengedar.
“dansa bego.” arya nyolot, melotot pada jave yang masih melongo berhadapan dengan rain dan membuang waktu. arya dan kejudesannya hingga detik ini tak luntur meski sepersen.
“sabar, ini gue mikir.”
“ye.”
“lagian perasan lo dulu gak bisa ngomong? kenapa mendadak jadi mc dah?”
“HEH. ini namanya people changed bre!!”
halah. jave mendengus, memilih tak peduli pada arya dan kini menghadap ke rain kembali. “yuk rain.” ajaknya tersenyum, mengulurkan tangan.
“ini mah namanya dansa free style ya kak ya?” rain bingung sendiri meski tetap enjoy mengikuti arah kaki jave yang bergerak sesuai irama.
“lumayan lah. gini-gini tadi pas dikasih tau dadakan aku langsung liat youtube.”
pfft. rain hampir tertawa, namun batal, karena ingat ada ratusan pasang mata yang melihat.
jika dilihat dari jauh keduanya memang romantis sekali, namun ketika didengar dari dekat yang ada hanya keributan semata.
seperti..
“itu kaki kananmu nginjek aku, omong-omong.”
“lah masa?????”
“iya beneran, untung gak kena ujung heels. bisa bolong kakiku entar.”
“heh omongannya!!!”
atau..
“kamu tau tadi aku liat ada udang terbang.”
“hah? dimana?”
“mejanya juna, si lukas gak bisa pake sumpit.”
“hah? hahahahahaha astaga.”
atau lagi..
“please jangan megangin perut, turun dikit ke pinggul aja please please.”
“lah kenapa sih?” meski bertanya, jave tetap menurut.
“aku tadi habis nyomot makan pasti ada bagian yang bentuk belut.”
“ya Tuhannnnnn, rain astaga..”
“yeeeee, serius.”
dan, ucapan random gak jelas yang lain.
sesaat mereka kembali tenang, kembali menatap mata satu sama lain tanpa diminta sambil bermain lewat tatapan mata saja. ya, tak pelak, jave dan rain memang sama-sama pintar membangkitkan kupu-kupu. dengan jave yang sudah pro, dan rain yang baru join member pro.
bersamaan dengan tiap obrolan yang menguar lewat tatap mata karena keduanya telah sepenuhnya hanyut, separuh lampu dalam ruangan berubah mode menjadi remang-remang. membuat suasana menjadi semakin romantis tanpa ada yang meminta. mungkin EO mereka tau waktu yang tepat untuk mengganti suasana.
jave menunduk, menatap dress rain yang gemerlapnya tampak terang dalam remangnya ruangan.
“have i thank you for this, kak?” rain berucap, menatap mata jave yang masih sibuk meniti dress cantiknya.
laki-laki itu spontan mengalihkan tatap menuju mata rain kembali. “for what?”
“everything.”
“gombaaaaal.”
“hahahah serius.”
jave menggeleng. “dalam hubungan itu yang terjadi adalah timbal balik rain. jadi, gak perlu ucap terima kasih ke aku karena aku pasti juga bakal selalu mau ngucap kata yang sama ke kamu.”
rain tersenyum, matanya berkaca-kaca sempurna. kali ini ia benar-benar abai oleh segala mata yang memandang akibat sudah jatuh terlalu dalam pada tatap mata jave yang teduh di hadapannya.
“shall we kiss again tonight?”
jave menyeringai, “shall we?”
“ih?? balik nanya???”
“hahahahahaha of course. cause, why not?” jave menaikkan sebelah alis, mengikis jarak secara cepat agar bisa mencium gadisnya yang tumben-tumben meminta duluan.
di bawah puluhan lampu ruang yang mendukung suasana dan gemerlap dress rain yang memantulkan cahaya cantik ketika dalam gelap, jave tersenyum. ia masih mengecup bibir rain lama tanpa ada gerakan berarti selain elusan tangan yang menjalar hangat di bawah sana.
suara riuh rendah terdengar keras, namun, mereka berdua tak peduli. dan sebelum rain menjauhkan wajah mundur akibat gerah, tangan jave sudah terlebih dulu terangkat, menutup jarak pandang seluruh undangan dan kamera karena jelas ia akan melakukan hal gila lainnya.
tubuh rain tersentak kaget, jave melumat bibirnya pelan di hadapan ratusan undangan. meski hanya sebentar dan bibirnya sudah ditutupi tangan, tak pelak tindakannya ini menuai teriakan ricuh para undangan yang bisa menebak. termasuk kalandra yang kini heboh meninju kursinya sendiri.
“kak!”
“apa?”
“hsssssss.”
“loh apa kok malah simulasi jadi siluman ular?”
sial.
rain yang mau mengomel jadi batal seketika akibat tertawa receh.