waterrmark. 17+ lower case.

aku nggak menyebutkan visualisasi siapapun di dalam cerita ini, jadi silahkan berimajinasi sesuka kalian.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

gadis itu berjalan seorang diri menyusuri koridor apartment dengan wajah merah padam akibat mabuk dalam sebuah pesta pernikahan yang sebelum ini dihadirinya.

bukan.

tentu bukan keinginannya untuk pulang dalam keadaan mabuk seperti ini.

“pesta apaan sih sampai minumannya semua beralkohol kayak gitu..” ia meracau seraya menekan-nekan password apartmentnya.

bip.

pintu tersebut akhirnya terbuka dan gadis itu segera masuk, lalu menutupnya kembali.

belum sampai langkah kakinya mendarat di dalam kamar, netra gadis itu sudah menangkap pergerakan seseorang yang tengah duduk dengan mata melotot di area ruang tengah.

“jevan?” sipitnya ketika melihat sosok itu bangkit dan berjalan mendekat.

“kamu mabuk? udah sinting ya nat?”

nata, sang empunya nama, langsung menggeleng, “gak sengaja, tadi itu aku lagi haus, jev..”

“terus ini tadi kamu pulang dianter siapa?”

“hm, marco.”

“what? your ex right?” jevan mengerutkan alisnya, tampak sensitif mendengar nama marco keluar dari bibir nata malam ini.

“hm.. pusing banget.” gadis itu mengeluh, kemudian memegang pundak kekar jevan yang tertutup kaos hitam, “ac-nya nyalain dong jev.”

bukannya mengindahkan permintaan nata, jevan malah berkacak pinggang. “kamu mabuk, kepanasan, pusing juga, terus pulang bareng marco yang sedikit banyak otaknya mesum kayak gitu.. yakin kamu gak disentuh?”

nata menggeleng lagi, “gak tau. tadi aku di mobil ketiduran.”

“kerasa disentuh apa nggak?”

gadis itu mengibas tangannya, “kamu kok malah ngajakin aku tanya jawab sih..”

“ck.”

“ac jev, please.” keluhnya memohon, “panas.”

“ini ac udah nyala 16° anjir. lagian kamu ini minum seberapa banyak coba..”

“hehe.”

“hahahehe, duduk sana di kursi aku ambilin minum aja.” jevan mengusir tangan nata yang masih bertengger di pundaknya, membuat gadis yang menumpukan sebagian berat tubuhnya itu langsung oleng dan jatuh ke depan.

ke pelukan jevan.

“astaga nat nat... lain kali jangan minum aneh-aneh di acara orang deh ya.. baru mabuk sekali aja udah kayak gini modelannya.” jevan mencibir, lalu memegangi pundak nata yang baru ia sadari terdapat bercak kemerahan.

tidak tanggung, ada 3 bercak yang tersebar disana.

“nata?” lelaki itu melongo, “ini merah ada 3 begini kenapa?” tanyanya.

“hm?”

“kamu dicupang nat..” umpatnya seraya mengelus bahu tersebut dengan perasaan emosi yang mulai memuncak. “dasar marco anjing.” desisnya pelan.

tidak mendengar kekesalan jevan didepannya, nata mulai memijat pelipisnya yang makin terasa pening, “jev.. can your turn on the ac pleaseee?.”

“kamu beneran nggak inget di apain lagi sama marco selain ini nat?” tanyanya tidak menggubris keluhan nata, lalu mulai memegang kedua pundak gadis itu yang terasa begitu halus dan mulus.

nata menggeleng, ia benar-benar tidak ingat apapun karena tertidur.

yang ia tau pasti adalah tubuhnya yang sekarang kepanasan, “please jev, serius panas banget.”

“ya iyalah kepanasan! mabuk sampe ga inget apa-apa gitu.” decak jevan, lalu akhirnya meraih jemari nata agar mengikutinya berjalan ke arah sofa ruang tengah, tepat di bawah ac ruangan supaya gadis itu tidak protes kepanasan terus menerus.

“duduk sini diem. aku ambilin air buat bersihin badan dulu bentar.” titahnya, lalu membiarkan nata duduk disana dan lanjut berjalan untuk mengambil air serta kain di kamar mandi.

tak lama kemudian jevan sudah kembali, namun pemandangan di depannya spontan membuat lelaki itu menelan ludahnya kasar.

nata yang tengah duduk tegak sembari tangannya sibuk mencari resletting dress benar-benar hampir menggoyahkan imannya.

“heh. aturan panas tapi jangan main buka-buka di depanku dong.” jevan meletakkan baskom airnya dengan gemas kemudian menahan tangan nata yang masih sibuk mencari-cari.

“jev.. bohong ya kamu, acnya mati gitu.”

“sinting nih anak mati rasa beneran.”

“bantu lepasin dressnya bisa nggak sih jev?” gadis itu bertanya dan sekali lagi tangannya terangkat untuk mencari letak pengait kain tersebut.

“tolong jangan gila. aku ini cowok dan punya batasan sendiri.”

“ck.” nata mendengus kemudian menyenderkan tubuhnya dengan pasrah ke senderan kursi dibelakangnya. “panas, pusing, malah dimarah-marah.” gerutunya, lalu memejamkan mata.

jevan berulang kali mengelus dada agar sabar menghadapi tingkah gadis itu malam ini.

“sini kakinya, aku lap dulu ya?” lelaki itu berucap, lalu menarik kaki mulus nata ke atas pangkuannya.

dengan telaten dilepasnya heels hitam yang terpasang itu lalu mulai mengelap perlahan telapak kakinya, begitupun ia lakukan dengan kaki satunya.

“jev.. bau gak?”

“apanya?”

“hmm, kaki.”

jevan mendengus, “banget. makanya jangan mabuk biar bisa bersihin sendiri.” ia berucap, lalu meletakkan kembali kaki nata agar menapak bebas di lantai.

“tangan sini.” pinta jevan seraya menggeser pantatnya mendekat.

“ngapain tangan? tangan aku bersih.”

“kalo gitu bahu. aku nggak suka ada bekas bibir orang di badan kamu.” lelaki itu berucap dan membasuh kembali kain ditangannya.

dengan perlahan diusapkannya kain itu ke bahu nata yang kini warnanya sudah berubah menjadi keunguan.

sial.

emosi jevan kembali naik ke ubun-ubun membayangkan marco memainkan lidahnya di bahu putih nata tersebut.

“besok aku bikin babak belur si marco.” desisnya, kemudian meletakkan lap itu kembali ke baskom.

“kenapa?”

“masih bisa nanya kenapa?! dia cupang kamu nat. sadar dong.” jevan hampir mengumpat.

“hm.”

“kalo bisa besok sheena sama saka aku labrak juga soalnya ngasih minuman beralkohol gini ke kamu.” lanjutnya mendengus.

“iya, marahin aja. terserah.” balas nata, lalu menyenderkan kembali kepalanya di kursi.

“masih panas?”

“banget.”

jevan menyerah, lelaki itu mengulurkan tangannya agar gadis itu terduduk tegak, “sini, aku bantu lepas.”

“tadi gak mau, sekarang mau.” nata mencibir pelan setelah punggungnya sudah menjauh dari senderan kursi.

“udah dibantu masih iya aja protes.” gerutu jevan seraya meraih punggung nata mendekat, dengan maksud mencari kaitan dress nata yang memang berada di area punggung.

posisi mereka sekarang sudah seperti orang yang mau berpelukan.

padahal mah apaan.. nggak banget.

“jev, kamu kok wangi banget?” gadis itu tiba-tiba bertanya dan mengendus area leher jevan perlahan.

“shh, kamu ngapain?” desis jevan kaget, lelaki itu bahkan sampai batal menurunkan resletting yang sudah ia temukan tempatnya.

“wangi. pake sabun apa?” nata menempelkan hidungnya mendekat sehingga bisa leluasa mengendus leher lelaki itu.

sial.

jevan benar-benar merasa terkutuk malam ini.

tanpa banyak bicara lelaki itu menurunkan resletting dress nata dan menarik badannya mundur.

“jangan gitu, pertahanan lelaki itu ada batasannya tau.”

“ini udah lepas?”

“hmm.”

“makasih ya jev.”

“makasah makasih, sana pergi masuk kamar aku mau pulang.”

nata tidak mendengarkan dan kini mulai mengeluh lagi, “orang mabuk pantes aja bisa kecelakaan kalo nyetir.. pusing banget gini.”

hening.

jevan hanya menatap lurus ke arah nata yang kini sedang memandang kosong ke arah televisi mati di depan sana.

sedetik kemudian ia menyadari jika nata nampak begitu cantik dan yeah, cukup seksi, dengan balutan dress hitam yang kini pundaknya mulai terbuka sempurna.

mata coklatnya terlihat sayu dan rambutnya yang biasanya rapi kini tampak sedikit berantakan.

beberapa anak rambutnya bahkan jatuh menutupi dahi dan sebagian pipinya.

jevan menghela nafasnya, mencoba mengendalikan perasaan aneh yang timbul di dalam tubuhnya.

sial.

pergerakan tubuh nata yang membuat dressnya melorot sanggup membuat darahnya berdesir, “ini gue jadi ikut kepanasan kalo lo gini nat astaga.” cowok itu mendesis seraya menarik pergelangan tangan nata, “pindah kamar buruan.”

“pusing jev.”

“iya pusing makanya tidur di kamar.”

“panas.”

“si saka anjir banget, gue gebuk bareng marco mampus dah lo sak.” jevan meraup wajahnya kasar kemudian bangkit berdiri. “ayo jalan nat.”

“no.”

“kok ngeyel banget kenapa sih?”

“kamu berisik aku makin pusing.” mata gadis itu mendongak menatap mata jevan yang kini sudah terlihat frustasi.

“jangan liatin aku dengan keadaan kayak gitu.........” geramnya, “itu bajunya naikin dulu buruan.”

“justru mau dilepas kenapa harus dinaikin lagi?”

astaga.

jevan rasanya kepingin jedukin kepala ke pinggiran tembok biar pingsan sekarang.

□ □ □ □ □ □

lanjutnya? oh sebentar. aku lagi cek peminatnya dulu soalnya ;)

jadi, silahkan di likes, rt, rep, atau qrt jika memang suka ya ♡