what kind of friend are we?


celine melangkahkan kakinya masuk ke unit yang ditinggali oleh kalandra dan 2 temannya. ada di lantai atas dan benar terlihat mewah. langit biru cerah yang terbentang luas berhias kapas putih terlihat dari jendela kaca besar yang gordennya terbuka lebar.

kaki gadis itu sontak lemas beberapa detik sebab kondisi ruangan yang super nyaman dan memiliki bau mint segar bercampur wangi menenangkan yang tidak bisa celine jabarkan lagi. siapapun tidak akan pernah menyangka bahwa unit ini dihuni oleh 3 orang lelaki yang semuanya lepas orang tua.

“pake yang itu cel, punya gue.” kalandra menunjuk sepasang sandal rumah berwarna biru cerah dengan gambar kartun sinchan yang membuat celine reflek melotot akibat tidak percaya.

“sandal, lo??”

“gue suka sinchan. lucu tau..” kalandra terkekeh, menarik langkah agar celine segera mengikutinya lebih masuk ke dalam. duduk di ruang tengah tepat di hadapan tv.

kursi keluaran BMT tentu saja, bisa terlihat dari label nama yang terjahit rapi pada tiap produknya. celine reflek salah tingkah sendiri.

“gue boleh keliling kek orang yang mau beli rumah gak?”

“hahaha boleh.” lelaki itu menjawab. membiarkan celine mengeksplor unitnya sebentar, sedangkan kakinya mulai melangkah menuju kulkas. mencari air mineral atau apa saja yang bisa diminum oleh model yang tengah menjaga proporsi tubuh.

“kalandra..” celine tau-tau memanggil.

“ya?”

“ini lo ganteng banget anjir.” celine yang berjalan di sekitar lemari putih kecil itu menunjuk sebuah foto yang terpajang sambil menutup mulutnya rapat-rapat. super dramatis. namun pujiannya barusan benar keluar diluar kendali. ia yakin bahwa siapapun gadis diluar sana juga akan mengeluarkan kalimat puji serupa jika melihat foto tersebut.

kalandra tidak bergerak dari posisinya. kaku beberapa detik dengan telinga memerah menahan malu. matanya kini bahkan sudah fokus menatap pergerakan celine yang terus berjalan mengitari unit. hingga akhirnya langkah gadis itu berhenti tepat di depan foto besar yang ada di dinding perbatasan kamar gibran dan javerio. foto tim basket kalandra ketika SMA bersama dengan tim tari clara. tim inti DBL.

“wah............” celine lagi-lagi mengatup bibir. memperhatikan lamat-lamat siapa saja orang yang ada di foto tersebut meskipun tidak ada yang ia kenal selain gibran.

“itu cewek cakep-cakep princess lo juga kah kal?”

“kan gue bilang gak semua cewek gue jadiin princess toh miles.” kalandra menggeleng, duduk di sofa sambil menaikkan dua kakinya.

“apa kriteria cewek biar bisa jadi princess lo?” celine memaling wajah penasaran, memutuskan untuk ikut duduk di sebelah kalandra saja.

“hmm..” lelaki itu berdeham panjang, tampak berpikir. “cewek-cewek yang tertarik sama gue?”

celine mengerut alis. “nyebelin juga tu alesan..”

“hahaha. bercanda. itu 50%nya doang.”

“50nya lagi?”

“karna gue tertarik.”

sinting! celine hampir melebur bersama kursi saking terkejutnya, membuat kalandra hanya tertawa singkat sembari menunjuk wajahnya. “dah sini, katanya mau raba-raba muka gue.” ujarnya kemudian.

“se-karang?”

“ya kalo lo mau lama-lama disini gue sih oke.” kalandra menaikkan sebelah alis, lalu menopang dagu sambil menatap celine.

“dih.” gadis itu reflek salah tingkah. lagi. “cuci muka dulu sana buruan.”

“lo gak mau bantuin gue cuci muka?”

“KALANDRA LO GUE TAMPOL YA SEKALI LAGI GODAIN GUE!!”

lelaki itu terkekeh, lantas mencubit pipi celine sebentar. “lucu banget sih lo.” ujarnya, lalu meraih ponsel dari atas meja untuk menghubungi jave. S&K yang berlaku setiap penghuni apartment membawa lawan jenis masuk ke dalam.

setelah telponnya diangkat, lelaki itu segera meletakkannya kembali di meja dan melangkah ke toilet. hendak mencuci muka.

“miles.” kalandra berujar ketika kakinya masih di ambang pintu toilet. “itu telponnya nyala.” ujarnya, menunjuk ponsel. “in case lo kebelet kentut atau apa boleh ke kamar gue aja dari pada temen gue kedengeran.. tuh, kamar gue yang paling pojok.”

“IH GUE GAK KEBELET BEGITUAN ANJIR YANG BETUL AJA.”

kalandra reflek tertawa. “bercandaaaa.”


“kenapa telponnya gak dimatiin aja?” celine setengah berbisik ketika kalandra akhirnya kembali duduk di tempatnya semula.

“dia takut gue ngapa-ngapain lo.”

“oh.. EH KAL KALO HANDUKIN WAJAH JANGAN LO SERET ANJIR.” celine batal berkomentar dan reflek mencekali pergelangan tangan kalandra. “ditepuk-tepuk aja.. kayak gini.” lanjutnya, menarik handuk putih itu perlahan dan menepuk-nepuknya halus pada permukaan kulit bersih kalandra.

lelaki itu tersenyum, memajukan badan agar celine tidak kesusahan. namun gerakannya barusan malah membuat celine tidak konsentrasi dan makin salah tingkah.

“tuh ah udah.”

“belum nih di deket alis masih basah.”

“jangan usil please lo diem aja.”

kalandra tertawa kecil, namun menurut. netranya kini menatap celine yang mulai membukakan sheet mask agar bisa ia pakai. “sini gue bukain.” ujarnya kala melihat celine kesusahan. tangannya bergerak meraih bungkusan hijau tersebut dan membukanya cepat.

“hehe. yuk sana rebahan biar enak gak melorot. atau apa deh terserah cari posisi enak lo aja.”

“tidur di kaki lo?”

“STRESS KAH ANJIR?” celine reflek meledak. kumpulan bapernya yang sejak lama menumpuk itu meluap dalam sekali teriak. wajahnya memerah dan ia merasa gerah bukan main.

“kal? kalandraaaaa.” suara dari ponsel yang sejak tadi senyap itu mulai terdengar.

“gue kepleset.” kalandra tertawa, memberikan alasan.

“awas lo ya.. anak orang jangan diganggu!”

“dih.” kalandra reflek mencibir, “asal lo tau miles, kemarin dia bikin barang jatuh-jatuh di lantai atas.” bisiknya.

“ngapain?”

“mana gue tau? gue kemarin lebih pilih telponan sama lo.”

hening.

celine hanya bisa mengangguk dengan perasaan kacau awut-awutan. tangannya yang bergerak mengeluarkan sheet mask bahkan sampai bergetar. mengingat obrolan kemarin malam yang bahkan posisi keduanya sama-sama berada di bawah naungan cahaya kuning di langit sana.

“yah gue lupa! sibak dulu rambutnya ke belakang gih kal. gue pasangin dulu ini nanti terus gue bantu bandoin.”

kalandra menurut, mencekali rambutnya ke belakang. diam-diam lelaki itu menikmati ekspresi celine yang selalu memujinya lewat mata. gadis dengan baterai kelewat penuh yang kadang bisa mengeluarkan isi pikirannya secara terang-terangan itu membuat kalandra gemas bukan main.

“gimana sih mbak salonnya gak professional. masa customernya diajak kerja begini.”

“maklum mas, pertama kali.”

kalandra hanya tersenyum lebar dan membiarkan tangan celine perlahan bergerak maju untuk memasangkan masker putih pada wajah kalandra dan membenarkannya agar rapi.

“wajah lo kecil banget kal.” celine berkomentar seraya terus melipat-lipat bagian yang kedodoran. “gemes banget suer kecil. lo kalo helm-an pake helm pak supri apa gak tenggelem anjir.”

“siapa pak supri?”

“yang jual es degan deket pertigaan rumah gue.”

“jauh banget.” kalandra membalas, menatap celine yang kini malah tertawa di posisinya duduk itu sambil terus membenarkan lipatan masker di wajah kalandra.

“nah udah. sini rambutnya, lo punya bando gak kal?”

“gak, karet tuh ada.”

“mana karet?”

“karet nasi goreng?”

“STRESS LO YA.” celine tidak habis pikir, memutuskan untuk menggeledah isi tasnya saja siapa tau ada karet kecil-kecil di dalamnya. dan setelah menemukannya, gadis itu langsung mengambil alih rambut kalandra.

“gue iket kayak anak ayam lepas gak papa ya?” celine bertanya, menatap kalandra.

“suka-suka lo. mau lo kelabang miring juga gue gak masalah.”

“dih.” celine mengerjap, memutuskan untuk fokus membenarkan rambut saja ketimbang jantungnya makin diombang-ambing.

“hm.. menurut lo gimana cara manusia tau kalo lagi tertarik sama lawan jenis miles?” kalandra membuka topik. bertanya ketika tangan celine masih sibuk di atas kepalanya.

“tertarik ya tertarik aja sih. masa gak ngerti? kayak jantung lo mau pecah gitu pas deket-deket. terus tangan lo keringetan pas berduaan. atau.. lo pernah denger lagu smash gak? yang kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku.. nah tuh, kek begitu...”

“hahahahahahaha anjir.”

“atau ini nih, yang di drama-drama..”

“apa?”

“kalo lo kepengen cium, berarti lo tertarik. kek lo bandingin aja ya misalnya liat cewek A sama cewek B. pasti feelnya beda.”

“berarti lo kalo liat gue sama gibran pengen cium yang mana?”

celine melotot, tidak menjawab. hatinya makin acak-acakan. tangannya yang masih menguncir itu bahkan sudah bergerak menarik rambut kalandra kuat-kuat agar mulut lelaki itu diam saja.

“ampun cel hahahaha sumpah jambakan lo maut juga.”

“makanya!!!!!”

“padahal gue serius penasaran.”

“kalo menurut lo sendiri gue pengennya yang mana?”

“gue lah?” kalandra percaya diri.

“ih gue sumpel lo ya asli.” celine menarik mundur badannya, menarik tas yang ia bawa dari atas meja sembari menetralkan detak jantung.

“nih dompet lo.” ujarnya, menyerahkan dompet titipan kalandra kemarin siang.

“gitu doang?”

“maksudnya?”

“lo gak buka dompet gue sama sekali ya?”

celine mengernyit. “lo kira tangan gue usil? cukup bibir gue aja yang stress kal sumpah tangan gue jangan ikut-ikutan. kata kakak gue, gue udah cukup gila terlahir dengan otak rada spesial ini.”

kalandra reflek cemberut. “padahal ada kertasnya. gue udah mikir 15 menit di parkiran..”

“kertas apaan?”

“ah gak tau ah males gue.”

“IH KALANDRA LO JANGAN NGAMBEK GUE GAK KUAT.”

“males males.” kalandra hendak bangkit berdiri untuk sok merajuk, namun dicekali oleh celine.

“kalllllll.”

“apaaaa?”

“sini gue liat. jangan berdiri-berdiri udah lo rileks aja disini duduk.”

“tidur di kaki lo?” kalandra mengulang kalimat sama seperti di awal tadi.

celine memejam mata. sudah cukup sinting untuk menanggapi lebih lanjut. kepalanya bahkan sudah berkedut ketika akhirnya memutuskan untuk mengangguk. “sini.” ia menepuk pahanya pelan. mengizinkan.

kalandra menarik senyum usil setengah puas itu sebentar, lalu menurut.

“nih.” lelaki itu menyerahkan dompet kembali ke tangan celine. kepalanya ia benarkan dengan pas di ujung lutut gadis itu agar tidak terganggu. toh, pada dasarnya kalandra memang hanya ingin mengusili jantung celine saja awalnya.

gadis itu lantas menerima dompet dengan tangan bergetar sebab kepala kalandra yang kini sudah tergeletak di atas kakinya. gila, jantungnya seakan merosot hilang dan berlarian lepas. isi otaknya bahkan makin hang, kacau.

“gue taruh di tempat uang. buka aja.”

“kertas sobekan jelek nih kah?”

“jangan lo ledek dong princess, isinya gue mikir banget itu.”

celine menarik kertas putih tersebut dan membuka lipatannya. meski banyak coretan sebab salah tulis dan lain sebagainya, tulisan dengan maksud mengundang itu terbaca jelas di bagian bawah.

MOONIGHT-date. location : - date/time : sat 8p.m – .... dresscode : senyaman lo.

gadis itu reflek mencengkram kuat ujung jaket yang ia pangku. bahkan ingin berteriak saja rasanya.

“udah gak? lo baca tulisan setaun.”

“DIAM BODOH.”

“iya gue diem.” kalandra terkekeh, lanjut memejamkan mata. membiarkan celine berpikir dan bergelut dengan isi otaknya sendiri cukup lama hingga akhirnya namanya dipanggil.

“kal..”

“hm?”

“jangan main-mainnnnn sama gue pleaseeeeee.. kalo gue udah beneran minta lo tanggung jawab lo bakal gue kejar sampe benua afrika anjir sumpah.”

“gak perlu ngejar sampe afrika cel, gue disini.”

STRESS!

celine langsung kolaps, menyenderkan badannya sendiri ke sandaran sofa sebab lemas sempurna. tidak mengetahui bahwa diam-diam kalandra juga menelan ludahnya serat di atas pangkuan. jantungnya ikut meledak-ledak.