waterrmark

■ J E V A N A T A

i've publish it before au SAKA KAYNA MARCO publish jadi mohon maaf kalo namanya sama, aku emang agak males mikir nama sih sksksk.

anw : ▪︎ i don't use any FIGURE to this story, so just imagine it yourself.

▪︎ lower case.

▪︎ 21+ ONLY.

▪︎ ngasih feedback nggak sesusah nulis narasi kok ya marilah berikan satu dua cuap kata untuk oneshot ini.

■ ■

gadis itu berjalan seorang diri menyusuri koridor apartment dengan wajah merah padam akibat mabuk dalam sebuah pesta pernikahan yang sebelum ini dihadirinya.

bukan.

tentu bukan keinginannya untuk pulang dalam keadaan mabuk seperti ini.

“pesta apaan sih sampe semua minumannya beralkohol kayak gitu..” ia meracau seraya menekan-nekan password apartmentnya.

bip.

pintu tersebut akhirnya terbuka dan gadis itu segera masuk, lalu menutupnya kembali.

belum sampai langkah kakinya mendarat di dalam kamar, netra gadis itu sudah menangkap pergerakan seseorang yang tengah duduk dengan mata melotot di area ruang tengah.

“jevan?” sipitnya ketika melihat sosok itu bangkit dan berjalan mendekat.

“kamu mabuk? udah sinting ya nat?”

nata, sang empunya nama, langsung menggeleng, “gak sengaja, tadi itu lagi haus, jev..”

“terus ini tadi kamu pulang dianter siapa?”

“hmm, marco.”

“what? your ex right?” jevan mengerutkan alisnya, tampak sensitif mendengar nama marco keluar dari bibir nata malam ini.

“hng.. pusing banget.” gadis itu mengeluh, kemudian memegang pundak kekar jevan yang tertutup kaos hitam, “ac-nya nyalain dong jev.”

bukannya mengindahkan permintaan nata, jevan malah berkacak pinggang. “kamu mabuk, kepanasan, pusing juga, terus pulang bareng marco yang sedikit banyak otaknya mesum kayak gitu.. yakin kamu gak disentuh?”

nata menggeleng lagi, “gak tau. tadi aku di mobil ketiduran.”

“kerasa disentuh apa gak dong?”

gadis itu mengibas tangannya, “kamu kok malah ngajakin aku tanya jawab sih..”

“ck.”

“ac jev, please.” keluhnya memohon, “panas.”

“ini ac udah nyala 16° anjir. lagian kamu tadi minum seberapa banyak coba?”

“hehe.”

“hahahehe, duduk sana di kursi aku ambilin minum aja.” jevan mengusir tangan nata yang masih bertengger di pundaknya, membuat gadis yang tadinya menumpukan sebagian berat tubuhnya itu langsung oleng dan jatuh ke depan.

ke pelukan jevan.

“astaga nat nat... lain kali jangan minum aneh-aneh di acara orang deh ya.. baru mabuk sekali aja udah kayak gini modelannya.” jevan mencibir, lalu memegangi pundak nata yang kemudian ia sadari sudah terdapat bercak kemerahan.

tidak tanggung, ada 3 bercak yang tersebar disana.

“nata?” lelaki itu spontan melongo, “ini merah ada 3 begini kenapa?” tanyanya.

“hm?”

“kamu dicupang ya?” tanyanya sedikit nyolot, “emang dasar marco anjing.” lanjutnya mendesis pelan.

tidak mendengar kekesalan jevan didepannya, nata mulai memijat pelipisnya yang makin terasa pening, “jev.. can your turn on the ac pleaseee?”

“kamu beneran nggak inget di apain lagi sama marco selain ini nat?” tanyanya tidak menggubris keluhan nata, lalu mulai memegang kedua pundak gadis itu dan memutar-mutarnya ringan.

nata menggeleng, ia benar-benar tidak ingat apapun karena tertidur.

yang ia tau pasti adalah tubuhnya yang sekarang kepanasan, “please jev, serius panas banget.”

“ya iyalah panas! mabuk sampe ga inget apa-apa gitu.” decak jevan emosi, sedetik kemudian ia meraih jemari nata agar mengikutinya berjalan ke arah sofa ruang tengah, tepat di bawah ac ruangan supaya gadis itu tidak protes kepanasan terus menerus.

“duduk sini diem. aku ambilin air buat bersihin badan dulu bentar.” titahnya, lalu lanjut berjalan untuk mengambil air serta kain dari kamar mandi.

tak lama kemudian jevan sudah kembali, namun pemandangan yang ada didepannya itu spontan saja membuatnya menelan ludah kasar.

nata yang tengah duduk tegak sembari tangannya sibuk mencari resletting dress benar-benar hampir menggoyahkan imannya.

“heh. aturan panas tapi jangan main buka-buka di depanku dong.” jevan meletakkan baskom airnya dengan gemas kemudian menahan tangan nata yang masih sibuk mencari-cari.

“jev.. bohong ya kamu, acnya mati gitu.”

“sinting nih anak mati rasa beneran.”

“bantu lepasin dressnya bisa nggak sih jev?” gadis itu bertanya dan sekali lagi tangannya terangkat untuk mencari letak pengait kain tersebut.

“tolong jangan gila. aku ini cowok dan punya batasan sendiri.”

“ck.” nata mendengus kemudian menyenderkan tubuhnya dengan pasrah ke senderan kursi dibelakangnya. “panas, pusing, malah dimarah-marah.” gerutunya, lalu memejamkan mata.

jevan berulang kali mengelus dada agar sabar menghadapi tingkah gadis itu malam ini.

“sini kakinya, aku lap dulu ya?” lelaki itu berucap, lalu menarik kaki mulus nata ke atas pangkuannya.

dengan telaten dilepasnya heels hitam yang terpasang itu lalu mulai mengelap perlahan telapak kakinya, begitupun ia lakukan dengan kaki satunya.

“jev.. bau gak?”

“apanya?”

“kaki.”

jevan mendengus, “heem. bauuuuu banget. makanya jangan mabuk biar bisa bersihin sendiri.” ia berucap penuh penekanan, lalu meletakkan kembali kaki nata agar menapak bebas di lantai.

tentang kaki bau itu bohong, tentu saja.

“tangan sini.” pinta jevan seraya menggeser pantatnya mendekat.

“ngapain tangan? tangan aku bersih.”

“kalo gitu bahu. aku nggak suka ada bekas bibir orang di badan kamu.” lelaki itu berucap dan membasuh kembali kain ditangannya.

dengan perlahan diusapkannya kain itu ke bahu nata yang kini warnanya sudah berubah menjadi keunguan.

sial.

emosi jevan kembali naik ke ubun-ubun membayangkan marco memainkan lidahnya di bahu putih nata tersebut.

“besok aku bikin babak belur si marco.” desisnya, kemudian meletakkan lap itu kembali ke baskom.

“kenapa?”

“masih bisa nanya kenapa?! dia cupang kamu nat. sadar dong.” jevan hampir mengumpat.

“hm.”

“kalo bisa besok sheena sama saka aku labrak juga soalnya ngasih minuman beralkohol gini di acara pesta.” lanjutnya mendengus.

“iya, marahin aja. terserah.” balas nata, lalu menyenderkan kembali kepalanya di kursi dengan posisi tidur menyamping.

“masih panas?”

“hmm.”

jevan menyerah, lelaki itu mengulurkan tangannya agar gadis itu terduduk tegak, “sini, aku bantu lepas.”

“tadi gak mau, sekarang mau.” nata mencibir pelan  setelah punggungnya sudah menjauh dari senderan kursi.

“udah dibantu masih iya aja protes.” gerutu jevan seraya meraih punggung nata mendekat dengan maksud mencari kaitan dress yang memang berada di area itu.

posisi mereka sekarang sudah seperti orang yang mau berpelukan.

padahal mah apaan?

duh! nggak banget..

“jev, kamu kok wangi?” gadis itu tiba-tiba bertanya dan mengendus area leher jevan perlahan.

“shh, kamu ngapain?” desis jevan kaget, lelaki itu bahkan sampai batal menurunkan resletting yang sudah ia temukan tempatnya.

“wangi. pake sabun apa?” nata menempelkan hidungnya mendekat sehingga bisa leluasa mengendus leher lelaki itu.

sial.

jevan benar-benar merasa terkutuk malam ini.

tanpa banyak bicara lelaki itu menurunkan resletting dress nata sampai ke bawah lalu menarik badannya mundur.

“jangan gitu, pertahanan lelaki itu ada batasannya tau.”

“ini udah lepas?”

“hmm.”

“makasih ya jev.”

“makasah makasih, sana pergi masuk kamar aku mau balik.”

nata tidak mendengarkan dan kini mulai mengeluh lagi, “orang mabuk pantes aja bisa kecelakaan kalo nyetir.. pusing banget gini.”

hening.

jevan hanya menatap lurus ke arah nata yang kini sedang memandang kosong ke arah televisi mati di depan sana.

sedetik kemudian ia menyadari jika nata nampak begitu cantik dan yeah, cukup seksi, dengan balutan dress hitam yang kini pundaknya mulai terbuka sempurna.

mata coklatnya terlihat sayu dan rambutnya yang biasanya rapi kini tampak sedikit berantakan.

beberapa anak rambutnya bahkan jatuh menutupi dahi dan sebagian pipinya.

jevan menghela nafasnya, mencoba mengendalikan perasaan aneh yang timbul di dalam tubuhnya.

sial.

pergerakan tubuh nata yang membuat dressnya melorot hingga ke area dada sanggup membuat darahnya berdesir, “ini gue jadi ikut kepanasan kalo lo gini nat astaga.” cowok itu mendesis seraya menarik pergelangan tangan nata, “pindah kamar buruan.”

“pusing jev.”

“iya pusing makanya tidur di kamar.”

“panas.”

“si saka bajingan banget, gue gebuk bareng marco mampus deh lo sak.” jevan meraup wajahnya kasar kemudian bangkit berdiri. “ayo berdiri cepet.”

“no.”

“kok ngeyel banget kenapa sih?”

“kamu berisik aku makin pusing.” mata gadis itu mendongak menatap mata jevan yang kini sudah terlihat frustasi.

“jangan liatin aku dengan keadaan kayak gitu.........” geramnya, “itu bajunya naikin dulu buruan.”

“justru mau dilepas kenapa harus dinaikin lagi?”

astaga.

jevan rasanya kepingin jedukin kepala ke pinggiran tembok biar pingsan sekarang.

☆☆☆

“ayo nat......” jevan berucap sekali lagi dengan nada lebih sabar, walau sebenernya jantungnya cukup berdebar melihat dress nata yang terbuka dan menampakkan punggung putih serta bra berwarna hitam yang begitu kontras disana.

“kemana jev?”

“jangan main-main please?” ancamnya lalu mendudukkan tubuh kembali di samping nata.

“apa?”

“kamu ini anggep aku apa sih nat? sumpah lah aku ini cowok loh.”

nata diam dan menatap lamat-lamat netra jevan di hadapannya. “emang cowok.”

“terus kamu gak takut aku apa-apain gitu? aku udah puber please????? umur aja udah 24.”

gadis itu mengerutkan alis ketika merasa denyutan di kepalanya semakin menjadi-jadi.

bahkan beberapa benda di hadapannya terlihat berputar, membuat perutnya mual dan begitu ingin muntah.

“nat, ayo..”

“jev... mau muntah.”

“hah?”

“mual banget.”

“jangan ngada-ngada nat..” jevan seketika bingung mencari tempat yang tepat untuk menadah muntahan gadis itu.

“ayo berdiri buruan ke kamar mandi aja sana.” ucapnya ketika tidak menemukan benda yang tepat, bahkan baskom berisi air di depannya itu nampak terlalu kinclong untuk sekedar dijadikan wadah muntahan.

“awas kamu sampe muntah di bajuku.” ancam jevan ketika meraih tangan nata yang kini terasa begitu dingin.

namun lagi-lagi jevan merasa jika dirinya dikutuk, karena ketika gadis itu bangkit berdiri dressnya malah jatuh merosot hingga ke area pinggangnya.

menampakkan pemandangan yang begitu.. ah entahlah, jevan saja sampai speechless.

“nat, your dress.. astaga.”

“hoek.”

“anjeng. jangan muntah dulu.” omelnya ngegas, lalu tanpa memperdulikan sesuatu yang mulai mengeras dibawah sana, jevan menarik tangan nata dan menggiringnya ke toilet.

“sana muntah.” suruhnya seraya memegangi rambut nata menjadi satu kunciran.

darahnya kembali berdesir aneh ketika jemarinya tidak sengaja bersentuhan dengan kulit punggung nata yang benar-benar putih mulus tersebut.

“hoek.”

gadis itu memuntahkan segala cairannya, lalu setelah selesai segera bangkit tegak kembali.

“jev.. pusing.” keluhnya seraya membasuh bibir di wastafel toilet, raut wajahnya bahkan sudah hampir menangis.

“masih mual gak?”

nata menggeleng dan membalik tubuhnya untuk menghadap ke arah lelaki itu. “bentar, perutku masih gak enak.” ucapnya seraya berpegangan pada dada bidang jevan.

“sh, pegangan wastafel bisa kali?”

“hm?”

“nat please..” jevan berucap dengan nada rendah, “aku ulang lagi, aku ini cowok.”

“iya.”

“shhhh nataaaaaaaaaa...” jevan benar-benar frustasi kali ini.

kedua tangan yang tadi masih menggelantung bebas itu mulai tergerak untuk bertumpu pada wastafel di belakang tubuh nata.

membuat jarak di antara mereka menyempit dan nata terpaksa mundur hingga pantatnya menempel tepat didekat tangan jevan yang kini meremat keras bibir wastafel.

“aku tau kamu mabuk, aku bahkan udah nahan diri sejak tadi kamu ngendus leherku, tapi.. argh.. gatau deh.” jevan menggeram seraya menutup matanya rapat.

netra nata yang menatapnya dalam hening tanpa protes bahkan membuatnya lebih gila lagi.

“jev.. kamu wangi banget.”

nata mengulang kalimat tersebut dengan tangan yang mulai meraba leher dan sesekali mengelusnya.

“hng.” jevan mengerang ketika merasa semakin sesak dibawah sana.

sentuhan nata dan tatapan sayunya sudah tidak bisa membuat jevan menahan diri.

dengan cepat lelaki itu mengikis habis jarak dengan memeluk tubuh nata yang sudah hampir telanjang itu.

“hmmh, jev...” erang nata setengah terkejut.

lelaki itu tidak mendengarkan, lalu mulai mengelus punggung yang sejak tadi sudah meruntuhkan pertahanannya itu dengan lembut.

“halus.” gumamnya serak seraya mulai meremas area bokong nata yang masih tertutup dress.

nata spontan mendesah ringan dan bergerak gelisah dalam pelukannya, “jevhhh..”

“sorry, kamu yang pancing aku.” ucapnya pelan, lalu dengan perlahan dijauhkannya kembali tubuhnya demi melihat ekspresi gadis itu, yang sialnya malah memejamkan mata.

jemari jevan terulur dan menarik dagu di depannya mendekat sampai gadis itu kembali membuka mata.

lelaki itu menyingkirkan anak rambut nata yang terjatuh dan mengelus pipinya lembut, “bahkan waktu mabuk kayak gini kamu masih cantik.” ucapnya memuji, membuat wajah didepannya merona sesaat.

nata diam dan hanya menatap netra jevan yang kini sudah nampak menggelap, dengan pelan dielusnya rahang jevan yang mengeras lalu meraih tengkuknya.

“tapi cantikku gak bikin kamu cinta aku.” ucap nata menarik jevan mendekat, “atau kamu mau aku buat gila dulu baru bisa cinta ke aku?”

“nath..” lelaki itu mengerang ketika bibir panas nata mendarat di rahang bawahnya.

“kenapa lebih suka kania daripada aku?” nata bertanya ketika melepas sebentar kecupannya, lalu menempelkan kembali bibirnya disana.

kali ini ia tidak hanya mengecup, namun mulai menjulurkan lidahnya dan memainkan dagu jevan yang dirasanya semakin menegang.

“siapa bilanghh aku gak cinta kamu?”

“hmm.” gadis itu hanya balas menggumam seraya memutar lidahnya disana.

“hhh setan malem ini bener-bener...” lelaki itu mengerang lalu dengan sigap menjauhkan nata dari dagunya.

“kania.. cuma anak buahku di kantor. sedangkan kamu....” jevan menggantung ucapannya dan kembali mendekatkan wajahnya ke arah nata. “kamu... aku sudah suka kamu sejak sebelum kamu jadian sama marco.”

“hm?”

“kamu boleh tanya saka atau gavier, aku selalu curhat sama mereka.”

nata kembali diam, otaknya yang masih setengah pening itu disuruhnya untuk berusaha berpikir.

“i love you, nat.” bisik jevan serius tepat di samping telinga nata lalu mengecup cupingnya singkat.

“i love you, since the very first time.” ucapnya lagi dengan nada yang lebih jelas, begitupula jelasnya dengan bibir jevan yang tiba-tiba sudah bergerak berpindah tempat menuju bibir merekah milik nata.

lelaki itu memegangi pinggul nata yang menegang dengan sebelah tangannya, sedang tangannya yang lain mulai naik dan menyusup masuk ke dalam dress demi meraih pantat nata di dalam sana.

“ngh, jev.. itu..” nata mulai meracau ketika melepaskan ciumannya, ia merasa aneh dan sedikit banyak menikmati sentuhan itu.

“hm?”

gadis itu menarik nafasnya, lalu dengan gerakan cepat mulai melingkarkan tangannya di leher jevan. “i love you too.” ucapnya pelan seraya menjinjitkan kaki, “so, can i be yours?”

jevan tidak menjawab, namun dengan pasti langsung menempelkan bibirnya kembali dan melumat perlahan bibir mungil tersebut.

di rendahkannya punggungnya sehingga nata tidak perlu kesusahan menjinjit.

“you're mine, and i'm yours nat..” ucapnya melepas ciuman itu kemudian mengangkat bokong nata hingga naik di bibir wastafel.

dan yang membuat lelaki itu melayang adalah gadis itu yang sudah kembali menarik lehernya dan mengendus-endus disana.

bahkan tanpa berkomentar nata sudah menjilat leher tersebut dan sesekali menyesapnya. “nath.. aku gak pernah tau kamu jago beginian.”

nata tidak menggubris dan lanjut menurunkan sedikit kaos jevan sehingga bahu tegapnya nampak disana, “boleh dicium juga nggak jev?”

jevan menggeleng, “habis aku baru kamu.”

“maksudnhhh..” ia batal bertanya ketika lidah jevan tiba-tiba sudah bergerak maju dan menari di area belakang telinganya.

dengan lihai lelaki itu menjilat dan menyedot kulit mulus nata dan menciptakan beberapa kissmark disana.

lidah lelaki itu bergerak turun menuju area bahu, “kamu diginiin juga sama marco tadi.” ucapnya seraya mengecup bekas-bekas milik marco dan kembali memainkan lidahnya disana. “sampe ungu gini yakin aja tadi marco nyedotnya nafsu banget.”

nata tidak mendengarkan ocehan jevan karena sekarang matanya benar-benar terpejam menikmati sentuhan lelaki itu. “jevh... kamu belaj ar.. sama siapah kok bisa begini?”

“belajar apa? liat youtube lah..” jawabnya ditengah kegiatannya menguliti bahu nata.

“hnggh..” gadis itu kembali mengerang saat tangan kekar jevan bergerak mengelus-elus area bahunya dan beberapa kali meremasnya pelan.

“from now on, jangan sampe ada yang berani-berani nyentuh kamu.” ucap jevan dengan suara serak, lalu kembali melahap bibir nata dengan penuh gairah.

lelaki itu mulai menyusupkan lidahnya dan mengabsen seluruh sudut mulut nata dengan gerakan perlahan namun menuntut.

“shh.” gadis itu mengerang ketika merasa bibir bawahnya digigit perlahan.

“sakit nat?” tanya jevan melepas ciumannya yang mendadak liar tersebut.

“no.” gelengnya pelan, “enak.”

lalu dengan kesadaran yang terlampau minim, gadis itu memajukan wajahnya dan mencium kembali bibir jevan dengan gerakan yang menurut lelaki itu begitu berantakan, namun bisa dibilang cukup seksi.

jevan tersenyum disela kegiatannya, dan dengan lihai dibalasnya ciuman nata itu dengan pengertian.

mengesampingkan segala jenis nafsu, lelaki itu menyadari bahwa malam ini nata sudah menjadi miliknya.

☆☆☆

“mmh, jevh..” nata tiba-tiba mengerang ketika bibir jevan turun kembali ke area lehernya, memberikan sensasi geli dan nikmat disaat yang bersamaan.

lelaki itu terus menjilat dan menyedot kulit leher nata hingga puas, lalu akhirnya mulai turun ke area dada.

“jevh, yaampun.” gadis itu mendesah ringan tatkala merasa pantatnya diangkat naik ke atas gendongan jevan.

“gak bisa, ayo pindah ke depan.”

“gak bisa kenapa?”

“desahanmu daritadi gema disini, gak sanggup.”

nata menangkup wajah jevan sekali lagi lalu mengecup kening, hidung kemudian turun ke bibir. “jangan di kasih ke orang lain.” ancamnya lalu menjilat bagian atas bibir jevan yang sudah basah dan berwarna kemerahan.

“katanya tadi pusing kok sekarang bisa godain aku? sadar kamu?”

“jujur aja abis kamu cium tadi perutku agak mendingan.”

“ngada-ngada.” lelaki itu mendengus lalu berjalan kembali ke arah sofa ruang tengah dengan nata yang masih berada dalam gendongannya.

“astaga, naath..” jevan mengerang panjang ketika mendudukkan diri di kursi.

bagaimana tidak?

kemaluannya yang sejak tadi sudah membengkak itu tergesek langsung oleh bokong nata, yang meskipun masih tertutup dress tetap terasa begitu kenyal.

tapi ternyata bukan hanya dirinya, karena sekarang dilihatnya gadis itu juga menggigit bibir bawahnya sendiri ketika merasakan hal tersebut.

sial.

persetan dengan segala jenis kewarasan, jevan reflek menarik lepas kaosnya dan langsung mencumbu dada tengah nata yang terpampang di depannya.

wangi, dan kulitnya begitu halus terawat.

tangan lelaki itu bergerak mengelus punggung nata lama, dan dalam sekali jentik ia melepas kaitan bra gadis itu hingga lepas dari tubuhnya.

“jevh.. ituh.. hnghh..” nata bergerak gelisah di atas pangkuan ketika merasa panasnya lidah jevan menyentuh payudaranya.

“marco pernah liat ini nat?” lelaki itu menyempatkan diri bertanya dengan suara yang kian serak menahan gejolak nafsu yang mulai membuncah.

“hngh?” belum sempat menjawab pertanyaan jevan, lidah lelaki itu sudah menari lagi di sekitar puting kirinya.

bahkan ia merasa payudara kanannya sudah diremas perlahan oleh tangan kekar jevan yang hangat tersebut.

“pernah diliat marco nggak ini?” ulangnya.

“engh, enggak.” jawabnya setengah meracau.

tubuh gadis itu bahkan sudah menggelinjang hebat hanya dengan sentuhan tangan dan permainan lidah jevan di dadanya.

“tapi kamu curangh jevh..”

“apa?”

“katanya, hngh, tadi gantian..”

“gantian? kamu mau apa emang?” jevan heran, lalu menarik bibirnya menjauh.

dilihatnya gadis itu sibuk mengumpulkan oksigen akibat ulah liarnya barusan.

“nat?” tanyanya lagi ketika nata tak kunjung memberi jawaban.

“kamu mau bahuku?” tebak jevan mengingat-ingat keinginan nata tadi waktu di dalam toilet.

gadis itu tidak menggeleng, tidak juga mengangguk. “aku mau semua.”

“semua?” jevan terkekeh, lalu menyenderkan kepalanya ke senderan kursi. “terserah mau kamu apain deh. suka-suka kamu.”

mendengar respon jevan, gadis itu reflek menyibakkan rambutnya ke belakang, lalu sedikit mengangkat bokong agar dressnya bisa lolos dr tubuhnya.

“wow.” jevan tidak bisa menahan pujiannya ketika mendapati nata begitu bernafsu malam ini. “kayaknya aku harus bilang makasih sama saka besok.” ucapnya dengan pandangan mata yang tidak sedikitpun berpaling dari tubuh indah nata tersebut.

“tadi aku denger saka mau digebuk.” ucap nata mencibir pelan, lalu mendudukkan kembali tubuhnya diatas pangkuan jevan.

“terserah aku ya jev?”

“bisa liar juga kamu?”

“hmm.” gadis itu hanya balas menggumam lalu mulai mengecup bahu jevan yang sejak tadi sudah diincarnya.

lelaki itu hanya diam menikmati lidah hangat nata yang terus berputar di area bahu dan mulai turun ke arah dadanya.

tangan kiri gadis itu bahkan sudah bertengger disana dengan jemarinya yang mulai bergerak aktif meraba perutnya.

“sial. kamu jago bikin orang turn on nath.” erang jevan pelan saat merasakan gigitan pada putingnya.

bibir nata terus mengecup dan berhasil menimbulkan sensasi tersendiri bagi lelaki itu.

tangan jevan yang tadinya ingin tetap diam bahkan sudah berpindah tempat dari atas kursi menuju pantat nata yang kini hanya tertutup celana dalam dengan warna senada.

“kamu pake sabun apa sih nat? halus.” lelaki itu berucap ketika merasakan lembut serta kenyal ditelapak tangannya yang baru saja dimasukkannya ke dalam celah kain kecil tersebut.

nata kembali mendesah ringan karena tangan jevan meremas pantatnya keras, “jevan curangh lagi.” kesalnya bergerak gelisah.

“engh nat jangan digesek.” jevan menahan pinggul nata dengan satu tangannya yang bebas, “makin sesek celanaku kalo kamu gerak-gerak gitu.”

“ck.” gadis itu berdecak, “ya suruh siapa remes-remes?”

jevan kembali terkekeh pelan, “tapi enak kan?” ucapnya bertanya dan kembali melakukan aksinya dibawah sana.

bahkan kini jari tengah lelaki itu mulai menelusur garis pantatnya hingga ke area kewanitaan nata yang terasa lembab.

“nghhh.. itu geli jevh janganh, ahh, mmh..” gadis itu mendesah seksi dan makin bergerak gelisah ketika jemari jevan turun mengelus area bawah vaginanya dengan perlahan.

dipejamkannya mata menikmati sensasi jari-jari jevan yang menggesek miliknya tersebut.

ini baru pertama kalinya, dan nata benar-benar menyukainya.

“kamu basah banget gini nathh..”

“mmh, jevh....” gadis itu tidak mendengar ucapan jevan dan hanya fokus mendesah.

“apa kok panggil-panggil terus?”

“mmh, ituh, jari kamu...” racaunya liar seraya menggerakkan pinggulnya mengikuti arah gesekan jevan pada vaginanya yang mulai sedikit dipercepat.

payudara bebas nata yang menggantung dihadapannya pun mulai bergerak liar, begitu menggoda.

dengan sigap sebelah tangan jevan yang tidak bekerja itu meremas benda kenyal tersebut.

bibirnya yang juga tidak tahan godaan bergerak maju demi melahap sesuatu yang entah kenapa begitu pas di dalam mulutnya.

ralat.

ternyata tidak terlalu muat untuk masuk seluruhnya.

oh sial.

jevan benar-benar makin dikuasai nafsu setan merasakan ini semua.

“ngghhhh...” gadis itu menggelinjang pelan mendapati bagian sensitif tubuhnya diserang semuanya.

“jevh.. stoph it..” mohonnya berusaha menarik diri.

namun suara erangan nata yang terus menerus memanggil namanya semakin membuat gejolak aneh dalam dirinya.

sesuatu dibawah sana bahkan sudah terasa sangat mengeras,

dengan gemas disedotnya payudara kanan nata hingga yang awalnya berwarna putih kini sudah berwarna kemerahan, “ahh jevh..” desahnya lagi dengan kencang seraya menggigit bibir bawahnya.

“nath, aku gak pernah tau kamu bisa segini seksinya.” ucap jevan serak seraya menarik seluruh kegiatannya pada tubuh nata. “aku nggak tahan lagi nat. sumpah.” ia melanjutkan, lalu merebahkan tubuh nata perlahan diatas sofa.

“daritadi juga emang kamu yang nyerang.”

jevan tidak perduli dan mulai melepas celana luarnya, lalu dengan cepat ditindihnya tubuh nata yang sudah terbujur pasrah disana, “seru kan? mainnya di atas kursi.”

nata reflek menutup wajahnya yang tau-tau saja makin memanas, “kalo ngomong jangan blak-blakan jev.”

“tapi bener kan? lagian enak gini juga sih, kamu jadi nggak bisa lari-lari keujung kasur kalo nantinya udah aku sentuh.”

“bukannya daritadi udah disentuh?”

jevan terkekeh sebentar, lalu mengecup pelipis nata yang basah berkeringat. “masih kepanasan kayaknya ya? kok keringetan gini..” ucapnya menggoda, lalu menjilati bibir nata yang membengkak akibat sesapan dalamnya sejak tadi.

jilatannya turun terus hingga ke area dada, dimainkannya sebentar benda kenyal itu hingga sang empunya pasrah dan hanya bisa mengelus rambut lembut milik jevan, bahkan terkadang gadis itu menekan kepala lelaki itu agar bisa memberi kenikmatan lebih pada tubuhnya.

“mulut kamu panas jev.”

“hm.” jevan menggumam lalu menurunkan lidahnya hingga ke perut, di kecupnya pusar milik nata dan dijilatnya memutar area itu layaknya permen.

“sinting, mulus banget.” puji jevan lagi.

tangannya yang tadi masih berada disamping kiri kanan tubuh nata sudah bergerak turun demi mengelus sesuatu yang begitu sensitif dibawah sana.

“mmh jevh, kamu, ahh, kok suka, ngelus-ngelus ituh sih..” nata meracau ketika merasa jari jevan kembali mengelus bibir kemaluannya dari luar celana dalam.

“seksi nath, sumpah.” jawabnya dengan suara bergetar ketika melihat langsung benda yang tadi sempat dielusnya itu.

dengan gerakan perlahan lelaki itu meraba karet celana tersebut lalu menurunkannya hingga lepas. “wow.. bersih.” pujinya lagi seraya mendekatkan wajahnya ke area vagina nata yang mulus tercukur. “dan sesuai dugaanku, wangi.”

“nggh jevh.. jangan diendus-endus. ahhhh..” gadis itu tau-tau sudah mendesah lagi ketika merasa lidah panas jevan menjilati areanya dengan lihai.

“jevh, ge, ngh, geli.” racaunya lagi dengan nada terputus-putus.

pinggul gadis itu bahkan sudah bergerak gelisah lagi, membuat jevan dengan sigap memegangi pantatnya.

“kalo geli enak, desah aja nat.” ucap jevan lalu mulai meneroboskan 2 jarinya masuk ke lubang nata yang begitu basah tersebut.

didengarnya gadis itu mendesah kuat merasa gerakan jarinya yang bergerak masuk-keluar dengan pelan.

gila.

semua sensasi ini gila.

lelaki itu sudah kepalang bernafsu detik ini, dengan segera dimajukannya kepalanya demi menjilat lagi area sensitif tersebut serta jemarinya yang terus bergerak aktif, membuat nata kelimpungan dan terus mendesahkan namanya dengan suara serak yang begitu enak didengar.

“jevh.. mau.. nghh, kayak, kebelet pipish..” racaunya liar.

jevan memahami kalimat itu dan semakin menusukkan jemari panjangnya dengan gerakan cepat, bahkan terkadang memutar.

bibir jevan menyedot kuat vagina nata yang mulai berkedut hingga akhirnya sebuah cairan bening lolos dari lubangnya.

gadis itu mencapai puncaknya seraya mengelukan nama jevan kencang, lengkap dengan kepalanya yang mendongak nikmat dan tangannya mencengkram kuat bahu kekar jevan.

“for the first time nath?” tanyanya setelah menyesap habis semua cairan tersebut.

“heem.” jawabnya singkat seraya mengatur nafas, “i love you, jev.” lanjut nata lalu bangkit dan mendorong tubuh jevan kuat, dinaikinya kembali lelaki itu seraya mencumbu liar bibirnya.

vaginanya yang sudah polos tanpa sehelai kain itu bahkan sudah digesekkannya pelan diatas kemaluan jevan yang mengeras dibawah sana.

“shith..” jevan mengerang ketika benda hangat itu terus menggesek kemaluannya yang hanya tertutup celana dalam.

payudara yang bergoyang dihadapannya serta leher nata yang terpampang jelas langsung diserbunya kembali.

sensasinya nikmat.

walau hanya sekedar gesekan pelan seperti itu.

“kerash jev. nggak mau dikeluarin?” tanyanya pelan menatap mata jevan yang sudah sangat berkabut karena nafsu yang berada di puncak ubun-ubun.

“nanti kalo udah dikeluarin kamunya nggak kuat lama.” ancamnya serak.

“emang kamu bisa, lama?”

lelaki itu mengangguk pasti, “bisa aja, kamunya seksi gini.” ucapnya dengan tangan yang mulai mengarahkan vagina nata untuk menggeseknya kembali.

“hmmh..”

“desahanmu, enak nath..”

nata kembali memejamkan matanya merasa sensasi nikmat yang kembali bersentuhan dibawah sana.

pinggul gadis itu maju mundur dan bergoyang memutar mencari kenikmatannya sendiri. “geli bangeth nggak sih, jevh?..”

“hmmh.” jevan menjawab dengan bergumam pelan seraya ikut memegangi pinggul nata agar bergerak lebih cepat.

“punyamu keluarin aja jevh.. kasian kalo sempit begitu, aww..” nata merintih pelan ketika payudaranya kembali digigit liar oleh jevan.

“keluarin aja kalo kamu emang kasian nath.” jevan berucap mempersilahkan.

“nggh nggak papa?”

lelaki itu mengangguk, “aku sih suka-suka aja liat kamu agresif gini.”

sialan.

nata reflek menggampar dada jevan, “agresaf agresif juga kamu yang nelanjangin aku dari tadi.”

“kan awalnya kamu yang minta.”

“ya tapi kan..”

“iya-iya, emang aku.” kekeh jevan mengalah, “tapi serius goyanganmu barusan hampir buat aku keluar nat.”

gadis itu spontan melotot, “terus ketahan dong kalo nggak jadi keluar gini?”

“ya nanti gampang.”

“mau diapain nanti?”

jevan mencubit puting nata yang berada dihadapannya gemas, “ya nanti rasain sendiri.”

“emang tanganmu sialan jev, main cubit aja.” nata berdecak seraya mulai berjongkok di hadapan jevan.

disentuhnya batang kemaluan jevan yang mengeras dibalik celana itu dengan hati-hati.

“wajahmu diem aja udah keliatan seksi dari atas sini nath.” jevan berucap seraya menyampirkan rambut nata ke belakang telinga, “cantik.”

nata hanya diam dan mulai mengelus halus paha jevan yang berotot tersebut, jemari tangannya yang lain ia gunakan untuk menarik karet celana hingga kemudian lepas jatuh ke lantai.

“wow.” nata melotot takjub melihat benda yang menjulang dihadapannya tersebut, “bisa berdiri jev..”

“ya masa aku impoten?”

nata langsung menjiwit perut jevan kencang, “bahasanya jangan aneh-aneh ya..”

“lagian itu kamu loh yang bikin berdiri, dan asal tau aja ngh nathh....” lelaki itu tidak melanjutkan ucapannya ketika merasa jemari kecil nata menggenggam batangnya dengan kaku.

“apa?”

lelaki itu menunduk melihat ekspresi heran nata dibawah sana.

sial.

“kerasa enak jev?”

“kok masih nanya sih??” jevan melotot, membuat nata seketika mengerutkan alis. “ya kan aku gak tau.”

jevan berdecak lalu menggenggam jemari nata yang berada di batang kemaluannya, “gini nath caranya, dinaik-turunin pelan-pelan.” lelaki itu memberi arahan, membimbing gerakan itu dengan perlahan.

nata menurut dan mulai mengurut pelan kemaluan jevan yang berada digenggamannya tersebut.

“sshh nath..” desis jevan dengan suara rendah seraya menyibakkan rambutnya sendiri ke belakang.

“lagi dong jev.” pinta nata ketika melihat gerakan jevan tersebut.

“hmmh?”

“naikin lagi rambutnya, ganteng.”

jevan yang mendengar hal tersebut reflek membungkukkan badan hingga kepalanya mendekat ke arah wajah nata yang juga tengah menatapnya, “ngerayu aku kamu ya?”

gadis itu menggeleng lalu menarik dagu jevan dengan sebelah tangannya, “padahal aku serius.” ucapnya pelan seraya mulai mencium bibir jevan lembut.

suara decakan ringan kembali terdengar di ruang tengah apartment nata yang tadinya sempat hening sebentar.

“sshh nath..” lelaki itu tiba-tiba mengerang ketika tangan nata yang masih berada di pusakanya digerakkan kembali naik turun dengan pelan.

“just kiss me roughly if you feel good, jev.” titah nata seraya menaikkan posisinya tubuhnya, hingga yang tadinya berjongkok sekarang sudah menungging di atas perutnya.

sial.

gadis itu benar-benar membuatnya begitu gila malam ini.

dengan patuh disambarnya kembali bibir nata yang sudah membengkak itu dengan perasaan campur aduk.

disedotnya lidah gadis itu dengan nafsu dan terus menyusupkan miliknya hingga memutar didalam sana. “ngh..” satu desahan kembali lolos dari bibir jevan ketika tangan nata bergerak naik-turun kian cepat dibawah sana.

“can you please try to be more faster nathh?” pinta jevan melepas ciuman liarnya dengan suara rendahnya yang begitu menggoda.

nata mengangguk lalu mengocok batang tersebut dengan gerakan cepat, didengarkannya jevan mendesah pelan seraya sesekali meremas pantat nata keras.

“kalo mau keluar bilang aja jev.”

“hmmh. bentar lagi kayaknya.” jevan membalas dengan mata terpejam.

mengingat tingkah jevan yang begitu memuaskannya sejak tadi, gadis itu kembali mendekatkan diri dan menjilat belakang telinga jevan yang basah berkeringat.

dikulumnya telinga tersebut hingga mengeluarkan bunyi-bunyi nikmat yang dapat memancing cairan jevan agar cepat keluar. “jevh, you know that from now on i'm yours right?” bisiknya pelan lalu kembali mengecup cuping lelaki itu berulang kali.

gerakan tangan dibawah sana ia percepat hingga akhirnya jevan memeluk tubuh nata rapat karena cairan tersebut mengalir keluar dari batangnya.

“ouh shith nath..” geram jevan seraya mengangkat nata naik ke atas pangkuannya lagi.

dicumbunya payudara gadis itu dengan penuh gairah seraya memberikan beberapa gigitan keras pada putingnya yang menjulang.

kedua tangan jevan yang bebas digunakannya untuk menggerakkan pinggul nata agar dua benda yang kini tidak tertutup sehelai benang dibawah sana itu kembali bergesekan.

“hmmmhhh jevh..” gadis itu mendesah kuat mendapati kejantanan jevan yang keras itu menempel hangat dicelah kemaluannya.

“enak kan?” tanya jevan mengelus wajah nata yang berkeringat.

“hmmh heemh.” nata menjawab seraya mengulum jemarinya sendiri agar tidak mendesah terlalu kencang.

sial.

pemandangan itu terlalu seksi bagi jevan.

“jangan ditahan nath, kalo mau desah, desah aja.” ucapnya menarik tangan nata menjauh, “jarimu, biar disini aja sama aku.” lanjutnya menggenggam erat jemari nata.

keduanya tidak bicara lagi dan hanya fokus mendesah sambil sesekali memberikan kecupan satu sama lain.

dibiarkannya gadis itu bergerak sesuai keinginannya, dengan temponya sendiri.

“kamu seksi nath..” ucap jevan memandangi wajah nata yang keenakan dihadapannya.

pinggulnya yang bergerak maju-mundur dengan gerakan lambat itu benar-benar nampak erotis.

“hmmhh, makasih..” jawabnya tidak fokus dengan mata terpejam. “punyamu enak bangeth jev.” lanjutnya seraya mempercepat gerakan.

“besar?”

“hmmh..”

“keras?”

“mmhh.”

“suka?”

“ehemmh.”

“ditanya kok ngedesah terus sih? sengaja biar aku makin gak tahan godaan ya?”

“hmmh? bukannya, ahh..” gadis itu memekik ketika pantatnya diremas seraya digerakkan maju mundur dengan penuh tekanan oleh tangan kekar jevan.

“aku daritadi tahan biar jangan sampe masukin ini kedalem sana, tapi kamu beneran seksi bangeth nathh...”

“ahh jevhh... janganh cepet-cepeth, mmhhh mau pipish lagi.” gadis itu meracau sembari memeluk tubuh jevan dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher lelaki itu.

“lagi?” jevan bertanya dengan nada setengah menggoda, namun gagal, yang keluar dari bibirnya malah suara rendah penuh dengan getaran karena tertutup hawa nafsu.

bibirnya maju menyedot kuat leher nata, “coba kamu tahan nath, biar aku dulu yang keluar.”

“hngggh jevh... nggakh kuat.. mana bisahh?” racau nata berantakan dengan desahannya yang kian kuat.

“bisa. pancing aku biar keluar duluan nath.” bisik jevan tepat disamping telinga nata yang sudah memerah.

“ngghhhh...” gadis itu menurut dan dengan segera menggigit serta menjilat leher jevan, digerakkannya lidah naik ke telinga dan dijulurkannya masuk dengan perlahan.

bagus.

nata sudah tau letak sensitif jevan detik ini. karena ketika lidahnya menerobos masuk, lelaki itu mendesiskan namanya dan makin menggerakkan pinggulnya kencang.

bahkan yang tadi gerakannya hanya maju-mundur mulai dihentak-hentaknya perlahan atas-bawah.

nata benar-benar kelimpungan menahan cairannya karena jevan masih belum juga mencapai puncaknya.

“jevhh, please, just cum and call my name.” bisik nata memohon tepat di telinga lelaki tersebut seraya kembali menjilatinya memutar.

tangan kanannya yang tadi berada di pundak jevan bergerak turun dan menyelinap masuk meremas bijinya yang berhasil membuat jevan mendesah serak.

“natthhh... oh my....”

“please, just cum, aku nggak kuat lagihhh ahhh jevhhh..”

“ketusuk dikit sama kepalanya ya?” gumam jevan serak ketika baru saja menaik turunkan pinggul nata dengan gerakan liar.

“iyah..”

lelaki itu meringis meminta maaf, “sorry, nggak keliatan soalnya.”

“hmmmhh.” balasnya seraya menggerakkan sendiri pinggulnya mengikuti arahan tangan jevan.

“bentar lagi nathhh, tahann bentarh.” ucapnya menegakkan tubuh, lalu mengarahkan tangan nata untuk turun dan memainkan zakarnya kembali.

lelaki itu menyedot kuat payudara nata yang bergerak didepannya hingga akhirnya cairan tersebut berhasil keluar dengan deras dari batangnya, “nathhhh...”

“hmmmhh....”

“keluarin punyamu nath..”

nata menggeleng, “mmhh. ituh, pleasee..”

jevan mengerti dan kembali menyerang payudara nata dengan liar hingga pemiliknya misuh-misuh..

“ahh ahh, shithhh shithhhhhhhh jevanhh..” gadis itu menggelinjang dahsyat dan membanjirkan cairan yang sejak tadi ditahannya kuat-kuat.

“kamu hebat nathh.” puji jevan serius seraya mengecup bahu nata yang sudah ambruk lemas di dalam pelukannya.

diciuminya puncak kepala gadis itu seraya mengelus punggungnya dengan penuh sayang, “kamu udah gak pusing kan?”

“hmm.”

“masih mau lanjut atau udahan?”

nata tidak menjawab dan hanya mengeratkan pelukannya pada tubuh jevan, “terserah.” balasnya.

“nggak capek?”

“belom masuk intinya masa udah capek?”

jevan reflek mengerjap dan menarik nata keluar dari pelukannya, “iya ya? daritadi kita cuma gesek-gesek doang...”

nata mengernyitkan alisnya kesal mendengar ucapan jevan yang kelewat jujur tersebut lalu kembali membenamkan dirinya didalam pelukan hangat lelaki itu. “kalo ngomong jangan blak-blakan gitu ya kamu jev.”

jevan terkekeh ringan lalu memeluk tubuh nata sekali lagi, “tapi tadi kamu jago loh, sampe tau ngeremes.. ahhh nath, iya iya gak ngomong lagi iya.”

“ck.”

“tidur yuk?”

gadis itu mengangguk, “tapi tidurnya mau gini aja. enak.”

“enak di kamu engep di aku,”

“kok gitu?”

“daritadi aku udah bilang kalo aku nahan banget si kecil ini biar gak masuk ke punyamu.”

nata spontan tertawa dengan nada penuh cibiran, “heh jev, siapa yang kamu bilang kecil?”

“ya si ini..”

“gede serem gitu kok dibilang kecil.”

“tapi justru yang serem kayak gini yang bisa bikin kamu teriak-teriak nat.”

“jadi kamu mau bikin aku teriak-teriak?” tanya nata mendongakkan kepala.

jevan menggeleng geli, lalu mengecup bibir nata pelan. “kamu aku bikin teriak-teriak nanti aja, setelah tuker cincin di pernikahan.”

“hm?”

“nat..”

“apa?”

“mau jaga hati sampe di hari aku ngelamar kamu nggak?”

“hah?” nata menjauhkan diri dan seketika melotot lebar, “kamu apa?”

“lamar kamu. nggak mau?”

“WHATTT???”

“budek ya kamu?”

“jev.. omg.”

“serius nat, aku udah bilang tadi kalo aku udah suka kamu sejak sebelum kamu jadian sama marco. yang berarti aku udah suka kamu selama 4 tahun.”

“jev..” nata terharu seraya memegang kedua bahu jevan yang mulai terdapat bercak kemerahan akibat ulahnya tadi. “aku bakal jaga hati sampe kamu ngajak aku beli cincin nikah nanti.”

“serius?”

“iya.” balas nata mantap dengan senyumnya yang mulai merekah.

“i love you nath.” jevan berucap seraya menarik tengkuk nata mendekat,

“i love you too, jevan.”

jevan tersenyum ketika akhirnya mengikis habis jarak di antara mereka.

ciuman yang lebih lembut dan bukan karena nafsu itu disalurkan perlahan oleh keduanya.

“shhh.” nata mendadak kembali mendesis ketika merasa benda milik jevan mengeras lagi dibawah sana.

“sorry nath, emang itu suka nakal.” ucap jevan pelan, dan dengan gerakan cepat diangkatnya nata ke dalam gendongan seraya menuntun langkah kakinya masuk kedalam ruang tidur nata yang besar tersebut.

direbahkan gadis itu disana seraya mengulum cepat payudaranya.

hanya sebatas itu, karena sekarang lelaki itu sudah kembali berdiri disebelah kasur. “udah jam 1, tidur ya?”

“punyamu berdiri lagi, gimana nidurinnya?”

“gampang, aku solo aja di toilet.”

“hm jev..”

“apa?”

“mau aku bantu nidurin nggak?”

“hm??? nggak capek?”

nata menggeleng, lalu mendudukkan tubuhnya kembali, “tapi nanti kalo udah lemes jangan berani-beraninya bangun lagi ya..”

jevan tertawa, “tergantung kamu.”

“kok aku?”

“jangan bikin aku turn on lagi nanti.”

“aku kan diem?”

“diem??? diemm????”

“iyakan?”

“terus tadi yang mulai inisiatif goyangin itu diatas punyaku apa namanya?” cibir jevan seraya mendudukkan diri di samping tubuh nata.

“heh jevandrian winata.... diem ya!”

mendengar nama lengkapnya disebut lelaki itu reflek mendengus geli, “lagian kamu belajar darimana coba..”

“banyak, dari wattpad.”

“HAH?”

“apa? kan gak sengaja bacanya, pas tiba-tiba authornya nyelipin adegan. daripada kamu, nonton punya orang.”

jevan tidak mendengar cibiran tersebut dan fokus menggoda gadis itu, “wah nata ternyata, diem-diem baca begituan... ckckckck.”

“godain sekali lagi silahkan solo didepan.” ancam nata kesal.

“ck, iya-iya.” jevan menurut, “jadi kamu mau posisi kita gimana, sayang?”

nata reflek melotot dan meremas kencang batang jevan, “ahhhh nathhh.. kejem juga kamu.”

“udah dibilang diem makanya diem.”

“iya-iya diem ini diem. shh... ya gitu, udah jago naik-turunnya gak kaku kayak, ahhh. iya udah gak ngomong lagi astaga.”

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

“oi jevan! lo minggu kemaren gak dateng ke nikahan gue kemana anjir?!” saka menepuk bahu jevan yang tengah duduk di salah satu kursi cafe.

“sorry sak, gue kapan itu maunya lembur ngurusin proposal kantor bareng nata..”

“yee, nata aja dateng di gue.”

jevan mengernyit, “sorry deh. duitnya besok gue gepokin ke lo hahaha.”

“btw jev, sialan banget.”

“apaan? gak lancar?”

saka mengangguk, “bokap sheena malemnya mau langsung terbang balik ke aussie, jadi yah.. lo tau sheena sayang banget sama bokapnya....”

“pasti sheena ngeyel mau ikut nganter?”

“heem.”

“kasian banget gajadi malam pertama ckckck.”

“tp hari kedua beneran gue abisin si sheena.”

“lo kira makanan?!” jevan memprotes ucapan saka seraya menyeruput kopinya.

“anw di malem itu si nata mabuk, terus dianterin marco.”

“heem gue tau, kok lo biarin sih?!”

“ya gimanaaa... gue juga ga mungkin biarin dia balik dianter janu, otaknya jauh lebih bobrok dari marco soalnya.”

“hngg.”

“lo gamau buruan deketin nata biar cepet nyusul gue jev?”

“udah kok. secepetnya.”

“hah?????? kapan?”

“ya malem itu.... thanks sama alkohol lo ya sak hahahaha.”

“bajingan??? anak orang itu jev.”

“ga gue apa-apain.”

“masa?”

“gue ga goblok ya bangsat, mana tega gue berbuat lebih?”

“terus lo apain si nata?”

“hmm, cuma... ya gitu..”

“apaan?”

“cuma OTW bikin anak, bukan lagi bikin anak.”

“anjing? gue yang nikah malah lo yang malemnya 4646.”

“hahaha, gegara lo sama sheena hahahahaha, thanks a lot lho sak.”

“duit amplopan gue minta 3 gepok kalo gitu, anggep aja amal.”

“amal muka lo gue bonyokin ntar.” jevan mendengus lalu menjauhkan kopinya, “gue rencana bulan depan lamaran. doain lancar ya sak..”

saka-pun tertawa, lalu mengangguk. “pasti jev.”

🎊

Carissa sudah menyelesaikan proses makannya tanpa ada adegan garpu terbang seperti yang ia sebut sebelumnya.

Gadis itu terdiam dan hanya bisa menopang dagunya diatas meja demi memperhatikan pergerakan jemari Jaehyun yang tengah menari cepat di atas layar ponselnya.

Terkadang lelaki itu terlihat mengernyit dan sesekali menggaruk tengkuknya sendiri bukti sedang berpikir serius.

Baru saja Carissa hendak memanggil namanya, Jaehyun sudah buru-buru meletakkan ponselnya keras diatas meja dan menatap ke arahnya lengkap dengan membentuk tanda silang di depan dada, “Ini gue nggak lagi chatting sama cewek lain loh Car? Gue chatting sama anak grup FH doang. Sumpah deh.”

Hah?

Carissa langsung mengerutkan alis bingung mendengar penuturan Jaehyun yang cepat dan panjang tersebut, “Lah emangnya gue bilang apa kak?”

Jaehyun menggeleng, “Nggak bilang apa-apa, tapi kata Doyoung nanti lo salah paham.”

“Haaa?”

Carissa mangap lebar banget dan seperempat detik kemudian lanjut menarik gelasnya mendekat dan menyeruput minumannya yang masih tersisa separuh dengan tarikan kencang.

“Jangan cemburu ya Car.” Jaehyun tiba-tiba berucap dan seketika itu juga berhasil membuat Carissa keselek sampai batuk-batuk nggak jelas di posisinya.

Hidungnya bahkan sudah terasa perih akibat tersumbat soda yang barusan ia tegak.

“Heh astaga pelan-pelan dong kalo minum Car.” Jaehyun berucap panik seraya bangkit berdiri dan menepuk-nepuk punggung Carissa pelan.

“Sialan lo kak.” Gadis itu merapal rutukan seraya berusaha menarik oksigen sebanyak-banyaknya setelah selesai dengan acara keseleknya barusan.

“Kok gue?”

“Ya lo bikin kaget, lagian mau lo chat sama A B C juga gue mana bisa cemburu orang gue bukan apa-apa.”

Jaehyun seketika mengerucutkan bibirnya dan kembali duduk dikursinya, “Padahal kalo mau cemburu ya cemburu aja gapapa.”

“Apa?”

Hening.

Lelaki tersebut tidak menyaut, kedua tangannya yang bebas ia gunakan untuk menuangkan air putih ke dalam gelas kosong lain agar Carissa bisa meminumnya, “Minum dulu nih Car, perih kan abis keselek?”

“Hng.. Ya iya.” Gadis itu terpaksa setuju lalu menerima uluran gelas tersebut dan meneguknya cepat.

“Hm, Car..” Suara Jaehyun kembali terdengar memanggil namanya.

“Lo mau tau nggak, alesan gue ngajak lo ke tempat kayak gini alih-alih pergi jalan ke tempat lain?” Ia bertanya dengan pandangan mata yang mengawang lurus kedepan.

Carissa diam, lalu menggeleng. “Kenapa kak?” Tanyanya seraya menatap mata Jaehyun yang kini juga sudah kembali melihat ke arahnya.

“Dulu gue sering banget dateng ke restaurant ini bareng mama papa sama Sungchan Car.” Alih-alih menjawab, lelaki itu malah bercerita.

“Ya tentu aja pas semua keadaan masih baik-baik aja, terus setelah mereka cerai, gue sama sekali nggak pernah masuk kesini. Bahkan buat sekedar noleh ngelirik waktu mobil gue ketahan macet didepan sana aja gue nggak mau. Tempat ini beneran nyimpen sejuta kenangan manis dan pahit disaat yang bersamaan.” Tuturnya panjang seraya menghela nafas berat.

Kenangan-kenangan tentang keluarga kecilnya yang dahulu masih utuh itu kembali datang menghunjam pikirannya.

Carissa hanya bisa mendengarkan cerita Jaehyun tersebut dengan seksama tanpa berani menyela.

Sesekali gadis itu melihat pupil mata Jaehyun yang bergetar ketika berbicara tanda ia sedang menahan sesuatu yang berat di dasar lubuk hatinya.

“Hari ini gue ngajak lo kesini di hari penting keluarga gue bukannya tanpa alesan ataupun kebetulan semata Car. Tapi karena gue mau buktiin kalo saat ada lo, gue nggak bakalan kenapa-kenapa.”

Hening.

Carissa masih sibuk mencerna segala perkataan Jaehyun dalam diam. Bahkan suara dentingan alat makan yang berasal dari ruangan pengunjung lain sampai masuk menembus ruangan mereka.

“Semuanya udah terbukti dari gue yang masih betah ada disini meski makanan gue udah habis lima belas menit yang lalu.” Suara Jaehyun kembali memecah hening, dan dengan tulus dipaparkannya senyumnya yang paling indah kepada Carissa malam ini.

Gadis itu masih diam dan belum bisa menemukan suaranya sendiri.

Dilihatnya senyum Jaehyun yang mengembang disana, namun entah kenapa yang ia tangkap bukanlah sebuah senyum bahagia, tapi senyum yang tertahan karena terhalang beban pikiran.

“Kak, gue tau kalo lo adalah cowok baik dan kuat. Gue yakin lo bakalan selalu dikelilingi oleh orang-orang yang baik dan dijauhkan dari semua yang jahat. Dengan kata lain gue mau bilang kalo lo nggak bakalan pernah kenapa-kenapa karna disekitar lo ada banyak sahabat yang akan selalu dukung lo di keadaan apapun.” Carissa akhirnya mengeluarkan suaranya yang terdengar begitu bergetar seraya mengelus punggung tangan Jaehyun yang dingin diatas meja.

Jaehyun kembali tersenyum, lalu ganti menggenggam jemari Carissa dan meremasnya pelan. “Itu juga akan terjadi sama lo Car, trust me.”

Carissa mengangguk yakin, dan detik itu juga dirasakannya tangan Jaehyun sudah kembali menghangat disana.

Keadaan di ruangan tersebut benar-benar terasa sempurna hingga beberapa menit kemudian lampu di atas mereka mendadak meremang, disertai suara musik yang mengalun pelan dari pengeras suara.

“Carissa, thankyou for existing in this world and come to my life to fix every broken pieces in my heart ya? Thankyou for always being warm and being you in every situation too.” Jaehyun mengucap panjang lebar dengan menggunakan bahasa tetangga yang hanya tiga per empat bagian menyerap di otak Carissa.

Gadis itu baru saja ingin menanggapi ketika tangannya yang masih berada dalam genggaman Jaehyun itu ditarik berdiri sampai mereka berdua kini berhadapan di samping meja.

“Hm Car, mengingat masa lalu kita berdua sama-sama naas, gue rasa mama lo nggak akan pernah ngijinin anaknya pacaran sama cowok sembarangan yang main tembak ditempat umum tanpa privasi.”

“Hm?” Suara Carissa terdengar ciut dan begitu bergetar mendapati tubuh Jaehyun yang tinggi itu begitu dekat dihadapannya.

Jantungnya yang tadi sempat tenang itu kembali berdegup kencang tidak terkendali, bahkan rasanya hampir copot saking cepatnya dentuman tersebut.

“Gue sengaja reservasi ruangan paling ujung dan siapin ini semua biar lo percaya kalo perasaan gue nggak main-main.”

Carissa mendongak dan menatap mata Jaehyun yang sialnya makin bikin parah keadaan, gadis itu bahkan sudah merasa kakinya melemas dan kerongkongannya begitu tercekat. “Jadi?”

Jaehyun tersenyum dan memegang kedua pundak Carissa dengan gerakan pelan, “Jadi gue harap lo mau percayain hati lo ke gue kayak gue mau percayain hati gue ke lo.”

Hening sebentar.

Suara alunan lagu yang merdu tersebut benar-benar membuat Jaehyun hanyut dalam pikirannya sendiri, sehingga tanpa ragu lelaki itu mengeluarkan permintaan penutupnya dengan tegas dan jelas. “Percayain hati lo ke gue ya, Car?”

Glek.

Carissa menelan ludah secara kasar dan menikmati detak jantungnya yang kian liar didalam sana.

Tatapan mata Jaehyun yang gusar karena menunggu jawabannya semakin membuat lidah Carissa membeku, namun setelah sadar, gadis itu segera mengangguk dengan gerakan yang sepenuhnya yakin seraya berucap, “Gue percaya sama lo, kak.”

Hm?

Jaehyun reflek mematung di tempatnya berdiri dan hanya sanggup memperhatikan Carissa yang berdiri kaku di hadapannya, “Serius Car?”

“Lo kenapa masih suka nanyain hal yang udah jelas sih kak?”

“Coba ulang, gue mau denger lagi jawabannya.”

Carissa mendengus, “Ya gitu, gue percaya, sama lo.”

Mendengar jawaban Carissa yang terputus-putus malu itu membuat Jaehyun mengembangkan senyumnya cerah dan langsung merengkuh pinggang gadis itu agar masuk ke dalam pelukannya.

“Emang di ruangan ini nggak ada orang, tapi CCTV-nya nggak mati kak.”

“Bodoamat biar CCTV-nya jadi bukti dan tau siapa manusia yang paling bahagia malem ini.”

“Siapa?”

“YA GUE LAH, JUNG JAEHYUN.”

Carissa reflek terkekeh ringan, “Siapa yang sangka kalo semua ini berawal dari puntung rokok lo yang gue temu depan koridor kak?”

“Hm?” Jaehyun bingung dan meregangkan sedikit pelukannya, “Kenapa puntung rokok?”

“Ya kan awalnya gue chat lo gara-gara lo buang puntungnya sembarangan?”

Lelaki itu menggeleng, nampak tidak setuju. “Menurut gue ini semua berawal dari jaket sih.”

“Jaket apa? Jaket mantan lo itu?” Carissa bertanya seraya menarik mundur badannya.

“Jaket gue dih Carissa kok ngeyel jaket mantan terus sih daritadi?!”

“Sama aja, bucin kok sama parfum mantan! Sampe ga boleh gue cuci bayangin aja..”

Wait, udah mulai bisa cemburu nih ceritanya?”

“Iyalah, gue udah berhak buat cemburu juga..”

Jaehyun tersenyum dan kembali menarik badan Carissa kedalam pelukannya, dielusnya pelan puncak kepala gadis itu seraya berucap, “Bentar lagi semua cewek di dunia bakal gue buat cemburu karna sekarang gue bakalan bucin akut ke lo seorang doang Car.”

Hah?

“Jangan kak, serem.” Carissa membalas, namun ia tau pasti jika hatinya sudah jatuh dan menghangat total dalam pelukan Jaehyun malam ini.

140321. 17+ lower case.

aku nggak menyebutkan visualisasi siapapun di dalam cerita ini, jadi silahkan berimajinasi sesuka kalian.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

gadis itu berjalan seorang diri menyusuri koridor apartment dengan wajah merah padam akibat mabuk dalam sebuah pesta pernikahan yang sebelum ini dihadirinya.

bukan.

tentu bukan keinginannya untuk pulang dalam keadaan mabuk seperti ini.

“pesta apaan sih sampe semua minumannya beralkohol kayak gitu..” ia meracau seraya menekan-nekan password apartmentnya.

bip.

pintu tersebut akhirnya terbuka dan gadis itu segera masuk, lalu menutupnya kembali.

belum sampai langkah kakinya mendarat di dalam kamar, netra gadis itu sudah menangkap pergerakan seseorang yang tengah duduk dengan mata melotot di area ruang tengah.

“jevan?” sipitnya ketika melihat sosok itu bangkit dan berjalan mendekat.

“kamu mabuk? udah sinting ya nat?”

nata, sang empunya nama, langsung menggeleng, “gak sengaja, tadi itu lagi haus, jev..”

“terus ini tadi kamu pulang dianter siapa?”

“hmm, marco.”

“what? your ex right?” jevan mengerutkan alisnya, tampak sensitif mendengar nama marco keluar dari bibir nata malam ini.

“hng.. pusing banget.” gadis itu mengeluh, kemudian memegang pundak kekar jevan yang tertutup kaos hitam, “ac-nya nyalain dong jev.”

bukannya mengindahkan permintaan nata, jevan malah berkacak pinggang. “kamu mabuk, kepanasan, pusing juga, terus pulang bareng marco yang sedikit banyak otaknya mesum kayak gitu.. yakin kamu gak disentuh?”

nata menggeleng lagi, “gak tau. tadi aku di mobil ketiduran.”

“kerasa disentuh apa gak dong?”

gadis itu mengibas tangannya, “kamu kok malah ngajakin aku tanya jawab sih..”

“ck.”

“ac jev, please.” keluhnya memohon, “panas.”

“ini ac udah nyala 16° anjir. lagian kamu tadi minum seberapa banyak coba?”

“hehe.”

“hahahehe, duduk sana di kursi aku ambilin minum aja.” jevan mengusir tangan nata yang masih bertengger di pundaknya, membuat gadis yang tadinya menumpukan sebagian berat tubuhnya itu langsung oleng dan jatuh ke depan.

ke pelukan jevan.

“astaga nat nat... lain kali jangan minum aneh-aneh di acara orang deh ya.. baru mabuk sekali aja udah kayak gini modelannya.” jevan mencibir, lalu memegangi pundak nata yang kemudian ia sadari sudah terdapat bercak kemerahan.

tidak tanggung, ada 3 bercak yang tersebar disana.

“nata?” lelaki itu spontan melongo, “ini merah ada 3 begini kenapa?” tanyanya.

“hm?”

“kamu dicupang ya?” tanyanya sedikit nyolot, “emang dasar marco anjing.” lanjutnya mendesis pelan.

tidak mendengar kekesalan jevan didepannya, nata mulai memijat pelipisnya yang makin terasa pening, “jev.. can your turn on the ac pleaseee?”

“kamu beneran nggak inget di apain lagi sama marco selain ini nat?” tanyanya tidak menggubris keluhan nata, lalu mulai memegang kedua pundak gadis itu dan memutar-mutarnya ringan.

nata menggeleng, ia benar-benar tidak ingat apapun karena tertidur.

yang ia tau pasti adalah tubuhnya yang sekarang kepanasan, “please jev, serius panas banget.”

“ya iyalah panas! mabuk sampe ga inget apa-apa gitu.” decak jevan emosi, sedetik kemudian ia meraih jemari nata agar mengikutinya berjalan ke arah sofa ruang tengah, tepat di bawah ac ruangan supaya gadis itu tidak protes kepanasan terus menerus.

“duduk sini diem. aku ambilin air buat bersihin badan dulu bentar.” titahnya, lalu lanjut berjalan untuk mengambil air serta kain dari kamar mandi.

tak lama kemudian jevan sudah kembali, namun pemandangan yang ada didepannya itu spontan saja membuatnya menelan ludah kasar.

nata yang tengah duduk tegak sembari tangannya sibuk mencari resletting dress benar-benar hampir menggoyahkan imannya.

“heh. aturan panas tapi jangan main buka-buka di depanku dong.” jevan meletakkan baskom airnya dengan gemas kemudian menahan tangan nata yang masih sibuk mencari-cari.

“jev.. bohong ya kamu, acnya mati gitu.”

“sinting nih anak mati rasa beneran.”

“bantu lepasin dressnya bisa nggak sih jev?” gadis itu bertanya dan sekali lagi tangannya terangkat untuk mencari letak pengait kain tersebut.

“tolong jangan gila. aku ini cowok dan punya batasan sendiri.”

“ck.” nata mendengus kemudian menyenderkan tubuhnya dengan pasrah ke senderan kursi dibelakangnya. “panas, pusing, malah dimarah-marah.” gerutunya, lalu memejamkan mata.

jevan berulang kali mengelus dada agar sabar menghadapi tingkah gadis itu malam ini.

“sini kakinya, aku lap dulu ya?” lelaki itu berucap, lalu menarik kaki mulus nata ke atas pangkuannya.

dengan telaten dilepasnya heels hitam yang terpasang itu lalu mulai mengelap perlahan telapak kakinya, begitupun ia lakukan dengan kaki satunya.

“jev.. bau gak?”

“apanya?”

“kaki.”

jevan mendengus, “heem. bauuuuu banget. makanya jangan mabuk biar bisa bersihin sendiri.” ia berucap penuh penekanan, lalu meletakkan kembali kaki nata agar menapak bebas di lantai.

tentang kaki bau itu bohong, tentu saja.

“tangan sini.” pinta jevan seraya menggeser pantatnya mendekat.

“ngapain tangan? tangan aku bersih.”

“kalo gitu bahu. aku nggak suka ada bekas bibir orang di badan kamu.” lelaki itu berucap dan membasuh kembali kain ditangannya.

dengan perlahan diusapkannya kain itu ke bahu nata yang kini warnanya sudah berubah menjadi keunguan.

sial.

emosi jevan kembali naik ke ubun-ubun membayangkan marco memainkan lidahnya di bahu putih nata tersebut.

“besok aku bikin babak belur si marco.” desisnya, kemudian meletakkan lap itu kembali ke baskom.

“kenapa?”

“masih bisa nanya kenapa?! dia cupang kamu nat. sadar dong.” jevan hampir mengumpat.

“hm.”

“kalo bisa besok sheena sama saka aku labrak juga soalnya ngasih minuman beralkohol gini di acara pesta.” lanjutnya mendengus.

“iya, marahin aja. terserah.” balas nata, lalu menyenderkan kembali kepalanya di kursi dengan posisi tidur menyamping.

“masih panas?”

“hmm.”

jevan menyerah, lelaki itu mengulurkan tangannya agar gadis itu terduduk tegak, “sini, aku bantu lepas.”

“tadi gak mau, sekarang mau.” nata mencibir pelan setelah punggungnya sudah menjauh dari senderan kursi.

“udah dibantu masih iya aja protes.” gerutu jevan seraya meraih punggung nata mendekat dengan maksud mencari kaitan dress yang memang berada di area itu.

posisi mereka sekarang sudah seperti orang yang mau berpelukan.

padahal mah apaan?

duh! nggak banget..

“jev, kamu kok wangi?” gadis itu tiba-tiba bertanya dan mengendus area leher jevan perlahan.

“shh, kamu ngapain?” desis jevan kaget, lelaki itu bahkan sampai batal menurunkan resletting yang sudah ia temukan tempatnya.

“wangi. pake sabun apa?” nata menempelkan hidungnya mendekat sehingga bisa leluasa mengendus leher lelaki itu.

sial.

jevan benar-benar merasa terkutuk malam ini.

tanpa banyak bicara lelaki itu menurunkan resletting dress nata sampai ke bawah lalu menarik badannya mundur.

“jangan gitu, pertahanan lelaki itu ada batasannya tau.”

“ini udah lepas?”

“hmm.”

“makasih ya jev.”

“makasah makasih, sana pergi masuk kamar aku mau balik.”

nata tidak mendengarkan dan kini mulai mengeluh lagi, “orang mabuk pantes aja bisa kecelakaan kalo nyetir.. pusing banget gini.”

hening.

jevan hanya menatap lurus ke arah nata yang kini sedang memandang kosong ke arah televisi mati di depan sana.

sedetik kemudian ia menyadari jika nata nampak begitu cantik dan yeah, cukup seksi, dengan balutan dress hitam yang kini pundaknya mulai terbuka sempurna.

mata coklatnya terlihat sayu dan rambutnya yang biasanya rapi kini tampak sedikit berantakan.

beberapa anak rambutnya bahkan jatuh menutupi dahi dan sebagian pipinya.

jevan menghela nafasnya, mencoba mengendalikan perasaan aneh yang timbul di dalam tubuhnya.

sial.

pergerakan tubuh nata yang membuat dressnya melorot hingga ke area dada sanggup membuat darahnya berdesir, “ini gue jadi ikut kepanasan kalo lo gini nat astaga.” cowok itu mendesis seraya menarik pergelangan tangan nata, “pindah kamar buruan.”

“pusing jev.”

“iya pusing makanya tidur di kamar.”

“panas.”

“si saka bajingan banget, gue gebuk bareng marco mampus deh lo sak.” jevan meraup wajahnya kasar kemudian bangkit berdiri. “ayo berdiri cepet.”

“no.”

“kok ngeyel banget kenapa sih?”

“kamu berisik aku makin pusing.” mata gadis itu mendongak menatap mata jevan yang kini sudah terlihat frustasi.

“jangan liatin aku dengan keadaan kayak gitu.........” geramnya, “itu bajunya naikin dulu buruan.”

“justru mau dilepas kenapa harus dinaikin lagi?”

astaga.

jevan rasanya kepingin jedukin kepala ke pinggiran tembok biar pingsan sekarang.

□ □ □ □ □ □

lanjutnya? oh sebentar. aku lagi cek peminatnya dulu soalnya ;)

jadi, silahkan di likes, rt, rep, atau qrt jika memang suka ya ♡

waterrmark. 17+ lower case.

aku nggak menyebutkan visualisasi siapapun di dalam cerita ini, jadi silahkan berimajinasi sesuka kalian.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

gadis itu berjalan seorang diri menyusuri koridor apartment dengan wajah merah padam akibat mabuk dalam sebuah pesta pernikahan yang sebelum ini dihadirinya.

bukan.

tentu bukan keinginannya untuk pulang dalam keadaan mabuk seperti ini.

“pesta apaan sih sampai minumannya semua beralkohol kayak gitu..” ia meracau seraya menekan-nekan password apartmentnya.

bip.

pintu tersebut akhirnya terbuka dan gadis itu segera masuk, lalu menutupnya kembali.

belum sampai langkah kakinya mendarat di dalam kamar, netra gadis itu sudah menangkap pergerakan seseorang yang tengah duduk dengan mata melotot di area ruang tengah.

“jevan?” sipitnya ketika melihat sosok itu bangkit dan berjalan mendekat.

“kamu mabuk? udah sinting ya nat?”

nata, sang empunya nama, langsung menggeleng, “gak sengaja, tadi itu aku lagi haus, jev..”

“terus ini tadi kamu pulang dianter siapa?”

“hm, marco.”

“what? your ex right?” jevan mengerutkan alisnya, tampak sensitif mendengar nama marco keluar dari bibir nata malam ini.

“hm.. pusing banget.” gadis itu mengeluh, kemudian memegang pundak kekar jevan yang tertutup kaos hitam, “ac-nya nyalain dong jev.”

bukannya mengindahkan permintaan nata, jevan malah berkacak pinggang. “kamu mabuk, kepanasan, pusing juga, terus pulang bareng marco yang sedikit banyak otaknya mesum kayak gitu.. yakin kamu gak disentuh?”

nata menggeleng lagi, “gak tau. tadi aku di mobil ketiduran.”

“kerasa disentuh apa nggak?”

gadis itu mengibas tangannya, “kamu kok malah ngajakin aku tanya jawab sih..”

“ck.”

“ac jev, please.” keluhnya memohon, “panas.”

“ini ac udah nyala 16° anjir. lagian kamu ini minum seberapa banyak coba..”

“hehe.”

“hahahehe, duduk sana di kursi aku ambilin minum aja.” jevan mengusir tangan nata yang masih bertengger di pundaknya, membuat gadis yang menumpukan sebagian berat tubuhnya itu langsung oleng dan jatuh ke depan.

ke pelukan jevan.

“astaga nat nat... lain kali jangan minum aneh-aneh di acara orang deh ya.. baru mabuk sekali aja udah kayak gini modelannya.” jevan mencibir, lalu memegangi pundak nata yang baru ia sadari terdapat bercak kemerahan.

tidak tanggung, ada 3 bercak yang tersebar disana.

“nata?” lelaki itu melongo, “ini merah ada 3 begini kenapa?” tanyanya.

“hm?”

“kamu dicupang nat..” umpatnya seraya mengelus bahu tersebut dengan perasaan emosi yang mulai memuncak. “dasar marco anjing.” desisnya pelan.

tidak mendengar kekesalan jevan didepannya, nata mulai memijat pelipisnya yang makin terasa pening, “jev.. can your turn on the ac pleaseee?.”

“kamu beneran nggak inget di apain lagi sama marco selain ini nat?” tanyanya tidak menggubris keluhan nata, lalu mulai memegang kedua pundak gadis itu yang terasa begitu halus dan mulus.

nata menggeleng, ia benar-benar tidak ingat apapun karena tertidur.

yang ia tau pasti adalah tubuhnya yang sekarang kepanasan, “please jev, serius panas banget.”

“ya iyalah kepanasan! mabuk sampe ga inget apa-apa gitu.” decak jevan, lalu akhirnya meraih jemari nata agar mengikutinya berjalan ke arah sofa ruang tengah, tepat di bawah ac ruangan supaya gadis itu tidak protes kepanasan terus menerus.

“duduk sini diem. aku ambilin air buat bersihin badan dulu bentar.” titahnya, lalu membiarkan nata duduk disana dan lanjut berjalan untuk mengambil air serta kain di kamar mandi.

tak lama kemudian jevan sudah kembali, namun pemandangan di depannya spontan membuat lelaki itu menelan ludahnya kasar.

nata yang tengah duduk tegak sembari tangannya sibuk mencari resletting dress benar-benar hampir menggoyahkan imannya.

“heh. aturan panas tapi jangan main buka-buka di depanku dong.” jevan meletakkan baskom airnya dengan gemas kemudian menahan tangan nata yang masih sibuk mencari-cari.

“jev.. bohong ya kamu, acnya mati gitu.”

“sinting nih anak mati rasa beneran.”

“bantu lepasin dressnya bisa nggak sih jev?” gadis itu bertanya dan sekali lagi tangannya terangkat untuk mencari letak pengait kain tersebut.

“tolong jangan gila. aku ini cowok dan punya batasan sendiri.”

“ck.” nata mendengus kemudian menyenderkan tubuhnya dengan pasrah ke senderan kursi dibelakangnya. “panas, pusing, malah dimarah-marah.” gerutunya, lalu memejamkan mata.

jevan berulang kali mengelus dada agar sabar menghadapi tingkah gadis itu malam ini.

“sini kakinya, aku lap dulu ya?” lelaki itu berucap, lalu menarik kaki mulus nata ke atas pangkuannya.

dengan telaten dilepasnya heels hitam yang terpasang itu lalu mulai mengelap perlahan telapak kakinya, begitupun ia lakukan dengan kaki satunya.

“jev.. bau gak?”

“apanya?”

“hmm, kaki.”

jevan mendengus, “banget. makanya jangan mabuk biar bisa bersihin sendiri.” ia berucap, lalu meletakkan kembali kaki nata agar menapak bebas di lantai.

“tangan sini.” pinta jevan seraya menggeser pantatnya mendekat.

“ngapain tangan? tangan aku bersih.”

“kalo gitu bahu. aku nggak suka ada bekas bibir orang di badan kamu.” lelaki itu berucap dan membasuh kembali kain ditangannya.

dengan perlahan diusapkannya kain itu ke bahu nata yang kini warnanya sudah berubah menjadi keunguan.

sial.

emosi jevan kembali naik ke ubun-ubun membayangkan marco memainkan lidahnya di bahu putih nata tersebut.

“besok aku bikin babak belur si marco.” desisnya, kemudian meletakkan lap itu kembali ke baskom.

“kenapa?”

“masih bisa nanya kenapa?! dia cupang kamu nat. sadar dong.” jevan hampir mengumpat.

“hm.”

“kalo bisa besok sheena sama saka aku labrak juga soalnya ngasih minuman beralkohol gini ke kamu.” lanjutnya mendengus.

“iya, marahin aja. terserah.” balas nata, lalu menyenderkan kembali kepalanya di kursi.

“masih panas?”

“banget.”

jevan menyerah, lelaki itu mengulurkan tangannya agar gadis itu terduduk tegak, “sini, aku bantu lepas.”

“tadi gak mau, sekarang mau.” nata mencibir pelan setelah punggungnya sudah menjauh dari senderan kursi.

“udah dibantu masih iya aja protes.” gerutu jevan seraya meraih punggung nata mendekat, dengan maksud mencari kaitan dress nata yang memang berada di area punggung.

posisi mereka sekarang sudah seperti orang yang mau berpelukan.

padahal mah apaan.. nggak banget.

“jev, kamu kok wangi banget?” gadis itu tiba-tiba bertanya dan mengendus area leher jevan perlahan.

“shh, kamu ngapain?” desis jevan kaget, lelaki itu bahkan sampai batal menurunkan resletting yang sudah ia temukan tempatnya.

“wangi. pake sabun apa?” nata menempelkan hidungnya mendekat sehingga bisa leluasa mengendus leher lelaki itu.

sial.

jevan benar-benar merasa terkutuk malam ini.

tanpa banyak bicara lelaki itu menurunkan resletting dress nata dan menarik badannya mundur.

“jangan gitu, pertahanan lelaki itu ada batasannya tau.”

“ini udah lepas?”

“hmm.”

“makasih ya jev.”

“makasah makasih, sana pergi masuk kamar aku mau pulang.”

nata tidak mendengarkan dan kini mulai mengeluh lagi, “orang mabuk pantes aja bisa kecelakaan kalo nyetir.. pusing banget gini.”

hening.

jevan hanya menatap lurus ke arah nata yang kini sedang memandang kosong ke arah televisi mati di depan sana.

sedetik kemudian ia menyadari jika nata nampak begitu cantik dan yeah, cukup seksi, dengan balutan dress hitam yang kini pundaknya mulai terbuka sempurna.

mata coklatnya terlihat sayu dan rambutnya yang biasanya rapi kini tampak sedikit berantakan.

beberapa anak rambutnya bahkan jatuh menutupi dahi dan sebagian pipinya.

jevan menghela nafasnya, mencoba mengendalikan perasaan aneh yang timbul di dalam tubuhnya.

sial.

pergerakan tubuh nata yang membuat dressnya melorot sanggup membuat darahnya berdesir, “ini gue jadi ikut kepanasan kalo lo gini nat astaga.” cowok itu mendesis seraya menarik pergelangan tangan nata, “pindah kamar buruan.”

“pusing jev.”

“iya pusing makanya tidur di kamar.”

“panas.”

“si saka anjir banget, gue gebuk bareng marco mampus dah lo sak.” jevan meraup wajahnya kasar kemudian bangkit berdiri. “ayo jalan nat.”

“no.”

“kok ngeyel banget kenapa sih?”

“kamu berisik aku makin pusing.” mata gadis itu mendongak menatap mata jevan yang kini sudah terlihat frustasi.

“jangan liatin aku dengan keadaan kayak gitu.........” geramnya, “itu bajunya naikin dulu buruan.”

“justru mau dilepas kenapa harus dinaikin lagi?”

astaga.

jevan rasanya kepingin jedukin kepala ke pinggiran tembok biar pingsan sekarang.

□ □ □ □ □ □

lanjutnya? oh sebentar. aku lagi cek peminatnya dulu soalnya ;)

jadi, silahkan di likes, rt, rep, atau qrt jika memang suka ya ♡

-jaenana.

bonus chapter. mature, 17+ i've warn you.

■□■□■□■

Nana mendengar suara mobil Jaehyun yang sudah sampai di depan pagarnya.

Bukan pekara hafal atau nggaknya sih, masalahnya lebih ke arah Jaehyun yang terlalu berisik meneriakkan namanya dari depan sana.

“NANA CEPETAN NA NTAR TELAT.” Lelaki itu berteriak sambil memunculkan kepalanya dari kaca mobil.

Barbar banget, tingkah Nana udah 100% nular ke Jaehyun rupanya.

“SABAR YA PARMIN, INI GUE LAGI NYARI LILIN BENTAR.” Nana balas berteriak sambil kelimpungan membuka tutup laci demi mencari lilin dan korek dari dalam sana.

“YAELAH, BUKANNYA DISIAPIN DARITADI!”

Ck.

Nana memutar bola matanya kesal lalu mulai berlari ke teras setelah menemukan barangnya dan berpamitan dengan orangtuanya.

“Lama banget. Capek tau nunggunya.”

“Hah? Bukannya lo cuma duduk doang ya di dalem situ?”

Jaehyun hanya balas cengengesan lalu menyuruh Nana agar lekas masuk ke dalam mobil.

“Ini mau dimana dulu jadinya? di rumah Doyoung? Apa Yuta?” Nana bertanya setelah bokongnya sudah mendarat sempurna di samping kursi kemudi.

“Hmm... Gatau, Haechan dimana aja gue masih bingung.”

Nana langsung melotot. “Dasar Jaehyun sinting. Buruan cek group lah anjir.”

Jaehyun merengut namun menurut dan segera membuka groupchat khusus yang baru dibuat minggu lalu, tepatnya group yang dibuat untuk memberikan surprise ulang tahun pada Haechan.

“Ohhhhh anjir si Echan lagi di rumah Mark katanya. Mau latian band.” Jaehyun berucap setelah membaca info yang dibagikan oleh Winwin di group tersebut.

Tapi sepertinya ia kelepasan menyebut sebuah nama barusan, karena setelahnya ia dapat merasakan pergerakan cepat Nana yang menarik ponsel dari tangannya.

“Hah? Apa? Dimana?” Toleh Nana cepat ketika mendengar nama Mark tersebut.

“Pelan-pelan aja kalo noleh, gue khawatir leher lo kecengklak kalo kecepetan kayak gitu.”

Sialan.

Emang Jaehyun sialan kalo ngomong.

“Ini berarti kita ke rumahnya Mark dulu gak sih? Nyusulin Haechan?” Nana bertanya antusias.

“Mau kesana?” Cowok itu balas bertanya seraya menutup kaca jendela dan mengunci mobilnya.

“Ya kalo emang butuh ngampirin Haechan ya kenapa enggak?”

Jaehyun reflek mengerutkan alis lalu menyenderkan kepala ke kursinya, “Udah tunangan masih iya aja ngelirik Mark.” Omelnya.

“Ngelirik apaan orang masih belom ketemu juga..”

“Heh bujang....” Cowok itu menahan ucapannya di udara, lalu, “Ah gatau ah.. Bodoamat kalo kamu mau lari ke Mark abis ngesurprise Haechan disana.”

Nana menaikkan sebelah alisnya, “Yakin? Boleh? Lari ke Mark?”

“YA GA BOLEH LAH ANJIR YANG KAYAK BEGITU MASIH BISA LO TANYAIN?!” Jaehyun spontan mendelik, dan Nana langsung tertawa.

Menurutnya, ekspresi cowok itu sore ini gemesin banget.

“Santai dong Jae, udah tunangan aku ga bakal kecantol sama cowok lain.” Nana berucap seraya mengelus rahang Jaehyun pelan.

Halus.

Habis cukuran rupanya.

“Kamu akhir-akhir ini sering kerasukan Doyoung nyadar gak sih Na?”

“Apa?”

“Ya dulu pas kuliah mana mau kamu giniin aku? Barbar mulu yang ada tiap hari..”

“Aelah pegang pipi doang udah baper.” Nana mencibir, lalu menarik gerakan tangannya.

“Lagi dong..”

“Lagi apanya?”

“Elus. Sampe nyampe ke rumah Mark.”

“Dih? Sinting kali gue ngelus-ngelus pipi lo sampe sana? Ogah.”

Jaehyun menghela nafas sabar, lalu mulai menarik handremnya dan menjalankan mobil keluar dari perumahan mereka.

“Oh iya btw Jae.. Anak-anak udah pada otw?”

“Tadi sih katanya masih pada makan di cafe. Gatau kalo sekarang.”

“Hmm.. Ya udahlah, ketemu disana aja.”

Jaehyun mengangguk, lalu meraih tangan Nana yang bebas di atas pangkuan.

“Mau apa nih mendadak pegang-pegang?”

“Cielah baru megang tangan doang udah salting..”

“Bukannya salting ya narji, tapi biasanya lo ada maunya kalo gini.”

Jaehyun reflek mendengus, “Ada emang.”

“Kannn..”

Hmm.

“Nana pokoknya jangan oleng ke Mark lagi nanti..” Cowok itu berucap tanpa basa-basi sambil menghentikan mobilnya yang mendadak terstop lampu merah.

60 detik.

“Lah ngapain? Enggak.” Nana membalas singkat seraya menolehkan wajah ke arah Jaehyun yang kini tengah menatapnya lekat.

“Awas oleng terus minta selingkuh kayak pas jaman kuliah itu..” Tutur Jaehyun dengan nada sok mengancam.

Halah.

“Eh tapi kalo ngelirik 5 detik doang boleh gak sih?”

Jaehyun langsung mendelik.

“Iya ga ngelirik, bercanda doang.”

Lelaki itu hanya balas mencibir lalu menekan kembali pedal gasnya dengan keadaan tangan kirinya yang masih menggenggam tangan Nana.

Hening.

Yang ada hanya suara pelan penyiar radio yang sedang membahas ramalan cuaca.

“Na.. Mau main game gak?”

“Main apaan?”

“Suit. Kalo kalah dapet tantangan.”

“Apa banget main tantangan di dalem mobil?”

“Ya coba dulu aja kali.”

Nana bingung, namun akhirnya mengalah dan mengusir tangan Jaehyun dari genggamannya. “Ya udah ayo, 1.. 2...”

“3!!!” Jaehyun dan Nana berteriak ricuh bersamaan.

Keduanya sudah melempar hasil dan Nana yang memang menunjukkan batu reflek tertawa kencang melihat jari Jaehyun yang membentuk gunting.

“Hahaha lo kalah Jae..”

“Sialan emang nih gunting.” Cibir lelaki itu, merutuki kekalahannya.

“Hmm, dare ya? Dare apaan di dalem mobil gini anjir..” Nana berpikir keras sambil menoleh ke kanan kiri mencari bahan yang pas untuk memberi tantangan pada Jaehyun.

Namun nihil.

Otaknya mendadak ngeblank.

“Skip deh, Darenya gue kasih nanti aja..” Cewek itu menyerah.

“Kok gituuuuuuu....”

“Lo duluan aja yang ngasih dare, gue yakin lo udah ada ide buat ngusilin gue secara lo yang ngajakin ngegame.”

Jaehyun cengengesan. “Tau aja..”

“Ck. Mau dare apa?”

“Hmm..” Jaehyun sok berpikir seraya mengerem mobilnya yang kali ini berhenti terkena macet.

Maklum, jam pulang kerja.

“Apa buruan? Tapi tolong jangan sesat.”

“Dibilang sesat sebenernya gak sesat sih, gue cuma mau minta lo seriusin kalimat lo di chat kapan itu.”

“Waktu itu apa? Chat yang mana?”

Jaehyun menggerakkan badannya mendekat dan menatap manik didepannya intens. “Chat yang lo boring ngajak gue kiss..”

Nana melotot kaget. “Kan itu bercanda.”

“Justru karena lo bercanda itu gue sekarang ngedare lo supaya serius.”

Sialan.

Nana seketika stress mampus dan berharap macet didepannya ini berkurang agar Jaehyun bisa kembali fokus menyetir dan melupakan hal bodoh ini.

“Nanaaaaaa...”

“Hmm?” Gumamnya setelah sadar dari pikirannya barusan.

“Boleh?” Tanya Jaehyun meminta ijin seraya mengelus punggung tangan Nana yang mendadak kebas dibawah sana.

“Ck.. Gue ga ngerti kenapa harus nanggepin keinginan lo ditengah kemacetan ini Jae.. Hhhh..” Cewek itu berdecak dan mengomel, lalu perlahan menarik dagu lelaki itu agar mendekat.

Belum menyentuh.

“Jangan digigit pokoknya.” Ucap Nana final. Dan sedetik kemudian ia dapat melihat Jaehyun yang tersenyum puas sebelum akhirnya merasakan benda kenyal cowok itu mendarat halus dibibirnya.

Basah, lelaki itu melumat bibir Nana penuh gairah namun tetap lembut disaat yang bersamaan.

Suasana mobil yang tadinya sepi itu sekarang berisi dengan decakan-decakan yang dikeluarkan oleh bibir keduanya.

TINNN TINNN!!!

Jaehyun reflek melepas pagutannya dan berdecak kesal karena kaget. “Ck.. Ganggu. Bikin kaget pula.” Cibirnya bermonolog seraya menekan pedal gas agar mobil bergerak maju.

Namun bukannya maju mengikuti arus, cowok itu malah maju dan berputar haluan, lalu menghentikan mobilnya di bahu jalan.

Tepat disebelah sebuah taman kecil.

“Lo yang bikin ulah kok malah ngatain mobil belakang ganggu.” Nana berucap sembari mengusap bagian bawah bibirnya yang masih basah. “Anw lo ngapain berhenti disini?” Lanjutnya bertanya bingung.

Jaehyun hanya diam dan kini mulai melepas seatbeltnya.

“Eh eh.. Jangan lagi-lagi.” Nana melotot dengan tatapan memprotes ketika melihat Jaehyun yang mulai mendekat.

“Lagi lah, belom puas juga.” Balas Jaehyun lalu menarik punggung Nana agar bergerak maju. “Gak bakal aku gigit deh, tapi gak janji.” Lanjutnya tersenyum tanpa dosa, lalu memiringkan wajah dan tanpa aba-aba mulai mencium bibir Nana, lagi.

Ck.

Dasar Jaehyun..

Nana mulai hilang akal dan meremat hoodie yang Jaehyun kenakan ketika merasa tangan cowok itu mengusap punggungnya halus dan sesekali bergerak di atas pahanya.

“Shh.. Jae.. Jangan dielus gi.. tu.” Cewek itu meracau tidak jelas ketika melepas sebentar pagutan Jaehyun yang mendadak liar tersebut.

Namun bukannya mendengar, cowok itu malah kembali melahap bibir Nana dengan rakusnya.

Membuat Nana kelimpungan dan bahkan sampai tidak mampu membalasnya.

Dalam hati ia sudah merutuk diri agar jangan lagi bercandain Jaehyun tentang hal-hal aneh seperti ini kedepannya.

“Ahh shit.” Suara itu mendadak lolos dari bibir Nana ketika milik Jaehyun berpindah tempat dan sudah berada di sekitar telinganya.

“Ngapain disitu? Shh.. Mmhh..” Cewek itu kembali meracau ketika merasakan lidah Jaehyun yang menari lembut disana.

Sinting.

Dunia terasa terhenti dan perutnya seperti menari-nari.

Jaehyun benar-benar memainkan telinga Nana seakan tengah menjilat permen lollipop.

Sial. Nana jadi lupa bumi.

Cewek itu bahkan sudah menelengkan kepala agar Jaehyun bisa lebih leluasa menggerakkan lidahnya disana.

“Enak Na? Sampe miring gitu?” Cowok itu bertanya blak-blakan seraya menarik mundur kepalanya sedikit.

Hanya untuk sekedar melihat ekspresi Nana di hadapannya saat ini.

Cewek itu menatap mata Jaehyun, nampak gelap dan sayu.

Lalu entah mendapat hidayah dari mana, tangan Nana sudah menyusup ke tengkuk Jaehyun dan menariknya maju. “Lagi aja, bentar, boleh?” Tanyanya pelan.

Jaehyun menaikkan sebelah alisnya, sempat heran. Namun merasa mendapat lampu hijau yang beneran hijau ini, ia tersenyum dan mengangguk.

“Im yours Na.” Ucap Jaehyun sebelum akhirnya mulai melancarkan aksinya lagi.

Yang tentu saja lebih lama dan dalam dari sebelumnya.

🥢

image

🌱 : “Udah jam 6 kak, lo gak papa?”

Grace bertanya grogi sembari menatap Jaehyun yang sedang asik mainin pisau.

Motong daging maksudnya.

🍑 : “Gak papa Grace... Besok nge-mc doang kok.”

Cowok itu menjawab sabar setelah menoleh ke arah Grace sebentar.

🌱 : “Ya tetep aja...... Gak capek?”

🍑 : “Capek dong. Pijetin pundak gue aja sini.”

Tawar Jaehyun menggoda sambil menggoyangkan pundaknya.

...

🌱 : “Seriusan?”

🍑 : “Emang gue nampak bercanda ya?”

🌱 : 😭😭😭 “Iya.”

Jaehyun mendengus, “Ayo dong, 5 menit aja deh.”

🌱 : “...”

🌱 : “Gak mau ah, nanti nyetrum.”

🍑 : “Hah?” 😭

🍑 : “Nyetrum gimana Grace?”

🌱 : “Ya gitu, nyetrum pokoknya. Kalo di dalem ruangan emang sesama manusia gak boleh sentuhan antar kulit kak.”

Ngawur banget si Grace anjir.

Teorinya siapa coba? 😭

*Haein = 🍁 (Kakak Grace, baca season satu dulu aja biar jelas.)

🍁 : “Kata siapa bajing? Lo dari kapanan ngadi-ngadi bener perasaan kalo ngomong.” 🥴

🌱 : “Hah? Lo sejak kapan ada disitu bujang?”

Grace bertanya kaget melihat tamu tak di undang tersebut.

Seperempat detik kemudian cewek itu memberikan pandangan mata yang jelas-jelas berkata, -please, tolong, dimohon, agar lo enyah secepatnya dari dapur.-

Namun Haein keliatan begitu cuek dan hanya mengedikkan bahunya singkat.

🍁 : “Eh.. Lo bener yang di tv itu kan? NCT ya?”

Gak ada apa-apa kakak Grace mendadak ngajak ngomong Jaehyun.

Mana raut wajahnya sumpah girang banget.

🍑 : “Iya kak, hehe.”

🍁 : “Lo yang namanya Jaehyun kan?”

🍑 : “Iya..”

🍁 : “Gue paling hafal sama muka lo doang gara-gara adek gue bucin banget sama lo.”

Jaehyun menelan ludahnya lalu menghentikan kegiatannya demi melirik Grace yang sekarang sedang melototin kakaknya.

🍁 : “Foto lo yang harganya jutaan lengkap juga tuh dalem binder dia.”

Grace mendadak pengen maki-maki.

Gatau kenapa Haein jadi berisik banget, gak kayak biasanya.

Tangan cewek itu bahkan sudah aktif mengusir-usir kakaknya dalam hening agar lekas pergi.

🍁 : “Tapi mahal-mahal ya anjir, emang foto kecil gitu gak bisa dikurangin apa harganya?”

Gantian Jaehyun yang seketika melongo.

🌱 : “Kak, lo mending balik aja deh ke perut mama. Sumpah..”

🍁 : “Enak aja, coba lo duluan aja biar gue bisa meneladan dari belakang..”

Grace cuma bisa senyum aja, “Emang butuh banyak stok sabar kalo ngomong sama lo.”

🍁 : 😌

🌱 : “Jangan dengerin kak, itu pas bacotnya lagi kumat.”

Grace berbisik tepat di telinga Jaehyun dengan nada julid setengah mati.

🍁 : “Lo bisik-bisiknya sengaja kenceng ya?”

🌱 : “Enggak. Kalo denger ya posthink aja kuping lo hiper.”

Haein mendengus.

🌱 : “Udah ah bentar, gue mau toilet dulu aja.”

🌱 : “Bentar ya kak Jae..”

Suara pamit Grace barusan membuat Jaehyun reflek menoleh dramatis.

Ditariknya ujung baju yang Grace kenakan agar cewek itu berhenti melangkah.

🌱 : “Anjir pake acara kecantol meja segala nih baju.”

Grace malah ngamuk-ngamuk ke meja dan lanjut berjalan tanpa beban.

Ckckck.

Dasar emang kadar kepekaan Grace parahnya ngalah-ngalahin jaringan H+ 😭

🍑 : “...”

Jaehyun hanya bisa menelan ludahnya kasar ketika Grace menghilang di tikungan, meninggalkannya berdua dengan Haein yang tatapannya mendadak berubah menjadi tatapan penuh intimidasi.

-

🌆

image

Beberapa saat setelah menunggu lama akhirnya Grace melihat sebuah mobil putih berhenti tepat di depan rumahnya.

Gak banyak berisik cewek itu segera keluar untuk membuka pagar agar bisa mengarahkan mobil supaya masuk ke basement.

Taeyong : “Kalo tau rumah lo elit ada jalur belakang gini ya gue gak ikut gak papa Grace.”

Johnny : “Hai pacarnya Jaehyun yang rajin kasih anak NCT vitamin! Ketemu lagi kita abis fansign kemaren.” 🤩

Grace menelan ludah dan melangkah mundur sejauh 3 meter.

Serius perutnya mules banget liat dua cowok yang biasanya ia tonton di televisi berdiri menjulang secara estetik di hadapan tubuhnya.

Mana pake nyapa + sebut nama segala..

Grace berasa mati suri dadakan.

Jaehyun : “Jangan ambyarin anak orang ya lo berdua..”

Cowok yang turun terakhir dari mobil itu berucap seraya menenteng satu buket bunga.

Taeyong : “Hm, bukannya lo ya yang jago bikin modar?”

Sindirnya ketika melihat bunga tersebut.

Johnny : “Sejak kapan lo bawa bunga Jae? Gue kok gak keliatan?”

Jaehyun : “Emang bawa bunga buat cewek harus keliatan lo dulu gitu?” 🙂😒

Johnny mendengus, sedangkan Grace mulai gak bisa konsentrasi lagi.

Biasa lah.

Grace : “Hmm, kalian bertiga masuk duluan aja. Cuma ngikutin tangga terus belok kanan.”

Grace : “Duduk aja gitu. Minum-minum. Hehehe.”

Jaehyun : “Lah lo mau kemana Grace?”

Cowok itu bingung.

Grace : “Tolong jangan ngajak ngomong dulu kak 😭 Gak sanggup gue dengernya.”

Johnny : “Suara lo geter banget kenapa deh? Kedinginan?”

Grace : “UDAH NAIK AJA NAIK. DIBILANG JANGAN NGOMONG KOK DITERUSIN AJA.”

Cewek itu ngegas seraya menyenderkan punggungnya di tembok terdekat karna kakinya mendadak lemas.

Alay banget emang.

Jaehyun : “Lo berdua naik duluan aja deh, gue disini bentar mau ngobrol.”

Johnny dan Taeyong mengangguk setengah menahan tawa penuh hujatan kemudian berlalu pergi mengikuti petunjuk yang diberikan Grace.

🍑 : “Mau nunggu apa di parkiran gini?”

🌱 : “Please kak tahan dulu jangan ngomong. 5 menit deh biar adaptasi dulu jantungnya..”

Jaehyun mengangguk dengan kadar pengan ngakak 100%

Gimana gak pengen ngakak?

Muka Grace beneran merah banget, posisinya senderan sambil megangin perut.

Ketambahan rambutnya yang acak-acakan beneran nambah kesan gembel.

🍑 : “Itu rambut udah disisir gak sih Grace?”

”...”

🌱 : “YA UDAH LAH! 😭 Tapi gara-gara tadi grogi nunggu jadi gue acak-acak gak sadar.”

Tawa Jaehyun akhirnya pecah dengerin suara ngegas Grace secara live lagi.

🌱 : “Ih beneran udah disisir tadi kak.. Percaya dong.” 😭

Cowok itu mengangguk, “Iya percaya.” Jawabnya tapi masih dengan ekspresi usil yang terpasang jelas di wajah.

Seperempat detik kemudian ia tersenyum dan mengulurkan tangannya demi menyentuh puncak kepala Grace, “Sini-sini gue aja yang rapihin.”

🌱 : 😭😭😭 “Jangan ih anjir.”

🌱 : “Kasianin jantung gue dikit dong kak.”

🌱 : “Lo mah udah biasa ngeliat fans baper, lah gue yang gak kebiasa deket-deket artis ini gimana nasibnya?!”

Hmm..

Kasian juga Grace 😿

Mana masih muda.

🍑 : 🤣😔 “Apa sih? Udahlah ayo naik terus masak dulu bentar.”

🌱 : “Jadi mau masak semur beneran?”

🍑 : “Iya lah. Katanya kemaren suka..”

Grace mengangguk, “Tapi kalo gak ma..”

🍑 : “Masak pokoknya masak, gue pengen romansa simulasi jadi suami di dapur.”

...

🌱 : “Lo keknya perlu nelen saringan deh kak, biar segala angin kata yang keluar bisa tersaring positif.”

Grace anjir.

Ngomong apa sih? 😭

🍑 : 🤣💘

🌱 : 😞

🌱 : “Ya udahlah ayo naik, nanti keburu malem katanya mau menpa juga.”

🍑 : “Gue gak jadi menpa kok Grace.”

🌱 : “Terus? Bakal ga ada menpa lagi?”

Jaehyun mendadak menggaruk keningnya bingung, males banget dia kalo ngasih tau Mark yang bakal menpa.

🌱 : “Padahal kangen TL rame caper ke member loh..”

🍑 : “Hmm..”

🍑 : “Tetep ada menpa kok, cuma bukan gue yang on.”

🌱 : “Oh ya? Terus siapa?”

🍑 : “Ya itu. Anu.”

🌱 : “Anu?”

🍑 : “MASIH LEMOT AJA YA TERNYATA? YA ANU ITU POKOKNYA.”

🌱 : “...”

🍑 : “Naik dulu aja deh, nanti pas on pasti dia perkenalan.” 😭

Grace mengangguk, “Lo jalan duluan aja kak, gue belakangan..”

“Lah ngapain? Ya sini lah..” Ujarnya seraya menarik jemari Grace lalu mulai berjalan ke atas beriringan.

-

🌃

image

Setelah drama per-dajalan ribut di twitter, malamnya geng FH kumpul beneran di cafe milik Sehun yang berada tak jauh dari kampus.

Meski sudah malam, suasana disana masih terbilang cukup ramai mengingat hari itu merupakan malam minggu.

Doyoung : “Ini muka lo baru aja dateng gue amat-amatin beler banget kenapa coba Jae?”

Doyoung yang baru meletakkan pantat membuka obrolan.

Winwin : “Lah iya? Masa ngantuk?..”

Jaehyun : “Ngantuk emang!”

Yuta : “DIH? KHAYAL BANGET JUNG JAEHYUN NGANTUK JAM SEGINI!”

Jaehyun : “Gue semalem lagi susah tidur ya anjir.”

Jungwoo : “Hah? Why?”

Jaehyun : “Sibuk mikir.”

Taeyong : “Mikirin apa coba? Tugas?”

Doyoung : “Skripsi?”

Jaehyun : “Ya gak penting sih, tapi seriusan ganggu pikiran banget.”

Winwin : “HAAAA!!! Lagi mikirin Lora ya lo?”

Jaehyun : “Lo ngapain bawa-bawa nama Laura dimari dah Win?”

Winwin : “Ya kan secara si Lora ga penting tapi selalu ganggu pikiran lo?”

Jaehyun menggeleng singkat tak habis pikir, “Gue gak lagi mikirin mantan..”

Doyoung : “Terus? Tolong gausah sok misterius deh..”

Cowok itu menghela nafasnya sebentar sebelum akhirnya menjelaskan, “Kemaren ada maba cewek temennya si Sungchan ngechat gue.”

Yuta : “Pasti cakep...”

Jaehyun berdecak otomatis, “Jangankan cakep.. Gue aja gak kenal?”

Winwin : “Lah?”

Jungwoo : “Nah pasti Jae overthinking gimana caranya kenalan sama tuh cewek. Iya kan?”

Jaehyun : “Andaikan iya gue kepikiran karena itu sih gak masalah..”

Taeyong : “Ya terus gara-gara apa?”

Jaehyun : “Gara-gara gue manggil tuh cewek -bapak- pas chatting kemaren. Gue ulang sekali lagi, b-a-p-a-k..”

Taeyong : “HAH? Gimana?”

Hening.

Beneran hening.

Yuta : “Kenapa bisa-bisanya lo panggil bapak coba anjir??

Jaehyun berdecak, “Sumpah gara-gara ini doang gue ga bisa tidur tentram semalem, materi kuliah juga kagak ada yang masuk.”

Taeyong : “Ya lagian lo bego banget jadi manusia..”

Jaehyun : “Ya kan gue ga tau kalo dia beneran cewek?!”

Winwin : “Emang dia ngechat tujuannya apa?”

Jaehyun : “Tujuannya ngomel gara-gara gue buang puntung rokok di koridor fakultas dia.”

Jungwoo : “Hah?”

Jaehyun : “Bingung kan? Sumpah gue sangkain dia bapak tukang bersih koridor anjir.”

Doyoung : “Ya iyasih... Ngapain coba sesama mahasiswa ngomel-ngomel?”

Taeyong : “Tapi yakin dia maba kan? Bukan bapak-bapak beneran kan?”

Jaehyun : “Heem. Temennya si Sungchan beneran ternyata. Asli harga diri gue anjlok beneran..”

Winwin : “Udah minta maaf?”

Jaehyun : “Siapa?”

Winwin : “Lo lah?”

Jaehyun : “KOK GUE?”

Jungwoo : “Ya anggep aja tuh cewek ngingetin lo buat jaga kebersihan dan malah lo panggil BAPAK seenak jidat.. Apa ga kesel juga dia?”

Jaehyun : “Dih?”

Yuta : “Minta maaf aja bilang kalo kemaren pas ngetik lo lagi mabuk gitu..”

Jaehyun : “Heh bajing.. Udah mikir gak tuh pas ngasih saran?!”

Yuta hanya balas cengengesan.

Doyoung : “Wait lah Jae... Emang pas lo panggil bapak dia gak marah apa?”

Jaehyun : “Ya marah, tapi gue kira gak mau dipanggil pak soalnya kedengeran tua gitu kan..”

Jungwoo : “Terus?”

Jaehyun : “Ya gue muda-in panggilannya, gue panggil mas.”

Taeyong : “JAEHYUN BANGSAT.”

Doyoung : “Gue kalo jadi tuh cewek sih bakal ngatain lo idiot Jae.”

Winwin : “Sama.”

Jaehyun : “...”

Cowok itu mendadak makin ngehang.

Pandangan matanya nampak gak fokus dan telinga-nya pun seperti tersumbat.

Pikirannya kepecah jauh mikirin harga dirinya di depan maba yang hancur dalam sekali chat.

Fix malam ini cowok itu ga bakal bisa tidur nyenyak lagi.

Kasian.

-