waterrmark

▪︎ 21+

▪︎ JFAEY 2/2 end.

▪︎ lower case.

▪︎ explicit and dirty talk.

HAPPY READ!

“fey, let's kiss.” jayden berucap seraya menarik jemari feyna agar mengikuti langkahnya menuju kamar utama milik gadis itu yang berada di tengah apartment.

lelaki itu fresh baru menginjakkan kaki masuk ke apartment feyna dan sudah mulai bertingkah lagi.

“kenapa sih tiba-tiba minta cium?”

“pengen.”

“gak mungkin banget.”

“i just want to cuddle you baby.” jayden membalas, kemudian menarik pinggang feyna agar menurut dan duduk di pangkuannya.

gadis itu mendengus pelan, “cuddle only?”

“in 10mins.”

“sisanya?”

“tergantung minat gue sih.”

“gue gak mau make out ya jay, lo suka nakal soalnya.”

jayden reflek cemberut. “nakal gimana lagi sih gue fey? terakhir kali juga lo gue biarin mimpin lama kan..”

gadisnya langsung mencebik malas, “gue tuh pengen keluar bareng sama lo, tapi selaluuu aja gue duluan. lo tuh selalu nahan tau gak sih?”

jayden tergelak, “gue tahan gitu kan biar bisa main lama sama lo babe.

“hmm.. jadi mau kissing gak ini?”

“kiss me then..”

feyna menurut dan langsung mengalungkan tangannya di leher jayden, lantas mengecup seluruh area wajah kekasihnya tanpa henti.

“my lips?”

“nanti aja, that part gonna be last.

“kok gitu?”

“gue takut magnet bibir lo nanti gak mau lepas.”

“just let me kiss you then..” lelaki itu berucap pelan, lalu menangkup kedua pipi feyna dan menariknya maju mendekat.

you look so pretty baby.. dan asal lo tau aja kalo gue beneran gak suka sama komenan kotor mantan lo di twitter tadi.. you're all mine.. always mine.

feyna menatap manik legam tersebut sekali lagi dalam hening, bibirnya yang cantik itu tersenyum sebentar sebelum akhirnya ia tempelkan pelan dengan bibir jayden yang terbuka setengah itu dengan gerakan lembut.

disesapnya dalam bibir lelaki itu atas bawah bergantian seraya mengelus rahangnya halus.

“don't worry jay, i'm all yours.” gadis itu membalas dengan nada serius seraya merapatkan tubuhnya mendekat agar lebih mudah mencumbu bibir jayden dihadapannya.

keduanya terengah, ciuman yang awalnya berada dalam ritme pelan itu benar-benar berubah total.

decakan-decakan liar memenuhi ruangan, lenguhan seksi dan berat keluar dari bibir keduanya bergantian tat kala tangan mereka bergerilya satu sama lain.

“you said it we only cuddle this time?”

jayden menatap bibir kekasihnya rendah lalu menggeleng, “i want to eat you fey, i want to hear you moan and shout my name today.”

“we did it last week jayden oh my gosh..”

“aku kecanduan.”

feyna mengalah, lantas mendorong tubuh lelaki itu hingga telentang di atas kasurnya.

“you want to ride me again?”

“nggak, gue capek. lo aja yang gerak.”

“terus lo ngapain duduk diatas gue?”

feyna melepas atasannya dan menguncir rambut panjangnya asal-asalan. “because i want to suck your dick today?”

you what??? just touch it, jangan masukin ke mulut.”

why? lo nggak pernah ijinin gue sekalipun padahal gue oke-oke aja..”

“karna gue cinta sama lo, lo bukan budak seks. biar gue aja yang ngasih kenikmatan ke lo fey.”

“idiot.” feyna mencibir lantas menurunkan celana jayden dengan gerakan pelan, but.. “wow? gue belom apa-apa kok udah semangat aja punya lo jay?”

jayden mendudukkan diri dan menarik pinggang feyna agar jatuh kembali di atas pangkuannya. “i told you nicely, jangan masukin punya gue ke mulut.”

“kalo gue mau?”

“gue gak bisa larang, tapi jangan salahin kalo gue bakal main kelamaan karena kepalang nafsu.”

feyna tersenyum dan menggoyang pelan pinggulnya, “segitu bikin nafsunya kah gue jay?”

jayden tidak menjawab lagi dan lanjut mendesis ringan akibat gesekan pelan yang diberikan feyna kepadanya barusan. “lo kesabet apa sih mendadak kok jadi begini fey?”

gadis itu tersenyum dan menjilat pelan bibir di hadapannya, lantas menurunkan diri dan berjongkok di hadapan kekasihnya.

“gue gak pengalaman, jadi kalo misal lo kerasa gak enak bilang aja biar bisa gue lepas.” ucapnya, lalu mulai memegang pelan pusaka jayden dan memijatnya lembut.

“feyh.. gosh.. your hand..”

“feel good babe?”

lelaki itu tidak menjawab dan hanya mampu menggumam serak tanda ia menyukai pergerakan feyna di bawah sana.

“jadi heran ini kalo dimasukin mulut apa gak nyodok kerongkongan?”

“makanya gak usah dimasukin gi... ahh shithh.. mulut lo, panas banget fey..” jayden tiba-tiba meracau tidak karuan kala kepala miliknya dijilat dan dimasukkan perlahan di dalam mulut kekasihnya.

“fuckh... you told me this is your first time but why it feels so good fey? ahh, maju mundurin pelan baby you're doin great.. mmhm..”

gadis itu mengiyakan dalam hati lantas memaju-mundurkan kepalanya pelan seraya memejamkan mata. rambutnya yang tadi ia kuncir sudah terlepas dan menjadi berantakan karena jemari jayden meremasnya tidak karuan sejak awal pergerakan.

*“ahh.. you look perfect babe..”? jayden mendesah berat seraya memegangi belakang kepala feyna yang terus bergerak dibawah sana.

sesekali tubuh lelaki itu bergetar karena tangan gadisnya tidak segan-segan memijat zakarnya ringan.

“gue kira gue mau keluar sekarang, tapi sayang banget gak sih feyh?” jayden bermonolog serak dengan tangannya yang sudah mulai bergerak menjauhkan kepala feyna dari pusakanya.

“let me treat you well this time princess. promise me, i'm gonna be soft.”

feyna mengerutkan alis ketika tubuhnya ganti diangkat dan ditidurkan diatas ranjang, “am i not doin great jay? i mean, kenapa lo tetep gak keluar? i try my best.

jayden menggeleng, “you doing well baby, cuma gue emang suka hemat aja, serius pengen main lama sama lo.”

feyna sudah ingin menjawab ketika mendadak saja kedua kakinya sudah dibuka dengan lebar secara cepat.

lelaki itu tersenyum dan memajukan kepalanya masuk mendekati area sensitif feyna, lantas tanpa sepatah kata mulai menjilat halus celah tersebut dengan tekanan pasti. “wet, sweet.. i love it.”

gadis itu mendesah liar ketika lidah jayden sengaja berputar lama pada klitnya, bahkan lelaki itu tidak segan untuk menusukkan jemari panjangnya di lobang intim feyna.

gila.

iya. jayden memang lelaki gila.

ia tau bagaimana cara memperlakukan tubuh feyna dengan gentle dan memberikan kenikmatan yang tidak akan pernah bisa ditolak tubuh manapun.

ruangan itu kembali dipenuhi desahan dan lenguhan panjang karena jayden tidak mengendorkan sedikitpun kegiatannya.

lelaki itu benar-benar meraup habis milik gadisnya hingga feyna-pun mencapai puncaknya yang pertama.

sang gadis terengah, “you want to cum inside me today jay? just do it.”

“no, i'll always play it safe.”

“gue aman hari ini, just do it. my body want to taste yours.”

“you sure fey? i mean bukannya gue gak mau tanggung jawab kalo lo gak aman, tapi lo apa gak masalah kalo kita nikah bareng ngampus?”

feyna melotot, “pikiran lo udah kesana aja?”

“yeah.. in the end i'll marry you anyway.” jawabnya cepat seraya mulai menindih tubuh feyna, lalu menggesekkan miliknya pelan sebelum akhirnya mendorong masuk agar tertelan seutuhnya.

gadisnya reflek melenguh, wajahnya nampak cantik dan seksi 10x lipat ketika berada di bawahnya.

dengan mata terpejam dan bibir bawah yang digigit agar tidak bersuara terlalu keras. benar-benar pemandangan terbaik yang paling disukai jayden.

“is your dick gettin bigger or ini cuma perasaan gue jay?” feyna bertanya seraya melihat ke arah bawah mereka.

“i'm always big?”

“yeah. tapi ini kerasa bangeth.”

“posisinya menguntungkan berarti. you love it?

“mmmh..”

jayden tersenyum ditengah pergerakannya, lantas melumat kembali bibir merekah didepannya dengan lembut.

digigitnya kecil dan disedotnya kencang bibir tersebut atas bawah hingga akhirnya feyna bergerak gelisah dibawahnya, “aku mau keluarhh, can we do it together this time?”

jayden mengalah dan mengangguk walau sebenarnya ia lebih suka menahan dan melepaskannya pada ronde ke-3 atau 4, lantas mengencangkan otot tubuh bawahnya lalu melesakkan miliknya masuk sekuat mungkin agar bisa menyentuh spot sensitif milik gadisnya diujung sana.

feyna mendesah kencang dan meraup kasar bibir jayden tanda ia benar-benar sudah hendak mencapai puncaknya, “i'm close baby..” ucapnya ditengah lenguhan seraya memejamkan mata.

“nowh fey.. together.” jayden mempercepat gerakan tubuhnya dan mendorongnya masuk seutuhnya ketika akhirnya cairan mereka lepas bersamaan didalam milik feyna disertai desahan puas keduanya.

“jay, gue gak nyangka meski lo keluar di ronde pertama gue tetep kewalahan kayak gini.”

sang lelaki tersenyum dan mengangguk.

dipeluknya tubuh gadis itu rapat lalu mengecup pelipisnya yang sudah begitu basah berkeringat seraya berkata “i love you fey, always..”

E N D.

J – F A (E) Y

▪︎ 21+

▪︎ explicit content, be wise.

HAPPY READ AND IMAGINE IT YOURSELF.

“give me your hand please.” jayden berucap seraya meraih jemari kekasihnya ketika mereka baru saja masuk ke dalam mobil.

“the game, begins?”

jayden menggeleng, lalu mengecup lama punggung tangan feyna yang wanginya selalu ia suka itu dengan lembut. “just let me kiss your hand in the entire way.” ucapnya.

gadis itu mengerutkan alis, lantas mengangguk. “you acting weird jay, kinda sus..”

jayden hanya menaikkan sebelah alis dan menjalankan mobilnya menjauh dari parkiran basement apartment.

“where's your feet fey? naikin sini ayo kayak biasanya.” lelaki itu berucap seraya menepuk pahanya singkat, membuat gadis disampingnya itu menurut dan menaikkan kaki setelah sebelumnya telah melepas alas terlebih dahulu.

“gue gak expect? lo bakalan kalem gini setelah ngericuhin gue di chat kayak tadi..” feyna menggaruk pelipisnya yang tidak gatal itu seraya menatap tangannya yang sedari tadi masih berada didalam genggaman jayden.

“lo tuh gue rough salah, gue soft juga salah.. maunya gimana deh fey?”

“ya aneh aja..”

“i love you.”

“TUH KAN, lo tuh kinda sus ngerti gak sih jay?”

jayden merengut, lalu mulai mengerem mobilnya yang kini tercegat lampu merah. “padahal gue tuh lagi serius loh ngomongnya fey, lo emang doyan ngerusak suasana.”

feyna cengengesan. wajahnya yang cantik itu lantas melongok sebentar demi melihat detik yang terpampang pada layar traffic light didepan sana.

60 detik.

“jay?” gadis itu memanggil singkat seraya menarik kakinya turun.

“apa?”

feyna hanya tersenyum sebentar, lalu dengan gerakan pasti ia mulai mendudukkan diri diatas pangkuan pacarnya.

sudah biasa, tentu saja.

but still..

“fey? whats wrong with you? lagi kesabet setan apa? kan biasanya gue yang maksa?”

hmm. ia terdiam dan menatap lekat mata jayden beberapa detik, lalu mulai mengelus pipinya yang lembut itu dengan gerakan halus. “jay, you know that i love you too, right?

lelaki itu mendengus, “you never said it so gimana caranya gue tau?”

why should i say it? i gave it all to you tuh udah berarti i love you, bego.”

“hmm hmm hmm, sniff my neck sini fey.. gue gak keliatan jalan.”

feyna menurut dan menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher jayden yang berbau musk tersebut.

“light kiss please?”

“what?”

“kiss me.”

“your lips?”

jayden mengelus punggung feyna pelan, “leher lah fey. gimana caranya gue kissing sama lo sambil nyetir?”

gadis itu kembali cengengesan, lantas menciumi leher jayden secara menyeluruh hingga suara dalam mobil penuh dengan kecupan-kecupan ringan dan bahkan sesekali diiringi dengan suara desahan berat jayden karena gadisnya itu tidak segan-segan menjilat dan menyedot kulit lehernya.

“kita jadi main disini jay?” feyna bertanya setelah jayden berhasil memarkir mobil di padatnya area parkir taman kota malam ini.

of course? katanya mau challenge yourself?”

gadis itu reflek menegak ludah dengan kasar, “i'll give you keywords then.”

“what words? just tell me.”

“kalo gue bilang stop, then you need to stop. but if i call your name, please hug me tightly karena kayaknya gue bakal desah kekencengan.”

jayden tergelak, lantas mencium ringan bibir dihadapannya itu dengan sensual. “let's go play baby.”

.

.

.

kedua sosok itu turun dari mobil dan berjalan beriringan dengan saling menautkan jari.

“kaki lo diliatin orang fey.” jayden berbisik pelan disamping telinga feyna, “mau pinjem jaket gue?”

“gak usah, kalo lo risih kaki gue diliatin orang mending langsung hajar aja.. karena buat apa dong diciptain outfit keren-keren kalo endingnya gue tutupin?”

hmm, jayden mengangguk setuju. “okay, jangan galak-galak dong.”

“anw lo juga daritadi diliatin cewek-cewek loh, i mean i don't even know what they're lookin at..”

jayden menaikkan sebelah alisnya pamer, “ya my face, my body and my style lah, gitu aja lo kok bingung.”

feyna spontan mendengus, lantas menarik langkah mereka menjauhi kerumunan orang dan duduk disalah satu bangku taman yang menghadap langsung ke arah air mancur.

lumayan sepi, hanya ada beberapa muda-mudi yang sekedar melintas karena takut terciprat air.

“wanna play here, baby?”

“remember the keywords right?”

jayden mengangguk, lalu merapatkan posisi tubuh mereka. “naikin kakinya sini, or you wanna sit on my lap?

“tolong jangan ekstrim bisa gak sih jay?”

lelaki itu mengedikkan bahu singkat, tangannya yang kekar lantas menarik naik kaki feyna ke atas pangkuannya.

“mau main pake tangan kanan apa kiri?”

“kiri aja.”

“kok gitu?”

“kamu jago yang kanan, aku takut kelepasan.”

what??? coba ulang kalimat lo barusan?” jayden melotot ketika mendengar kata aku-kamu terlontar dari bibir pacarnya malam ini.

“apa?”

nevermind, nanti juga lo bakal ngomong aku-kamu lagi pas mohon-mohon cepetin tempo.”

shit. jayden benar-benar mengenal dirinya.

“you ready fey?”

gadis itu mengangguk dan meletakkan sebelah tangannya di bahu tegap jayden seraya mengedarkan pandang sebentar ke arah sekitar.

“moan my name softly baby.” ucap jayden tersenyum kala mengelus masuk pangkal paha feyna seduktif.

gadis itu menahan nafas gerah merasa panasnya jemari jayden yang mulai menggesek celah miliknya dari luar celana dalam. “what color is this?”

“mhm?”

i ask you ini pake warna apa fey..” ulangnya seraya menekan klit feyna dan mulai menyelipkan jemari masuk ke dalamnya.

“it's b black..” lirihnya pelan mencengkram kuat bahu jevan tanda ia mulai merasa terangsang.

you're getting wet baby. cuma sayang aja ini mainnya cuma pake jari..” jayden berbisik pelan tepat di celah telinga, lantas meneroboskan jari tengahnya masuk ke dalam milik feyna dengan gerakan kuat.

gadis itu reflek kelimpungan menahan diri, matanya yang indah itu menoleh waswas memperhatikan keadaan sekitar, “mmmh, ada orangh duduk jay..”

“ya biarin aja duduk, namanya juga kursi umum.”

shit?

feyna reflek menarik turun tangannya dari bahu jayden demi memasukkan jemarinya sendiri ke dalam mulut guna menahan lenguhannya yang hampir saja lolos.

melihat hal itu jayden mengerutkan alisnya tidak suka, “jangan gigit tangan sendiri lah fey, luka ntar.” ucapnya menarik jemari feyna dengan tangannya yang bebas.

“pake jari gue aja sini, you can bite or suck it like you always do.” jayden melanjutkan seraya menambah satu tusukan lagi pada lubang kayna yang memang sudah benar-benar basah.

“ahhh, jaydenh, how the fuckh you.. mmh..” ucapan dan desahan gadis itu reflek terhenti karena jemari kanan jayden yang tiba-tiba saja sudah masuk ke celah bibirnya.

“suck it harder fey, don't moan.. too sexy, i can't handle mine if you keep sounds like that.”

feyna mengangguk dan makin bergerak gelisah karena dua jari jayden benar-benar mengocok miliknya tanpa ampun dibawah sana. bahkan ia-pun juga merasa jempol lelaki itu terus mengusap klitnya kian kuat.

“i want to lick and suck it fey.”

“then play it fasterh baby,”

jayden mengangguk dan menurut, lalu dengan gerakan yang begitu tiba-tiba ia-pun menarik feyna naik ke atas pangkuannya dan menambah satu lagi jemarinya masuk ke dalam lubang.

he really fucks her up with his long fingers, very strong and out of control.

“jayhh, yourh finger.. mmhhh.. i think i want to cumh......”

“just let it out fey..”

“jayden please... nowh.

paham feyna telah menggunakan salah satu keywordnya, jayden segera memeluk tubuh gadis itu rapat seraya terus menggerakkan jemari dengan cepat dibawah sana.

lelaki itu bisa merasakan cairan hangat itu akhirnya keluar membasahi tangannya.

squirting? wow, you literally win the game fey.. desahan lo juga gak sekuat biasanya. patut diapresiasi.” jayden menarik tangannya dan menjilat habis lelehan yang masih menempel tersebut dengan raut bergairah. “sweet. i love it.”

feyna mengangguk lemas dan memeluk jayden lebih rapat dari sebelumnya, “i love you jay. seriously love you.”

lelaki itu membalas pelukannya seraya tersenyum simpul. “i love you more babe.”*

“yours getting hard, play it here or just do it in your car?”

jayden berpikir sejenak, “let's move. i wanna keep my promise to let you ride me gently this time.”

.

.

.

“sambil jalan atau berhenti disini dulu?” feyna bertanya setelah mereka berdua sudah terduduk lagi di dalam dinginnya mobil jayden.

“kamu mau liat mobil ini goyang-goyang di parkiran terus digrebek masal?”

“kamu???”

“biar soft. i know you love it anyway.

sial. jayden mode soft memang benar-benar sesuatu.

“okay, then you'll ride this car safely and i'll ride you softly. deal?”

jayden mengangguk dengan tatapannya yang sudah begitu gelap, lantas menepuk pahanya. “ride me with your favorite tempo princess.” ucapnya mempersilahkan setelah sebelumnya telah melepas sabuk dan menurunkan sedikit celananya.

melihat hal itu feyna sedikit menahan nafas, terlihat sedang mempersiapkan diri sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menyingkap roknya naik ke atas dan melepas dalamannya.

“i'll ride you in my own tempo ya jay?” ucapnya seraya mendudukkan diri perlahan diatas milik jayden yang sudah sepenuhnya mengeras tersebut.

lenguhan panjang spontan terdengar dari bibir keduanya ketika feyna mulai menggerakkan perlahan pinggulnya.

“fey, can i kiss you sebelum gue tancap gas dan gantian kesiksa?”

what do you mean with kesiksa?”

“lo kira gue bisa fokus nyetir kalo lo seksi begini didepan gue?”

“jalan 40 km/jam aja, minggir-minggir.”

jayden mengangguk, lantas menarik dagu kekasihnya itu mendekat dengan gerakan sensual, “i'll kiss you roughly karena gue udah beneran nahan ini dari siang, you better take a deep breath baby, i swear gue gak bakal lepasin tengkuk lo dengan mudah kali ini.”

feyna melotot, “what the fuck?”

“ready?” tanya jayden menahan tawa, dan tanpa menunggu jawaban lagi tangan lelaki itu sudah menyusup masuk menuju tengkuk feyna dan menerkam habis bibir merekah tersebut dengan liar.

diraupnya rakus dan digigit-gigitnya kecil milik gadis itu hingga sang empunya hanya mampu meremas rambut coklat jayden dengan pasrah.

“mmmhh..” lenguhan seksi itu kembali terdengar ketika tangan jayden sudah mulai bergerak meremas payudara feyna dari balik baju.

digerakkannya pinggul ramping tersebut maju mundur dengan gerakan ringan tanpa melepas pagutannya pada bibir feyna.

hm, ternyata lelaki itu benar-benar menepati ucapannya.

gadis itu terus mendesah ringan seraya berusaha mengimbangi rasa lapar jayden pada bibirnya.

milik lelaki itu benar-benar membuatnya terbang dan tidak bisa memprotes apapun pada detik ini.

“feyh, mobilnya goyang gak sih?” jayden tiba-tiba bertanya dengan wajahnya yang memerah menahan nafsu.

feyna memanfaatkan hal tersebut untuk menarik udara kuat-kuat masuk ke dalam paru-parunya yang daritadi kian menahan sesak.

“gue pengen lanjut disini tapi, ahh..” ucapan lelaki itu terpotong dan reflek mengeluarkan desahan berat ketika feyna mulai menyenderkan punggungnya di setir kemudi seraya menaik-turunkan pinggulnya dengan tempo sedang.

“lo cantik kalo agresif gini fey, tumben-tumbenan..” jayden memuji sembari tangannya bergerak maju menyingkap bra hitam feyna dari dalam baju, lantas meremas benda kenyal itu dengan penuh nafsu.

“mmmh..” satu desahan kembali lolos ketika jempol jayden turun ke bawah dan mengusap klit feyna dengan gerakan cepat.

“shout my name if you want to cum fey,”

gadis itu menggigit bibir bawahnya dan menaikkan tempo gerakannya karena dirasa hendak mencapai puncak, tanpa banyak bicara feyna segera maju dan berpegangan kembali pada bahu jayden agar tusukannya kian dalam.

“jay, i wanna cum.. kenapa lo mesti lama sih?” lirihnya tanpa mengendorkan kecepatan.

“just cum baby it's okay.”

“mau barengan sama lo..”

“hm? nanti aja di kasur.”

feyna mengecup bibir jayden dan menghisapnya kuat agar tidak melenguh terlalu kuat ketika akhirnya cairan di bawah sana lolos dengan sempurna.

“capek fey?”

gadis itu mengangguk, “a lil bit..”

“jangan capek, sini lo tiduran aja peluk-peluk sambil gue nyetir.. katanya masih mau keluar bareng nanti.”

gadis itu menurut dan menenggelamkan wajahnya kembali ke leher jayden, “sambil digoyang dikit lo gak keganggu kan jay?”

jayden menaikkan sebelah alisnya, lalu mengangguk, “dikit aja, jangan kenceng-kenceng atau lo bakalan capek dan gak bisa bangun gara-gara gue main kelamaan nanti pas di apartment.” kekehnya sebelum mulai melajukan mobil menjauh dari area parkir.

E N D

password will be given after 30 mins.

J – F A (E) Y

▪︎ 21+

▪︎ explicit content, be wise.

HAPPY READ AND IMAGINE IT YOURSELF.

“give me your hand please.” jayden berucap seraya meraih jemari kekasihnya ketika mereka baru saja masuk ke dalam mobil.

“the game, begins?”

jayden menggeleng, lalu mengecup lama punggung tangan feyna yang wanginya selalu ia suka itu dengan lembut. “just let me kiss your hand in the entire way.” ucapnya.

gadis itu mengerutkan alis, lantas mengangguk. “you acting weird jay, kinda sus..”

jayden hanya menaikkan sebelah alis dan menjalankan mobilnya menjauh dari parkiran basement apartment.

“where's your feet fey? naikin sini ayo kayak biasanya.” lelaki itu berucap seraya menepuk pahanya singkat, membuat gadis disampingnya itu menurut dan menaikkan kaki setelah sebelumnya telah melepas alas terlebih dahulu.

“gue gak expect? lo bakalan kalem gini setelah ngericuhin gue di chat kayak tadi..” feyna menggaruk pelipisnya yang tidak gatal itu seraya menatap tangannya yang sedari tadi masih berada didalam genggaman jayden.

“lo tuh gue rough salah, gue soft juga salah.. maunya gimana deh fey?”

“ya aneh aja..”

“i love you.”

“TUH KAN, lo tuh kinda sus ngerti gak sih jay?”

jayden merengut, lalu mulai mengerem mobilnya yang kini tercegat lampu merah. “padahal gue tuh lagi serius loh ngomongnya fey, lo emang doyan ngerusak suasana.”

feyna cengengesan. wajahnya yang cantik itu lantas melongok sebentar demi melihat detik yang terpampang pada layar traffic light didepan sana.

60 detik.

“jay?” gadis itu memanggil singkat seraya menarik kakinya turun.

“apa?”

feyna hanya tersenyum sebentar, lalu dengan gerakan pasti ia mulai mendudukkan diri diatas pangkuan pacarnya.

sudah biasa, tentu saja.

but still..

“fey? whats wrong with you? lagi kesabet setan apa? kan biasanya gue yang maksa?”

hmm.

ia terdiam dan menatap lekat mata jayden beberapa detik, lalu mulai mengelus pipinya yang lembut itu dengan gerakan halus. “jay, you know that i love you too, right?

lelaki itu mendengus, “you never said it so gimana caranya gue tau?”

why should i say it? i gave it all to you tuh udah berarti i love you, bego.”

“hmm hmm hmm, sniff my neck sini fey.. gue gak keliatan jalan.”

feyna menurut dan menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher jayden yang berbau musk tersebut.

“light kiss please?”

“what?”

“kiss me.”

“your lips?”

jayden mengelus punggung feyna pelan, “leher lah fey. gimana caranya gue kissing sama lo sambil nyetir?”

gadis itu kembali cengengesan, lantas menciumi leher jayden secara menyeluruh hingga suara dalam mobil penuh dengan kecupan-kecupan ringan dan bahkan sesekali diiringi dengan suara desahan berat jayden karena gadisnya itu tidak segan-segan menjilat dan menyedot kulit lehernya.

“kita jadi main disini jay?” feyna bertanya setelah jayden berhasil memarkir mobil di padatnya area parkir taman kota malam ini.

of course? katanya mau challenge yourself?”

gadis itu reflek menegak ludah dengan kasar, “i'll give you keywords then.”

“what words? just tell me.”

“kalo gue bilang stop, then you need to stop. but if i call your name, please hug me tightly karena kayaknya gue bakal desah kekencengan.”

jayden tergelak, lantas mencium ringan bibir dihadapannya itu dengan sensual. “let's go play baby.”

.

.

.

kedua sosok itu turun dari mobil dan berjalan beriringan dengan saling menautkan jari.

“kaki lo diliatin orang fey.” jayden berbisik pelan disamping telinga feyna, “mau pinjem jaket gue?”

“gak usah, kalo lo risih kaki gue diliatin orang mending langsung hajar aja.. karena buat apa dong diciptain outfit keren-keren kalo endingnya gue tutupin?”

hmm, jayden mengangguk setuju. “okay, jangan galak-galak dong.”

“anw lo juga daritadi diliatin cewek-cewek loh, i mean i don't even know what they're lookin at..”

jayden menaikkan sebelah alisnya pamer, “ya my face, my body and my style lah, gitu aja lo kok bingung.”

feyna spontan mendengus, lantas menarik langkah mereka menjauhi kerumunan orang dan duduk disalah satu bangku taman yang menghadap langsung ke arah air mancur.

lumayan sepi, hanya ada beberapa muda-mudi yang sekedar melintas karena takut terciprat air.

“wanna play here, baby?”

“remember the keywords right?”

jayden mengangguk, lalu merapatkan posisi tubuh mereka. “naikin kakinya sini, or you wanna sit on my lap?

“tolong jangan ekstrim bisa gak sih jay?”

lelaki itu mengedikkan bahu singkat, tangannya yang kekar lantas menarik naik kaki feyna ke atas pangkuannya.

“mau main pake tangan kanan apa kiri?”

“kiri aja.”

“kok gitu?”

“kamu jago yang kanan, aku takut kelepasan.”

what??? coba ulang kalimat lo barusan?” jayden melotot ketika mendengar kata aku-kamu terlontar dari bibir pacarnya malam ini.

“apa?”

nevermind, nanti juga lo bakal ngomong aku-kamu lagi pas mohon-mohon cepetin tempo.”

shit.

jayden benar-benar mengenal dirinya.

“you ready fey?”

gadis itu mengangguk dan meletakkan sebelah tangannya di bahu tegap jayden seraya mengedarkan pandang sebentar ke arah sekitar.

“moan my name softly baby.” ucap jayden tersenyum kala mengelus masuk pangkal paha feyna seduktif.

gadis itu menahan nafas gerah merasa panasnya jemari jayden yang mulai menggesek celah miliknya dari luar celana dalam. “what color is this?”

“mhm?”

i ask you ini pake warna apa fey..” ulangnya seraya menekan klit feyna dan mulai menyelipkan jemari masuk ke dalamnya.

“it's b black..” lirihnya pelan mencengkram kuat bahu jayden tanda ia mulai merasa terangsang.

you're getting wet baby. sayang aja ini mainnya cuma pake jari..” jayden berbisik pelan tepat di celah telinga, lantas meneroboskan jari tengahnya masuk ke dalam milik feyna dengan gerakan kuat.

gadis itu reflek kelimpungan menahan diri, matanya yang indah itu menoleh waswas memperhatikan keadaan sekitar, “mmmh, ada orangh duduk jay..”

“ya biarin aja duduk, namanya juga kursi umum.”

shit?

feyna reflek menarik turun tangannya dari bahu jayden demi memasukkan jemarinya sendiri ke dalam mulut guna menahan lenguhannya yang hampir saja lolos.

melihat hal itu jayden mengerutkan alisnya tidak suka, “jangan gigit tangan sendiri lah fey, luka ntar.” ucapnya menarik jemari feyna dengan tangannya yang bebas.

“pake jari gue aja sini, you can bite or suck it like you always do.” jayden melanjutkan seraya menambah satu tusukan lagi pada lubang feyna yang memang sudah benar-benar basah tersebut.

“ahhh, jaydenh, how the fuckh you.. mmh..” ucapan dan desahan gadis itu reflek terhenti karena jemari kanan jayden yang tiba-tiba saja sudah masuk ke celah bibirnya.

“suck it harder fey, don't moan.. too sexy, i can't handle mine if you keep sounds like that.”

feyna mengangguk dan makin bergerak gelisah karena dua jari jayden benar-benar mengocok miliknya tanpa ampun dibawah sana. bahkan ia-pun juga merasa jempol lelaki itu terus mengusap klitnya kian kuat.

“i want to lick and suck it fey.”

“then play it fasterh baby,”

jayden mengangguk dan menurut, lalu dengan gerakan yang begitu tiba-tiba ia-pun menarik feyna naik ke atas pangkuannya dan menambah satu lagi jemarinya masuk ke dalam lubang.

he really fucks her up with his long fingers, very strong and out of control.

“jayhh, yourh finger.. mmhhh.. i think i want to cumh......”

“just let it out fey..”

“jayden please... nowh.

paham feyna telah menggunakan salah satu keywordnya, jayden segera memeluk tubuh gadis itu rapat seraya terus menggerakkan jemari dengan cepat dibawah sana.

lelaki itu bisa merasakan cairan hangat feyna akhirnya keluar membasahi tangannya.

squirting? wow, you literally win the game fey.. desahan lo juga gak sekuat biasanya. patut diapresiasi.” jayden menarik tangannya dan menjilat habis lelehan yang masih menempel tersebut dengan raut bergairah. “sweet. i love it.”

feyna mengangguk lemas dan memeluk jayden lebih rapat dari sebelumnya, “i love you jay. seriously love you.”

lelaki itu membalas pelukannya seraya tersenyum simpul. “i love you more babe.”

“yours getting hard, play it here or just do it in your car?”

jayden berpikir sejenak, “let's move. i wanna keep my promise to let you ride me gently this time.”

.

.

.

“sambil jalan atau berhenti disini dulu?” feyna bertanya setelah mereka berdua sudah terduduk lagi di dalam dinginnya mobil jayden.

“kamu mau liat mobil ini goyang-goyang di parkiran terus digrebek masal?”

“kamu???”

“biar soft. i know you love it anyway.

sial. jayden mode soft memang benar-benar sesuatu.

“okay, then you'll ride this car safely and i'll ride you softly. deal?”

jayden mengangguk dengan tatapannya yang sudah begitu gelap, lantas menepuk pahanya. “ride me with your favorite tempo princess.” ucapnya mempersilahkan setelah sebelumnya telah melepas sabuk dan menurunkan sedikit celananya.

melihat hal itu feyna sedikit menahan nafas, terlihat sedang mempersiapkan diri sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menyingkap roknya naik ke atas dan melepas dalamannya.

“i'll ride you in my own tempo ya jay?” ucapnya seraya mendudukkan diri perlahan diatas milik jayden yang sudah sepenuhnya mengeras tersebut.

lenguhan panjang spontan terdengar dari bibir keduanya ketika feyna mulai menggerakkan perlahan pinggulnya.

“fey, can i kiss you sebelum gue tancap gas dan gantian kesiksa?”

what do you mean with kesiksa?”

“lo kira gue bisa fokus nyetir kalo lo seksi begini didepan gue?”

“jalan 40 km/jam aja, minggir-minggir.”

jayden mengangguk, lantas menarik dagu kekasihnya itu mendekat dengan gerakan sensual, “i'll kiss you roughly this time karena gue udah beneran nahan ini dari siang, you better take a deep breath baby, i swear gue gak bakal lepasin tengkuk lo dengan mudah kali ini.”

feyna melotot, “what the fuck?”

“ready?” tanya jayden menahan tawa, dan tanpa menunggu jawaban lagi tangan lelaki itu sudah menyusup masuk menuju tengkuk feyna dan menariknya maju, lantas menerkam habis bibir merekah tersebut dengan liar.

diraupnya rakus dan digigit-gigitnya kecil milik gadis itu hingga sang empunya hanya mampu meremas rambut coklat jayden dengan pasrah.

“mmmhh..” lenguhan seksi itu kembali terdengar ketika tangan jayden sudah mulai bergerak meremas payudara feyna dari balik baju.

digerakkannya pinggul ramping tersebut maju mundur dengan gerakan ringan tanpa melepas pagutannya pada bibir feyna.

hm, ternyata lelaki itu benar-benar menepati ucapannya.

gadis itu terus mendesah ringan seraya berusaha mengimbangi rasa lapar jayden pada bibirnya.

milik lelaki itu benar-benar membuatnya terbang dan tidak bisa memprotes apapun pada detik ini.

“feyh, mobilnya goyang gak sih?” jayden tiba-tiba bertanya lirih dengan wajahnya yang memerah menahan nafsu.

feyna memanfaatkan hal tersebut untuk menarik udara sebanyak mungkin agar masuk ke dalam paru-parunya yang daritadi tidak sempat mendapat asupan dengan layak.

“gue pengen lanjut disini tapi, ahh..” ucapan lelaki itu terpotong dan reflek saja mengeluarkan desahan berat ketika feyna mulai menyenderkan punggungnya di setir kemudi seraya menaik-turunkan pinggulnya dengan tempo sedang.

shit lo seksi banget kalo lagi agresif gini fey, tumben-tumbenan..” jayden memuji sembari tangannya bergerak maju menyingkap bra hitam feyna dari dalam baju, lantas meremas benda kenyal itu dengan penuh nafsu.

“mmmh..” satu desahan kembali lolos ketika jempol jayden turun ke bawah dan mengusap klit feyna dengan gerakan cepat.

“shout my name if you want to cum fey,”

gadis itu menggigit bibir bawahnya dan menaikkan tempo gerakannya karena dirasa hendak mencapai puncak, tanpa banyak bicara feyna segera maju dan berpegangan kembali pada bahu jayden agar tusukan lelaki itu masuk kian dalam.

“jay, i wanna cum.. kenapa lo mesti lama sih?” lirihnya tanpa mengendorkan kecepatan.

“just cum baby it's okay.”

“mau barengan sama lo..”

“hm? nanti aja di kasur.”

feyna mengecup bibir jayden dan menghisapnya kuat agar tidak melenguh terlalu keras ketika akhirnya cairan di bawah sana lolos dengan sempurna.

“capek fey?”

gadis itu mengangguk dan mengatur nafasnya yang tidak beraturan, “a lil bit..”

“jangan capek, sini lo tiduran aja peluk-peluk sambil gue nyetir.. katanya masih mau keluar bareng nanti.”

gadis itu menurut dan menenggelamkan wajahnya kembali ke leher jayden, “sambil digoyang dikit lo gak keganggu kan jay?”

jayden menaikkan sebelah alisnya, lalu mengangguk, “dikit aja jangan kenceng-kenceng, atau lo bakalan capek dan gak bisa bangun gara-gara gue main kelamaan nanti pas di apartment.” kekehnya sebelum mulai melajukan mobil menjauh dari area parkir.

E N D

R A K A N A S Y A 2

▪︎ 21 +

▪︎ 2/2 end.

▪︎ lower case.

▪︎ tidak untuk ditiru loh ya 🙂🤚

HAPPY READ AND IMAGINE IT YOURSELF, BESTIE..

malam ini lagi-lagi aku mendapati diriku tengah terduduk kaku di dalam mobil fortuner putih milik Raka.

wangi mobilnya masih tidak berubah sejak terakhir kali aku menginjakkan kaki disini sekitar dua tahun yang lalu. mint segar dengan campuran aroma coklat, begitu menenangkan.

aku menghela nafas berulang kali. berusaha semaksimal mungkin untuk tidak sekaku ini, tapi gagal. aku sama sekali tidak bisa duduk dengan nyaman di kursi empuk ini seperti dulu lagi.

hey girl.. why looking around like that? aku kelamaan ya?” lelaki itu tiba-tiba bertanya setelah mendaratkan pantat mulus disampingku. “sorry, tadi antrian bayarku diserobot sama orang lain soalnya.” ia menjelaskan seraya menyerahkan satu kantong plastik penuh coklat yang baru saja dibelinya itu kepadaku.

aku hanya mampu tersenyum samar sebelum akhirnya menerima bungkusan tersebut. “thankyou.” ucapku tulus berterimakasih.

lelaki yang terduduk disampingku itu reflek tertawa renyah seraya menepuk puncak kepalaku gemas, “ternyata kesukaanmu nggak pernah berubah ya nas? nasya and chocolate.. such a perfect couple, hahaha.”

aku hanya mengangguk dan ikut tertawa sekenanya, “you want some?” tanyaku menawari setelah membelah sebatang coklat menjadi dua.

raka menggeleng pelan, lantas memutar kunci dan menjalankan mobilnya menjauh dari area parkiran. “nggak usah deh, buat kamu aja.” balasnya tersenyum seraya menaikkan sebelah alis.

aku mengedikkan bahu singkat, lalu mulai memakan coklat pemberian raka tersebut dengan perlahan.

“hari ini aku nggak ada jadwal praktek dan entah kenapa langsung kepikiran buat nemuin kamu..” raka membuka topik obrolan seraya mengoper gigi mobil. “i miss you everyday nas, dua tahun kamu ngilang total dari hidupku dan sumpah itu nyiksa banget.”

shit.

lagi-lagi aku ingin menangis seperti kali terakhir aku duduk disini.

dua tahun.

yang berarti dua tahun sejak pernikahan raka dan rena serta dua tahun aku masih saja tertangkap jomblo dan gagal move on.

“hmm.” aku hanya balas menggumam singkat.

unblock me from your life, would you?” lirih raka dengan suara memohon, tangannya yang berada diatas persneling bahkan sudah menarik jemariku masuk ke dalam genggamannya.

aku menelan ludah dengan kasar dan menggeleng, “kamu harus fokus sama keluargamu sendiri ka, please don't mind me anymore..

but my heart wanna come home nas. rumahku itu kamu.”

oh hell..

aku benar-benar terkutuk jika harus menangis lagi di dalam mobil ini.

oleh karena itu aku mulai menghela nafas kuat, lalu menarik jemariku kasar dari dalam genggamannya. “aku udah tunangan ka, jadi tolong setelah ini kita harus belajar buat saling lepas ikatan.”

“hah? you what?” tanyanya kaget seraya membelokkan mobil di jalanan lengang yang aku tau pasti menuju apartment pribadinya.

i have a fiance.” jelasku lagi dengan suara ragu karena takut tertangkap basah tengah mengarang cerita.

you have a fiance? whyyyy nas?? i mean, why?? just, whyy??” raka bertanya lagi dengan raut yang begitu susah untuk kugambarkan dalam kegelapan malam ini.

what do you mean with why? aku nggak boleh punya tunangan?”

OFCOURSE??? you're mine, always mine.

aku menghela nafas berat, lelaki ini memang benar-benar sesuatu. “i'm yours and you're rena's.. gitu maksudnya? such a selfish man..”

“nas please listen to me.. aku sama rena sama-sama nggak saling cinta. trust me we never touch each other, we never kiss like me and you always do.. we don't share the same bed every night.. we live our own life like we're not married, so please fuckin trust me and break up your engagement right now.”

aku menegak ludah mendengar ucapannya barusan, “you what?” gantian aku yang terkejut.

“aku sama rena bakalan cerai setelah kontrak bisnis habis dua tahun lagi nas, please tungguin aku.. selama ini aku berusaha ngontak kamu tapi nomermu udah nggak aktif lagi. aku cari kamu di apartment tapi kamu bahkan juga udah pindah. kalo bukan karena naresh ngasih tau aku tadi mungkin aku masih nyariin kamu detik ini. istg nasya geovanny, you really made me crazy all the time.”

aku tercengang, “raka?”

“hm?”

“jangan bohong buat sekedar ngasih aku hiburan hati, would you?

lelaki itu menatapku tidak percaya, lantas terdiam dan menghela nafas berat.

dipelankannya laju mobil yang kini sudah memasuki area parkir apartment, lalu mengatretnya di salah satu area kosong tepat di sebelah tembok bata tinggi bernuansa klasik pojok ruangan.

“aku nggak pernah bohong sama kamu nas.” ucapnya pelan setelah mematikan mesin dan melepas seatbeltnya, “like, why should i lying to you? apa gunanya?” ia melanjutkan, lalu lanjut melepas seatbelt milikku dengan perlahan.

aku reflek menggigit bibir bawahku keras karena perasaan bingung dan aneh itu tiba-tiba saja datang dan membuat perutku mulas bukan main.

please trust me and wait for me, cuma butuh 2 tahun lagi nas..”

“cuma?”

please nasya i fuckin need you, aku beneran bisa gila kalo kamu nikah sama orang lain.” balasnya meraup wajah dengan kasar.

aku hanya bisa terdiam dan menatap lelaki yang memang tidak pernah bisa keluar dari otakku itu dengan seksama, rautnya terlihat kacau dan begitu putus asa.

“maraka, can i trust you this time?” tanyaku ragu seraya mulai meraih jemari raka dan menggenggamnya ringan.

ia nampak terkejut karena tidak biasanya aku memegang tangannya terlebih dulu seperti saat ini.

“raka, can i?” ulangku lagi menyentak pikirannya.

lelaki itu hanya balas menatap mataku lama sebelum akhirnya menautkan jemari disela-sela milikku dengan gerakan tegas. “you can trust me fully nas.” ucapnya yakin.

aku mengangguk pelan, perasaan lega dan tenang itu akhirnya bisa kembali datang dan berhasil menciptakan atmosfer tersendiri di sekitar tubuhku.

maka dengan gerakan yang terlampau tidak aku sadari, aku menarik dagu raka mendekat dan mengecup bibirnya singkat. “thankyou raka. thankyou udah nyempetin diri buat nyari aku dan masih punya rasa ke aku. just, thankyou.

lelaki itu tersenyum samar, lalu tanpa sepatah kata lagi tangannya bergerak naik menarik tengkukku maju agar ia bisa menempelkan kembali miliknya padaku.

ciuman yang manis, dengan campuran rasa coklat dan sedikit anggur yang mungkin tadi sempat raka minum sebelum bertemu denganku.

gila.

sensasi ini benar-benar gila dan membuat tubuhku serasa melayang jauh. tangan kekar raka bahkan sudah aktif mengelus punggungku dan sesekali menekannya kuat agar ciuman kami bertambah dalam.

“mmmh.”

oh shit.

aku kelepasan mendesah ketika bibir raka turun jauh menuju leherku dan berhasil menciptakan banyak tanda kemerahan disana.

kuelus pelan puncak kepala lelaki itu ketika akhirnya ia menarik mundur kegiatannya pada tubuhku.

sorry nas, aku kebablas.” ucapnya menyesal seraya cepat-cepat mencabut kunci mobil, dan sedetik sebelum tangan raka meraih handle pintu, aku menarik ujung jaket hitamnya agar menoleh lagi padaku. “no need to sorry dan salting gitu, it's okay.”

you okay?” tanyanya tidak percaya.

aku mengangguk, “we love each other right?

raka lagi-lagi terdiam dan menatap lama mataku seakan tengah mencari keyakinan di dalam sana.

tatapannya turun dan jempolnya mulai bergerak mengusap bagian bawah bibirku yang kurasa sudah mulai sedikit bengkak karena pagutannya begitu liar sejak tadi.

“udah 6 tahun kita pacaran, and i still love this.” ucapnya frontal dengan suara serak, “manis soalnya.”

you want it?

if you let me..?

aku mengangguk, lantas melingkarkan tanganku pada lehernya. “just do it. i don't mind about your wedding or something else anymore.”

you sure?? aku mungkin bakal kebablas lagi kayak tadi.”

aku tidak menjawab ucapannya lagi dan lanjut memejamkan mata dengan perlahan.

bisa kurasakan lelaki itu tersenyum dihadapanku sebelum akhirnya mulai menyambar kembali milikku dengan lembut.

ciuman yang awalnya biasa-biasa itu akhirnya mulai menciptakan hasrat dan keinginan untuk semakin melakukan lebih.

seperti menyalurkan rasa rindu akibat lama tidak berjumpa dan rasa saling ingin memiliki yang sempat tertahan karena adanya pernikahan kontrak raka dan rena, lelaki itu mulai mengangkat tubuhku naik ke atas pangkuannya.

dicumbunya liar leher dan bahuku bergantian seraya tangannya bergerak masuk mengelus punggungku dari balik baju.

bulu di sekujur tubuhku seketika meremang merasakan hangat dan panasnya tangan raka yang bergerak liar serta kecupannya yang daritadi tidak kunjung ada habisnya.

jemari lelaki itu mulai naik dan mencari letak pengait bra yang kugunakan lantas melepasnya dalam sekali jentikan.

can i touch it?

“nggak diijinin juga udah kamu lepas kan?”

raka tersenyum meminta maaf dan mengangguk, “sorry.” ucapnya lagi-lagi dengan suara rendah, dan entah kenapa aku merasa suara tersebut begitu meruntuhkan iman.

maka dengan kesadaranku yang memang sudah hilang sebagian, aku menarik wajahnya mendekat dan menjatuhkan bibir kembali pada miliknya.

kuhisapnya pelan bagian bibir bawahnya dan kuelus rahangnya yang menegang kaget itu dengan lembut.

merasa mendapatkan lampu hijau dariku, raka segera melepas jaket dan kaos putih polosnya, lantas menurunkan sandaran kursi demi memperluas ruang.

aku reflek termangu memandangi raka yang begitu bernafsu detik ini. dadanya yang bidang dan tubuhnya yang memang terbentuk akibat sering berolahraga itu terpampang nyata di hadapanku.

“panas. kamu enggak?” tanyanya seraya mengelus pelan pinggang dan perutku yang masih tertutup atasan.

diremasnya pelan pinggulku sebelum akhirnya ia menyusupkan tangan masuk ke celah celana demi meraih pantatku di dalam sana.

“kalo udah panas, bilang sama aku.. nanti aku bantu lepasin.”

aku reflek menggigit bibir merasakan sensasi candu ini.

bagaimana tidak? tangan raka benar-benar bergerak lihai dan bersemangat di dalam sana.

bahkan entah sejak kapan posisiku yang awalnya masih terduduk itu sudah jatuh dan tertidur pasrah diatas dadanya.

“halus nas.” pujinya seraya mengecup puncak kepalaku singkat.

aku menahan nafas kaku ketika merasa jemarinya terus turun dan menelusur garis pantatku dengan gerakan pasti.

digeseknya perlahan celah dibawah sana hingga akhirnya jemari raka menyentuh sesuatu yang berhasil membuat tubuhku seketika saja bergetar kencang.

“geli nas?” tanyanya singkat seraya terus mengelus lipatan tersebut dengan pelan dan penuh tekanan. “your miss v is getting wetter..”

“mmmh rakaa, yourh finger..” lirihku tepat disamping telinganya.

“whats wrong with my finger?”

aku menggeleng kuat lantas menenggelamkan wajah pada ceruk lehernya.

bisa kurasakan lelaki itu tersenyum ketika akhirnya ia menusukkan telunjuk dan jari tengahnya masuk ke dalam sana.

he really fuck me up with his long fingers right now. in and out, deeper and stronger.

aku reflek mendesah kencang karena rasa geli dan panas yang menyerang secara tiba-tiba tersebut.

“three fingers, baby?”

“no.. justh.. ahh.”

“what? you'll like it, trust me.”

shit. raka benar-benar melakukan ucapannya.

aku bergerak gelisah diatas tubuhnya ketika merasa hendak mencapai puncak, dan tepat ketika cairan tersebut ingin keluar, raka tiba-tiba menghentikan kegiatannya.

dijilatnya perlahan jari tanpa memperdulikan tatapan protesku, lantas mendudukkan tubuhku kembali.

“kenapa berhenti?”

“why? you love it?” tanyanya menggoda seraya menunjukkan jarinya kepadaku. “want more nas?”

aku menghela nafas kuat, lalu mengangguk. karena percayalah, sebagai manusia akupun juga membutuhkan pelepasan yang sempat tertahan ini.

lelaki itu tersenyum dan mengecup pelipisku lama. “wanna do in the car or go up to my apartment?”

just do it fast here raka.” lirihku seraya memagut kembali bibirnya dengan penuh tuntutan. “oh ya, you can take off my clothes too if you want.” lanjutku lagi sebelum akhirnya memejamkan mata karena jemari raka kembali bergerak dibawah sana.

“baby, you know this just a warm up right?” bisiknya tepat disamping telinga, “we can do more than this, and for sure you can ride me crazily later.”

  • e n d.

DON'T SHARE THE LINK TO OTHERS.

password akan expired setelah 2 minggu.

malam ini lagi-lagi aku mendapati diriku tengah terduduk kaku di dalam mobil fortuner putih milik Raka.

wangi mobilnya masih tidak berubah sejak terakhir kali aku menginjakkan kaki disini sekitar dua tahun yang lalu. mint segar dengan campuran aroma coklat, begitu menenangkan.

aku menghela nafas berulang kali. berusaha semaksimal mungkin untuk tidak sekaku ini, tapi gagal. aku sama sekali tidak bisa duduk dengan nyaman di kursi empuk ini seperti dulu lagi.

hey girl.. why looking around like that? aku kelamaan ya?” lelaki itu tiba-tiba bertanya setelah mendaratkan pantat mulus disampingku. “sorry, tadi antrian bayarku diserobot sama orang lain soalnya.” ia menjelaskan seraya menyerahkan satu kantong plastik penuh coklat yang baru saja dibelinya itu kepadaku.

aku hanya mampu tersenyum samar sebelum akhirnya menerima bungkusan tersebut. “thankyou.” ucapku tulus berterimakasih.

lelaki yang terduduk disampingku itu reflek tertawa renyah seraya menepuk puncak kepalaku gemas, “ternyata kesukaanmu nggak pernah berubah ya nas? nasya and chocolate.. such a perfect couple, hahaha.”

aku hanya mengangguk dan ikut tertawa sekenanya, “you want some?” tanyaku menawari setelah membelah sebatang coklat menjadi dua.

raka menggeleng pelan, lantas memutar kunci dan menjalankan mobilnya menjauh dari area parkiran. “nggak usah deh, buat kamu aja.” balasnya tersenyum seraya menaikkan sebelah alis.

aku mengedikkan bahu singkat, lalu mulai memakan coklat pemberian raka tersebut dengan perlahan.

“hari ini aku nggak ada jadwal praktek dan entah kenapa langsung kepikiran buat nemuin kamu..” raka membuka topik obrolan seraya mengoper gigi mobil. “i miss you everyday nas, dua tahun kamu ngilang total dari hidupku dan sumpah itu nyiksa banget.”

shit.

lagi-lagi aku ingin menangis seperti kali terakhir aku duduk disini.

dua tahun.

yang berarti dua tahun sejak pernikahan raka dan rena serta dua tahun aku masih saja tertangkap jomblo dan gagal move on.

“hmm.” aku hanya balas menggumam singkat.

unblock me from your life, would you?” lirih raka dengan suara memohon, tangannya yang berada diatas persneling bahkan sudah menarik jemariku masuk ke dalam genggamannya.

aku menelan ludah dengan kasar dan menggeleng, “kamu harus fokus sama keluargamu sendiri ka, please don't mind me anymore..

but my heart wanna come home nas. rumahku itu kamu.”

oh hell..

aku benar-benar terkutuk jika harus menangis lagi di dalam mobil ini.

oleh karena itu aku mulai menghela nafas kuat, lalu menarik jemariku kasar dari dalam genggamannya. “aku udah tunangan ka, jadi tolong setelah ini kita harus belajar buat saling lepas ikatan.”

“hah? you what?” tanyanya kaget seraya membelokkan mobil di jalanan lengang yang aku tau pasti menuju apartment pribadinya.

i have a fiance.” jelasku lagi dengan suara ragu karena takut tertangkap basah tengah mengarang cerita.

you have a fiance? whyyyy nas?? i mean, why?? just, whyy??” raka bertanya lagi dengan raut yang begitu susah untuk kugambarkan dalam kegelapan malam ini.

what do you mean with why? aku nggak boleh punya tunangan?”

OFCOURSE??? you're mine, always mine.

aku menghela nafas berat, lelaki ini memang benar-benar sesuatu. “i'm yours and you're rena's.. gitu maksudnya? such a selfish man..”

“nas please listen to me.. aku sama rena sama-sama nggak saling cinta. trust me we never touch each other, we never kiss like me and you always do.. we don't share the same bed every night.. we live our own life like we're not married, so please fuckin trust me and break up your engagement right now.”

aku menegak ludah mendengar ucapannya barusan, “you what?” gantian aku yang terkejut.

“aku sama rena bakalan cerai setelah kontrak bisnis habis dua tahun lagi nas, please tungguin aku.. selama ini aku berusaha ngontak kamu tapi nomermu udah nggak aktif lagi. aku cari kamu di apartment tapi kamu bahkan juga udah pindah. kalo bukan karena naresh ngasih tau aku tadi mungkin aku masih nyariin kamu detik ini. istg nasya geovanny, you really made me crazy all the time.”

aku tercengang, “raka?”

“hm?”

“jangan bohong buat sekedar ngasih aku hiburan hati, would you?

lelaki itu menatapku tidak percaya, lantas terdiam dan menghela nafas berat.

dipelankannya laju mobil yang kini sudah memasuki area parkir apartment, lalu mengatretnya di salah satu area kosong tepat di sebelah tembok bata tinggi bernuansa klasik pojok ruangan.

“aku nggak pernah bohong sama kamu nas.” ucapnya pelan setelah mematikan mesin dan melepas seatbeltnya, “like, why should i lying to you? apa gunanya?” ia melanjutkan, lalu lanjut melepas seatbelt milikku dengan perlahan.

aku reflek menggigit bibir bawahku keras karena perasaan bingung dan aneh itu tiba-tiba saja datang dan membuat perutku mulas bukan main.

”?please trust me and wait for me,* cuma butuh 2 tahun lagi nas..”

“cuma?”

please nasya i fuckin need you, aku beneran bisa gila kalo kamu nikah sama orang lain.” balasnya meraup wajah dengan kasar.

aku hanya bisa terdiam dan menatap lelaki yang memang tidak pernah bisa keluar dari otakku itu dengan seksama, rautnya terlihat kacau dan begitu putus asa.

“maraka, can i trust you this time?” tanyaku ragu seraya mulai meraih jemari raka dan menggenggamnya ringan.

ia nampak terkejut karena tidak biasanya aku memegang tangannya terlebih dulu seperti saat ini.

“raka, can i?” ulangku lagi menyentak pikirannya.

lelaki itu hanya balas menatap mataku lama sebelum akhirnya menautkan jemari disela-sela milikku dengan gerakan tegas. “you can trust me fully nas.” ucapnya yakin.

aku mengangguk pelan, perasaan lega dan tenang itu akhirnya bisa kembali datang dan berhasil menciptakan atmosfer tersendiri di sekitar tubuhku.

maka dengan gerakan yang terlampau tidak aku sadari, aku menarik dagu raka mendekat dan mengecup bibirnya singkat. “thankyou raka. thankyou udah nyempetin diri buat nyari aku dan masih punya rasa ke aku. just, thankyou.

lelaki itu tersenyum samar, lalu tanpa sepatah kata lagi tangannya bergerak naik menarik tengkukku maju agar ia bisa menempelkan kembali miliknya padaku.

ciuman yang manis, dengan campuran rasa coklat dan sedikit anggur yang mungkin tadi sempat raka minum sebelum bertemu denganku.

gila.

sensasi ini benar-benar gila dan membuat tubuhku serasa melayang jauh. tangan kekar raka bahkan sudah aktif mengelus punggungku dan sesekali menekannya kuat agar ciuman kami bertambah dalam.

“mmmh.”

oh shit.

aku kelepasan mendesah ketika bibir raka turun jauh menuju leherku dan berhasil menciptakan banyak tanda kemerahan disana.

kuelus pelan puncak kepala lelaki itu ketika akhirnya ia menarik mundur kegiatannya pada tubuhku.

sorry nas, aku kebablas.” ucapnya menyesal seraya cepat-cepat mencabut kunci mobil, dan sedetik sebelum tangan raka meraih handle pintu, aku menarik ujung jaket hitamnya agar menoleh lagi padaku. “no need to sorry dan salting gitu, it's okay.”

you okay?” tanyanya tidak percaya.

aku mengangguk, “we love each other right?

raka lagi-lagi terdiam dan menatap lama mataku seakan tengah mencari keyakinan di dalam sana.

tatapannya turun dan jempolnya mulai bergerak mengusap bagian bawah bibirku yang kurasa sudah mulai sedikit bengkak karena pagutannya begitu liar sejak tadi.

“udah 6 tahun kita pacaran, and i still love this.” ucapnya frontal dengan suara serak, “manis soalnya.”

you want it?

“*if you let me..?”

aku mengangguk, lantas melingkarkan tanganku pada lehernya. “just do it. i don't mind about your wedding or something else anymore.”

“*you sure?? aku mungkin bakal kebablas lagi kayak tadi.”

aku tidak menjawab ucapannya lagi dan lanjut memejamkan mata dengan perlahan.

bisa kurasakan lelaki itu tersenyum dihadapanku sebelum akhirnya mulai menyambar kembali milikku dengan lembut.

ciuman yang awalnya biasa-biasa itu akhirnya mulai menciptakan hasrat dan keinginan untuk semakin melakukan lebih.

seperti menyalurkan rasa rindu akibat lama tidak berjumpa dan rasa saling ingin memiliki yang sempat tertahan karena adanya pernikahan kontrak raka dan rena, lelaki itu mulai mengangkat tubuhku naik ke atas pangkuannya.

dicumbunya liar leher dan bahuku bergantian seraya tangannya bergerak masuk mengelus punggungku dari balik baju.

bulu di sekujur tubuhku seketika meremang merasakan hangat dan panasnya tangan raka yang bergerak liar serta kecupannya yang daritadi tidak kunjung ada habisnya.

jemari lelaki itu mulai naik dan mencari letak pengait bra yang kugunakan lantas melepasnya dalam sekali jentikan.

can i touch it?

“nggak diijinin juga udah kamu lepas kan?”

raka tersenyum meminta maaf dan mengangguk, “sorry.” ucapnya lagi-lagi dengan suara rendah, dan entah kenapa aku merasa suara tersebut begitu meruntuhkan iman.

maka dengan kesadaranku yang memang sudah hilang sebagian, aku menarik wajahnya mendekat dan menjatuhkan bibir kembali pada miliknya.

kuhisapnya pelan bagian bibir bawahnya dan kuelus rahangnya yang menegang kaget itu dengan lembut.

merasa mendapatkan lampu hijau dariku, raka segera melepas jaket dan kaos putih polosnya, lantas menurunkan sandaran kursi demi memperluas ruang.

aku reflek termangu memandangi raka yang begitu bernafsu detik ini. dadanya yang bidang dan tubuhnya yang memang terbentuk akibat sering berolahraga itu terpampang nyata di hadapanku.

“panas. kamu enggak?” tanyanya seraya mengelus pelan pinggang dan perutku yang masih tertutup atasan.

diremasnya pelan pinggulku sebelum akhirnya ia menyusupkan tangan masuk ke celah celana demi meraih pantatku di dalam sana.

“kalo udah panas, bilang sama aku.. nanti aku bantu lepasin.”

aku reflek menggigit bibir merasakan sensasi candu ini.

bagaimana tidak? tangan raka benar-benar bergerak lihai dan bersemangat di dalam sana.

bahkan entah sejak kapan posisiku yang awalnya masih terduduk itu sudah jatuh dan tertidur pasrah diatas dadanya.

“halus nas.” pujinya seraya mengecup puncak kepalaku singkat.

aku menahan nafas kaku ketika merasa jemarinya terus turun dan menelusur garis pantatku dengan gerakan pasti.

digeseknya perlahan celah dibawah sana hingga akhirnya jemari raka menyentuh sesuatu yang berhasil membuat tubuhku seketika saja bergetar kencang.

“geli nas?” tanyanya singkat seraya terus mengelus lipatan tersebut dengan pelan dan penuh tekanan. “your miss v is getting wetter..”

“mmmh rakaa, yourh finger..” lirihku tepat disamping telinganya.

“whats wrong with my finger?”

aku menggeleng kuat lantas menenggelamkan wajah pada ceruk lehernya.

bisa kurasakan lelaki itu tersenyum ketika akhirnya ia menusukkan telunjuk dan jari tengahnya masuk ke dalam sana.

he really fuck me up with his long fingers right now. in and out, deeper and stronger.

aku reflek mendesah kencang karena rasa geli dan panas yang menyerang secara tiba-tiba tersebut.

“three fingers, baby?”

“no.. justh.. ahh.”

“what? you'll like it, trust me.”

shit. raka benar-benar melakukan ucapannya.

aku bergerak gelisah diatas tubuhnya ketika merasa hendak mencapai puncak, dan tepat ketika cairan tersebut ingin keluar, raka tiba-tiba menghentikan kegiatannya.

dijilatnya perlahan jari tanpa memperdulikan tatapan protesku, lantas mendudukkan tubuhku kembali.

“kenapa berhenti?”

“why? you love it?” tanyanya menggoda seraya menunjukkan jarinya kepadaku. “want more nas?”

aku menghela nafas kuat, lalu mengangguk. karena percayalah, sebagai manusia akupun juga membutuhkan pelepasan yang sempat tertahan ini.

lelaki itu tersenyum dan mengecup pelipisku lama. “wanna do in the car or go up to my apartment?”

just do it fast here raka.” lirihku seraya memagut kembali bibirnya dengan penuh tuntutan. “oh ya, you can take off my clothes too if you want.” lanjutku lagi sebelum akhirnya memejamkan mata karena jemari raka kembali bergerak dibawah sana.

“baby, you know this just a warm up right?” bisiknya tepat disamping telinga, “we can do more than this, and for sure you can ride me crazily later.”

  • e n d.

DON'T SHARE THE LINK TO OTHERS.

password akan expired setelah 2 minggu.

J E F N A S

▪︎ 17+

▪︎ penggalan “Between.” dari wattpad.

▪︎ nggak semature itu kok, santai aja santai wkwk.

■□■□■

Jeffrey sudah hendak bangkit berdiri untuk mengambil air dalam kulkas ketika Nasya tiba-tiba mengelukan namanya dengan suara serak.

“Jef..”

“Ada apa? Kamu butuh yang lain?”

“Saya mau tanya sesuatu.”

Lelaki itu mengangguk. “Tanya apa?”

“Kenapa kamu baik sama saya?”

Jeffrey menghela nafasnya sebentar lalu mendudukkan diri kembali disamping Nasya.

Efek alkohol sepertinya bekerja sempurna karena berhasil membuat gadis yang biasanya diam itu menjadi banyak bicara malam ini.

“Saya anggap kamu lebih dari sekedar atasan Nas.” Jawab Jeffrey pada akhirnya.

“Seperti apa?”

Lelaki itu diam sebentar kemudian tersenyum. “Saya yakin kamu nggak akan ingat walaupun sudah saya jawab.”

Gadis itu menggeleng dengan pipinya yang kian memerah, “Meski saya nggak ingat saya tetap mau dengar jawaban kamu.”

“Hmm..” Jeffrey menggumam beberapa saat, “Saya anggap kamu sebagai wanita.”

Nasya menelengkan kepala dan memutar badannya hingga berhadapan dengan badan Jeffrey. “Tapi saya memang wanita?”

“Bawahan kamu di kantor hanya menganggap kamu sebagai anak pemilik perusahaan yang harus dihormati. Lebih dari itu saya anggap kamu sebagai wanita yang juga harus dijaga, disayang dan dilindungi.”

Nasya mengangguk-angguk dengan matanya yang semakin sayu dan terlihat lelah di temaram malam.

“Sudah jam 1 Nas, kamu harus tidur.”

“Kamu anggap saya sebagai wanita yang harus disayang, dilindungi dan dijaga.” Ucap Nasya setengah sadar membuat Jeffrey spontan mengerutkan alisnya. “Kamu mengulang kalimat saya?”

“Iya. Saya hafalin karena kamu bilang saya gak akan ingat besok pagi.”

Jeffrey hanya menggelengkan kepala dalam diam kemudian menyingkirkan anak rambut Nasya yang menutupi wajahnya. “Nas, kamu nyaman ada di sekitar saya?”

Gadis itu mengangguk, “Lebih dari itu, saya merasa aman.”

“Entah kenapa saya juga merasa nyaman disekitar kamu.” Ucap Jeffrey mengawang seraya mengusap pipi Nasya lembut.

“Saya harap saya akan ingat segala percakapan kita malam ini Jef.”

Lelaki itu tersenyum. “Mau mengingat malam ini Nas?”

“Bagaimana?”

“Hmm.. Pejamkan mata sebentar.” Suruhnya, dan gadis itu reflek menurut.

Didekatinya wajah Nasya dan dibisikkannya sebuah kalimat tepat disamping telinga, “Let me do something that can make you remember anything about this night Nas.”

Bisikan itu membuat Nasya reflek mendesis geli dan sedikit meringsut mundur.

“Sekarang buka mata, lalu ijinkan saya.”

Gadis itu menurut lalu menatap Jeffrey tepat di manik mata, “Apa?” Tanyanya serak.

Jeffrey menggeleng dan hanya balas tersenyum. Dengan perlahan ditangkupnya kedua pipi Nasya seraya bertanya, “Nas.. Can i?”

Gadis itu terdiam, ia menatap sekali lagi netra milik Jeffrey yang berada dekat di hadapannya dalam hening.

Tangan yang bergerak perlahan di pipinya berhasil membuat jantung Nasya berdebar tidak terkendali, dan tau-tau saja ia sudah memejamkan matanya mempersilahkan.

“Hm?”

Merasa mendapat lampu hijau Jeffrey segera menempelkan bibirnya pada milik Nasya secara perlahan.

Digenggamnya tangan yang sempat menegang lalu mengelusnya perlahan.

Ciuman yang aneh, dengan paduan pahit alkohol diselingi rasa manis yang menguar dari bibir Nasya.

Entahlah.

Pikiran Jeffrey mendadak mengawang jauh ketika Nasya mulai membalas lumatannya.

“Nas? Kamu sadar?” Tanya Jeffrey melepas pagutannya.

“Hm, sensasinya seperti dibawa terbang ke langit-langit. Aneh.”

“Suka?”

Nasya mengangguk, “Umur 21 sudah legal untuk ini Jef?”

Jeffrey tertawa sebentar kemudian menarik pinggul Nasya dan mendudukkannya di atas pangkuan, “Legal Nas. You want more?”

▪︎ 17+

▪︎ penggalan “Between.” dari wattpad.

▪︎ nggak semature itu kok, santai aja santai wkwk.

■□■□■

Jeffrey sudah hendak bangkit berdiri untuk mengambil air dalam kulkas ketika Nasya tiba-tiba mengelukan namanya dengan suara serak.

“Jef..”

“Ada apa? Kamu butuh yang lain?”

“Saya mau tanya sesuatu.”

Lelaki itu mengangguk. “Tanya apa?”

“Kenapa kamu baik sama saya?”

Jeffrey menghela nafasnya sebentar lalu mendudukkan diri kembali disamping Nasya.

Efek alkohol sepertinya bekerja sempurna karena berhasil membuat gadis yang biasanya diam itu menjadi banyak bicara malam ini.

“Saya anggap kamu lebih dari sekedar atasan Nas.” Jawab Jeffrey pada akhirnya.

“Seperti apa?”

Lelaki itu diam sebentar kemudian tersenyum. “Saya yakin kamu nggak akan ingat walaupun sudah saya jawab.”

Gadis itu menggeleng dengan pipinya yang kian memerah, “Meski saya nggak ingat saya tetap mau dengar jawaban kamu.”

“Hmm..” Jeffrey menggumam beberapa saat, “Saya anggap kamu sebagai wanita.”

Nasya menelengkan kepala dan memutar badannya hingga berhadapan dengan badan Jeffrey. “Tapi saya memang wanita?”

“Bawahan kamu di kantor hanya menganggap kamu sebagai anak pemilik perusahaan yang harus dihormati. Lebih dari itu saya anggap kamu sebagai wanita yang juga harus dijaga, disayang dan dilindungi.”

Nasya mengangguk-angguk dengan matanya yang semakin sayu dan terlihat lelah di temaram malam.

“Sudah jam 1 Nas, kamu harus tidur.”

“Kamu anggap saya sebagai wanita yang harus disayang, dilindungi dan dijaga.” Ucap Nasya setengah sadar membuat Jeffrey spontan mengerutkan alisnya. “Kamu mengulang kalimat saya?”

“Iya. Saya hafalin karena kamu bilang saya gak akan ingat besok pagi.”

Jeffrey hanya menggelengkan kepala dalam diam kemudian menyingkirkan anak rambut Nasya yang menutupi wajahnya. “Nas, kamu nyaman ada di sekitar saya?”

Gadis itu mengangguk, “Lebih dari itu, saya merasa aman.”

“Entah kenapa saya juga merasa nyaman disekitar kamu.” Ucap Jeffrey mengawang seraya mengusap pipi Nasya lembut.

“Saya harap saya akan ingat segala percakapan kita malam ini Jef.”

Lelaki itu tersenyum. “Mau mengingat malam ini Nas?”

“Bagaimana?”

“Hmm.. Pejamkan mata sebentar.” Suruhnya, dan gadis itu reflek menurut.

Didekatinya wajah Nasya dan dibisikkannya sebuah kalimat tepat disamping telinga, “Let me do something that can make you remember anything about this night Nas.”

Bisikan itu membuat Nasya reflek mendesis geli dan sedikit meringsut mundur.

“Sekarang buka mata, lalu ijinkan saya.”

Gadis itu menurut lalu menatap Jeffrey tepat di manik mata, “Apa?” Tanyanya serak.

Jeffrey menggeleng dan hanya balas tersenyum. Dengan perlahan ditangkupnya kedua pipi Nasya seraya bertanya, “Nas.. Can i?”

Gadis itu terdiam, ia menatap sekali lagi netra milik Jeffrey yang berada dekat di hadapannya dalam hening.

Tangan yang bergerak perlahan di pipinya berhasil membuat jantung Nasya berdebar tidak terkendali, dan tau-tau saja ia sudah memejamkan matanya mempersilahkan.

“Hm?”

Merasa mendapat lampu hijau Jeffrey segera menempelkan bibirnya pada milik Nasya secara perlahan.

Digenggamnya tangan yang sempat menegang lalu mengelusnya perlahan.

Ciuman yang aneh, dengan paduan pahit alkohol diselingi rasa manis yang menguar dari bibir Nasya.

Entahlah.

Pikiran Jeffrey mendadak mengawang jauh ketika Nasya mulai membalas lumatannya.

“Nas? Kamu sadar?” Tanya Jeffrey melepas pagutannya.

“Hm, sensasinya seperti dibawa terbang ke langit-langit. Aneh.”

“Suka?”

Nasya mengangguk, “Umur 21 sudah legal untuk ini Jef?”

Jeffrey tertawa sebentar kemudian menarik pinggul Nasya dan mendudukkannya di atas pangkuan, “Legal Nas. You want more?”

R A K A N A S Y A.

▪︎ 18+

▪︎ mentioning anything that doesn't suitable for underage.

■□■□■

“Sorry to call you up this night.” Lelaki itu membuka obrolan ketika pantatku baru saja terduduk mulus disampingnya.

Aku mengangguk, lalu mengeluarkan hp dan menyalakannya. Tidak berminat untuk membalas ataupun sekedar berbicara pada lelaki yang kini tengah menatapku bingung.

“Put down your phone Nas, your eyes gonna get hurt.”

Lagi, dia lagi-lagi peduli pada hidupku tanpa aku minta.

Aku menghela napas keras dan mematikan benda layar datar tersebut, lantas menoleh ke arahnya.

Raka, lelaki itu masih tidak berubah sedikitpun. Rahangnya yang terbentuk jelas dan bahu tegapnya yang siap melindungi itu membuat pertahanan hatiku sempat goyah sepersekian detik.

Teringat jika mata itu yang dulu menatapku teduh dan tangannya yang harusnya menuntunku naik ke atas altar, hatiku langsung mencelos.

Sadar Nas! He's gonna married soon.

“Nas, kok ngelamun?” Raka bertanya seraya melambai tangan di hadapanku.

Aku menoleh dan memberanikan diri untuk menatap maniknya, “Kamu mau apa ngajakin aku night drive di jam segini? Sama tunanganmu kan bisa?”

Lelaki itu tersenyum samar dengan tangannya yang bergerak mematikan bunyi-bunyian dari dalam mobil.

Shit. Suasana menjadi makin sepi dan canggung.

Jalanan gelap dengan redupnya lampu kota serta cuaca mendung tanpa bintang di luar sana semakin membuat perutku mulas tidak terkendali.

“Pernikahanku besok siang Nas.”

Deg.

Seperti di hantam palu berukuran raksasa, hatiku terasa pecah begitu mendengarkan ucapannya yang tanpa dosa barusan.

“Then why told me? You should keep it as secret, aku nggak mau tau.”

“Nas, i feel bad to us. As you know aku beneran nggak cinta sama Rena. I just need you and love you.” Ucapnya dengan tangan yang bergerak pelan menyentuh tanganku.

Aku diam, mataku panas menahan tangis dan tanganku kebas dalam genggamannya.

“Aku tau aku egois Nas, tapi serius aku cuma kepengen ngabisin malem ini sama kamu doang sebelum aku nikah di depan publik besok.”

Aku menunduk menatap jemari kekar nan halus tersebut dengan tatapan nanar, “Aku mau move on, tapi kenapa kamu selalu nahan tanganku kayak gini sih Ka?”

“Karna aku nggak pernah mau kamu pergi..”

Aku menoleh, “Tapi besok justru kamu yang pergi ke tangan orang lain kan?”

Raka mengelus tanganku pelan dan meremasnya kecil, “Spend this night with me Nas. Ayo bahagia sebelum matahari terbit besok pagi.”

Aku menggeleng dan tangisku langsung pecah. “I swear cowok paling jahat di muka bumi itu kamu Ka.”

Lelaki itu kaget mendengar ucapanku dan buru-buru menarikku dalam pelukan.

Hangat. Pelukannya masih tetap terasa hangat seperti kala itu.

Sorry nggak bisa jaga hubungan kita Nas, tapi pernikahan ini penting buat nunjang perusahaan papa aku. Aku kepaksa, dan aku nggak bisa nolak.” Raka mengelus punggungku dan berulangkali mengecup kepalaku.

Don't cry, you make me feel more sad tonight.” Lanjutnya seraya melepas peluk dan merapikan rambutku dengan ujung jarinya yang baru kusadari telah mengenakan cincin tunangan.

Demi apapun, aku benar-benar tidak sanggup.

“Raka sorry tapi aku mau turun aja.” Putusku dengan suara bergetar seraya berusaha menarik handle pintu disampingku.

Dalam pikiranku kini aku hanya ingin masuk ke kamar dan menumpahkan semua tangisanku diatas kasur. Tidak lebih.

No, kita bahkan belum jalan. As i said, aku mau habisin malem ini bareng kamu Nas. Just you and me, please?” Tahannya memelas seraya mencekal pergelangan tanganku.

Shit.

Aku mendadak mengerang ketika merasa cincin Raka menggores kulitku.

Kulihat lelaki itu kaget dan dengan segera melepas cincinnya dan mengangkat tanganku.

“Berdarah Nas, i'm so sorry.” Ucapnya menyesal seraya mengelap kulitku dengan selembar tissue yang baru saja ia tarik dari atas dashboard.

Aku hanya diam dan membiarkan ibu jarinya mengelus pipiku lembut, “Sorry to hurt you in many times Nas, aku nggak bermaksud.” Ucapnya menyesal.

Aku mengangguk dan menatap mata Raka yang terlihat begitu khawatir di hadapanku, lalu dengan perlahan kugerakkan tanganku untuk menyentuh pelan jemarinya yang masih berada disekitar wajahku. “Thanks udah ngajarin aku mencintai orang tanpa harus memiliki ya Raka. Tentang hatiku mungkin cuma waktu dan Tuhan yang bisa sembuhin, kamu nggak perlu ngerasa bersalah buat itu.”

Raka tercekat, mendengar penuturanku yang begitu panjang malam ini matanya mendadak berkaca-kaca.

Tangan kanannya yang bebas ia gerakkan untuk menarik tengkukku maju mendekat, “I do love you Nas, so much, and i swear no one can change the fact.” Ucapnya bergetar seraya menatap mataku dalam.

Tangannya yang berada di tengkukku bergerak pelan dan turun ke punggung menimbulkan berbagai efek liar yang mendadak keluar dan menggelitik perutku, “And please let me spend this night with you only. Just us Nas.”

Aku menelan ludah dan menatap bibir Raka yang terlalu dekat di depan wajahku dengan nafas tidak beraturan. Dengan perlahan kusentuh bibirnya pelan dan mengelusnya dengan ibu jariku.

“Besok ini jadi punya orang ya Ka?” Tanyaku dengan suara pelan setengah bergetar.

Lelaki itu hanya terdiam dan membiarkan jemariku naik mengelus rambutnya yang sedikit berantakan malam ini.

“Baru keramas? Wangi soalnya.” Pujiku nanar seraya menyisir anak rambutnya halus.

“Biasanya kamu suka ngendus kepalaku, nggak mau?”

Aku menggeleng, “Aku cuma mau ngelus aja. Takut kalo besok udah resmi jadi punya orang terus aku kangen wanginya jadi nyium sia....” Ucapanku terhenti karna bibir Raka tiba-tiba maju dan membungkam bibirku.

Lelaki itu mengelus punggungku yang menegang dengan gerakan lembut dan menekannya sesekali.

Aku merintih pelan ketika merasakan sebuah gigitan pelan jatuh pada bibir bawahku,

“Sorry Nas, aku kebablas. I just can't handle it.” Ucapnya memundurkan wajah dengan nafas memburu.

Aku mendongak dan mengatur degup jantungku yang menggedor-gedor liar dari dalam sana, “No need to sorry, we have each other this night, right?” Tanyaku lirih seraya menatap matanya yang lagi-lagi memandang bibirku.

You want it?” Lanjutku bertanya memastikan.

Fvck¡n bad, Nas.” Lelaki itu membalas dengan suara rendah seraya menerkam kembali bibirku dengan rakus.

Disesapnya kuat bibirku bergantian atas bawah seraya sesekali kembali memberi gigitan halus untuk sekedar menyuruhku membuka bibir.

He want more.

Dengan perlahan kupejamkan mata dan kulingkarkan tanganku pada lehernya. Kubalas perlahan cumbuannya yang kian menuntut itu dengan sabar hingga akhirnya ia melepas ciumannya dengan kesal.

“Hhh Nash, kenapa kamu nggak buka bibir sih?”

Why must i?

Cause i miss the taste, Mrs. Nasya Geovanny.” Erangnya seraya mendorong senderan kursiku hingga tertidur.

Aku menelan ludah secara kasar merasakan hembusan nafasnya di atas wajahku.

“Nas i swear kamu cantik banget. Like everything about you just pretty dan jujur aku nggak sanggup.”

Don't make me blush if you aren't going to take my hand in the end.”

“Lupain tentang pernikahan. Please bahagia sama aku malem ini..”

Aku menghela nafas sekali lagi dan menangkup wajahnya halus, “Kamu mau ngajak bahagia atau crazy in touch bareng, Ka?”

“Dua-duanya.” Balasnya mengawang ketika bibirnya kembali menghunjamku dengan penuh tuntutan.

Seperti menyalurkan emosi, rindu dan rasa takut untuk saling melepas ikatan, aku memejamkan mata dan membiarkannya meneroboskan lidah masuk demi memperintim keadaan.

“Nas, want to make out with me?” Tanya Raka meminta ijin seraya mencumbu telingaku dengan gerakan liar.

Aku mendesah, antara mendesah nikmat dan mendesah pasrah kepada jalan setan yang meracuni otakku malam ini.

Dengan pikiran yang begitu kabur akupun mengangguk setuju dan membiarkannya melakukan apapun yang ia mau.

Bodoh?

Yaa.. Aku memang bodoh.

Tentang pernikahan Raka dan Rena besok siang?

Entahlah, aku akan berusaha menghadapinya.

Atau mungkin sama sekali tidak akan pernah bisa merelakannya.

B E T W E E N.

▪︎ i share this chapter cuma buat promosi bagian awal cerita di wattpad.

▪︎ search coeseas and u will find the precious work with title “BETWEEN.” on it.

▪︎ rate 17+, but on wattpad gonna be 21+

okay, happy read fellas..

■□■□■□■

“Sial. Kamu mabuk Mark.” Nasya mengerang keras ketika lelaki itu berusaha mendekap tubuhnya malam ini.

“But you're my fiance and i want you so bad tonight.” Mark membalas seraya menyentuh ujung jemari Nasya yang terpaut satu sama lain dibawah sana.

Iya. Tunangannya sedang mabuk berat dan gadis itu masih bingung kenapa harus kantornya yang menjadi tempat singgah di antara banyaknya lokasi di luar sana.

“Na, you hear me?” Suara Mark kembali memecah hening, tangan kanannya menyentuh pipi Nasya lembut dan tangan yang lain berusaha menarik pinggang agar gadisnya bergerak maju.

Benar-benar gelap mata.

“Adena? I want you.” Ulangnya sekali lagi tepat disamping telinga.

Nasya menggeleng dengan perasaan jengkel setengah mati. Berkas kantornya masih menumpuk dan sekarang tugasnya bertambah dengan menghadapi manusia mabuk yang tengah hilang kendali.

“You drunk.” Balas Nasya seraya mendorong pundak lelaki itu keras.

“Aku cuma ingin kamu Na. Salah?” Mark berbisik serak persis di lubang telinga lalu mengecup singkat cupingnya, membuat bulu tubuh Nasya reflek meremang dan badannya berhasil menegang sepersekian detik.

“Crazy.” Umpatnya, lalu berjengit mundur.

Mark menghela nafas kasar kemudian menyenderkan kepala di senderan sofa kantor Nasya yang terlihat semakin sepi di penghujung malam.

“Na, kenapa aku harus tunangan sama kamu?” Lelaki itu tiba-tiba bertanya random, membuat pergerakan Nasya yang hendak berdiri menjauh menjadi urung.

“I mean, we don't know each other. We don't love each other.. Just why? Why we must do it?”

“Jangan tanya aku.”

Mark menganggukkan kepalanya, “Uang.”

“Hm.”

“Seakan hidup ini semua cuma tentang uang.”

Nasya mengangguk kemudian memijat pelipisnya yang mendadak berkedut, “Kerjaanku masih banyak, kamu pulang aja.”

“Give me some touch and i'll back home right away.”

“Ck. Harusnya wajahmu masuk daftar blacklist di ruang pengawasan perusahaan.” Decak Nasya kesal seraya melempar tatapan permusuhan ke arah Mark yang kini sibuk memandang bibirnya.

“Kamu pernah kissing Na?” Tanyanya tiba-tiba.

“Sinting kamu.”

“Mau coba denganku?”

“Kerjaanku masih banyak.”

“5 minutes only.” Mark menjawab sembari menarik tengkuk Nasya mendekat dan menyibak rambut gadisnya yang tengah acak-acakan malam ini.

“Aku nggak bilang mau kasih first kissku ke kamu.”

“But i want to taste your lips right now.” Balasnya dengan suara yang kian serak, mata lelaki itu tampak menggelap ketika akhirnya ia memejamkan mata dan menempelkan bibirnya secara mendadak di milik Nasya.

Gadis itu terdiam dan reflek mengunci bibirnya rapat.

Badannya kaku karena kaget dan pandangannya mengabur beberapa saat.

“Na, want to make out with me?” Tanya Mark kala melepas kecupan panjang itu.

Nasya menarik nafas dan tersenyum sebentar sebelum akhirnya membenturkan kepala ke arah bibir Mark yang hendak menyerang lagi.

“Sudah sinting ya?”

“Na.. Why?” Erang Mark terhuyung mundur seraya menyentuh ujung bibirnya yang terlihat sedikit berdarah.

“You said it yourself if we don't love each other.”

“Yes. So?”

Nasya mengangguk, “I just want to give my first to someone i loved.”

J A E N A N A

▪︎ bonus chapter dari AU di akun _oreochocolate (pinned nomer 3.)

▪︎ mature, 17+

■□■□■□■

Nana mendengar suara mobil Jaehyun yang sudah sampai di depan pagarnya.

Bukan pekara hafal atau nggaknya sih, masalahnya lebih ke arah Jaehyun yang terlalu berisik meneriakkan namanya dari depan sana.

“NANA CEPETAN NA NTAR TELAT.” Lelaki itu berteriak sambil memunculkan kepalanya dari kaca mobil.

Barbar banget, tingkah Nana udah 100% nular ke Jaehyun rupanya.

“SABAR YA PARMIN, INI GUE LAGI NYARI LILIN BENTAR.” Nana balas berteriak sambil kelimpungan membuka tutup laci demi mencari lilin dan korek dari dalam sana.

“YAELAH, BUKANNYA DISIAPIN DARITADI!”

Ck.

Nana memutar bola matanya kesal lalu mulai berlari ke teras setelah menemukan barangnya dan berpamitan dengan orangtuanya.

“Lama banget. Capek tau nunggunya.”

“Hah? Bukannya lo cuma duduk doang ya di dalem situ?”

Jaehyun hanya balas cengengesan lalu menyuruh Nana agar lekas masuk ke dalam mobil.

“Ini mau dimana dulu jadinya? di rumah Doyoung? Apa Yuta?” Nana bertanya setelah bokongnya sudah mendarat sempurna di samping kursi kemudi.

“Hmm... Gatau, Haechan dimana aja gue masih bingung.”

Nana langsung melotot. “Dasar Jaehyun sinting. Buruan cek group lah anjir.”

Jaehyun merengut namun menurut dan segera membuka groupchat khusus yang baru dibuat minggu lalu, tepatnya group yang dibuat untuk memberikan surprise ulang tahun pada Haechan.

“Ohhhhh anjir si Echan lagi di rumah Mark katanya. Mau latian band.” Jaehyun berucap setelah membaca info yang dibagikan oleh Winwin di group tersebut.

Tapi sepertinya ia kelepasan menyebut sebuah nama barusan, karena setelahnya ia dapat merasakan pergerakan cepat Nana yang menarik ponsel dari tangannya.

“Hah? Apa? Dimana?” Toleh Nana cepat ketika mendengar nama Mark tersebut.

“Pelan-pelan aja kalo noleh, gue khawatir leher lo kecengklak kalo kecepetan kayak gitu.”

Sialan.

Emang Jaehyun sialan kalo ngomong.

“Ini berarti kita ke rumahnya Mark dulu gak sih? Nyusulin Haechan?” Nana bertanya antusias.

“Mau kesana?” Cowok itu balas bertanya seraya menutup kaca jendela dan mengunci mobilnya.

“Ya kalo emang butuh ngampirin Haechan ya kenapa enggak?”

Jaehyun reflek mengerutkan alis lalu menyenderkan kepala ke kursinya, “Udah tunangan masih iya aja ngelirik Mark.” Omelnya.

“Ngelirik apaan orang masih belom ketemu juga..”

“Heh bujang....” Cowok itu menahan ucapannya di udara, lalu, “Ah gatau ah.. Bodoamat kalo kamu mau lari ke Mark abis ngesurprise Haechan disana.”

Nana menaikkan sebelah alisnya, “Yakin? Boleh? Lari ke Mark?”

“YA GA BOLEH LAH ANJIR YANG KAYAK BEGITU MASIH BISA LO TANYAIN?!” Jaehyun spontan mendelik, dan Nana langsung tertawa.

Menurutnya, ekspresi cowok itu sore ini gemesin banget.

“Santai dong Jae, udah tunangan aku ga bakal kecantol sama cowok lain.” Nana berucap seraya mengelus rahang Jaehyun pelan.

Halus.

Habis cukuran rupanya.

“Kamu akhir-akhir ini sering kerasukan Doyoung nyadar gak sih Na?”

“Apa?”

“Ya dulu pas kuliah mana mau kamu giniin aku? Barbar mulu yang ada tiap hari..”

“Aelah pegang pipi doang udah baper.” Nana mencibir, lalu menarik gerakan tangannya.

“Lagi dong..”

“Lagi apanya?”

“Elus. Sampe nyampe ke rumah Mark.”

“Dih? Sinting kali gue ngelus-ngelus pipi lo sampe sana? Ogah.”

Jaehyun menghela nafas sabar, lalu mulai menarik handremnya dan menjalankan mobil keluar dari perumahan mereka.

“Oh iya btw Jae.. Anak-anak udah pada otw?”

“Tadi sih katanya masih pada makan di cafe. Gatau kalo sekarang.”

“Hmm.. Ya udahlah, ketemu disana aja.”

Jaehyun mengangguk, lalu meraih tangan Nana yang bebas di atas pangkuan.

“Mau apa nih mendadak pegang-pegang?”

“Cielah baru megang tangan doang udah salting..”

“Bukannya salting ya narji, tapi biasanya lo ada maunya kalo gini.”

Jaehyun reflek mendengus, “Ada emang.”

“Kannn..”

Hmm.

“Nana pokoknya jangan oleng ke Mark lagi nanti..” Cowok itu berucap tanpa basa-basi sambil menghentikan mobilnya yang mendadak terstop lampu merah.

60 detik.

“Lah ngapain? Enggak.” Nana membalas singkat seraya menolehkan wajah ke arah Jaehyun yang kini tengah menatapnya lekat.

“Awas oleng terus minta selingkuh kayak pas jaman kuliah itu..” Tutur Jaehyun dengan nada sok mengancam.

Halah.

“Eh tapi kalo ngelirik 5 detik doang boleh gak sih?”

Jaehyun langsung mendelik.

“Iya ga ngelirik, bercanda doang.”

Lelaki itu hanya balas mencibir lalu menekan kembali pedal gasnya dengan keadaan tangan kirinya yang masih menggenggam tangan Nana.

Hening.

Yang ada hanya suara pelan penyiar radio yang sedang membahas ramalan cuaca.

“Na.. Mau main game gak?”

“Main apaan?”

“Suit. Kalo kalah dapet tantangan.”

“Apa banget main tantangan di dalem mobil?”

“Ya coba dulu aja kali.”

Nana bingung, namun akhirnya mengalah dan mengusir tangan Jaehyun dari genggamannya. “Ya udah ayo, 1.. 2...”

“3!!!” Jaehyun dan Nana berteriak ricuh bersamaan.

Keduanya sudah melempar hasil dan Nana yang memang menunjukkan batu reflek tertawa kencang melihat jari Jaehyun yang membentuk gunting.

“Hahaha lo kalah Jae..”

“Sialan emang nih gunting.” Cibir lelaki itu, merutuki kekalahannya.

“Hmm, dare ya? Dare apaan di dalem mobil gini anjir..” Nana berpikir keras sambil menoleh ke kanan kiri mencari bahan yang pas untuk memberi tantangan pada Jaehyun.

Namun nihil.

Otaknya mendadak ngeblank.

“Skip deh, Darenya gue kasih nanti aja..” Cewek itu menyerah.

“Kok gituuuuuuu....”

“Lo duluan aja yang ngasih dare, gue yakin lo udah ada ide buat ngusilin gue secara lo yang ngajakin ngegame.”

Jaehyun cengengesan. “Tau aja..”

“Ck. Mau dare apa?”

“Hmm..” Jaehyun sok berpikir seraya mengerem mobilnya yang kali ini berhenti terkena macet.

Maklum, jam pulang kerja.

“Apa buruan? Tapi tolong jangan sesat.”

“Dibilang sesat sebenernya gak sesat sih, gue cuma mau minta lo seriusin kalimat lo di chat kapan itu.”

“Waktu itu apa? Chat yang mana?”

Jaehyun menggerakkan badannya mendekat dan menatap manik didepannya intens. “Chat yang lo boring ngajak gue kiss..”

Nana melotot kaget. “Kan itu bercanda.”

“Justru karena lo bercanda itu gue sekarang ngedare lo supaya serius.”

Sialan.

Nana seketika stress mampus dan berharap macet didepannya ini berkurang agar Jaehyun bisa kembali fokus menyetir dan melupakan hal bodoh ini.

“Nanaaaaaa...”

“Hmm?” Gumamnya setelah sadar dari pikirannya barusan.

“Boleh?” Tanya Jaehyun meminta ijin seraya mengelus punggung tangan Nana yang mendadak kebas dibawah sana.

“Ck.. Gue ga ngerti kenapa harus nanggepin keinginan lo ditengah kemacetan ini Jae.. Hhhh..” Cewek itu berdecak dan mengomel, lalu perlahan menarik dagu lelaki itu agar mendekat.

Belum menyentuh.

“Jangan digigit pokoknya.” Ucap Nana final. Dan sedetik kemudian ia dapat melihat Jaehyun yang tersenyum puas sebelum akhirnya merasakan benda kenyal cowok itu mendarat halus dibibirnya.

Basah, lelaki itu melumat bibir Nana penuh gairah namun tetap lembut disaat yang bersamaan.

Suasana mobil yang tadinya sepi itu sekarang berisi dengan decakan-decakan yang dikeluarkan oleh bibir keduanya.

TINNN TINNN!!!

Jaehyun reflek melepas pagutannya dan berdecak kesal karena kaget. “Ck.. Ganggu. Bikin kaget pula.” Cibirnya bermonolog seraya menekan pedal gas agar mobil bergerak maju.

Namun bukannya maju mengikuti arus, cowok itu malah maju dan berputar haluan, lalu menghentikan mobilnya di bahu jalan.

Tepat disebelah sebuah taman kecil.

“Lo yang bikin ulah kok malah ngatain mobil belakang ganggu.” Nana berucap sembari mengusap bagian bawah bibirnya yang masih basah. “Anw lo ngapain berhenti disini?” Lanjutnya bertanya bingung.

Jaehyun hanya diam dan kini mulai melepas seatbeltnya.

“Eh eh.. Jangan lagi-lagi.” Nana melotot dengan tatapan memprotes ketika melihat Jaehyun yang mulai mendekat.

“Lagi lah, belom puas juga.” Balas Jaehyun lalu menarik punggung Nana agar bergerak maju. “Gak bakal aku gigit deh, tapi gak janji.” Lanjutnya tersenyum tanpa dosa, lalu memiringkan wajah dan tanpa aba-aba mulai mencium bibir Nana, lagi.

Ck.

Dasar Jaehyun..

Nana mulai hilang akal dan meremat hoodie yang Jaehyun kenakan ketika merasa tangan cowok itu mengusap punggungnya halus dan sesekali bergerak di atas pahanya.

“Tangan lo tolong jangan macem-macem, gue geliii.” Cewek itu meracau tidak jelas ketika melepas sebentar pagutan Jaehyun yang mendadak liar tersebut.

Namun bukannya mendengar, cowok itu malah kembali melahap bibir Nana dengan rakusnya.

Membuat Nana kelimpungan dan bahkan sampai tidak mampu membalasnya.

Dalam hati ia sudah merutuk diri agar jangan lagi bercandain Jaehyun tentang hal-hal aneh seperti ini kedepannya.

“Ahh shit.” Suara itu mendadak lolos dari bibir Nana ketika milik Jaehyun berpindah tempat dan sudah berada di sekitar telinganya.

“Ngapain disitu?” Cewek itu kembali meracau ketika merasakan lidah Jaehyun yang menari lembut disana.

Sinting.

Dunia terasa terhenti dan perutnya seperti menari-nari.

Jaehyun benar-benar memainkan telinga Nana seakan tengah menjilat permen lollipop.

Sial. Nana jadi lupa bumi.

Cewek itu bahkan sudah menelengkan kepala agar Jaehyun bisa lebih leluasa menggerakkan lidahnya disana.

“Enak Na? Sampe miring gitu?” Cowok itu bertanya blak-blakan seraya menarik mundur kepalanya sedikit.

Hanya untuk sekedar melihat ekspresi Nana di hadapannya saat ini.

Cewek itu menatap mata Jaehyun, nampak gelap dan sayu.

Lalu entah mendapat hidayah dari mana, tangan Nana sudah menyusup ke tengkuk Jaehyun dan menariknya maju. “Lagi aja, bentar, boleh?” Tanyanya pelan.

Jaehyun menaikkan sebelah alisnya, sempat heran. Namun merasa mendapat lampu hijau yang beneran hijau ini, ia tersenyum dan mengangguk.

“Im yours Na.” Ucap Jaehyun sebelum akhirnya mulai melancarkan aksinya lagi.

Yang tentu saja lebih lama dan dalam dari sebelumnya.