sudah pukul 10 malam, dan rain masih saja berada di kamar mandi tak menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari sana. pintunya menutup rapat, tidak ada suara air, ataupun tanda-tanda kehidupan yang seharusnya juga terdengar meski sayup-sayup.
jave mengacak rambutnya gemas. seperempat merasa khawatir, selebihnya lagi sudah ingin mendobrak pintu sebab tau bahwa rain tidak keluar hanya karena sedang malu. padahal toh tadi siapa juga yang mencetus ide pakai baju haram?
lelaki itu sudah ingin melayangkan tangan untuk mengetuk pintu ketika rain mendadak membukanya terlebih dulu. gadis itu keluar dengan badan tertutup jaket kulit hitam milik jave yang kebesaran dan wajah menunduk, menolak melakukan kontak mata.
malu-malu. khas rain chandra.
“apa ini?” jave hampir tertawa, menangkup pipi rain agar bisa fokus melihat ke matanya sebentar.
“kakak aku malu. maaf. tapi serius ini, ini terasa agak apa sih? agak berdosa gitu. kayak telanjang gak telanjang, pake baju juga gak pake baju. bingung. konsepnya apa..” rain menjawab, masih tidak menjatuhkan mata ke milik jave. ia jelas lama di toilet karena merutuk diri sejak detik pertama mengenakan kain dari lea tersebut. gadis itu sampai rela menarik jaket bersih jave yang baru ia lipat di atas kursi tadi hanya untuk sekedar menutup badan ketika keluar.
lelaki itu tertawa, menyigar rambutnya yang sudah kering setelah selesai keramas itu dan lanjut memepet rain sampai menempel di tembok sempurna.
“aku udah kepingin dari minggu lalu... dan dengan kamu begini ini udah godain aku banget.”
“iya maaf maksudnya bukan mau godain tapi..”
“tapi?” jave meneleng kepala.
“gak jadi.”
“dasar rain jelek gak jelas.” jave mencubit hidung rain pelan, lalu menggeret langkah perlahan mendekati kasur.
“eh eh.. mulai sekarang kah? maksudnya, anu, ini tuh.. gak ada basa-basinya gitu?” rain panik.
jave duduk, menarik rain naik ke pangkuannya. “mau basa-basi apa enggak juga nanti jatuhnya tetep main, ya gak rain?”
“hrrrr, ya juga sih. ya, gak salah. oke. terserah.” rain langsung pasrah. pasalnya jave memang sudah beberapa hari mengode minta jatah namun tidak ada cukup waktu. kelelahan adalah faktor utamanya.
gadis itu lantas mengelus pipi jave sebentar dengan tangan kebas berkeringat untuk sekedar menyapa, lalu mulai menurunkan ritsleting jaket yang masih menempel di tubuhnya tersebut secara perlahan. malu. gadis itu memang malu bukan main, tapi entah kenapa hari ini ia juga menginginkan hal serupa. jadi ia tidak merasa begitu keberatan.
mata rain memejam rapat sebentar kala tangannya mulai menarik lepas jaket agar pergi dari badannya. jave sampai terperangah beberapa detik ketika melihat gerakan sensual yang terjadi persis di depan mata tersebut. menurutnya, rain memang cukup berani saat ini. dan fakta itu membuat otak jave makin ingin meledak. lebih tepatnya, ingin bermain sedikit lebih kasar nantinya. namun, masalah tega atau tidaknya mungkin bisa dilihat kedepan saja.
“hrr.. kamu mau main sambil tutup mata kah kak jave?” rain bertanya ketika jaketnya sudah ia sampir ke ujung kasur. tangannya menangkup kedua pipi jave agar mata lelaki itu mau melihat ke matanya saja dan tidak bergerak kemana-mana terlebih dahulu. masih malu. terlampau malu.
jave reflek mengerut alis. jantungnya sudah berdetak tidak beraturan sebab tau bahwa rain telah lepas kain di atas pangkuannya. namun menyadari bahwa mata istrinya sedikit goyah karena rasa malunya lebih mendominasi, jave berusaha kuat untuk tetap tenang dan mengatur napasnya dengan benar agar tidak merusak suasana hati rain yang memang mudah berubah jika sudah urusan ranjang.
“memang kenapa aku yang tutup mata rain?” jave meneleng kepala pada akhirnya. menggoda.
“eh lah masa aku kak?” rain malah terjebak percakapan.
“hahaha. kamu mau coba?”
“kak jave seriusan itu serem.” rain menggigit bibirnya gelisah. dan seperti melihat air di tengah padang gurun, gerakan rain barusan membuat bulu tubuh jave meremang beberapa saat. pandangan mata lelaki itu bahkan kini sudah turun dan menjelajah setiap area tubuh dengan perlahan. mengabaikan wajah merah padam penuh raut penyesalan itu sambil sesekali membasahi bibirnya sendiri yang tanpa sadar telah mengering sempurna.
bagaimana tidak? istrinya itu terlihat seksi sekali sebab baju yang diberikan lea sungguh sangat pas, entah dari segi ukuran ataupun designnya. mengingat kepribadian rain yang memang pendiam dan lebih sering malu-malu itu, baju ini memang cocok untuk rain. dalam artian lagi, terbuka, namun tidak berlebihan. lubangnya memang ada dimana-mana, namun tidak separah itu. menurut jave sebenarnya malah masih aman-aman saja. selain fakta bahwa lubang besar itu memang terletak pada bagian sensitif rain di bawah sana. pencipta baju ini memang benar-benar punya imajinasi luar biasa.
jave lantas kembali menjatuhkan pandangannya ke mata rain. mengunci tatapan seperti yang biasa ia lakukan agar mood rain naik. ia tau rain suka diperlakukan lembut, gadis itu tidak begitu suka dikasari ketika bermain. padahal terkadang jave ingin sekali bergerak lebih brutal daripada biasanya, setidaknya ia ingin memberikan energi terbaik yang bisa ia keluarkan pada rain agar gadisnya juga bisa merasa terpuaskan.
lelaki itu lantas menyisir rambut rain ke belakang agar tidak mengganggu pandangan. sudah tentu ia akan langsung memulainya. tidak perlu menunggu lama lagi karena detik terus bergerak, besok mereka bahkan juga masih harus bekerja. jave kemudian tersenyum kecil. tangannya bergerak membuang kain hitam yang memang ada satu paket dengan baju rain tersebut ke ujung kasur. dengan arti lain, ia tidak membutuhkannya.
lelaki itu ingin rain bermain dengan menatap matanya. sebab, kenapa pula ia harus melihat secarik kain hitam jika bagian yang paling ia suka adalah sorot mata rain yang selalu menatapnya penuh puja?
“kak jave..” rain mengeluarkan erangan kecil ketika lidah jave mendadak saja terulur ke belakang telinga kanannya. tidak banyak basa-basi betulan rupanya melihat lelaki itu yang terus menyerang bagian sensitif rain dengan tanpa dosa tersebut. gerakan awalnya memang masih pelan dan lembut, hingga lama-lama berubah brutal dan membuat rain kelabakan menahan lenguhan.
dan jika rain biasanya hanya pasif menunggu jave bergerak kian jauh, maka kali ini berbeda. entah, gadis itu sudah seperti kerasukan. tangannya perlahan mengalung rapat sambil sesekali mengelus kasar rambut belakang jave yang halus rapi.
“enak rain?” jave berbisik, memberikan jeda sebentar sebelum akhirnya kembali menjulur lidah masuk ke lubang telinga dan menimbulkan suara becek yang makin membuat tubuh keduanya memanas sempurna.
rain tidak menjawab, sebagai gantinya gadis itu meneleng kepala, membiarkan jave menyedot dan mengeksplor telinga serta leher sampingnya dengan puas. meski sejujurnya ia sudah ingin pergi sebab leher adalah bagian tersensitif yang rain punya.
lenguh demi lenguh keluar memenuhi ruangan, membuat jave kian semangat memberikan kecup dan hisap kuat pada leher dan pundak putih milik istrinya tersebut. lidahnya mengeksplor tak kenal wilayah hingga akhirnya rain menarik napas kuat, mencoba memberanikan diri untuk menginterupsi kegiatan jave tersebut dan menarik mundur badannya.
jave mengusap bibir sebentar, deru napasnya tidak beraturan. lelaki itu sudah ingin menanyakan alasan rain menjauhkan badan ketika tiba-tiba saja lehernya dijadikan tumpuan oleh tangan rain yang kecil dan dingin tersebut.
“aku aja, maksudku, malem ini gantian aku yang main. kamu gak usah repot capek-capek.” rain berujar, mendekatkan bibir ke arah leher jave dan menekankan kecupan lama pada jakun jave yang menonjol sebab sejak tadi sibuk menelan saliva.
jave ingin menahan, namun hisapan dan uluran lidah rain di area leher dan pundak itu sudah menghilangkan kewarasannya yang tersisa.
“gosh..” jave mengerang ketika tangan rain masuk ke dalam kaos jave dan meraba perutnya halus. garis demi garis rain telusuri secara pelan dan lembut hingga akhirnya jemari indah itu mendarat di dadanya. dan demi apapun jave tidak pernah menyangka jika rain akan berani memilin putingnya sedemikian rupa seperti saat ini.
stress. jave reflek menarik lepas kaosnya dan memilih untuk menindih rain di atas ranjang.
“eh, kenapa kok mendadak jadi aku di bawah lagi?” rain protes dengan wajah lucu kebingungan. tidak kaget, gadis itu memang suka linglung jika sudah berurusan dengan hal-hal dewasa seperti ini. tindakannya seperti dilakukan antara sadar dan tidak sadar.
jave terkekeh, tidak menjawab pertanyaan rain tadi dan kini mulai menyampir tali tipis yang menggantung di pundak itu agar turun ke lengan atas, ingin menarik kain di area dada itu ke bawah sedikit demi menilik dua buah anaknya yang dari tadi belum ia lihat keberadaannya.
“oh..” jave menegang, rain memakai baju dari lea sepertinya keputusan bagus sebab kini otak lelaki itu makin kalang kabut melihat gundukan yang seakan malu-malu menyembul tersebut.
rain sudah tidak mampu berkomentar. gadis itu menarik bantal milik jave sebentar, lalu menutup wajahnya rapat. desahan rain mulai keluar ketika merasa hangatnya mulut jave menyelimuti miliknya secara penuh. lelaki itu seakan ingin memakan dan menghisap semuanya tanpa sisa sedikitpun.
“ahh.. ya ampun....” rain protes bukan main ketika bantal penutupnya ditarik minggir. bibir jave yang tadi masih sibuk menghisap dada itu kini berpindah menghajar bibir rain kembali. tangan kanan lelaki itu meremas gemas gundukan kiri rain sambil sesekali mencubit dan memilin putingnya keras. sedang tangan kirinya meremat kuat jemari rain demi menyalur nafsu. istrinya itu sampai kelabakan antara ingin berteriak dan menendang jave kali ini. saking nikmatnya
lidah lelaki itu terus bermain dalam mulut rain, menyapu seluruhnya hingga puas dan mengakhirinya dengan dua kali sedotan kuat. gila sekali. bunyinya bahkan terdengar begitu nyaring di telinga.
“hhh.” jave membuang napasnya yang berderu berat. terkekeh pelan melihat rain yang sudah setengah amburadul, lalu bergerak mengecup pipinya. cinta sekali.
“biasanya kalo udah sok-sok melemah begitu mau aneh-aneh!!!!” rain sangsi, meneleng kepala ketika kecupan jave turun hangat di pipinya berulang kali.
“hehe.”
“tuh kan!!!! aku tuh sudah hafal ya sama kamu kak jave.”
lelaki itu memundurkan badan, menaikkan sebelah alis sebagai balasan. “jangan marah ke aku ya besok?”
“apa? kamu mau apaaaa?????” rain makin sensitif sebab jave sudah berucap demikian.
jave hanya diam, namun dengan perlahan ia memiringkan tubuh rain ke arah samping, lalu ikut menidurkan badan di belakang rain dengan posisi berlawanan.
“kak jave sumpah kamu sedang kerasukan kah?” rain grogi setengah mati sebab kini kepala jave ada di bawahnya sana, berada tepat di belakang pantat.
“kak javh.. mmh ya ampunhh.. bisa begitu orang ini serius....” rain menggelinjang hebat ketika kakinya dengan cepat diangkat sebelah, lalu dengan tanpa banyak percakapan lagi kepala jave masuk menyempil di antara kedua kakinya. siap bermain.
“ahh sumpah kamu mau apa sih kenapa harus begitu? aku.. kakk!!!”
jave terkekeh berat, mulai menjulurkan lidah dan menjilat area hangat tersebut dengan perlahan. gerakannya kadang lurus mengikut jalur, kadang memutar juga diselangi oleh hisapan kuat sebab cairan rain turun banjir dari detik ke detik. sepertinya posisi ini membuat rain juga hilang akal karena gadis itu benar-benar kelimpungan ingin kabur betulan jika jave tidak memeluk pinggulnya rapat.
“ahhhh.. udah.. sayang udah.. pleaseeeeeee..”
jave tidak mendengarkan, terus melumat makanannya itu dengan gerakan sensual, menjulur lidah keluar dan masuk lubang tanpa permisi lagi. tangannya yang memeluk itu meremat pinggul rain berulang kali hingga kulit putihnya mengecap kemerahan. jave baru menarik mundur kepalanya ketika rain melenguh kuat, cairannya meledak untuk pertama kali malam ini.
“sudah gila kah sumpah kak javeeeeeeeee...” rain tidak memberikan ruang pada jave untuk menggempur lagi. gadis itu duduk, menyender di kepala dipan sembari menyilang tangan.
“diam disitu!!!!!!!!! jangan mendekat.. STOPPPPP. GAK MAU. KAK SUMPAH ORANG INI AHHHHH..”
“apa sayang?” jave tertawa, melebarkan kaki rain dan mendekatkan bagian bawahnya sendiri ke sana. masih pakai dalaman, aman.
“ahh.. jangan begitu kak.. kenapa sih suka banget godain orang?” rain meremat tangan jave yang kini mulai mengungkung di atasnya itu kuat. menyalurkan rasa aneh sebab milik jave yang belum keluar dari sarang itu benar-benar menempel dan digesek pelan pada miliknya yang masih berkedut.
begitu terus jave menggesekkan miliknya dengan tekanan kuat sampai akhirnya gerah sendiri. desahan rain yang mendarat tepat di dekat telinga terus menerus itu membuat jave menepi, langsung menurunkan dalamannya. ya, tidak tahan.
“kakak coba kamu diem situ dulu biar gantian aku yang.. yah, itu lah.. kamu tau..”
jave meneleng kepala. “hahaha. anak kecil mau apa?”
“ish..” rain mengerut alis, ganti duduk mendekati arah jave berdiri.
“gak usah repot-repot udah sayang.. kalo gitu nanti makin malem, kamu besok ngantuk..”
“no. kasihan kamu.”*
“yang penting kamu duluan, aku belakangan tuh gampang. mau main versi komplit juga bisa malem minggu besok.”
“agak serem.” rain bergidik, bangkit berdiri. gadis itu lantas menatap mata jave lama sekali sebelum akhirnya berjinjit dan mencium bibirnya halus.
“biar apa?” jave tertawa hingga matanya menyipit hilang, memeluk pinggang rain erat.
“biar.. biar gak papa sih.. maksudnya aku pengen aja. enak tau, kalo ciuman gak keburu-buru. eh.. eh?” rain kaget sendiri, buru-buru menutup bibirnya karena main ceplas-ceplos.
see? rain masih selucu itu.
jave tersenyum, menundukkan kepala dan kembali menjatuhkan ciuman ringan pada bibir rain setelah sebelumnya sudah menjauhkan tangan dari objek incarannya. menjilat dan melumat pelan, lalu menarik mundur wajahnya sebentar sambil mengelus tengkuk rain demi menyalurkan kenyamanan. lelaki itu lantas menempelkan kembali bibirnya rapat. ciuman halus, namun intens sekali. tidak perlu heran, jika masalah menghidupkan sisi dewasa rain memang jave sudah juara sekali.
gadis itu kembali terpancing, mulai mengalungkan sebelah tangan pada leher jave sambil sesekali meremasnya kuat. entah, ingin saja.
“mmh..”
bukan. itu bukan suara milik rain, melainkan suara jave yang kini menguar disela ciuman sebab satu tangan rain diam-diam turun dan mengurut pelan miliknya yang memang sudah bangun sejak tadi. ingin melepas pagutan, namun istrinya mencekali tengkuk tanda tidak mau berpisah.
sensasinya sinting sekali. tangan rain yang dulu masih sedikit kaku ketika bermain kini sudah mulai lihai. perempuan itu mengurut sambil sesekali meremas bijinya gemas. jave sampai kerap menahan napas di tengah ciuman saking brutalnya tangan rain di bawah sana.
“enak kak?”
jave menunduk, melihat mata rain yang kini menatap lurus ke arahnya. menunggu jawaban. makin sinting lagi pikirannya karena disaat ia mengangguk, bibir rain perlahan bergerak turun untuk menjilat putingnya. belum, belum seberapa karena puncak kegilaan jave adalah kepala pusakanya yang kini sudah digesekkan pada milik rain tanpa aba-aba.
“rainy......” jave bersumpah ia ingin meledak saat ini, tangan lelaki itu sampai harus meremas lengan atas rain karena otaknya benar-benar blur totalitas. birahinya sudah kepalang diubun-ubun, tidak bisa dibendung lagi.
dengan sigap lelaki itu menarik tubuh dan memutar rain agar membelakanginya. menyuruh gadis itu agar naik dan menungging di kasur, lalu bergegas menyusul dan berlutut di belakangnya.
jave menggeram nikmat ketika perlahan memasukkan pusakanya pada milik rain yang basah tersebut. mendengarkan rain melenguh kencang, lalu mulai merapatkan punggung. menindih rain dari atas.
“ahh mmh, kak.. kok.. kok enak..” rain tersengal, menggenggam tangan jave yang ada di sekitar tubuhnya itu sambil terus memejam mata, menikmati hajaran jave yang terus menikam nikmat sambil terus mengeluarkan desahan-desahan dengan berbagai oktaf.
jave tersenyum, mulai mencium dan menjilat pundak rain sembari tangannya sesekali mengelus halus. lelaki itu terus menyentak sampai akhirnya rain merengek di bawahnya.
“harder, please?”
“oh? bisa request kamu sekarang?” jave membalas bingung, namun tetap menurut. menghajar titik terdalam rain dengan hentakan kuat dalam ritme pelan teratur. membuat desahan rain benar-benar menguar seiringan dengan dorongan jave tersebut.
“aku mau punya anak kak.. kemaren-kemaren, kayaknya gak jadi.. ahh.. karena bukan tanggal subur.”
“sekarang subur?”
“mmmhhhhh.. kakkk, jangan dihentak lagi udah. aku mau pipis.”
jave melumat telinga rain dari atas ketika perlahan menarik tubuh rain agar sedikit naik ke atas. menahan istrinya agar tidak keluar terlebih dulu.
“subur sayang?”
“hmmh, iya.. aku, aku udah cek. ahhh.. sumpah kak jave brutal banget..” rain yang kini menumpu di atas kasur dengan kedua tangan itu makin sinting ketika payudaranya diremas kuat. ciuman yang menjajah di pundak itu bahkan kini turun makin liar.
jave menghentakkan pinggulnya dengan ritme cepat, lalu ketika rain melenguh ingin keluar lagi, lelaki itu sigap mengubah posisi kembali.
“kakak aku capek........” rain sambat ketika kini ia duduk di atas jave dengan posisi membelakangi. membiarkan lelaki itu menusuk kembali pusakanya yang belum habis baterai. jemari kanan jave bahkan kini sudah turun memainkan klit rain, sedangkan tangan kirinya sibuk meremas payudara lagi.
“kamu hari ini godain akalku banget rain.” jave berbisik, menjatuhkan ciuman pada pipi dan telinga kanan rain. benar-benar definisi menghajar yang sesungguhnya.
“iya maaf, aku sengaja dikit. maksudku, aku mau.. ahh.. ya itu.. mau bayiiiiiii.”
jave memejamkan mata, melesakkan miliknya kuat pada milik rain dengan tempo cepat sambil kini ikut mendesah berat. ia sudah siap untuk meledak.
“ayo rainh, bareng..” jave berujar, memeluk rain rapat dari belakang sambil mengangkat pinggulnya sedikit demi memberi akses gerak agar bisa maksimal.
rain mengangguk, beberapa kali tersengal sebab sudah kelelahan setengah mati hingga akhirnya jave benar-benar memuntahkan semua cairannya di dalam rahim disusul oleh miliknya yang kini ikut meluber.
“aku juga mau punya anak. maaf aku sibuk terus belakangan ini.” jave berucap, merebahkan kepala di pundak rain karena lemas bukan main.
“loh eh kakak jangan maaf-maaf, kan kerja.. ngerti kok kalo sibuk. itu tadi aku cuma bicara aja.”
jave menggeleng, menciumi pundak rain lagi. “tetep aja.”
“gak ih kak jave..” rain berdecak, mengelus rambut jave halus.
“semoga yang ini langsung jadi..”
rain mengangguk. “iya, amin 10rius.. tapi bisa gak? itu.. janinya, jangan sengaja digoyang-goyang?” ujarnya, menggigit bibir.
“hehehe.” jave malah terkekeh sambil terus menjatuhkan ciuman di pundak, leher dan pipi.
“love you rain.”
“yaaaaaaaa.”
“LOVE KU?”
“males! kamu brutal-in aku malem ini sampe adegan paksa aku pake bajunya leaaaa!!”
“eh sayang. kan kamu yang mau?”
“ih enggaaaaa.”
“eh iya kamu tadi nanya di chat.” jave menahan rain yang sudah ingin mencabut dirinya menjauh.
“itu bercanda ya kakak. ehh astagaa udah ini udah jam 12 lihatlahhh orang ini ya ampunnn...” rain protes ketika jave mengubek miliknya di bawah sana. ingin bermain lagi.
“gak papa rain, korban sehari ngantuk besok aku gak masalah. lebih kasian lagi kalo jani bangun gak bisa tidur gara-gara kangen sama kamu.”
rain mencubit tangan jave kencang, ingin lari kabur keluar kamar.