waterrmark

seharusnya kita tidak sejauh ini.


terhitung sudah hampir satu bulan damian dan kinara tidak bertukar sapa. bahkan chatting pun juga sudah jarang. mungkin satu dua kali tak sengaja berpapas muka ketika membuka atau mengunci pagar. namun ya sudah, hanya itu saja.

entah apa yang terjadi di batin keduanya, hanya mereka seorang yang mengerti.

hari ini hari sabtu ketika mario mengajak kinara untuk join ke tongkrongannya yang kerap kali berkumpul di area gedung pencakar langit ibu kota. entah untuk sekedar sebat, mencari perempuan untuk digebet, atau pun minum-minum normal.

mario tidak bodoh kenapa kinara mau-maunya mengiyakan ajakannya malam ini padahal biasanya selalu ditolak. seratus persen lelaki itu sadar dan paham bahwa kinara MAU karena ADA damian.

“let me take your hands kin.” mario berujar ketika ia dan kinara sudah turun dari mobil dan kini tengah berada di basement gedung.

kinara malas berdebat apa lagi mengobrol panjang, gadis itu lantas memberikan tangannya kepada mario tanpa babibu lagi. toh, hanya bergandengan. apa yang salah? mereka bukan ABG yang harus baper-baper terlebih dulu ketika baru memulai kontak fisik bukan?

setidaknya, itu menurut kinara.

“di atas nanti emang rame, tapi gak papa. sama gue.” mario tersenyum dan menarik gandengannya agar segera masuk ke dalam lift.

kinara hanya balas tersenyum dan mengangguk mengiyakan.


mata kinara tidak katarak, tidak minus dan pula tidak silinder. jelas ia bisa melihat damian duduk di salah satu kursi yang ditata melingkar bersama dengan kalila di sampingnya.

oke. bukan pemandangan mengherankan dan patut dibahas panjang seharusnya. namun entah kenapa kinara langsung memalingkan wajahnya ke sembarang arah agar tak perlu melihat lebih lama.

apa lagi damian tadi juga sudah menyadari keberadaannya dan sempat memperhatikan cukup lama dengan raut keheranan campur terkejut.

gadis itu sudah ingin memilih duduk di tempat yang agak jauh dari damian ketika kursi incarannya telah diduduki oleh anggota pertemanan para lelaki tersebut.

naas. kinara rasanya ingin pulang.

“sini kin.” mario yang memang memperhatikan gelagat kinara tersebut reflek menuntun pelan agar bisa duduk di area meja panjang yang bisa dibilang cukup jauh dari damian dan kalila.

tidak jauh sekali sebenarnya, sebab dari posisinya duduk ini ia masih bisa mendengarkan percakapan-percakapan dari meja bundar damian.

“jangan jauh-jauh mar.. horror ih, temen-temen lo.. hahaha.” kinara menggamit ujung jaket mario agar tidak berpergian meninggalkannya.

“lo mau minum sesuatu kah kin? gue pesenin dulu ya?” mario menghadapkan wajahnya ke arah kinara dengan raut yang.. demi apapun, sangat-sangat mengayomi.

“gak pengen. alkohol-alkohol semua gitu gue gak kebiasa minum-minum. terakhir coba juga pas SMP, gak enak.”

“ada mocktail. mocktail aja ya?”

kinara hanya mengangguk simpel seraya membiarkan mario memesankan minum dengan menitip pada teman-temannya yang lain.

jujur saja ini pertama kali kinara memasuki dunia malam semenjak ia dilahirkan. katakan saja kinara kuper, cupu, kurang update, kurang bersosialita atau julukan yang lain-lainnya.. karena faktanya, kinara tidak bisa mengelak hal tersebut barang sedikitpun.

dan kini melihat damian dengan santai menenggak minumannya bersama kalila, kinara tau pasti bahwa ia tidak familiar dengan dunia damian sama sekali. kalila bahkan terlihat santai saja menghirup asap-asap yang keluar dari rokok di sekitarnya, entah rokok tembakau, ataupun rokok elektrik.

kinara sendiri? hah... ia sudah hampir pusing menghirup aroma-aroma yang berjubel menjadi satu di tempat ini.

ia bahkan langsung sadar bahwa rentang antara dirinya dan damian makin jauh.

kinara menghela napas. entah kenapa batinnya pedih sekali melihat kalila menggelayuti lengan damian dengan begitu dekatnya. entah kenapa juga matanya jadi ikut-ikutan pedas dan berembun secara mendadak melihat damiannya tertawa-tawa di depan sana.

tunggu..

damiannya?

tidak. bukan lagi. bahkan tidak akan pernah.

“rokok lo matiin rez! rel, lo juga! cewek gue gak bisa ngehirup rokok!” damian tau-tau bersuara dengan lumayan kencang ketika asap rokok dirasa makin menyebar.

oh, rupanya kinara salah persepsi sebab kalila ternyata tak bisa juga menghirup asap terlalu lama sepertinya.

“cielah damian.” darel menurut, mematikan rokoknya tepat ketika diperintah. berbanding terbalik dengan reza yang sedang fokus melakukan panggilan di telponnya, lelaki itu masih menghembus asapnya tanpa tau apa-apa.

kinara bisa melihat damian sudah membuka mulutnya ketika mario sudah terlebih dahulu melempar lengan reza dengan korek api menganggur.

“rokok lo bro, cewek gue juga gak ngerokok.”

“cieeee mario.”

tanpa siapapun tau, damian reflek saja mengepalkan tangannya di bawah meja.

seharusnya kita tidak sejauh ini.


terhitung sudah hampir satu bulan damian dan kinara tidak bertukar sapa. bahkan chatting pun juga sudah jarang. mungkin satu dua kali tak sengaja berpapas muka ketika membuka atau mengunci pagar. namun ya sudah, hanya itu saja.

entah apa yang terjadi di batin keduanya, hanya mereka seorang yang mengerti.

hari ini hari sabtu ketika mario mengajak kinara untuk join ke tongkrongannya yang kerap kali berkumpul di area gedung pencakar langit ibu kota. entah untuk sekedar sebat, mencari perempuan untuk digebet, atau pun minum-minum normal.

mario tidak bodoh kenapa kinara mau-maunya mengiyakan ajakannya malam ini padahal biasanya selalu ditolak. seratus persen lelaki itu sadar dan paham bahwa kinara MAU karena ADA damian.

“let me take your hands kin.” mario berujar ketika ia dan kinara sudah turun dari mobil dan kini tengah berada di basement gedung.

kinara malas berdebat apa lagi mengobrol panjang, gadis itu lantas memberikan tangannya kepada mario tanpa babibu lagi. toh, hanya bergandengan. apa yang salah? mereka bukan ABG yang harus baper-baper terlebih dulu ketika baru memulai kontak fisik bukan?

setidaknya, itu menurut kinara.

“di atas nanti emang rame, tapi gak papa. sama gue.” mario tersenyum dan menarik gandengannya agar segera masuk ke dalam lift.

kinara hanya balas tersenyum dan mengangguk mengiyakan.


mata kinara tidak katarak, tidak minus dan pula tidak silinder. jelas ia bisa melihat damian duduk di salah satu kursi yang ditata melingkar bersama dengan kalila di sampingnya.

oke. bukan pemandangan mengherankan dan patut dibahas panjang seharusnya. namun entah kenapa kinara langsung memalingkan wajahnya ke sembarang arah agar tak perlu melihat lebih lama.

apa lagi damian tadi juga sudah menyadari keberadaannya dan sempat memperhatikan cukup lama dengan raut keheranan campur terkejut.

gadis itu sudah ingin memilih duduk di tempat yang agak jauh dari damian ketika kursi incarannya telah diduduki oleh anggota pertemanan para lelaki tersebut.

naas. kinara rasanya ingin pulang.

“sini kin.” mario yang memang memperhatikan gelagat kinara tersebut reflek menuntun pelan agar bisa duduk di area meja panjang yang bisa dibilang cukup jauh dari damian dan kalila.

tidak jauh sekali sebenarnya, sebab dari posisinya duduk ini ia masih bisa mendengarkan percakapan-percakapan dari meja bundar damian.

“jangan jauh-jauh mar.. horror ih, temen-temen lo.. hahaha.” kinara menggamit ujung jaket mario agar tidak berpergian meninggalkannya.

“lo mau minum sesuatu kah kin? gue pesenin dulu ya?” mario menghadapkan wajahnya ke arah kinara dengan raut yang.. demi apapun, sangat-sangat mengayomi.

“gak pengen. alkohol-alkohol semua gitu gue gak kebiasa minum-minum. terakhir coba juga pas SMP, gak enak.”

“ada mocktail. mocktail aja ya?”

kinara hanya mengangguk simpel seraya membiarkan mario memesankan minum dengan menitip pada teman-temannya yang lain.

jujur saja ini pertama kali kinara memasuki dunia malam semenjak ia dilahirkan. katakan saja kinara kuper, cupu, kurang update, kurang bersosialita atau julukan yang lain-lainnya.. karena faktanya, kinara tidak bisa mengelak hal tersebut barang sedikitpun.

dan kini melihat damian dengan santai menenggak minumannya bersama kalila, kinara tau pasti bahwa ia tidak familiar dengan dunia damian sama sekali. kalila bahkan terlihat santai saja menghirup asap-asap yang keluar dari rokok di sekitarnya, entah rokok tembakau, ataupun rokok elektrik.

kinara sendiri? hah... ia sudah hampir pusing menghirup aroma-aroma yang berjubel menjadi satu di tempat ini.

ia bahkan langsung sadar bahwa rentang antara dirinya dan damian makin jauh.

kinara menghela napas. entah kenapa batinnya pedih sekali melihat kalila menggelayuti lengan damian dengan begitu dekatnya. entah kenapa juga matanya jadi ikut-ikutan pedas dan berembun secara mendadak melihat damiannya tertawa-tawa di depan sana.

tunggu..

damiannya?

tidak. bukan lagi. bahkan tidak akan pernah.

“rokok lo matiin rez! rel, lo juga! cewek gue gak bisa ngehirup rokok!” damian tau-tau bersuara dengan lumayan kencang ketika asap rokok dirasa makin menyebar.

oh, rupanya kinara salah persepsi sebab kalila ternyata tak bisa juga menghirup asap terlalu lama sepertinya.

“cielah damian.” darel menurut, mematikan rokoknya tepat ketika diperintah. berbanding terbalik dengan reza yang sedang fokus melakukan panggilan di telponnya, lelaki itu masih menghembus asapnya tanpa tau apa-apa.

kinara bisa melihat damian sudah membuka mulutnya ketika mario sudah terlebih dahulu melempar lengan reza dengan korek api menganggur.

“rokok lo bro, cewek gue juga gak ngerokok.”

“cieeee mario.”

tanpa siapapun tau, damian reflek saja mengepalkan tangannya di bawah meja.

dekat, tapi jauh.


terhitung sudah hampir satu bulan damian dan kinara tidak bertukar sapa. bahkan chatting pun juga sudah jarang. mungkin satu dua kali tak sengaja berpapas muka ketika membuka atau mengunci pagar. namun ya sudah, hanya itu saja.

entah apa yang terjadi di batin keduanya, hanya mereka seorang yang mengerti.

hari ini hari sabtu ketika mario mengajak kinara untuk join ke tongkrongannya yang kerap kali berkumpul di area gedung pencakar langit ibu kota. entah untuk sekedar sebat, mencari perempuan untuk digebet, atau pun minum-minum normal.

mario tidak bodoh kenapa kinara mau-maunya mengiyakan ajakannya hari ini padahal biasanya selalu ditolak. seratus persen lelaki itu sadar dan paham bahwa kinara MAU karena ADA damian.

“let me take your hands kin” mario berujar ketika ia dan kinara sudah turun dari mobil dan kini tengah berada di basement gedung.

kinara malas berdebat apa lagi mengobrol panjang, gadis itu lantas memberikan tangannya kepada mario tanpa babibu lagi. toh, hanya bergandengan. apa yang salah? mereka bukan ABG yang harus baper-baper terlebih dulu ketika baru memulai kontak fisik bukan?

setidaknya, itu menurut kinara.

“di atas nanti rame, tapi gak papa. sama gue.” mario tersenyum dan menarik gandengannya agar segera masuk ke dalam lift.

kinara hanya balas tersenyum dan mengangguk mengiyakan.


mata kinara tidak katarak, tidak minus dan pula tidak silinder. jelas ia bisa melihat damian duduk di salah satu kursi yang ditata melingkar bersama dengan kalila di sampingnya.

oke. bukan pemandangan mengherankan dan patut dibahas panjang seharusnya. namun entah kenapa kinara langsung memalingkan wajahnya ke sembarang arah agar tak perlu melihat lebih lama.

apa lagi damian tadi juga sudah menyadari keberadaannya dan sempat memperhatikan cukup lama dengan raut keheranan.

gadis itu sudah ingin memilih duduk di tempat yang agak jauh dari damian ketika kursi incarannya telah diduduki oleh anggota pertemanan para lelaki tersebut.

naas. kinara rasanya ingin pulang.

“sini kin.” mario yang memang memperhatikan gelagat kinara tersebut reflek menuntun pelan agar bisa duduk di area meja panjang yang bisa dibilang cukup jauh dari damian dan kalila.

tidak jauh sekali sebenarnya, sebab dari posisinya duduk ini ia masih bisa mendengarkan percakapan-percakapan dari meja bundar damian.

“jangan jauh-jauh mar.. horror ih, temen-temen lo.. hahaha.” kinara menggamit ujung jaket mario agar tidak berpergian meninggalkannya.

“lo mau minum sesuatu? gue pesenin dulu?” mario menghadapkan wajahnya ke arah kinara dengan raut yang.. demi apapun, sangat-sangat mengayomi.

“gak pengen. bir semua gitu gue gak kebiasa minum-minum. terakhir coba juga pas SMP, pait.”

“ada mocktail. mocktail aja ya?”

kinara hanya mengangguk simpel seraya membiarkan mario memesankan minum dengan menitip pada teman-temannya.

jujur saja ini pertama kali kinara memasuki dunia malam semenjak ia dilahirkan. katakan saja kinara kuper, cupu, kurang update, atau yang lain-lainnya.. karena faktanya, kinara tidak bisa mengelak hal tersebut barang sedikitpun.

dan kini melihat damian dengan santai menenggak minumannya bersama kalila, kinara tau pasti bahwa ia tidak familiar dengan dunia damian sama sekali. kalila bahkan terlihat santai saja menghirup asap-asap yang keluar dari rokok di sekitarnya, entah rokok tembakau, ataupun rokok elektrik.

kinara sendiri? hah... ia sudah hampir pusing menghirup aroma-aroma yang berjubel menjadi satu di tempat ini.

“rokok lo matiin rez! rel, lo juga! cewek gue gak bisa ngehirup rokok!” damian tau-tau bersuara dengan lumayan kencang ketika asap rokok dirasa makin menyebar.

oh, rupanya kinara salah persepsi sebab kalila ternyata tak bisa juga menghirup asap terlalu lama sepertinya.

“cielah damian.” darel menurut, mematikan rokoknya tepat ketika diperintah. berbanding terbalik dengan reza yang sedang fokus melakukan panggilan di telponnya, lelaki itu masih menghembus asapnya tanpa tau apa-apa.

kinara bisa melihat damian sudah membuka mulutnya ketika mario sudah terlebih dahulu melempar lengan reza dengan korek api menganggur.

“rokok lo bro, cewek gue juga gak ngerokok.”

tanpa siapapun tau, damian reflek saja mengepalkan tangannya di bawah meja.

kalila and kinara meeting day.


damian bersumpah ia sangat bersyukur mempunyai seorang teman dekat seperti kinara yang sikapnya dewasa dan tidak neko-neko. ya, meskipun sifat suka marah-marahnya sering kali membuat damian keteteran.

tapi tunggu, yang membuat damian bersyukur kali ini adalah jiwa emosi kinara tidak muncul meski 1 persen ke permukaan.

jujur saja, damian kira ia akan kena pelototan tajam dari mata sahabatnya ketika masuk ke kafe membawa kalila secara mendadak, tapi nyatanya kinara hanya diam. iya, diam.

gadis itu bersikap normal dan saling sapa dengan kalila secara manis. garis bawahi, MANIS. kinara tidak pernah tersenyum semanis ini entah kepadanya ataupun teman-teman yang lainnya. damian jelas tau karena gadis itu sering keluar berdua dengannya.

ya, bisa dibilang, damian memang memperhatikan kinara. secara jelas, secara detail. toh, ia sudah mengatakan sejak awal bahwa perhatiannya pada kinara memang sebesar itu.

“ini kinara, kal.. yang itu kevin.” damian memperkenalkan seraya menarik kursi yang akan diduduki kalila agar mundur.

kinara reflek menghela napas pelan dan memalingkan wajah ke jendela kaca sebentar, gestur kecil tersebut.. benar-benar damian sekali.

“kalila chandra.” gadis yang dibawa damian itu mulai mengulurkan tangannya untuk berkenalan. pertama dengan kinara, lalu lanjut ke kevin.

“kinara.” jawabannya keluar seraya membalas jabatan kalila, diikuti pula oleh kevin.

kinara lantas menunduk memainkan ponselnya, membalas chat dari mama, lalu membalas mario. lelaki satu itu tak pernah absen meski sehari untuk chatting dengan kinara.

hening. canggung melingkupi beberapa saat karena keempatnya diam tak membuka obrolan sama sekali. kejadian yang bisa dimaklumi karena masih baru pertama kali bertemu.

“ra pesenan gue yang mana deh?” itu suara damian yang memecah hening, posisinya yang memang berada persis di hadapan kinara membuat tangan lelaki itu dengan asal menarik minuman yang masih terlihat utuh dan menyeruputnya.

“DAM! PUNYA GUE!” kinara melotot dan memukul tangan damian yang mencekal gelasnya. “punya lo masih dibikinin dih, kebiasaan banget lo ya!” kinara reflek menarik gelasnya kembali dan menjauhkannya dari jangkauan damian.

“lah masa? tumben lo minum pait begitu? doyan? biasanya gumoh..” damian heran dan spontan saja mengerutkan alis.

kevin menendang kaki damian di bawah meja agar fokusnya bisa kembali ke kalila saja, karena kalila yang duduk di depannya ini jelas sudah menunjukkan raut-raut canggung meminta ingin pulang.

“gue pengen nyoba doang, gantian sama kevin juga kok.” kinara menjelaskan dengan lebih baik setelah menyeruput minuman yang tadi sudah ia tarik dari damian.

kalila terhenyak. pemandangan ini tak luput juga dari benaknya karena... sedekat apa perempuan bernama kinara ini dengan damian sampai bergantian sedotan?

atau tidak?

karena setelahnya kevin juga ikut menyeruput setelah minuman diletakkan di meja kembali oleh kinara.

hening kembali menyapa hingga akhirnya kinara tidak betah dan beranjak berdiri.

“kemana?” damian bertanya.

“toilet.”


kinara berlama-lama di dalam toilet. entah mengaca atau mencuci tangan berulang kali. yang jelas gadis itu tidak ingin lekas kembali kepada teman-temannya.

sebenarnya apa yang kinara rasakan saat ini? cemburu kah? yang ia tau ia tidak memiliki perasaan yang aneh-aneh dengan damian. tetapi melihat tetangganya itu benar dekat dengan gadis lain rupanya membuat kinara merasa... apa istilahnya? terbakar, kah?

kinara mematut diri di cermin lagi. otaknya kembali merantau pada momen ketika damian mabuk malam itu.

will you be okay?

kinara masih ingat jelas pertanyaan damian yang satu ini.

will i be okay?

gadis itu menghela napas dan menunduk, kembali menyalakan air dan mencuci tangannya lagi.

jujur saja, melihat damian benar bertekat ingin membangun relasi dengan publik figure secantik kalila membuat kinara sesak dan galau bukan main.

gadis itu menahan gejolak ingin mengurai tangis dengan menarik napas berulang kali.

lagi pula, siapa ia jika dibanding dengan kalila? pernyataan itu terus menerus kinara ulang agar ia sadar diri.

beberapa menit ia habiskan di dalam toilet hingga sebuah chat dari mario datang menyelamatkannya.

where are you kin? mau makan bareng gak?

tidak banyak pikir, kinara langsung mengiyakan ajakan mario agar terbebas dari perasaan aneh yang ia rasakan siang ini.

toh, ia sudah berkenalan dengan kalila tadi. keinginan damian sudah terpenuhi, kan?

kalila and kinara meeting day.


damian bersumpah ia sangat bersyukur mempunyai seorang teman dekat seperti kinara yang sikapnya dewasa dan tidak neko-neko. ya, meskipun sifat suka marah-marahnya sering kali membuat damian keteteran.

tapi tunggu, yang membuat damian bersyukur kali ini adalah jiwa emosi kinara tidak muncul meski 1 persen ke permukaan.

jujur saja, damian kira ia akan kena pelototan tajam dari mata sahabatnya ketika masuk ke kafe membawa kalila secara mendadak, tapi nyatanya kinara hanya diam. iya, diam.

gadis itu bersikap normal dan saling sapa dengan kalila secara manis. garis bawahi, MANIS. kinara tidak pernah tersenyum semanis ini entah kepadanya ataupun teman-teman yang lainnya. damian jelas tau karena gadis itu sering keluar berdua dengannya.

ya, bisa dibilang, damian memang memperhatikan kinara. secara jelas, secara detail. toh, ia sudah mengatakan sejak awal bahwa perhatiannya pada kinara memang sebesar itu.

“ini kinara, kal.. yang itu kevin.” damian memperkenalkan seraya menarik kursi yang akan diduduki kalila agar mundur.

kinara reflek menghela napas pelan dan memalingkan wajah ke jendela kaca sebentar, gestur kecil tersebut.. benar-benar damian sekali.

“kalila chandra.” gadis yang dibawa damian itu mulai mengulurkan tangannya untuk berkenalan. pertama dengan kinara, lalu lanjut ke kevin.

“kinara.” jawabannya keluar seraya membalas jabatan kalila, diikuti pula oleh kevin.

kinara lantas menunduk memainkan ponselnya, membalas chat dari mama, lalu membalas mario. lelaki satu itu tak pernah absen meski sehari untuk chatting dengan kinara.

hening. canggung melingkupi beberapa saat karena keempatnya diam tak membuka obrolan sama sekali. kejadian yang bisa dimaklumi karena masih baru pertama kali bertemu.

“ra pesenan gue yang mana deh?” itu suara damian yang memecah hening, posisinya yang memang berada persis di hadapan kinara membuat tangan lelaki itu dengan asal menarik minuman yang masih terlihat utuh dan menyeruputnya.

“DAM! PUNYA GUE!” kinara melotot dan memukul tangan damian yang mencekal gelasnya. “punya lo masih dibikinin dih, kebiasaan banget lo ya!” kinara reflek menarik gelasnya kembali dan menjauhkannya dari jangkauan damian.

“lah masa? tumben lo minum pait begitu? doyan? biasanya gumoh..” damian heran dan spontan saja mengerutkan alis.

kevin menendang kaki damian di bawah meja agar fokusnya bisa kembali ke kalila saja, karena kalila yang duduk di depannya ini jelas sudah menunjukkan raut-raut canggung meminta ingin pulang.

“gue pengen nyoba doang, gantian sama kevin juga kok.” kinara menjelaskan dengan lebih baik setelah menyeruput minuman yang tadi sudah ia tarik dari damian.

kalila terhenyak. pemandangan ini tak luput juga dari benaknya karena... sedekat apa perempuan bernama kinara ini dengan damian sampai bergantian sedotan?

atau tidak?

karena setelahnya kevin juga ikut menyeruput setelah minuman diletakkan di meja kembali oleh kinara.

hening kembali menyapa hingga akhirnya kinara tidak betah dan beranjak berdiri.

“kemana?” damian bertanya.

“toilet.”


kinara berlama-lama di dalam toilet. entah mengaca atau mencuci tangan berulang kali. yang jelas gadis itu tidak ingin lekas kembali kepada teman-temannya.

sebenarnya apa yang kinara rasakan saat ini? cemburu kah? yang ia tau ia tidak memiliki perasaan yang aneh-aneh dengan damian. tetapi melihat tetangganya itu benar dekat dengan gadis lain rupanya membuat kinara merasa... apa istilahnya? terbakar kah?

kinara mematut diri di cermin lagi. otaknya kembali merantau pada momen ketika damian mabuk malam itu.

will you be okay?

kinara masih ingat jelas pertanyaan damian yang satu ini. will i be okay?

gadis itu menghela napas dan menunduk, kembali menyalakan air dan mencuci tangannya lagi.

jujur saja, melihat damian benar bertekat ingin membangun relasi dengan publik figure secantik kalila membuat kinara sesak dan galau bukan main.

gadis itu menahan gejolak ingin mengurai tangis itu dengan menarik napas berulang kali.

lagi pula, siapa ia jika dibanding dengan kalila? pernyataan itu terus menerus kinara ulang agar ia sadar diri.

beberapa menit ia habiskan di dalam toilet hingga sebuah chat dari mario datang menyelamatkannya.

where are you kin? mau makan bareng gak?

tidak banyak pikir, kinara langsung mengiyakan ajakan mario agar terbebas dari perasaan aneh yang ia rasakan siang ini.

toh, ia sudah berkenalan dengan kalila tadi. keinginan damian sudah terpenuhi, kan?

late night's mistake


“lo gotong sebelah kanan ih dodol amat lo kinar!” kevin berdecak kesal karena kinara malah bingung sendiri ketika disuruh bantu memapah damian. kevin, adalah tetangga samping damian yang sudah terlebih dulu saling kenal dengan kinara. sejak TK bahkan.

“sabar vin anjir gue masih buka pintu ini lho.” kinara memprotes sambil mendorong pintu besar kediaman dewangga hingga terbuka lebar. setelahnya gadis itu lekas membantu kevin memapah, garis miring —menyeret, lengan damian hingga masuk dan terduduk di sofa.

damian tidak tidur, lelaki itu jelas masih sadar meskipun kadar fokusnya sudah meluap 99 persen.

“balik deh, tinggalin ni bocah tepar di sini.” kevin memberi titah sambil berjalan ke pintu depan lagi.

“ngaco lo! bentar deh gue bantuin ambil ganti dulu dianya.”

“ya udah lo bantu dulu ya kin? gue mau parkirin mobil dulu, mesinnya mana belum gue matiin.”

“santai. balik aja dah lo sana ntar biar gue tutupin rumahnya damian.” kinara berteriak dari tangga. “eh.. pager depannya aja lo tutupin bentar biar secure!”

kevin memberi jempol sebagai tanggapan selagi kinara terus berlalu untuk mencari pakaian bersih di kamar damian.

“dam.” kinara menggampar bahu damian lumayan kencang ketika ia sudah kembali di lantai bawah dengan kaos dan celana putih di tangannya. “ganti-ganti dulu terus tidur sana.” ujarnya menyerahkan pakaian tersebut ke arah damian.

damian menerima sebentar sebelum ia letakkan kembali secara asal di sofa. lelaki itu terlihat sibuk memijat pangkal hidung ketika menyenderkan kepala di senderan kursi.

“kenapa lo gak pernah larang gue ra?” damian mulai berujar ngawur sambil memejamkan matanya. “kenapa gue gak pernah dilarang-larang..”

“orang stress.” kinara mencibir sambil berkacak pinggang di posisinya berdiri. “orang dibiarin bebas tuh bersyukur. ya kali aja ada orang kepengen dilarang-larang. ngaco amat. siapa gue juga?”

“gue mau dilarangin sama lo...” damian berujar lagi. “kinaraaa....” ia malah lanjut merengek.

pada dasarnya damian jika mabuk memang merepotkan telinga.

“gue mau balik, lo ganti dulu terus rebahan dah. kalo gak bisa naik tangga lo tidur sini aja.” kinara mengibas tangan, melangkah ke depan pintu.

“kalila suka sama gue ra.” damian kembali mengoceh. “gue harus gimana ini?”

jantung kinara rasanya berhenti berpacu sepersekian detik sebelum kemudian ia memutuskan untuk kembali melangkah keluar.

“lo suka sama mario ya?” ocehan damian kembali menguar. “lo cantik banget pas keluar sama dia. kalo sama gue lo gak pernah gitu.”

“gue tau lo nih mabuk tapi otak lo pengen gue timpuk beneran ya dami.” kinara akhirnya membalik badan dan masuk kembali. “lo mana pernah ajakin gue pergi ke pesta-pesta? nongkrong sama dateng acara undangan ya baju gue beda lah anjir kalo ngecompare gak kira-kira banget.”

“kinara gue cantik banget..” damian kembali memejamkan mata dan menyender kepala lagi. “gue nyesel koar-koar nama lo di tempat tongkrongan nara.”

kinara gue...

gadis itu sampai mengerjap-ngerjap saking kagetnya.

“kinara gue cantik banget pas sama mario.....” damian mengulang.

“kata gue lo tidur ya dodol.” kinara sudah habis kesabaran dan menarik lengan damian agar rebahan saja di kursi. persetan dengan ganti baju atau tidak, ia hanya ingin cepat pulang.

“stop right there ra.” damian mencekal pergelangan tangan kinara yang sudah akan berjalan menjauh. “gue pusing..” keluhnya kemudian.

“ya pusing orang lo kobam.”

“elusin bentar sampe tidur.”

“terakhir gue elus pas mabuk lo mendadak nyosorin gue. gue gak mau.”

damian tau-tau saja sudah terduduk dengan tangan masih mencekal pergelangan tangan kinara. dan dalam sekali tarik, gadis itu sudah duduk miring di pangkuannya. “kalo gak mau elus, peluk aja.” ujarnya mengawang sembari menyender kepala di badan kinara. tangan kekarnya memeluk rapat.

“kangen pelukan kayak begini.”

jantung kinara memompa drastis. ini jelas bukan kali pertama, tapi entah mengapa perasaannya kerap jadi awur-awuran jika dibeginikan damian.

“lo bakal lupa pas bangun besok dam. jangan ngomong aneh-aneh yang bakalan lo sesali deh.” kinara akhirnya berujar serius sembari berusaha membebaskan diri.

“sebentar aja.” damian tak melepas dan mulai mengusel hidungnya di ceruk leher kinara.

“ck. repot lo damian.” kinara terpaksa meneleng menjauh agar tak memperintim tempelan damian di lehernya.

“gue kenapa begini ra?” damian berbisik lirih setelah sebelumnya sempat hening cukup lama.

“begini apaan lagi?”

“do i have a feeling for you?”

kinara tercekat. “lo mabuk. mending lo diem.”

“it's kinda.. hurt? you know.. seeing you with mario.” damian melanjutkan, mempererat pelukan.

“lo mah apa sih anjir udah minggir dam.” kinara kali ini bertekat besar membebaskan diri. jika ia bilang bahwa pandai bela diri, maka ia tidak berbohong. tenaganya memang tak seberapa, tapi taktiknya jelas ada. apa lagi jika yang ia lawan sedang dalam keadaan tak sadar diri seperti ini.

“udah ya, gue balik.” ujarnya ketika berhasil bangkit berdiri dari rengkuhan damian dan memberikan jarak aman agar tak ditarik kembali.

“will it be okay ra?”

“apanya lagi.. damiann?”

“gue sama kalila. will it be okay for you?

kinara lagi-lagi terhenyak. “lo mau gue jawab apa?”

“just be honest with me. will you be okay?”

kinara memaling wajah. “gak ngerti gue. lagian mau gue jawab pun lo gak akan inget pas besok sadar.”

“that's why. answer me.”

hening cukup lama menyeruak. kinara yang sudah berdiri di dekat pintu dan damian yang masih terduduk di sofa. gadis itu memejamkan mata, ada rasa sakit yang tak bisa dijabarkan ketika pertanyaan itu tembus secara langsung dari bibir damian.

will you be okay?

hm.. will i be okay? kinara mempertanyakan kembali.

rasanya.. tidak. tidak akan pernah, malah.

tapi, punya hak spesial apa dia ingin membebani perasaan damian? kinara jelas tau bahwa damian memang sudah naksir berat dengan kalila sejak lama.

who's she compared to kalila chandra?

nothing.

“i'll be okay. don't mind me.” jawaban kinara akhirnya menerobos rungu damian. pelan sebenarnya, dan cukup lirih.

sepi. suara jangkrik dan detak jam mendominasi suasana. agak lama sampai akhirnya suara damian kembali mengisi rungu kinara. “oke.” jawabnya kemudian.

“gue balik dam. kunci dari dalem ya.” pamitnya berjalan lurus ke arah pagar.

kesalahannya malam itu, bahwa ia tak menyadari jika damian bukannya 99 persen tidak sadar. bahwa damian sebenarnya mendengarkan dengan jelas apa jawaban-jawaban kinara pada kicauannya yang rancu sejak tadi mendarat.

mario-kinara


“shit!”

kata pembukaan yang dilontar oleh mario ini memang tak sampai di telinga kinara karena hanya berupa desisan ringan saja, namun matanya yang memandang penuh puja jelas tertangkap jelas oleh netra kinara.

why? cakep ya gue?” kinara berujar seraya mematut diri di kaca mobil mario yang kini terparkir di halamannya. tengil kah? memang. nama tengahnya saja kinara tengil himawari. bercanda.

“i think cakep doang isn't enough to describe you right now kin.” mario membalas cepat, telinganya memerah ketika lelaki itu akhirnya memandu kinara agar duduk di kursi penumpang.

kinara tertawa, dalam hati ia sebenarnya malu bukan main karena dipuji dadakan seperti ini. oleh lelaki setampan mario, pula?

“so, kita langsung?” gadis itu membuka obrolan ketika keduanya sudah terduduk rapi dalam mobil.

mario mengangguk, membantu kinara memasangkan seatbelt sebentar.

tunggu..

jantung kinara berdegup tak normal. entah apa yang menyelinap di otaknya, namun pandangan gadis itu mendadak saja beralih menuju rumah damian yang tertutup rapat karena penghuninya belum berada di rumah semua.

tindakan kecil mario barusan membuat kinara meringis kecil karena mengingat sosok damian. tetangganya satu itu memang juaranya bertindak tanpa suara.

dalam hati kinara benar merindukan sosok lelaki itu yang akhir-akhir ini memang jarang sekali berada di rumah.

“hah?” kinara terhenyak dan bersuara mendadak.

“hah apa? kenapa?” mario menolehkan pandang. kebingungan.

“no, no.. nothing.” kinara menjawab canggung sembari kembali menoleh kepala ke arah pagar damian.

kangen?

kinara menggeleng kecil dan mengembalikan atensinya pada mario yang kini sudah mulai mengemudikan mobilnya menjauhi area perumahan.


acara ulang tahun ini bukan acara besar yang sampai harus mengundang MC atau sebagainya sebagai pengendali acara. ini murni acara makan-makan saja dan kinara bersyukur pakaiannya tidak mencolok perhatian.

dress putih gading selutut dengan rambut digulung tinggi, benar-benar menampakkan area leher dan tulang selangka yang jarang sekali gadis itu tunjukkan sebab ia jarang menghadiri acara-acara penting seperti ini.

“baru mar?” salah seorang teman mario berjalan mendekat sambil mengajukan bro fist. lelaki itu kemudian menoleh pada kinara dan tersenyum manis meski pandang penasarannya jauh lebih mendominasi.

“hahahaha, not yet.” mario menjawab sembari menoleh ke arah kinara sekilas. “namanya kinara btw.” lanjutnya, memperkenalkan.

dan baru saja nama kinara terucap, tiga lelaki lain mendadak saja ikut mendekat.

“ah, yang lo ceritain itu?”

kinara seketika saja menoleh ke arah mario. jadi benar ucapan lelaki itu bahwa ia digibah(?)

“kenalin kin.. ini temen2 gue. yang ini dimas, itu darel sama jovian. terus yang ini reza.” mario tak mengindahkan pertanyaan yang melayang dari temannya tadi dan lanjut memperkenalkan satu persatu.

“glad to meet you in person kinara. si mario ini kalo ceritain lo menggebu-gebu banget jadi gue penasaran parah sama lo.”*

kinara terkekeh kecil. agak sungkan juga karena ia tidak terbiasa mengobrol langsung dengan beberapa lelaki asing seperti ini jika tidak ada damian.

ah.. damian lagi.

omong-omong akan nongkrong di mana lagi damian hingga bilang bahwa akan pulang malam?

“capek kin? mau pulang?” mario melirik jam di ponselnya sekilas ketika melihat baterai sosial kinara mulai menipis setelah berjam-jam duduk dan diajak mengobrol kanan-kiri.

sudah pukul 8 malam.

kinara menggeleng sungkan, “lanjut aja mar.”

mario mendenguskan tawa kecil dari hidungnya. tanpa permisi lelaki itu menepuk pucuk kepala kinara kecil. “mata lo merah, kina..”

“masa?!”

“wanna check in the mirror?” mario tergelak, lalu bangkit berdiri dan menawarkan telapak tangan. “ayo pulang. pamit dulu ke gian sebentar.”

gian adalah pemilik acara ulang tahun hari ini.

“ya udah.” gadis itu bangkit setelah dengan ragu menerima uluran tangan mario.

dan sentuhan kecil itu ternyata berhasil menyengat jantung mario aditya sebegitu hebatnya.

“this one feels right kin.” mario berujar kecil sambil menggenggam rapat tangan kinara.

“ngaco lo hahaha.”

dalam hati lelaki itu bertekat akan mendapatkan atensi kinara seutuhnya dengan cara apapun. bahkan jika itu berarti ia harus kehilangan sosok seorang teman baik bernama damian dewangga kedepannya.

dami-nara

short story about the very beginning of them.


namanya damian dewangga. bukan siapa-siapa sebenarnya, tetapi presensinya memang selalu ada untuk kinara.

bukan anak presiden, bukan anak perdana menteri, bukan anak pengusaha kaya raya apa lagi anak dari mafia ala-ala wattpad jadul.

damian dewangga hanya sesimple anak dari david dewangga, dokter bedah professional yang bayarannya sudah terlampau melejit, dan sedang dialih tugas ke kota ini sejak tahun 2015 silam.

oke, perlu diralat, sepertinya tidak terlalu simple.

kembali ke damian dan kinara, tahun 2015 tersebut akhirnya resmi menjadi awal mula pertemuan keduanya.

kinara ingat betul waktu itu adalah malam agustusan RT ketika pick up damian datang silih berganti. memang sih, —natasha, mama kinara, sudah bilang bahwa rumah kosong depan rumah yang dijual itu sudah laku terbeli 2 bulan lalu. bahkan papanya juga bilang bahwa di perkumpulan bapak-bapak itu, david dewangga juga sudah diajak bergabung juga.

kinara menggaruk tengkuknya asal-asalan. bukan masalah besar jika ia punya tetangga baru, toh kinara sendiri juga bukan perempuan yang suka bersosialisasi juga. jadi, apa masalahnya?

“kin, ini dapet buah tangan dari tetangga depan yang baru pindah. kamu masukin kulkas ya.”

yap! dua hari setelahnya, keluarga dewangga sudah bagi-bagi nasi kotak dan buah-buahan dengan harapan bisa menjalin tali kasih dengan tetangga lainnya.

syukuran dan pemberkatan rumah baru-nya beda hari lagi, kinara ingat bahwa acara tersebut baru terjadi satu minggu setelah rumah ditempati.

mobil-mobil mewah milik pendeta, pun kerabat dan teman-teman sesama dokter kenalan david itu berjajar memenuhi pekarangan. bahkan ada yang beberapanya menumpang parkir di depan rumah kinara.

dan.. hari itu juga lah keduanya resmi bertatap muka.

“damian ya?” jelas itu adalah suara milik kinara yang menyapa rungu lelaki tersebut.

damian tersenyum sopan, mengangguk. “lo pasti tetangga depan kan? gue pernah lihat lo siram-siram taneman.”

“ah...” kinara mengangguk canggung sembari memaling muka. sebab bentukan kinara ketika bersih-bersih rumah jelas 100 persen seperti manusia yang tak kenal air. alias.. jorok, menjijikkan.. dan sebangsanya.

“sorry, but what's your name again? gue lupa.” damian menyambung obrolan agar mengalir. lelaki tersebut sedang malas bercengkrama dengan beberapa dokter senior kenalan papanya dan ditanya macam-macam.

“kinara.”

“pretty name of you.”

jika tidak tersipu dan malu-malu kucing, maka kinara patut disebut dengan gadis pick me ala-ala yang belaga keren. karena fakta akuratnya, gadis itu kini sudah memainkan jemarinya satu sama lain dan mengangguk-angguk saja sebagai tanggapan. saking gagunya.

“gue mau masuk dulu deh ya dami. lo ngobrol lagi aja sama kevin.” kinara berpamitan seraya berjalan menjauh menuju pintu besar kediaman dewangga untuk mencari mamanya di dalam. perlu digaris-bawahi, kevin adalah tetangga lain yang letak rumahnya persis di sebelah rumah dami.

sebenarnya bukan tanpa alasan kinara tiba-tiba bertemu damian di luar pagar tadi, karena adegan aslinya, kinara memang datang terlambat.

“nara wait!” damian tau-tau memanggil namanya tepat ketika kinara mengambil 2 langkah menjauh.

“hm?”

damian salah tingkah, lalu tanpa kata lagi ia memutuskan untuk menggiring langkah kinara kembali ke luar pagar.

“sorry for saying this. but you'll thank me later. just go in and check it yourself” damian berjalan di belakang kinara sembari menggiring langkah agar gadis itu segera kembali ke kediamannya sendiri.

kinara yang waktu itu bingung dan masuk ke rumah sembari ingin mengoceh langsung batal omelan dalam sekejap.

dan dari kejadian itu, kinara resmi tidak ingin bertemu dengan damian lagi.

tiap damian keluar pagar, kinara langsung terbirit-birit masuk ke rumah.

tiap kinara sudah di depan rumah dan kebetulan saja damian baru pulang sekolah, kinara langsung tancap gas dan tak menoleh ke samping untuk sekedar menyapa ringan.

omong-omong, kinara dan damian memang seumuran. mereka berdua sama-sama kelahiran 2000 dan terlahir di bulan yang sama pula. bulan juni. tentu saja info tersebut bisa diketahui keduanya dari para mama mereka yang tergabung di grup PKK RT. waktu itu tengah membahas perihal vaksin, kinara ingat betul soal itu.

“kinara? long time no see..” damian terkekeh ketika ia menemukan kinara tengah duduk di pinggir danau sambil mencekali botol minum kemasan.

hm.. ternyata sesi petak umpet antara damian dan kinara berakhir dalam 4 bulan saja.

jangan berpikir aneh-aneh mengira bahwa dami dan nara tengah jalan berduaan di danau.. sebab faktanya ini adalah acara rekreasi rutin akhir tahun yang diadakan oleh RT.

kinara berdecak stress. mati-matian ia bersembunyi hari ini, namun pada akhirnya tertangkap juga.

sial. ia merutuk dan reflek membuang muka ke arah bebek-bebek perahu yang mulai didayung oleh komplotan bu RT. wajah gadis itu spontan saja memanas mendadak, bahkan keringat dingin juga mulai membanjir di pelipisnya.

melihat bahwa damian kini malah mengangkat sebelah kakinya membuat gestur santai, kinara langsung paham bahwa damian tidak berniat melepaskan presensi kinara hari ini.

“thanks ya dami.. remember that i haven't had time to say thanks to you properly before..” gadis itu berujar kemudian, masih memaling muka karena malu bukan main.

oke, mari kita perjelas sebelum pembahasan ini makin kemana-mana... bahwa di hari ketika keluarga dewangga mengadakan acara syukuran dan pemberkatan rumah, kinara tengah mendapat tamu bulanan di hari pertamanya.

dan ya.... celana kinara menunjukkan bercak merah kecil yang akhirnya tertangkap netra damian.

“it's okay. gue juga paham kenapa lo hindarin gue hari-hari setelahnya.” damian tertawa, menyugar rambutnya sendiri ke belakang.

kinara langsung mati kutu.

“omong-omong karena kita tetanggaan, gue pikir kita gak bisa selalu mengabaikan kayak gitu. gimanapun juga lo tau RT kita ini... sibuk.... suka keluyuran juga, mending kita temenan aja gak sih?” damian menjulurkan ponselnya mendekat ke kinara.

“buat apa?”

“which one?” damian balas bertanya.

“hm?”

“buat apanya.. untuk yang apa? untuk gue yang ajak lo temenan atau untuk gue yang sodorin hp ke lo?” damian menaikkan sebelah alisnya.

sial...

terkutuklah angin-angin dan suasana yang super damai ini karena kinara bersumpah bahwa damian... tampan sekali.

ia lantas berdeham untuk mengambil ponsel damian yang masih terulur. “hapenya buat apa?”

lelaki itu tersenyum puas. “give me your number. so, we can be friend.”

dan kinara langsung menghela napas dan memasukkan nomor ponselnya ke milik damian. toh.. memiliki teman tampan dan atraktif seperti damian sepertinya bukan hal yang buruk untuk dijalani.

at least, for now.

21+

mature content singkat doang.

ini nyebutnya, hazel-sarah.. atau hazel-(solo)? WKWK

go find out! py reading jgn lupa dilike.


hazel memasuki rumahnya dengan kondisi hati berantakan. akan sangat bohong jika ia mengatakan bahwa hatinya baik-baik saja setelah kekasihnya, sarah adelaine, melakukan photoshoot dengan pakaian kurang bahan seperti itu.

tidak tidak.. berlebihan. hazel sendiri sebenarnya sangat paham bahwa pekerjaan sarah memang begitu sejak kuliah, namun entah kenapa makin kesini rasa posesifnya pada sarah semakin besar dan membuncah. apa lagi, agensi sarah kerap kali memberikan pakaian minim benang mentang-mentang badan kekasihnya sangat bagus dan proporsional.

“hah!”

yang benar saja?! punggung putih itu harusnya hanya hazel seorang yang melihat. bahkan.. tunggu dulu! hazel segera membuka ponselnya dan menggulir ruang obrolannya dengan sarah beberapa saat lalu..

nah, ketemu! apa-apaan dengan outfit ketiga yang dikirimkan sarah tadi? bahkan hazel sendiri kena sensor karena gadis itu sepertinya berpikir bahwa foto yang satu itu memang terlalu terbuka. apa lagi di bagian dada..

gila! hazel segera mengurai dasi kerjanya asal-asalan dan melempar ke kasur. ia lepas kaitan kancing kemejanya satu persatu hingga lepas seutuhnya akibat gerah bukan kepalang.

“javi sialan.. kenapa juga dia harus ikut ke rotterdam? bukannya udah resign?!” hazel masih mengumpat tiada henti sembari kini melepas jam tangan dan meletakkannya sembarangan di meja.

jangan salah paham, sebenarnya hazel termasuk lelaki yang menjunjung tinggi nilai kerapian. namun persetan dengan detik ini karena isi otaknya sudah kacau tak terselamatkan.

semuanya hanya karena sarah.

sarah adelaine. wanitanya.

“arh!” hazel mengerang, memasuki kamar mandinya guna menyegarkan pikiran. lelaki itu melucuti semua pakaiannya hingga kini tak menyisakan sehelai benangpun ketika masuk ke dalam bilik kaca kamar mandi.

lelaki itu menyempatkan diri menatap ruang obrolannya dengan sarah sebentar sebelum kemudian mulai menyalakan shower dan membiarkan kepalanya tersiram dinginnya air.

pertanyaanku, berhasil jadi dinginkah otak hazel saat ini?

“sarah.... bisa gila, aku.” lelaki itu menggumam serak ketika tanpa sadar mulai mencekali miliknya sendiri di bawah sana. otaknya berjalan kesana-kemari, mengingat kembali foto-foto hasil kiriman sarah tadi agar terpatri jelas dalam pikirannya.

tak banyak buang waktu, hazel segera mengurut miliknya sendiri naik turun sesuai irama. “nghhh, fuck sarah!” lelaki itu menggeram serak dan memejamkan matanya kala kenikmatan mulai melanda. ia kocok perlahan naik turun, membayangkan jika itu adalah tangan sarah yang tengah memberikannya servis saat ini.

“ahh, shit.. shit! kenapa nggak pernah nurut sama aku? aku gak minta kamu mundur dari kerjaanmu, adelaine... aku cuma minta kamu selektif dengan outfitnya! ahhh... yes, like that..”

mulut hazel berkicau tiada henti, kadang mengomel, kadang mendesah, kadang meracau tak jelas..

ia masih terus mengurut dan mengocok pusakanya sendiri dengan ritme stabil sampai-sampai otaknya kembali mengingat cumbuan panasnya dengan sarah 3 bulan lalu.

bagaimana mereka saling bertukar saliva di atas meja kantor, bagaimana kaki sarah yang mengitari pinggang hazel dengan erat untuk mengunci gerakan, bagaimana pula cara gadis itu memberikan jilat basah pada leher hazel... oh, hazel sungguh merindukan wanitanya.

“ahh, fuck adelaine.... ternyata kita memang gak punya banyak waktu untuk berduaan akhir-akhir ini.. nghhh, yes.. faster!” hazel kembali memejamkan mata dan menggerakkan tangannya cepat di bawah sana, otaknya kembali mengingat suara erangan sarah yang selalu menjadi favoritnya kala ia akhirnya menegang dan meledakkan cairannya di kaca kamar mandi.

“AHH, ADELAINE....” desahnya menguar lumayan kencang meski sudah teredam oleh suara gemericik air. lepas sudah hasratnya yang sudah bergejolak sejak berada di kantor tadi siang.

setidaknya, begini dulu untuk saat ini. entahlah apa yang akan terjadi nanti ketika hazel sudah menjemput sarah di bandara. mungkin, mungkin.. ia akan memberikan kicauan kepada sarah ketika di dalam mobil atau membiarkan sarah memberikan teriakan tepat di samping telinga hazel.

tak pelak, keduanya memang cukup liar jika sudah berurusan dengan kedewasaan.

markamel's final chapter.

lowercase.

DIHARAP NINGGALIN RT LIKE YA.. cuma modal mencet2 doang kok 🙏🏻


“siniin lidahmu, gantian aku yang mau main.”

markiel jelas terperangah akan titah amel yang satu ini. seakan berbulan-bulan berduaan, amel yang dulunya harus diajari berciuman itu kini telah jago seutuhnya. tentu saja itu semua berkat markiel yang selalu mengajak latihan setiap hari. meski pada dasarnya juga amel sendiri otaknya memang lumayan kotor juga dan susah terselamatkan.

tak banyak bicara lagi, markiel pun mendongak lalu menjulurkan lidahnya keluar. membuat amel menelan ludah susah payah karena pemandangannya jelas nampak sinting sekali.

gadis itu bahkan sampai menjilat bibirnya sendiri yang entah kenapa kembali mengering seakan sebelumnya tak pernah basah sama sekali. lalu tanpa basa-basi lagi, amel lantas menangkup rahang markiel agar kepalanya tak dapat bergerak kemana-mana selagi mulai menunduk dan membuka bibirnya. ia meraup lidah markiel masuk ke dalam mulutnya dengan perlahan. hisapannya ringan, temponya pun juga terbilang lambat ketika amel memutuskan untuk mengeluar-masukkan lidah markiel dari dalam mulutnya. seakan tengah menikmati segala sesapan yang bisa ia rasakan dari lidah tersebut dengan baik dan benar.

markiel tersentak, pikirannya jelas makin pecah dan kian bercabang. ia dengan kurang ajarnya membayangkan jika miliknya di bawah sana yang dikeluar-masukkan seperti itu.

namun, apakah bisa? apakah mau? terpenting lagi, apakah muat?

lelaki itu meloloskan gumam kasar selagi lidahnya kembali melilit milik amel saat sedang berada di dalam. tidak tahan untuk tetap diam selagi amel malah asik-asiknya menghajar kewarasan dari atas sana. dan kini, perempuan itu reflek ganti mengerjap-ngerjap karena markiel lagi-lagi membalik keadaan.

tak membiarkan markiel memimpin cium terlalu lama, amel segera menarik tubuhnya mundur. “curang banget sih pak?” sengitnya kemudian.

markiel terkekeh. “maaf. saya gak tahan mel.” lanjutnya menggaruk tengkuk yang tidak gatal sama sekali.

amel tak menanggapi panjang lebar dan lekas mengangguk, kini ia membenarkan posisinya agar bisa terduduk di pangkuan paha markiel.

lagi.

tak pungkir kursi paling enak di muka bumi ini ternyata adalah paha markiel sendiri. bahkan kursi berjuta-juta rupiah yang nangkring di rumah tak ada bandingannya dengan yang tengah ia duduki saat ini.

ya, boleh kalian katakan bahwa amel sudah menggila sempurna sekarang.

tangan gadis itu dengan cepat merangkul leher markiel ketika ia merasa tangan markiel menariknya mendekat hingga tubuh keduanya menempel rapat. amel bahkan bisa merasakan bagian bawah markiel yang sudah tidak ada unsur tidur-tidurnya sama sekali. keras, dan begitu terasa mengganjal.

gadis itu lantas tak banyak bicara segera menciumi leher markiel dan menjilati area bawah telinganya dengan gerak candu. berusaha memuaskan lekakinya secara perlahan agar nikmatnya kian terasa. dan markiel jelas tak hanya diam, kepala lelaki itu sudah meneleng demi membuka celah lebar untuk amel mengeksplor lebih luas lagi.

“ahh mel.. kamu ada dendam apa sama saya?” geram berat markiel keluar ketika hisapan amel di lehernya benar-benar kuat. sepertinya tengah termotivasi untuk membuat leher markiel merah karena selama ini ia selalu gagal meski sudah sering mencoba. “sudah merah?” tanyanya kemudian.

“coba lagi..” amel tidak terlihat begitu senang dengan hasilnya sehingga ia menyusupkan kepalanya masuk lagi ke celah leher markiel dan mulai memberi sedotan kencang kembali.

dan kali ini sepertinya mulai berhasil karena amel mulai meninggalkan area leher untuk kemudian ganti geser ke jakun markiel. gadis itu mengulum area menonjol tersebut dengan mulut terbuka.

“mmh, jangan gila sayang.. saya bisa meledak kalau kamu beginikan saya.” markiel mendesah berat, miliknya di bawah sana yang masih terbalut celana kain bahkan makin sesak dan minta dikeluarkan.

setidaknya jika ia tidak bisa meniduri amelnya, ia bisa memainkannya sendiri dengan bantuan presensi amel nantinya.

amel benar kesetanan karena ia kembali meraup bibir markiel yang masih mendesah keenakan di bawah kendalinya itu sambil menyusupkan lidah ke dalam. keduanya kembali bergulat lidah dengan liar sampai desahannya keluar secara bergantian. markiel menelan bulat-bulat segala erangan amel yang keluar di dalam mulutnya.

“enak lho kiel. ciuman sama kamu tuh enak. serius. mau lagi.”

huh? markiel hampir tersedak saliva ketika mendengar ujaran amel barusan. dan belum sempat linglungnya tersadarkan, amel sudah kembali menangkup pipinya dan menghajar kembali bibirnya.

oh? lihat siapa yang tadi marah-marah karena bibirnya perih kebanyakan berciuman?

keduanya kehabisan napas ketika akhirnya amel menarik ciumannya mundur. kepalanya berkedut karena saling hisap beberapa saat lalu.

markiel menatap kondisi amel yang sudah awur-awuran di atasnya sembari mengelap bibir bawahnya sendiri yang basah oleh hasil tukar saliva barusan. ia terkekeh berat sebelum bertanya, “jadi sudah selesai main sama saya atau ganti saya lagi ini?”

amel menekuk alis. “belum selesai, aku masih mau main!” ujarnya lalu kembali mendekatkan tubuh dan menjilati daun telinga markiel di sisi lain yang belum ia jamah.

markiel spontan belingsatan dan mengerang berat. nafsunya terus naik dan naik tanpa bisa ia kendalikan lagi. bahkan ketika amel mulai menggigit dan menghisap daun telinganya, markiel hanya mampu meremasi pinggul amel saja tanpa bisa berbuat apapun.

setidaknya sampai amel selesai dengan keinginannya untuk main tadi.

“mel, udah mel.. saya gak kuat nahan terlalu lama kalau seperti ini.”

bagaimana tidak? tangan amel tau-tau saja sudah mengelus area dadanya. jemari lentiknya pun sudah mulai berani memberikan cubitan atau pelintiran kecil pada puting markiel.

“lucu ya punya cowok tuh..” amel bermonolog seraya memundurkan badannya sedikit ke belakang. dan belum sempat markiel membalas, amel sudah maju lagi dan menjilat memutar ujung milik markiel tersebut.

“sayang, kamu jangan begini...” markiel memejam mata dan menjenggut rambut amel pelan akibat keenakan. memang benar mulutnya melarang, tapi gerakan tangannya sama sekali tak menunjukkan adanya gerak-gerak perlawanan. malah kini lelaki itu sibuk menahan kepala amel di posisi tersebut karena gadis itu sudah mulai menyedot-nyedot dan menggigiti dengan lihai sampai ujung milik markiel makin mengeras dan tegang.

amel mendesah kecil di tengah kegiatannya, merasa geli sebab bagian bawah markiel makin terbangun dan memanggil ingin disentuh. kerasnya begitu menusuk permukaan walau masih tertutup oleh kain baju.

“kamu gak mau lepas celana aja kiel? ayo aku bantu tidurin itu.” amel menyentuh pelan sesuatu yang masih terlindungi celana tersebut dengan ragu. ia butuh bimbingan karena ini benar kali pertamanya untuk bermain.

tidak, jika kalian pikir otak amel itu suci, kalian salah besar. sebab memang otak amel tidak sepolos itu. ia tentu bukan gadis kuper yang tidak pernah menonton film-film dewasa. drama korea yang ia tonton pun sering kali juga banyak mempertontonkan adegan ranjang walau hanya sekilas-sekilas saja.

namun, untuk mengetahui caranya memegang dan bermain... amel akan bohong sekali jika ia bisa langsung ahli tanpa adanya arahan.

oleh karena itu ia jadi terkejut ketika merasakan milik markiel yang benar sekeras itu.

dan sekali sentuh tadi, markiel langsung menegang sampai matanya kembali memejam.

“kamu yakin suruh saya buka celana mel? gak akan bisa saya rem lho itu nafsu saya kalau sudah sekali keluar..”

“gak papa.” amel mengangguk, menelan ludah. dengan berani ia sentuh lagi dengan telunjuk pusaka markiel yang makin menantang di balik celana tersebut.

markiel sontak mengerang dan menatap mata amel lekat-lekat. “no regret on this, mel? wanna make sure kita berdua benar-benar mau malam ini terjadi.”

amel memajukan badan dan mencium bibir markiel sekilas. “gak bakal nyesel selama sama kamu.”

dan dengan begitu markiel memutar kembali posisinya hingga amel bisa telentang di kasur sementara ia meloloskan celana luarnya ke bawah. menyisakan bokser hitam yang masih belum mau ia turunkan.

“then you open this for me.” markiel berlutut di samping tubuh amel dan memberikan titah. sepertinya aura mendominasinya mulai keluar sedikit demi sedikit. toh ia juga ingin mengetes keseriusan amel dengan ucapannya tadi.

tak disangka-sangka, amel menurut. jemarinya mencekali karet bokser markiel dan menurunkannya perlahan-lahan. seakan malu, pun takut ingin melihat benda apa yang bersembunyi menantang di balik sana secara langsung.

markiel memejamkan mata, jemari amelnya begitu dingin ketika bersentuhan dengan kulit perut markiel. dan sedetik berikutnya dalaman markiel benar turun ke bawah, langsung menunjukkan pusakanya yang berdiri menegang tanpa tertutup kain apapun lagi.

amel melotot. jantungnya berpacu dengan cepat kala melihat milik markiel yang ujungnya telah basah akibat precum yang meleleh keluar.

markiel sampai memalingkan wajah panasnya ke arah lain karena ia telah terekspos sempurna sedangkan amel saja masih mengenakan celana dalam. tidak, tidak. gaun tidurnya saja belum lolos sempurna dari pinggul!

betapa curangnya..

“horor markiel......” komentar pertama itu keluar ketika amel memberanikan diri menyentuh ujung kepala milik markiel dengan jari telunjuknya.

“ahhhh..” markiel terkejut dan reflek saja mengerang berat. bagian sensitifnya kena sentuh jemari cantik, siapa yang tidak makin terangsang?

“ini serius aku boleh pegang? pake tangan?” amel menunjuk telapak tangannya sebelum mendekatkan ke arah junior markiel yang memanggil-manggil tanpa suara tersebut.

“sudah bisa atau mau saya bantu?” markiel menawarkan jasa.

amel reflek menggigit bibir bawahnya, “bantuin... hehehe”

gila... perasaan ini seperti markiel hendak memuaskan diri sendiri dengan bantuan tangan amelnya..

“look carefully at my expression, amelia... pelajari saya selagi tangan kamu mulai gerak.”

amel mengangguk, melihat markiel mulai menarik jemari amel perlahan dan mengarahkan ke pusakanya yang makin menegang merah.

“gerakin tanganmu naik turun, mel.. ujungnya bisa kamu usap pakai ibu ja... fuck, christa...” markiel mengerang berat ketika amel melakukan perintahnya. gadis itu bahkan setia memperhatikan ekspresi markiel sesuai arahan demi mempelajari gerak apa dan letak sensitif mana yang pria itu sukai.

“enak?” amel bertanya, terus menggerakkan jemari lentiknya naik turun seraya sesekali mengusap ujung kepalanya yang basah dengan ibu jari. jika ini ujian, markiel akan memberikan poin sempurna karena amel langsung cepat tanggap hanya dengan sekali arahan.

“press it harder and stroke it faster christa..” markiel memberi titah seraya menunduk ke bawah. kala kenikmatan melanda, otaknya makin terbakar nafsu karena bertatap mata dengan amel yang kini mendongak.

amel menurut, segera mengocok naik turun dengan kuat sesuai permintaan. gadis itu bisa melihat sendiri ujung markiel yang terus mengeluarkan cairan-cairan kental. ia mendongakkan wajah dan kembali menatapi raut markiel yang keenakan sambil menguar desah-desah nikmat.

“ahh, christa... stop dulu tangan kamu, jangan arahkan ke wajah. saya mau keluar.”

untuk hal ini amel tidak bodoh, ia tau jika gerakannya benar maka markiel akan mencapai ujungnya, dan dilihat dari tegangnya otot markiel, sekiranya memang lelaki itu akan memuntahkan cairannya dekat-dekat ini. dan dengan gerak nekat, perempuan itu mendekatkan kepala dan menjilat ujung milik markiel memutar.

“AH, CHRISTA! what are you doing down here?” markiel tersentak dan makin menggelinjang, ia tidak menyangka amel bisa sebegitunya. tangan dan lidahnya bergerak seirama disertai tekanan kuat yang makin cepat.

markiel segera menarik badannya mundur dan mengarahkan cairannya ke arah lain agar tak mengenai wajah cantik amelnya. geraman beratnya yang hampir lolos itu terbenam sempurna ketika amel ikut berlutut dan menciumi bibir markiel kembali. menelan semua erangan nikmatnya. tangan gadis itu bahkan masih memijat naik turun pelan untuk memperpanjang pelepasan markiel.

lelaki itu tak tinggal diam, mulai menghisapi bibir amel dan menautkan lidah untuk bermain kembali. ia mendorong amel agar rebah telentang lagi sementara ciumannya terus berlangsung.

“that was so incredible..” markiel menarik napas dengan jantung berdegup tak beraturan kala menindih amel dari atas.

“jadi, enak?” amel menangkup wajah markiel demi bertatap mata.

markiel tak menjawab, sebagai gantinya ia meneleng wajah dan menciumi telapak tangan amel yang mencekali pipinya hingga turun ke pergelangan tangannya.

“aku baru pertama kali cicipin itu, rasanya... apa ya ini?” amel mencecap mulutnya sendiri. “manis.. tapi, apa ya?”

markiel terkekeh, tak menanggapi ocehan amel yang membahas rasa cairan markiel dan mulai melancarkan aksinya untuk ganti memuaskan amelnya.

“saya sentuh ya..” markiel berujar. ucapannya barusan bukan permintaan ijin, tapi pemberitahuan mutlak. karena sesaat setelahnya amel bisa merasakan celana dalamnya digeser ke samping sementara lipatannya sudah disentuh dengan jari tengah markiel.

“mmmhhh....”

baru disentuh, gadisnya sudah responsif sekali. bagaimana jika nanti sudah dimainkan dengan benar? apa seisi rumah tidak akan mendengar?

“basah begini kamu, mel..” markiel mengajak bicara selagi jarinya terus mengusapi lembut naik dan turun di bawah sana. mempelajari amelnya dengan fokus karena kini matanya tak beralih kemana-mana selain menatap wajah amel yang mulai dilanda nikmat kembali.

jemarinya bergerak terus hingga akhirnya menemukan area sensitif, klit amel yang membengkak itu ia usap dengan telunjuk.

satu kali usap, dua kali usap, tiga kali usap.. amel terus merintih sambil memeluk leher markiel.

“geli...” amel sambat ketika matanya bertumbukan dengan markiel. “tapi enak.. ahh!” betapa terkejutnya ketika satu jemari markiel mulai menusuk masuk di lubangnya secara mendadak. gerakannya pelan, keluar masuk dengan ritme stabil.

“masih jari saya ini mel..” markiel terkekeh berat ketika amel menjenggut rambutnya keenakan. markiel lantas menarik sedikit tubuhnya demi mencari payudara amel yang menganggur.

“ahh satu-satu, kiel.. satu-satuuuuuu..” amel menggelinjang kala kehangatan kembali menyelimuti payudaranya secara bergantian. markiel menghisap, menjilat dan menggigiti putingnya dengan pelan sesuai ritme yang ia jalankan di bagian sensitif bawah sana.

“cantik kamu mel..” markiel menggumam, meloloskan jari tengahnya masuk sempurna dan mulai mengoyak dengan gerak memutar di dalam sana. jempolnya ia gunakan untuk mengusap klit selagi mulutnya kembali menghisap puting amel yang makin menjulang.

rintih kenikmatan itu terus menguar merdu di dalam kamar tanpa adanya usaha untuk menahan. tak peduli jika yang di luar sana mendengar karena kini otak amel hanya berisi markiel dan markiel seorang.

“ahh ahh.. gak bisa.. kiel! mau pipissss.” amel menggelinjang kala miliknya terus dimainkan semakin cepat oleh markiel. dan sebelum ia mengeluarkan cairannya, markiel mulai menarik diri.

tak membiarkan amel bertanya-tanya atau memprotes tindakannya barusan. markiel segera turun dari kasur dan menarik kaki amel perlahan agar menepi ke pinggirnya.

“lebarkan kaki kamu mel.” markiel memberi perintah seraya mengulum bibirnya yang mengering. dan ketika amel menurut, lelaki itu segera menjatuhkan jilat basahnya ke pangkal paha amel sebelum akhirnya terperangah melihat kecantikan bagian sensitif amel yang tadi ia puaskan.

merah, mulus dan... berkilauan. cairannya yang terkena lampu kamar benar-benar tampak menggoda dan memanggil-manggil. dan tanpa buang waktu lagi markiel segera menjilat cairan tersebut dari bawah ke atas.

“ahhh markiel!” amel menggelinjang, hendak kabur juga kalau tidak lupa bahwa pinggulnya dicekali markiel erat-erat. tangan gadis itu reflek mencekali kepala markiel dan mengusel-usel rambutnya.

lelaki itu tersenyum di tengah kegiatannya sebelum ia lanjut menjilati klit amel dengan penekanan ekstra, hingga membuat cairan amel makin semangat keluar seakan sudah siap untuk memasuki tahap selanjutnya.

lidah markiel masih memutar di situ sebelum akhirnya ia melebarkan sedikit lipatan amel dengan kedua jari dan mengunci klit amel dengan bibirnya, ia kulum sebentar sebelum kemudian ia hisap kencang.

tindakannya barusan membuat amel awut-awutan dan mengerang dahsyat. nama markiel sampai menggema di dalam kamar.

bunyi hisap-hisap cairan dan decakan basah yang dihasilkan markiel mendominasi suasana, hingga akhirnya markiel bisa merasakan otot-otot amel menegang setelah markiel memasuk keluarkan lidahnya di lubang milik amel dengan gerak cepat. amelnya akan meledak.

lelaki itu langsung mencekali pinggul amel kuat dan terus memperdalam gerak lidahnya. mencumbu bagian sensitif tersebut dengan liar sampai akhirnya amel benar mencapai ujungnya.

“ahh ahh ahhhh” desahannya keluar tak beraturan, makin gila lagi ketika ia bisa merasa markiel tak berpindah posisi dan rela membersihkan cairan amel dengan lidahnya.

tak sampai di situ, kewarasan amel masih diuji ketika markiel mengecupi permukaan bagian sensitifnya berulang kali sampai amel reflek menjepit kepala markiel yang masih berada di antara kakinya itu karena kegelian.

markiel merangkak naik dan menciumi bibir amel dengan lembut. “cintanya saya...” bisiknya kecil ketika bibirnya mencumbu lagi dan lagi.

deru napas keduanya beradu dalam jarak dekat ketika markiel memundurkan sedikit kepalanya untuk meniti ekspresi amel. “untuk saat ini, begini saja ya? saya mau kita saling memiliki secara leluasa nanti.. di korea.”

amel mengangguk. membiarkan markiel kembali menghunjam bibirnya dengan lumat basah dan remasan-remasan kecil di payudaranya. bahkan dengan nakal ia menggesek-gesek pusakanya pada lipatan sensitif amel di bawah sana.

namun hanya begitu.. sebab omongan markiel selalu bisa dipegang, dan jika ia bilang bahwa akan melakukannya secara totalitas di korea.. maka nantikanlah. karena ia yakin bahwa ia akan bermain secara dominan sampai menghasilkan markamel junior yang pertama.


chapter 3 end.

silakan dinantikan edisi made in koreanya buibu pakbapak 🫵🏻

tlong 1knya itu jangan medit2.. sumpah chapter 1 udah otw 9k yang baca ya kali likenya 800 doang?!

ANW, privilege untuk kalian yang baca duluan pas aku gembok akun. passwordnya bakal aku ganti lagi nanti pas akunku aku buka. trims.

see u later, makasi sudah menanti markamel dengan setia 😆🩷