waterrmark

aku pernah bertanya-tanya, bagaimana bisa cinta meremukkan hati seorang manusia? sedahsyat apa perasaan itu hingga membuat sang perasa bisa sangat menderita?

aku masih terus bertanya-tanya, hingga akhirnya Tuhan menjawab pertanyaanku dalam satu malam.

2018, akhir bulan juni.

aku masih ingat dengan detail bagaimana aku terbangun pukul 2 dini hari karena dadaku sesak bukan main. aku menangis menjadi-jadi sambil terduduk di kasur sebelum akhirnya berpindah ke teras rumah. ditemani bulan, bintang, angin malam, serta suara jangkrik yang menyertai.

aku masih ingat, yang ada dalam otakku kala itu adalah..

bagaimana bisa seseorang yang sudah aku cintai setengah mati selama 3 tahun penuh, tiba-tiba saja pergi dalam kehidupanku tanpa sebuah kata pamit?

bagaimana juga aku harus mengakhiri sebuah hubungan yang pada awalnya memang tak pernah dibangun?

lantas, apakah tiga tahun yang berlalu di bangku putih abu-abu ini hanya aku seorang diri yang merasa jatuh?

apa dirinya yang sempat mengaku menaruh hati itu dengan cepat bisa berlabuh pada hati yang lain, tanpa peduli akan eksistensi manusia yang telah ia sakiti seperti saat ini?

masuk akal, kah?

atau memang hatiku terlalu naif hingga mudah ditipu daya?

tidak. aku terlalu sakit hati.

aku tidak melebih-lebihkan tulisanku karena hingga tahun demi tahun berlalu rasa sakit itu bahkan masih terasa dan meninggalkan jejak trauma yang menjalar kemana-mana.

trauma akan cinta, trauma akan lelaki, trauma akan segala rasa dan afeksi yang aku terima.

trauma. karena semua yang ia perbuat nyatanya jelas meninggalkan jejak luka.

fakta bahwa kini aku takut akan rasa tak berdaya karena ditinggalkan penuh tanda tanya pun membuatku makin merutuk pada dunia.

tanda tanya simpel seperti apa aku terlalu tidak menarik?

apa aku tidak berharga?

apa aku tidak berguna?

dan yang terpenting lagi, salah apa aku hingga aku ditinggalkan sedemikian rupa?

aku selalu termenung di tempat yang sama, memikirkan banyak hal seperti kesalahan-kesalahan yang mungkin aku perbuat tanpa sempat aku sadari..

terkadang sempat juga bertanya-tanya, apa Tuhan menciptakan aku hanya untuk menyesali sebuah adanya kehidupan?

semua perpisahan dan rasa sakit ini membuatku diam-diam harus berdamai seorang diri.

entah lah berdamai dengan hati,

berdamai dengan masa lalu,

berdamai dengan pencipta rasa sakit,

bahkan berdamai juga dengan banyak lagu yang sempat menemani likunya hubungan aneh yang sesungguhnya tak pernah sungguhan tercipta.

oasis – don't look back in anger

bukan tanpa alasan aku selalu memutar lagu ini dimanapun kapanpun, entah.. aku hanya berusaha menimbun perasaan sakit dengan perasaan lain ketika aku mendengarnya.

regina spektor – the call

aku masih ingat lagu ini terputar di ponselnya kala itu, kala terakhir ia meninggalkanku seorang diri tanpa bisa berbuat apapun karena bangku pembelajaran tingkat atas telah berakhir.

oh tidak... bahkan ketika aku mengetik ini, dadaku sesak bukan main.

aku masih ingat..

demi Tuhan aku masih ingat semua rasa sakit yang ia torehkan meski tahun demi tahun telah berlalu.

lantas, waras kah aku yang masih digerayangi rasa takut ini?

waras kah aku yang diam-diam masih gagal berdamai dengan itu semua?

someone said that heals need time and time will heals

tapi kenapa kalimat itu sama sekali tak bekerja kepadaku?

slowburn mature content.

explicit narration.

lowercase 21+


“kalau mau nafas waktu saya cium kebablasan boleh kamu jambak rambut saya aja ya biar saya mundur?”

nyatanya ucapan tersebut bukanlah bualan markiel belaka. lelaki itu benar berdedikasi membabat bibir amel sampai-sampai bukan hanya kehabisan oksigen saja, tapi bibir dan mulutnya jadi lelah pun perih di saat bersamaan.

tidak bisa. markielnya terlalu lihai. entah apa yang pernah diperbuat lelaki itu waktu masih muda dengan para mantannya, yang jelas kemampuan kissing markiel memang di atas ambang normal. bagaimana caranya melilit, membuai, mengulum dan menghisap benar membuat pikiran amel hilang melayang.

“sakit ya sayang?” markiel menghentikan sebentar kegiatannya kala amel menjenggut rambutnya ke belakang. ibu jari lelaki itu bahkan sudah reflek mendarat dan mengusapi bibir ranum yang sudah basah tersebut dengan perlahan.

dan sialnya, ketika melihat amel mengangguk mengiyakan, markiel bukannya merasa bersalah atau apa malah bablas terkekeh.

amel berani bersumpah, suara tawa yang menguar barusan ini berat sekali dan membuat bulu tubuhnya merinding sempurna. “kok ketawa kamu?”

“ya lucu kamunya dilihat dari atas begini. berantakan. tapi memang bibirmu kelihatan lumayan merah sih. capek ya? perih? kelamaan ya saya mainnya?”

amel menggeleng, namun ganti mengangguk-angguk kemudian. tangannya yang tadi mengalung di leher kini ia gunakan untuk membelai pipi dan rahang tegas markiel. “iya sih, capek bibirku. keenakan kamu tuh abisnya.” cibirnya kemudian.

markiel tersenyum, meminta maaf sebentar sebelum kemudian ia memilih untuk menciumi pipi amel saja.

“gak usah ngerayu ya.. kalo mau ke telinga gak perlu itu endus-endus ke pipi dulu.”

“HAHAHAHAHA. HOW COULD YOU KNOW BABE?” tawa markiel mendadak pecah seraya ia menarik mundur kegiatannya. lelaki itu lanjut mengamati ekspresi amel yang kini sudah ada di campuran antara malu-malu dan mau yang begitu kentara di bawah kungkungan badannya.

“sok iya banget sih kamu gayanya.” amel menjawab dan membiarkan markiel membelai-belai keningnya.

“lho tapi saya memang suka menyapa dulu sebelum gas ke tempat tujuan saya mel, toh pipi kamu lho lucu. seperti bakpao.”

“pipiku kamu bilang ge.. ahh! aba-aba dulu ya sumpah!” amel yang awalnya hendak marah-marah itu seketika ganti melanjutkan desahan lantaran markiel mendadak saja menghujani area dadanya dengan cium dan gigit massal. lidah lelaki itu bahkan tak kenal lelah, terus menjamah bagian-bagian sensitif amel yang masih kering belum terkena sentuhannya.

“punya saya lho ya ini.” markiel berujar kecil seraya terus memutar lidah naik dan turun. tangannya yang menganggur ia gunakan untuk bercekalan pada tangan amel untuk gadis itu remas-remas pada akhirnya.

jilatan markiel berhenti dan ia menarik kepalanya menjauh sebentar tepat di atas gundukan kenyal milik amel yang ujungnya sudah menjulang. ia lantas mendongak untuk adu tatap dengan perempuannya, “boleh?” tanyanya meminta ijin.

dan amel hanya mengangguk sebagai balasan sebelum akhirnya ia lanjut menggelinjang keenakan lantaran kehangatan mulai menyelimuti payudaranya secara perlahan.

gila apa? dari mana markiel pernah belajar ini semua?

“kok enak.. enak banget itu kiel.” amel sebenarnya merasa malu berujar demikian, namun ia tidak berbohong, kuluman markiel benar seenak itu. bahkan bibir lelaki itu yang bergerak menjepit ujungnya pun terasa super lihai dan memabukkan. amel benar dibuat gelap mata dan hanya bisa melenguh keenakan sembari menyebut nama markiel saja detik ini.

“yang kamu remas sendiri tadi itu ngilu ya? lepas bentar gih tangan saya, saya benerin dulu satunya ini biar kamunya enakan.”

“jangan kenceng-kenceng tapi ya kiel. aku serem.”

“serem apa sih? cuma dibeginikan lho.” markiel meletakkan telapak tangannya di payudara kiri amel dan mulai meremasnya kecil sebagai sebuah bentuk sapaan.

dan gila! kepala markiel sontak makin mau pecah.

sensasi mencekal dan meremas ini tentu sudah pernah ia bayangkan berkali-kali ketika pertama kali diperlihatkan bentuknya oleh amel. tapi ketika melakukannya sendiri, merasakan tekstur padat dan kencang yang ada di tangannya itu, markiel benar-benar jadi ingin bersiul pun mengacak-acak tubuh amelnya secepat itu juga.

perlu digaris-bawahi bahwa tubuh amel adalah keindahan dunia yang sesungguhnya. bahkan ia masih mengingat ketika bibirnya jatuh ke gundukan kanan amel beberapa saat lalu, benda kenyal itu tak dapat masuk ke bibir seluruhnya.

iya, serius. amelnya memang seenak itu, seseksi itu.. dan yang jelas, secandu itu.

kombinasi antara desahan amel dan lekuk tubuh sempurna benar membuat markiel ingin menggempur secara totalitas malam ini. ia tak peduli jika seisi rumah terbangun karena amelnya menjerit-jerit keenakan nanti. toh, ia benar sudah menanti dan menahan diri terlalu lama untuk mendapatkan hal ini. dan jika sudah diijinkan, kenapa harus kasih kendor? markiel bukannya anak lelaki yang baru besar, umurnya sudah cukup dan jelas ia mengerti bagaimana caranya meluluhkan dan bermain dengan wanita secara benar.

ia jelas ingin mendengar amelnya merintih puas seraya meneriakkan namanya seorang.

dan kini, mendengar amel yang mendesah seksi seraya ikut mencekali tangan markiel yang tengah meremas itu rasanya begitu sangat memuaskan.

sebab baru payudara saya amelnya sudah melayang, bagaimana jika markiel lanjut ke bawah? akan hilang kah amelnya ini?

“suka ya? enak?” markiel menjatuhkan tangan sebelahnya untuk andil meremas milik amel yang menganggur. jemarinya bergerak mengusap ujung milik amel sebelum akhirnya ia jepit kencang, membuat amelnya makin kewalahan hingga hanya bisa memejamkan matanya saja dan menganggukkan kepala.

dan jika biasanya markiel selalu suka bibir amel yang terbuka begini, maka kali ini ia terpaksa melewati sebentar bagian itu lantaran sang empunya sedang kelelahan. sebagai gantinya markiel melanjutkan keinginannya untuk bermain ke telinga yang tadinya sempat tertunda.

“ah.. edan kamu ih sumpah ya! dulu sering main cewek kamu tuh.. yakin ak.. mmhh.” omelannya terhenti untuk kali kedua lantaran kini markiel kembali menjatuhkan cium ke bibirnya. tidak seliar sebelumnya sebab lelaki itu memilih untuk memainkan lidah amel saja.

“gak pernah saya main dengan perempuan lain. tapi kalau ciuman memang sering. makanya saya jago. tuh lihat? kamunya sampai capek begitu.” markiel tertawa, melanjutkan kecupannya yang lagi-lagi terdistract oleh ujaran absurd amel seraya membiarkan kedua tangannya tetap bergerak memijat gundukan amel yang kian menegang tersebut.

dikecupinya sebentar daun telinga amel sebelum lanjut ia jilati permukaannya. nafsu lelaki itu kembali membumbung tinggi karena amel lagi-lagi ikut memegangi kedua tangan markiel yang tengah bekerja.

cantik. amelnya cantik. dan markiel benar lemah akan kecantikan tersebut hingga akhirnya ia putuskan untuk mengulum telinga amel sampai suasana kamar dipenuhi oleh decak-decak basah kembali. sang pemilik reflek berjengit kegelian sambil melayangkan omelan yang sayangnya memantul semua di telinga markiel.

“suka kamu mel?”

“heemh.”

“coba toleh wajah ke saya, saya mau lihat matanya bentar itu.”

dan amel harusnya tidak mudah percaya akan tipu daya markiel yang memang jauh lebih jago jika urusan ranjang begini, karena begitu ia menoleh, bibir markiel sudah terbuka untuk menyambut dagunya. terpaksa, markiel masih tak tega untuk menghajar bibir amel walau nafsunya masih meluap-luap. bahkan juniornya saja sudah mengeras makin sempurna di balik celana. entah lah amel bisa merasakannya atau tidak di bawah sana.

“udah udah.. udah jangan nyium lagi aku engep sumpah geli pol.” amel menyerah ketika markiel masih sibuk melumati dagu dan lehernya, lantas mendorong kepala lelaki itu agar menyingkir 30 senti dari tubuhnya. “diem dulu kamu. nafas. heran banget gak ada capeknya sumpah.” lanjutnya kemudian seraya bangkit duduk menarik bantal, memberi batas pada markiel agar tidak menyerang secara mendadak lagi dan lagi.

“tega kamu sama saya ini mel memang.” markiel mengeluh, hanya bisa mengusapi paha amel yang memang tak ditutupi oleh pemiliknya.

“bukan tega, cuma jeda dikit gitu lho. merinding aku dengerin suaraku desah-desah mulu dari tadi.” amel masih protes, lantas menunjukkan hasil-hasil karya markiel yang memerah itu pada sang pembuat ulah. “nih liat, udah kayak korban kdrt aku merah-merah sebadan begini..”

“hahaha tapi kamu kan suka. mana ada kdrt kalau kamunya aja keenakan begitu?” markiel menimpali dengan canda, merebahkan tubuhnya kembali di atas bantal yang menutupi amel sambil berusaha tetap tenang dan tidak menggila lantaran adanya istirahat tak terduga ini. “coba kamu ingat-ingat yang tadi remas duluan itu kamu sendiri apa saya mel?”

“JANGAN NGECE LHO KAMU YA MARKIEL!” amel sontak histeris karena malu bukan main. “lagian itu tuh sebuah kode untuk mempersilakan tau gak.. kamu kalo gak digituin ya terus aja nahan diri. dibilang gak papa gak papa kok ya nahannnnn mulu.”

markiel tersenyum, mendadak saja ia menciumi bibir amel kembali sampai pemilik bibirnya dibuat pasrah. toh ciuman markiel kali ini mendarat normal dan tidak seliar sebelumnya. ini adalah jenis ciuman yang pernah diajarkan markiel ketika tahun baru kala itu.

pelan, manis, membuai.

“cintanya saya.. mana bisa saya duluin nafsu saya ke kamu?” markiel berujar di tengah ciumannya sebelum kembali memberi ciuman panjang sesi ke sekian pada bibir ranum amel yang sudah sangat ia hafal sekali bentuknya. amel sendiri makin terbuai, sudah dibilang jika markiel adalah lelaki tersopan yang pernah ia kenal, dan kesopanan lelaki itu sendirilah yang kerap membuat amel kalang-kabut saking jatuh cintanya.

ciuman itu masih berlangsung dengan super lembut tanpa hisap-hisap aneh mengingat bibir amelnya yang masih perih. kedua tangan mereka bertaut erat dan sesekali saling mengelus dengan ibu jarinya masing-masing. sampai akhirnya amel melepas genggaman tangannya, menyingkirkan bantal yang tadi menutupi tubuh seraya mulai memajukan badan ke depan.

masih sambil berciuman, gadis itu mengubah posisi duduknya jadi berlutut sambil meletakkan kedua tangannya di atas pundak markiel untuk bertumpu. membiarkan lelaki itu memajukan badannya sendiri untuk mendekat dan melingkari tubuh amel dengan kakinya.

“sekarang kamu mau apa?” markiel bertanya, sedikit mendongak untuk menatap wajah ayu amelnya yang kini susah dibaca apa maunya.

“siniin lidahmu, gantian aku yang mau main.”


TIME TIME GUE GAKUAT. EDAN LU MARKAMEL PANJANG AMAT 😭🫵🏻

likenya 1000 in dulu di kepalanya baru melaju ke finalchapter alias part 3. bisa itu, gak susah kudunya. org yang baca part 1 aja nembus 4k kok hari ini ㅠㅠ

bye

hidden chapter, after married.

slowburn mature content pls be wise ya umur lo semua diinget-inget sendiri karna banyak yg gak bisa login ke pvt jd gue kasih free🫵🏻

lowercase.


markiel jelas sudah gila karena bisa-bisanya ia melupakan namanya sendiri malam ini. kenikmatan dan nafsu menjalari otaknya hingga yang mampu ia ingat hanya nama amel dan amel seorang. kewarasannya mengawang, melambung, dan baru akan kembali ke permukaan kala rintihan ataupun desahan amel kembali mengalun sembari menyebutkan namanya merdu persis di samping telinga.

seperti saat ini misalnya..

“enak kiel.. tapi, ah.. perih kalo, kamu gigitin kekencenganhh.”

amelnya tengah dilanda nikmat, markiel jelas tau bahwa leher dan telinga gadisnya adalah titik sensitif yang membuat gadis itu mampu terangsang.

markiel hanya balas mengangguk, lanjut mengecupi leher jenjang putih yang ada di hadapannya ini sembari menggesekkan lidah ke permukaannya. sensasi panas dan basah menjalar itu makin membuat amel kalang kabut. jemarinya reflek meremas bahu markiel sambil desahan manisnya terus menguar cantik walaupun tertahan.

gila. otak markiel benar-benar korslet kali ini. dan keinginannya cuma satu, yaitu meniduri amelnya.

“leher kamu cantik mel, wangi juga. saya suka.” markiel mengeluh ketika ia kembali menghunjamkan banyak jilat basah ke area tersebut. mengulum sebentar sebelum lanjut menyedot kencang. markiel menyukai sensasinya.

sensasi kulit amel yang selalu enak dicumbu, suara rintihan nikmat yang mengalun merdu, pun gerakan amel yang menggelinjang keenakan di atas pangkuannya.

“bibir aja. please bibir dulu terus nanti lanjut ke situ lagi.” amel berujar di tengah kegiatannya merintih sambil mengangkat kepala markiel yang sudah seperti ketempelan magnet karena tak mau lepas dari lehernya. perempuan itu tak banyak berbicara segera mengecup bibir markielnya dan mengunci pergerakan agar lelaki itu tak mendadak menyerang leher kembali. “kamu diem. aku aja yang cium bibirmu. oke?”

tentu saja markiel menerima hal tersebut dengan senang hati. ia berakhir duduk pasrah sembari mengawasi lekat mata dan bibir amel yang terpampang dekat di hadapan wajahnya. ekspresi sayu itu benar menggoyahkan kewarasannya. markiel tak berbohong, gadisnya sungguh ayu. apa lagi ketika mode bercintanya sudah menyala seperti ini.

oh, memang bisa kah disebut bercinta? mereka belum pernah melakukannya selain sebatas berciuman liar seperti ini.

markiel melingkarkan tangannya di pinggang amel ketika merasa kecupan pelan itu ia terima di bibirnya. hanya singkat-singkat saja, seperti tengah mempermainkan. dan ketika lelaki itu hendak protes, satu sapuan lidah mulai ia rasakan. amelnya berani menjilat milik markiel. dan rasa basah nan panas itu membuat markiel spontan membuka bibirnya, ia ingin amel memasukkan lidah ke dalam mulut untuk kemudian bisa ganti ia mainkan.

pikiran bapak-bapak memang selalu brutal. berbanding terbalik dengan amel yang jelas masih ingin bersantai-santai demi menikmati degup jantungnya yang memompa liar, gadis itu hanya menjilat memutar saja area bibir markiel sebelum kemudian ia kecupi lagi bibirnya lembut.

gila.

sensasinya membuat markiel benar-benar sinting karena harus menekan mati-matian nafsunya yang jelas tengah dipermainkan.

tak lama dari itu markiel mulai merasa tangan amel mendarat di sekitar rambutnya dan pergerakan pantat gadis itu yang semakin menempel maju ke badannya. “mau ciuman aja atau kamu mau adikmu aku pegangin? kasian eh.. udah tegang lho itu.” amel menawarkan jasa lantaran merasa bersalah pada markiel yang selalu menekan nafsu demi tak menyakitinya.

ini sudah 6 bulan lewat sejak mereka bulan madu dan markiel sama sekali belum pernah melakukan kegiatan yang aneh-aneh selain menyedot-nyedot lehernya. paling parah mungkin ketika amel sendiri yang inisiatif menurunkan handuk waktu itu. tapi sudah, hanya itu. lelaki itu bahkan tidak sempat meremas miliknya dan hanya menjilat singkat ujung putingnya karena tak ingin amel menyesal.

lalu, istri macam apa dirinya ini yang tak bisa memberikan kepuasan biologis pada suaminya?

masalah hamil dan lain sebagainya masih bisa di atur, masih bisa diakali. setidaknya, malam ini amel ingin markielnya bisa terbang merasakan nikmat.

“yang betul kamu mel.” markiel protes dengan nada serak. “cium saja. sini lidahmu kamu keluarkan. saya rindu sensasinya.”

dan amel menurut, mengulurkan lidahnya maju ke bibir markiel yang sudah terbuka. membiarkan lelaki itu menerimanya dengan leluasa sebelum kemudian dikulum dengan begitu liarnya.

sensasi basah dan panas kembali menjalar, dan yang dapat amel lakukan hanyalah meremat rambut markiel seraya merintih kecil. nafsunya sendiri sudah kepalang di atas ubun-ubun lantaran ekspresi markiel ketika memasuk keluarkan lidahnya sangatlah seksi. wajahnya totalitas memerah dengan tangan yang terus meremas pinggang amel di bawah sana.

“ah, bisa gila saya mel.” markiel berujar ditengah kegiatannya mengulum lidah sembari kembali menjatuhkan ciuman ke leher depan amel yang masih basah akibat ulahnya beberapa saat lalu. dan dengan tangan kanannya, lelaki itu perlahan menurunkan sedikit tali baju amel agar melorot ke pundak sampingnya. ingin mengeksplor dada depan amel yang menurutnya terlalu cantik dan mulus untuk dilewatkan.

bibirnya lekas mendarat demi menjatuhkan banyak kecupan basah yang decakannya bahkan bisa sampai ke telinga, saking liarnya. tangan markiel yang tadi hanya meremas pinggang bahkan sudah naik demi mencekali kedua lengan amel dan ganti meremas-remas di sana. remasannya jatuh cukup kuat, amel yakin kulitnya akan memerah setelah ini.

“ini kalau saya kebablasan bagaimana mel? kamu godain saya lho.” markiel benar-benar sambat dengan wajah yang kian memerah. bagaimana tidak? amel menekan bagian bawahnya dengan pantat tanpa rasa bersalah sedikitpun.

“ya kalo kebablasan ya gimana lagi kiel.. udah nikah juga apa salahnya? aku kan udah bilang kalo kamu mau ya minta aja. kok ya kuat kamu nahan-nahan..” amel berujar sengit kala mendadak saja lehernya diserang kembali. kali ini jauh lebih liar dari sebelumnya karena markiel benar sangat bernafsu. sedotannya jatuh begitu kencang diselingi oleh geraman nikmat yang keluar dari bibir lantaran gemas tak tega berbuat kian jauh.

“markiel.. kita bisa have sex. serius. keluarin di luar kalo memang kamu mau nurutin aku buat nunda bentar punya anak.” amel berujar patah-patah sebab sensasi sinting kembali merajai otaknya. tidak ada yang bisa keluar selain desah nikmat padahal markiel hanya memainkan lehernya saja.

lelaki itu masih tak mau mendengarkan. maka dengan gerakan pasti amel kembali menekan pantatnya sembari menggoyangnya sedikit. jelas ia bisa merasakan bahwa milik markiel semakin tegang di bawah sana. bahkan desahan berat markiel turut menguar di sela kegiatannya mencumbui leher saat ini.

markiel menarik kegiatannya, menyenderkan kepala di headboard sambil memejamkan mata. “do it. do it again please. yang barusan itu enak mel.

“yang apa yang enak? aku ngapain?” amel malah bertanya, berniat memainkan markiel. masalahnya ia dendam, dulu sekali ketika mereka cuma berani cium-cium bibir, markiel gemar sekali menggodanya dengan mengajak ngobrol hal yang tidak-tidak.

jadi ya, apa salahnya gantian?

“jangan beginikan saya mel. benar bisa saya gempur lho kamu kalau main-main begini.” lelaki itu benar stress, kepalanya hampir pecah dikuasai hawa nafsu.

“ya kan aku nanya, aku ngapain? tadi kan cuma kamu cium-cium leherku aja aku diem doang?”

“kamu mau gerak sendiri seperti tadi atau saya yang menggerakkan?”

dan demi melihat markiel benar sudah tersiksa, amel akhirnya mengangguk dan terkekeh kecil. mulai menggoyang pinggulnya perlahan demi memijat milik markiel yang sesak di sana. matanya menatap lurus, memperhatikan ekspresi markiel yang sepertinya benar keenakan karena kini bibirnya sudah terbuka sembari desahannya menguar sesekali. tapi bukan amel jika tidak cari keributan, maka dengan suara yang serak gadis itu bertanya pula.. “kalo mau kamu lepas aku gak papa lho kiel..”

amel benar dirasuki setan pendendam sepertinya.

markiel masih menggeram keenakan sembari memejamkan mata sebelum kemudian ia menjatuhkan pandang totalitas pada amel yang sudah awur-awuran karena tingkah markiel sendiri tadi.

wajah sayu, bibir membengkak, leher, pundak dan dada depan memerah, bahkan tali bajunya masih turun ke samping dan memampangkan tulang selangka pun garis payudara yang menyembul super menggoda di balik gaun tidur. belum lagi, markiel bersumpah bahwa amel yang tengah memutar pinggul di depannya ini begitu luar biasa seksi. mimpi apa ia bisa menikahi gadis cantik ini?

“mel..”

“hmh.”

“kalau saya cium tapi kamu tetap goyang begitu, kamu bisa?”

amel memicing alis. “ya siapa yang gak bisa?”

markiel malah tersipu. “boleh begitu?”

dan amel tak menjawabnya dengan perkataan. markiel memang sopan, lelaki itu dari dulu selalu sopan dan santun serta mendahulukan kenyamanan amel dimanapun kapanpun bahkan untuk urusan ranjang sekalipun. maka kini yang bisa amel lakukan hanya menurunkan atasannya sedikit ke bawah sembari menyingkap gaun tidurnya agak ke atas.

markiel menelan ludah. dengan keadaan seperti itu sudah jelas milik amel akan bisa menempel leluasa pada milik markiel yang masih terbungkus celana kain. jika tadi yang masih terhalang gaun saja sudah terasa.. apa lagi sekarang?

amel lantas meletakkan tangannya di bahu markiel yang masih tertutup kaos hitam. “gak gerah kamu?” tanyanya kemudian.

markiel tidak banyak basa-basi segera melepas atasannya dengan satu tangan, melemparnya ke samping. “kamu hari ini berani godain saya sebegininya lho mel.”

“godain suami sendiri, gak papa ya kan?” amel menjawab dengan pipi memanas. matanya bertumbukan dengan milik markiel yang kini menatapnya sambil memberi seulas senyum tipis.

gila.

terkutuklah markiel bersama ketampanannya!

“cantiknya istri saya. mana sudah jago ajak-ajak lagi sekarang.”

“heh enggak ya?” amel melotot dengan telinga yang makin memerah.

dan sebelum markiel membuka bibir untuk menimpali lagi, amel sudah menempelkan bibirnya pada milik markiel rapat-rapat. mengecup sebentar sebelum kemudian ia tarik mundur kembali. dan ketika perempuan itu sudah ingin maju lagi, markiel tau-tau saja sudah menahan pergerakannya.

“saya gak akan kasih longgar untuk ciuman ini mel. better kamu tarik nafas dulu saja.”

akan sangat bohong jika amel tidak ketar-ketir, dan detik ketika ia sudah meraup nafas, bibir markiel sudah menerjang ke arahnya tanpa banyak bicara lagi.

lelaki itu benar mendominasi ciuman. lidahnya andil dalam hal melilit dan menyapu kepunyaan amel sampai pemiliknya benar-benar kewalahan dalam mengimbangi. tubuh amel bahkan sempat tersentak ke belakang sebelum ia inisiatif sendiri untuk bercekalan pada leher markiel.

decak basah dibarengi oleh rintih-rintih nikmat keluar bersahutan dan memenuhi ruangan. amel sampai merinding kala bibirnya semakin terbuka hanya demi meladeni ciuman liar markiel hari ini.

amel memindahkan tangannya agar memeluk punggung markiel sebelum kemudian ia lanjut menggoyang pinggulnya kecil di sela ciuman. markiel jelas mendesah di tengah kegiatannya berciuman sembari terus menyedoti bibir amel penuh gairah. perempuan itu bahkan hampir tersedak ketika lidahnya terus-terusan dililit tanpa ampun.

“arh, mel.. yang ini saya gak yakin bisa tahan. saya mau kamu. serius saya kepingin have sex malam ini. tapi ini indonesia, kita belum di korea.”

jika di keadaan normal amel akan tertawa akan jokes (sepertinya lebih tepat ke mengeluh) markiel yang terlontar tak sengaja tersebut, kali ini ia tidak bisa tertawa lagi karena sibuk mendesah-desah. milik markiel yang mengeras dan tengah bergesekan dengan miliknya itu benar mengganggu kewarasannya sendiri. amel reflek terus menggoyang pinggulnya memutar dan sesekali maju mundur. payudaranya bahkan sudah ngilu ingin disentuh.

nafsu setan macam apa yang merajai mereka hari ini?!

amel jelas malu bukan kepalang jika meminta markiel untuk menjatuhkan telapak tangan pada miliknya sebab amel tidak senakal itu. maka dengan gerak kecil tangannya yang tadi melingkari markiel itu ia tarik mundur, ia remas sendiri miliknya dengan pelan dari luar gaun. entah ingin memuaskan diri sendiri, atau mengode agar markiel mau menyentuhnya sedikit lebih jauh.

tapi tidak???? tidak ada yang terjadi. markiel hanya sibuk meremas pinggang amel sembari mendesah berat dengan pandangan lurus menuju ke arahnya yang masih menggerakkan pinggul.

seakan tengah.. menikmati.

pemandangan tersinting yang pernah markiel lihat di sepanjang ia hidup di muka bumi. demi apapun, amelnya benar seseksi itu.

“dari pada diliatin doang dipegang ini lho ya apa salahnya?” amel frustasi. makin frustasi lagi ketika ia melihat wajah markiel yang terbakar nafsu tengah memandanginya dengan raut memuja.

bibir yang terbuka, muka yang memerah, bahkan erangan beratnya yang keluar berkala ketika merasa pusakanya ditekan-tekan di bawah sana terus menguar merdu.

“nggak, tunggu dulu. kamu yang gerak sendiri begitu benar seksi sekali mel. gak kuat saya. otak saya penuh.”

amel lantas memejamkan matanya. sebab apa boleh buat jika lelaki itu masih ingin berlama-lama memandangi dirinya terlebih dulu? tangan markiel bahkan masih stay di pinggang amel seraya mengusuk lembut. benar-benar tengah menahan nafsunya yang makin lama makin terbakar.

amel menggelinjang di tengah kegiatannya ketika merasa pinggulnya digerakkan lebih cepat untuk maju dan mundur oleh tangan markiel yang sudah sepenuhnya mengeluarkan urat.

desahan keduanya reflek saja keluar dengan cukup kencang lantaran gesekan di bawah sana kian cepat dan terasa makin nikmat.

“arh, mel.. kok bisa begini enaknya? kamu enak sekali serius saya nggak bohong.”

amel stress. markiel yang mengajaknya berbicara dengan konteks keenakan itu makin membuat kepalanya penuh dan ingin pecah. gadis itu lantas menyatukan kembali ciumannya pada bibir markiel yang masih mendesah keenakan.

digulatnya bibir tersebut dari berbagai sisi dengan rintihan pun erangan nikmat yang keluar di sela ciumannya. tangan markiel yang tadi membantu gerakan amel itu bahkan sudah naik mencekali pundak seraya mengelus-elus di area itu lama sekali.

gerakannya seperti orang kecanduan. dan itu sangat masuk akal sekali karena kulit amel benar-benar enak disentuh. definisi kenyal dan lembab yang sesungguhnya.

“kielh udah please bisa denger semua orang serumah kalo kamu giniin aku terus. sumpah aku gak kuathhh.” amel menggila lantaran lehernya kembali kena sasaran gigit dan hisap secara mendadak. bagian bawahnya yang sejak tadi masih bergesekan itu bahkan sudah makin basah dan berkedut-kedut.

“enak?” markiel melepas ciumannya pada leher amel dan fokus menatap mata gadis itu dengan pandang sayu.

“iya, enak.” jawabnya kemudian setelah sebelumnya sempat membenarkan rambut yang makin berantakan kebanyakan kena goyang.

“saya mau ijin sentuh punya kamu. gak papa?” markiel bertanya kala telapak tangannya bergerak menarik tali baju amel agar makin turun ke bawah.

amel mengangguk sebentar sebelum akhirnya membantu pergerakan markiel agar bisa meloloskan bagian atas gaun tidurnya supaya lepas melorot ke batas pinggang.

“saya gak yakin bisa tahan seperti yang sudah-sudah mel. kamu gak keberatan?” markiel menelan ludah di hadapkan oleh pemandangan yang sudah lama tak ia lihat.

“kamu iki bojoku lho markiel.. gak papa. apa-apain aja udah aku pasrah.”

dan demi kata pasrah tersebut, markiel akhirnya memutuskan untuk memutar posisinya hingga amel rebah di bawahnya.

ditatapnya cukup lama pemandangan tubuh amel yang terbaring cantik di bawahnya ini seraya mengelus pipi istrinya yang sudah tersipu-sipu.

“saya mau lakuin ini sama kamu hari ini mel. benar gak papa kalau gak made in korea?” markiel bertanya serak, menahan diri sebentar agar tidak mengoyak tubuh istrinya yang padat dan cantik tersebut.

“made in koreanya kan buat bikin anak kiel. kalo di sini buat have sex doang ya.. apa salahnya?”

markiel mengangguk. “jadi mau main sama saya betulan ya kamu?”

“iya. jangan nahan lagi, gak papa. asal sama kamu.”

dan markiel langsung menghunjamkan ciuman liarnya kembali ke bibir amel yang terbuka candu. menindih tubuh amel dari atas seraya kuluman lelaki itu turun ke dagu sebentar untuk mengumbar nafsu.

“kalau mau nafas waktu saya cium kebablasan boleh kamu jambak rambut saya aja ya biar saya mundur?”

amel pun setuju.


EDAN LU MARKAMEL!!! 😭🫵🏻

part 2 kalo yg ngelike banyak dah. bye 💥

his name.


suasana kamar nasya masih sepi seperti biasanya. kali ini makin sepi sebab mereka yang biasanya ada untuk sekedar menumpang lewat benar-benar tak menampakkan dirinya meski cuma secuil batang hidung saja.

suara dari kamar angkasa yang berasal di sebelah rumah juga tidak ada sebab penghuninya masih belum kembali.

nasya menggaruk keningnya yang tak gatal sambil mengedar pandang. tampak linglung sebab ajakannya barusan pada jendria sebetulnya sangat-sangat impulsif. gadis itu lantas menghela napasnya sebentar sambil mematut diri sekali lagi di hadapan cermin.

cantik. sudah jelas nasya geovanny masih cantik seperti biasanya. bedanya kali ini gadis itu bisa melihat jelas lingkaran hitam yang makin parah bertengger di bawah matanya. nasya reflek berdecak dan makin menempel di cermin guna mengecek sebetapa parah mata pandanya sekarang, namun bukannya fokus pada bawah matanya, nasya kini malah melirikkan pandangan ke kiri dan menjumpai sosok yang terduduk di pinggiran kasurnya. tepat di belakangnya.

nasya mau tidak mau terkejut juga, sontak memutar tubuh sambil melangkah mundur. tangannya teracung ke depan sambil mulutnya mulai komat-kamit merapal doa agar tidak tumbang secara mendadak.

“tolong, gue gak tau apa salah gue, tapi serius ini gue mau pergi sama temen.. jangan buat gue pingsan lagi oke? please..” gadis itu berujar tanpa melihat sosok tersebut sama sekali. pandangannya ia arahkan totalitas ke jendela kaca sambil tangannya kini mulai mencekal kuat tali tas selempang yang ia gunakan.

“aku nggak pernah bikin kamu pingsan lho nas..” sosok tersebut menjawab lirih setelah hening cukup lama, selirih angin yang berhembus pelan dan menggoyang dedaunan di depan sana.

“maaf kalau kehadiranku bikin kamu kesakitan. gak niat begitu kok aku.”

nasya berdeham, “bisa ngomong panjang ternyata..”

“iya, bisa lah?” sosok tersebut menjawab dengan nada cukup terheran-heran.

nasya mengangguk, mendadak saja merasa canggung berhadapan dengan sosok yang membuatnya kesakitan akhir-akhir ini. banyaknya pertanyaan yang hinggap di pikiran terpaksa ia telan cuma-cuma sebab kerongkongannya sudah kering kerontang.

“namaku ariksa omong-omong.”

nasya menggaruk tengkuk sebab merasa linglung bukan kepalang. bahkan tangan serta kakinya kini sudah ikut-ikutan terasa kebas. “gue nasya.”

“i know. i know you.” ariksa mengangguk, mengakhiri obrolannya. lantas pemuda itu bangkit berdiri dan merapikan bajunya sebentar sebelum tersenyum singkat pada nasya guna berpamitan.

“have fun jalan sama jendria ya nas. he's nice person tho.” ujarnya kemudian, lalu dalam sekali kejap mata, sosok ariksa telah mengabur dan menghilang sempurna. meninggalkan sisa-sisa pening di kepala nasya yang mendadak saja datang menghampiri. dan belum sempat nasya mencerna segala hal yang terjadi, kesedihan yang tak masuk akal kembali menggerogoti jiwanya.

“Tuhan tolong. ini sesek banget.” gadis itu bermonolog sambil mulai bercekalan pada dinding kamar. matanya memerah menahan tangis sementara tangan yang menganggur ia gunakan untuk memijat area dadanya, ia harap oksigen terus masuk ke paru-paru tanpa hambatan hingga tidak ada adegan pingsan seperti sebelum-sebelumnya.

“ariksa, lo itu, sebenernya siapa?”

tanpa sadar, air mata nasya mulai menggenang dan menetes ke lantai perlahan-lahan.

his name.


suasana kamar nasya masih sepi seperti biasanya. kali ini makin sepi sebab mereka yang biasanya ada untuk sekedar menumpang lewat benar-benar tak menampakkan dirinya meski cuma secuil batang hidung saja.

suara dari kamar angkasa yang berasal di sebelah rumah juga tidak ada sebab penghuninya masih belum kembali.

nasya menggaruk keningnya yang tak gatal sambil mengedar pandang. tampak linglung sebab ajakannya barusan pada jendria sebetulnya sangat-sangat impulsif. gadis itu lantas menghela napasnya sebentar sambil mematut diri sekali lagi di hadapan cermin.

cantik. sudah jelas nasya geovanny masih cantik seperti biasanya. bedanya kali ini gadis itu bisa melihat jelas lingkaran hitam yang makin parah bertengger di bawah matanya. nasya reflek berdecak dan makin menempel di cermin guna mengecek sebetapa parah mata pandanya sekarang, namun bukannya fokus pada bawah matanya, nasya kini malah melirikkan pandangan ke kiri dan menjumpai sosok yang terduduk di pinggiran kasurnya. tepat di belakangnya.

nasya mau tidak mau terkejut juga, sontak memutar tubuh sambil melangkah mundur. tangannya teracung ke depan sambil mulutnya mulai komat-kamit merapal doa agar tidak tumbang secara mendadak.

“tolong, gue gak tau apa salah gue, tapi serius ini gue mau pergi sama temen.. jangan buat gue pingsan lagi oke? please..” gadis itu berujar tanpa melihat sosok tersebut sama sekali. pandangannya ia arahkan totalitas ke jendela kaca sambil tangannya kini mulai mencekal kuat tali tas selempang yang ia gunakan.

“aku nggak pernah bikin kamu pingsan lho nas..” sosok tersebut menjawab lirih setelah hening cukup lama, selirih angin yang berhembus pelan dan menggoyang dedaunan di depan sana.

“maaf kalau kehadiranku bikin kamu kesakitan. gak niat begitu kok aku.”

nasya berdeham, “bisa ngomong panjang ternyata..”

“iya, bisa lah?” sosok tersebut menjawab dengan nada cukup terheran-heran.

nasya mengangguk, mendadak saja merasa canggung berhadapan dengan sosok yang membuatnya kesakitan akhir-akhir ini. banyaknya pertanyaan yang hinggap di pikiran terpaksa ia telan cuma-cuma sebab kerongkongannya sudah kering kerontang.

“namaku ariksa omong-omong.”

nasya menggaruk tengkuk sebab merasa linglung bukan kepalang. bahkan tangan serta kakinya kini sudah ikut-ikutan terasa kebas. “gue nasya.”

“i know. i know you.” ariksa mengangguk, mengakhiri obrolannya. lantas pemuda itu bangkit berdiri dan merapikan bajunya sebentar sebelum tersenyum singkat pada nasya guna berpamitan.

“have fun jalan sama jendria ya nas. he's nice person tho.” ujarnya kemudian, lalu dalam sekali kejap mata, sosok ariksa telah mengabur dan menghilang sempurna. meninggalkan sisa-sisa pening di kepala nasya yang mendadak saja datang menghampiri. dan belum sempat nasya mencerna segala hal yang terjadi, kesedihan yang tak masuk akal kembali menggerogoti jiwanya.

“Tuhan tolong. ini sesek banget.” gadis itu bermonolog sambil mulai bercekalan pada dinding kamar. matanya memerah menahan tangis sementara tangan yang menganggur ia gunakan untuk memijat area dadanya, ia harap oksigen terus masuk ke paru-paru tanpa hambatan hingga tidak ada adegan pingsan seperti sebelum-sebelumnya.

“ariksa, lo itu, sebenernya siapa?”

tanpa sadar, air mata nasya mulai menggenang dan menetes ke lantai perlahan-lahan.

his name.


suasana kamar nasya masih sepi seperti biasanya. kali ini makin sepi sebab mereka yang biasanya ada untuk sekedar menumpang lewat benar-benar tak menampakkan dirinya meski cuma secuil batang hidung saja.

suara dari kamar angkasa yang berasal di sebelah rumah juga tidak ada sebab penghuninya masih belum kembali.

nasya menggaruk keningnya yang tak gatal sambil mengedar pandang. tampak linglung sebab ajakannya barusan pada jendria sebetulnya sangat-sangat impulsif. gadis itu lantas menghela napasnya sebentar sambil mematut diri sekali lagi di hadapan cermin.

cantik. sudah jelas nasya geovanny masih cantik seperti biasanya. bedanya kali ini gadis itu bisa melihat jelas lingkaran hitam yang makin parah bertengger di bawah matanya. nasya reflek berdecak dan makin menempel di cermin guna mengecek sebetapa parah mata pandanya sekarang, namun bukannya fokus pada bawah matanya, nasya kini malah melirikkan pandangan ke kiri dan menjumpai sosok yang terduduk di pinggiran kasurnya. tepat di belakangnya.

nasya mau tidak mau terkejut juga, sontak memutar tubuh sambil melangkah mundur. tangannya teracung ke depan sambil mulutnya mulai komat-kamit merapal doa agar tidak tumbang secara mendadak.

“tolong, gue gak tau apa salah gue, tapi serius ini gue mau pergi sama temen.. jangan buat gue pingsan lagi oke? please..” gadis itu berujar tanpa melihat sosok tersebut sama sekali. pandangannya ia arahkan totalitas ke jendela kaca sambil tangannya kini mulai mencekal kuat tali tas selempang yang ia gunakan.

“aku nggak pernah bikin kamu pingsan lho nas..” sosok tersebut menjawab lirih setelah hening cukup lama, selirih angin yang berhembus pelan dan menggoyang dedaunan di depan sana.

“maaf kalau kehadiranku bikin kamu kesakitan. gak niat begitu kok aku.”

nasya berdeham, “bisa ngomong panjang ternyata..”

“iya, bisa lah?” sosok tersebut menjawab dengan nada cukup terheran-heran.

nasya mengangguk, mendadak saja merasa canggung berhadapan dengan sosok yang membuatnya kesakitan akhir-akhir ini. banyaknya pertanyaan yang hinggap di pikiran terpaksa ia telan cuma-cuma sebab kerongkongannya sudah kering kerontang.

“namaku ariksa omong-omong.”

nasya menggaruk tengkuk sebab merasa linglung bukan kepalang. bahkan tangan serta kakinya kini sudah ikut-ikutan terasa kebas. “gue nasya.”

“i know. i know you.” ariksa mengangguk, mengakhiri obrolannya. lantas pemuda itu bangkit berdiri dan merapikan bajunya sebentar sebelum tersenyum singkat pada nasya guna berpamitan.

“have fun jalan sama jendria ya nas. he's nice person tho.” ujarnya kemudian, lalu dalam sekali kejap mata, sosok ariksa telah mengabur dan menghilang sempurna. meninggalkan sisa-sisa pening di kepala nasya yang mendadak saja datang menghampiri. dan belum sempat nasya mencerna segala hal yang terjadi, kesedihan yang tak masuk akal kembali menggerogoti jiwanya.

“Tuhan tolong. ini sesek banget.” gadis itu bermonolog sambil mulai bercekalan pada dinding kamar. matanya memerah menahan tangis sementara tangan yang menganggur ia gunakan untuk memijat area dadanya, ia harap oksigen terus masuk ke paru-paru tanpa hambatan hingga tidak ada adegan pingsan seperti sebelum-sebelumnya.

“ariksa, lo itu, sebenernya siapa?”

tanpa sadar, air mata nasya mulai menggenang dan menetes ke lantai perlahan-lahan.

240717 ra-kev first narration.


malam sudah menjemput kala kevin mendapati radine tau-tau saja menghisap rokoknya lagi. ia tentu tau bahwa kehidupan kerja sungguh kejam adanya, belum lagi, radine memang terlalu tangguh untuk ukuran wanita. bukan masalah apa-apa sebenarnya, hanya saja, kevin kadang ikut merasa lelah sebab radine jarang sekali mau mengeluh. padahal, mengeluh sesekali di dekatnya pun kevin tidak akan pernah mempermasalahkan. justru, ia akan senang bukan main.

mata kevin masih menatap lurus balkon kamar radine yang memang tepat berada di hadapan balkon kamarnya sambil sesekali menggaruk kening. sejujurnya, ia ingin sekali menghampiri. setidaknya untuk duduk diam di samping tubuh radine sambil mengajaknya bertengkar seperti biasa. namun, sudahlah.. hari juga sudah terlalu malam.

“halo? serius ngajak ngobrol gak sih lo? masa iya, diem terus..” suara serak khas radine yang habis merokok itu terdengar di telinga kevin.

lelaki itu lantas berdeham pelan, menghirup rokoknya sendiri dalam-dalam sebelum akhirnya ia hembuskan asapnya agar keluar. “minimal lo sebat malem2 di luar itu pake kardigan gak, sih?”

radine tampak sewot di seberang sana. gadis itu bahkan mengarahkan tinju kecilnya ke arah kevin sambil mulai berjalan masuk ke kamarnya. grasak-grusuk terdengar, radine tampak menuruti titah kevin tanpa banyak babibu sebab diam-diam mengakui bahwa angin malam kali ini sedikit tidak bersahabat.

bibir kevin mau tidak mau terangkat naik, senyumnya tercetak begitu jelas.

“jadi stress kenapa?” kevin bertanya ketika sudah melihat radine kembali keluar dan duduk di kursi kayunya.

“biasa lah, lagi jenuh doang urusin kertas-kertas.”

kevin berdeham. “jenuh di kerjaan mah artinya lo butuh healing bentar ra.”

terdengar decakan keras di ujung sana. “hilang hiling.. gue bisa duduk santai di pinggir jalan pas balik kantor aja udah sujud syukur.”

“huh?” kevin mengerut kening. “buat apa lo mau ngemper segala?”

“gue bosen lihat ruangan vin hahaha. pengen liat jalanan. dulu, pas gue masih kuliah, gue sering banget tau2 berhentiin mobil di pinggiran terus gue tinggal buat sekedar duduk-duduk bentar di halte. kepala gue kalo liat jalanan sambil ngelamun gitu ajaibnya bisa kerasa kosong dan enak banget hahaha.”

“ya udah.” kevin tau-tau menyahut abstrak.

“apanya yang ya udah?”

“ya ayo? sekarang.”

“ngapain sekarang?” radine terbingung-bingung sampai harus bangkit berdiri demi melihat ekspresi kevin yang tentu saja tidak akan bisa terlihat jelas sebab jarak antar rumah mereka lumayan jauh.

“jalan toh? ayo gue temenin lo kosongin isi otak sementara.”

radine melotot. langsung menolak. “gak usah sok manis lo ya. gak usah. gue mau tidur juga ini abis mandi.”

kevin hanya diam kali ini, dan tentu saja ini bukan kali pertama ajakannya ditolak mentah-mentah oleh radine. rasanya ia lelah, tapi, rasa cintanya pada gadis itu jauh lebih besar dari pada itu. lantas yang kevin lakukan sekarang bukannya mengangguk pasrah lagi, namun..

“satu jam, ayo gue bantu kosongin otak lo satu jam doang sebelum lo kembali berkutat sama dunia kerja lo besok hari, ra..”

dan yang bisa dilakukan radine adalah termenung sebentar guna berpikir, lantas mengiyakan tanpa banyak basa-basi.


radine tidak menyangka ada hari dimana ia duduk di boncengan sepeda bersama dengan kevin wiharja. tidak, terlalu lebay, sejujurnya ia lumayan sering berboncengan dengan lelaki tersebut, namun jujur saja, ini pengalaman pertama radine duduk di boncengan sepeda kayuh bersama kevin di malam hari.

dinginnya hawa tentu sangat tak normal mengingat ini sudah memasuki bulan pancaroba. kevin juga sudah menyuruh radine yang tadinya berpakaian apa adanya untuk lebih memakai baju berbahan tebal. tentu saja karena ia tidak ingin melihat radine-nya kedinginan.

oh, benarkah ia bisa memanggil radine dengan sebutan radine-nya?

“pegangan kali?” kevin memicing mata dan menoleh ke belakang demi menatap radine.

“alay banget?”

“pegang jaket gue gitu lah minimal.”

radine malas berdebat, lantas dengan cepat mengapit jaket kevin bagian pinggang yang berwarna hitam pekat itu dengan jemarinya erat-erat. “tuh udah.”

“oke, ojek lo mau meluncur. hope you'll enjoy your trip, miss radine.” kevin mengangguk lantas mulai mengayuh pelan sepeda kayuh tua yang baru dicat ulang tersebut.

anyway sepeda siapa ini?” radine penasaran.

“pak jaka. nemu di pasar loak bulan lalu katanya.”

“hah? hahahaha. gak nemu itu, dia mah beli.”

kevin ikut tertawa. “iya ya? mana ada nemu doang langsung dibawa balik?”

radine cengengesan. “omong-omong ini gue tambah berat gak sih? kemaren gue timbang badan naik 2 kilo, loh?” perempuan itu mendadak grasak-grusuk di boncengan hingga setir kevin menjadi lumayan sukar dikendalikan.

“udah tau berat malah kebanyakan gerak lo ah ra. diem!!!”

perempuan itu berdecak. mencubit kencang pinggang kevin sampai pemiliknya mengaduh kesakitan.

“galak banget sih sumpah!” kevin memprotes tindakan radine dan reflek saja menarik tangan perempuan itu satu persatu menggunakan tangan kiri agar berhenti melayangkan cubit dan melingkar di perut kevin saja. garis bawahi bahwa itu bukan modus, kevin benar-benar reflek tanpa pikir panjang hingga sekarang ketika kesadarannya kembali ke otak, lelaki itu langsung berdebar-debar secara menggila.

setelahnya hening panjang sebab radine yang tadinya diam-diam ikut jantungan di belakangnya itu mendadak saja menghela napas. tidak bohong, perempuan 25 tahun itu gugup bukan main detik ini.

“udah kayak abg diajak pdkt aja sih, gue..” tuturnya kemudian, terkekeh pelan tanpa suara.

kevin berdeham-deham tidak jelas sebab masih salah tingkah dan sudah ingin sok memaki radine, ketika ia merasa mendadak saja punggungnya menghangat secara sempurna. kepala radine menyender totalitas di punggung kevin tanpa sedetikpun aba-aba. lelaki itu tidak pernah tau bahwa dipeluk dari belakang oleh perempuan yang selama ini selalu merajai hatinya bisa membuat jantungnya jungkir balik hingga merosot ke perut seperti ini.

katakan kevin gila, namun memang begitulah adanya.

“thank you ya vin.” radine berujar pelan. “gue hari ini emang lagi down-downnya. gak nyangka juga kalo ternyata lo ajak mubeng perumahan naik ontel gini bisa bikin gue kalem hahaha. jadi ngantuk juga!”

“hm. pokoknya kalo lo ketiduran tinggal gue geletakin aja di tanah kosong blok sebelah..” kevin bergurau demi mengurangi rasa canggung yang sempat merayap di hatinya, membuat radine langsung mengacung jempol naik sedetik dan membalas dengan sarkas. “mantap, emang lo temen gue yang paling sweet deh!”

teman

hati kevin seketika mencelos.

240717 ra-kev first narration.


malam sudah menjemput kala kevin mendapati radine tau-tau saja menghisap rokoknya di tengah malam. ia tentu tau bahwa kehidupan kerja sungguh kejam adanya, belum lagi, radine memang terlalu tangguh untuk ukuran wanita. bukan masalah apa-apa sebenarnya, hanya saja, kevin kadang ikut merasa lelah sebab radine jarang sekali mengeluh. padahal, mengeluh sesekali di dekatnya pun kevin tidak akan pernah mempermasalahkan. justru, ia akan senang bukan main.

mata kevin masih menatap lurus balkon kamar radine yang memang tepat berada di hadapan balkon kamarnya sambil sesekali menggaruk kening. sejujurnya, ia ingin sekali menghampiri. setidaknya untuk duduk diam di samping tubuh radine sambil mengajaknya bertengkar seperti biasa. namun, sudahlah.. hari juga sudah terlalu malam.

“halo? serius ngajak ngobrol gak sih lo? masa iya, diem terus..” suara serak khas radine yang habis merokok itu terdengar di telinga kevin.

lelaki itu lantas berdeham pelan, menghirup rokoknya sendiri dalam-dalam sebelum akhirnya ia hembuskan asapnya agar keluar. “minimal lo sebat malem2 di luar itu pake kardigan gak, sih?”

radine tampak sewot di seberang sana. gadis itu bahkan mengarahkan tinju kecilnya ke arah kevin sambil mulai berjalan masuk ke kamarnya. grasak-grusuk terdengar, radine tampak menuruti titah kevin tanpa banyak babibu sebab mengakui bahwa angin malam kali ini sedikit tidak bersahabat.

bibir kevin mau tidak mau terangkat naik, senyumnya tercetak begitu jelas.

“jadi stress kenapa?” kevin bertanya ketika sudah melihat radine kembali keluar dan duduk di kursi kayunya.

“biasa lah, lagi jenuh doang urusin kertas-kertas.”

kevin berdeham. “jenuh di kerjaan mah artinya lo butuh healing bentar ra.”

terdengar decakan keras di ujung sana. “hilang hiling.. gue bisa duduk santai di pinggir jalan pas balik kantor aja udah sujud syukur.”

“huh?” kevin mengerut kening. “buat apa lo mau ngemper segala?”

“gue bosen lihat ruangan vin hahaha. pengen liat jalanan. dulu, pas gue masih kuliah, gue sering banget tau2 berhentiin mobil di pinggiran terus gue tinggal buat sekedar duduk-duduk bentar di halte. kepala gue kalo di tempat terbuka gitu ajaibnya bisa kerasa kosong dan enak banget.”

“ya udah.” kevin tau-tau menyahut.

“apanya yang ya udah?”

“ayo sekarang.”

“ngapain sekarang?” radine terbingung-bingung sampai harus bangkit berdiri demi melihat ekspresi kevin yang tentu saja tidak akan bisa terlihat jelas sebab jarak antar rumah mereka lumayan jauh.

“jalan toh? ayo gue temenin lo kosongin isi otak sementara.”

radine melotot. langsung menolak. “gak usah sok manis lo ya. gak usah. gue mau tidur juga ini abis mandi.”

kevin hanya diam kali ini, dan tentu saja ini bukan kali pertama ajakannya ditolak mentah-mentah oleh radine. rasanya ia lelah, tapi, rasa cintanya pada gadis itu jauh lebih besar dari pada itu. lantas yang kevin lakukan sekarang bukannya mengangguk pasrah lagi, namun..

“satu jam, ayo gue bahagiain lo satu jam sebelum lo kembali berkutat sama dunia kerja lo besok hari, ra..”

dan yang bisa dilakukan radine adalah termenung sebentar guna berpikir, lantas mengiyakan tanpa banyak basa-basi.

16 juni 2024


sebenarnya sebetapa dahsyatnya rasa rindu dapat membunuh manusia?

dan jika diibaratkan dalam persen, kira-kira berapa persen rasa tersebut dapat membuat hari yang tadinya tampak baik-baik saja menjadi buruk dalam sekejap?

jujur, aku tidak pernah mengetahui bahwa rasa rindu akan terasa sangat menyakitkan seperti ini.

masih bagus pula jika sosok yang kita rindukan masih ada di bumi meski entah lah di belahan bumi sebelah mana. namun, jika sosok tersebut sudah pergi menghilang dan musnah ditelan oleh kerapatan media tanah? apa boleh perbuat?

menangis meraung pun seakan tak ada gunanya. meminta-minta agar sosok tersebut dikembalikan pun juga sangat amat terasa mustahil adanya.

lalu, apa yang harus dilakukan sosok perindu agar rasa sakitnya bisa ikut menghilang lenyap meski hanya segenggam saja?

haruskah ia mengikuti jejaknya? atau haruskah ia memendam selamanya rasa tersebut yang sudah jelas tidak akan dapat tersalurkan dengan leluasa?

hasrat ingin memeluk, namun yang terdapat hanyalah sebuah nisan bernama dan seonggok bunga-bungaan bertaburan. haruskah pula ia memeluk dan berharap tanah tersebut merekah, lalu menelannya?

terdengar gila, namun begitulah rindu dapat membunuh jiwa manusia secara perlahan. setidaknya, itulah yang ku rasakan.

sebuah rasa yang tak dapat tersampaikan, rasa yang tak dapat dibalas, pun juga rasa yang tak akan pernah mendapatkan jawaban.

15 juni 2024


bolehkah kusebut jika ini adalah hari yang luar biasa membahagiakan? setidaknya, bagiku pribadi. karena nyatanya, hati yang sudah sempat mati rasa sejauh tujuh tahun ini akhirnya bisa menemukan detaknya kembali.

sejujurnya hal ini sangat di luar kuasa dan kendaliku. aku tidak pernah menginginkan ataupun mendambakan datangnya kisah cinta dengan embel-embel kalimat pandangan pertama. karena omong kosong, menurutku.

namun melihat sosok itu hari ini, tersenyum dan bersenda gurau bersama banyak anak kecil, nyatanya mampu menggetarkan 95 persen hatiku yang sebelumnya tak pernah berhasil digoyah lagi.

kejadian tepatnya adalah 10 jam yang lalu. aku menemukannya berdiri tepat di sebelah pohon pucuk merah, mengenakan setelan hitam dan celana jeans sepanjang mata kaki. sepatu hitamnya tertali rapi. tampak sopan, menawan. tidak tertinggal pula bingkai persegi panjang yang ada di depan matanya, entahlah, aku tidak pernah tahu bahwa lelaki berkacamata bisa memikat hatiku sampai sebegininya, namun, itu lah yang memang terjadi.

aku masih merasa biasa saja kala pandangan kami mendadak berserobok tak tahu malu, tapi semuanya lantas berbalik menyerang kala senyum manis yang tak pernah kuduga itu mengembang tanpa aba-aba.

tampan? tidak. lelaki yang tak kuketahui namanya itu faktanya tak begitu tampan. wajahnya pun sama saja seperti kebanyakan manusia pada umumnya. tidak ada yang begitu spesial selain kesan manis di kaca matanya dan...

tidak! kakiku lemas bukan main. lelaki itu pandai sekali bergaul dengan makhluk-makhluk kecil yang bahkan masih belum bisa menghitung sederhananya satu ditambah satu. caranya menggoda, mengajak bergurau, ataupun menghibur jika menemukan ada yang menangis benar-benar menggelitik perasaanku.

mungkin kamu bertanya-tanya dimanakah aku berada kali ini, dan ya, tidak ada jawaban aneh yang akan kulayangkan selain fakta bahwa aku tengah duduk di tengah lapangan. tepat di bawah terop biru tua, duduk di kursi plastik putih, persis di dekat pohon pucuk merah..

ya, posisiku dan posisinya memang hanya terpaut 2 meter saja.

dan sialnya aku bisa merasakan wajahku memanas mendadak, tanganku bahkan sudah kebas dan kakiku semakin mati rasa. sangat terasa dusta sekali jika aku tidak bisa merasakan sebuah tatapan jatuh ke arahku kali ini.. namun, apa pula yang bisa aku perbuat selain diam? ini adalah acara rapat penutupan tahun ajaran. pelepasan murid kelas akhir, lebih tepatnya.

dan kini rentet acara yang sudah kuikuti sejak pukul 8 itu sudah berakhir dengan pengumuman bahwa kami, para wali, dipersilakan meninggalkan lapangan setelah berjabat tangan dengan para pengajar yang kini sudah berderet memanjang sampai ke gerbang.

kutolehkan wajah sekali lagi ke arah pucuk merah yang berdiri menjulang itu sebelum aku benar-benar melangkahkan kaki. namun, kosong. dan rasa kecewa yang datang tak diundang itu menerobos lurus ke jantung tanpa bisa dicegah.

lagi pula, apa yang memangnya akan kulakukan jika sosok berkacamata tersebut masih berdiri disitu? akankah kuhampiri sosoknya? akankah kami akan berkenalan? tidak juga, bukan?

maka dengan langkah kaki yang makin melemas, aku menyeret langkah kakiku dan adikku yang kini sudah lulus proses pembelajaran itu agar melewati deretan para guru untuk bersalaman.

kusalami semua guru yang beberapanya pernah mengajarku dulu dengan sopan, sampai akhirnya hampir sampai di penghujung jalan keluar, aku melihatnya.

ya, sosok itu..

berdiri tepat di jajaran para pengajar sambil menyalami banyak sekali wali murid. tak jarang pula kulihat ia berjongkok demi mengajak high five anak-anak kecil yang diajak orang tuanya ke dalam acara. beberapanya memang adalah anak kecil yang tadi sempat bergurau dengannya di dalam tadi.

tak dapat kucegah, tanganku sudah berkeringat dan jantungku memompa lebih dahsyat dibanding sebelumnya. sebeginikah efeknya orang jatuh cinta?

dan ketika uluran tanganku maju ke depan secara perlahan, disambutnya tegas tanganku dengan dua tangan. terasa salah, namun aku merasa tidak ingin ia melepaskan genggamannya.

senyumnya lagi-lagi mengembang, kali ini bisa kulihat jelas lubang di pipi kanannya yang sudah jelas makin berpotensi membuatku kelabakan.

dan tentu saja hal tersebut tidak bisa larut terlalu lama, sebab antrian keluar terus berjalan memaksaku maju dan lepas pagar.

yang kuketahui kali ini adalah tanganku mendadak saja bergetar-getar tak bisa berhenti. jantungku pun berdetak tidak terkendali.

aku kembali menoleh ke belakang, menatap sosoknya sekali lagi sebelum aku benar-benar hengkang dan menaiki mobil untuk kembali pulang.

diam-diam bertanya dalam hati, bisakah Tuhan mengatur pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya setelah ini? karena mungkin, aku diam-diam telah menjatuhkan hati.