OUR BELOVED SAKAYNA MOMENT'S
▪︎ kinda +++++
tapi untuk menghindari readers sakaymar biar gak jorok mari kita tetap pada jalur aman.
ENJOY THE STORY!
Ini hari minggu. Cuaca mendung dan hujan gerimis di depan membuat sepasang kekasih ini batal untuk pergi ke gereja.
Nanti sore saja. Ucap salah satunya seraya bergoler malas di kasur.
Kayna bergidik, merasakan dingin AC ruangan kamarnya yang mendadak begitu menusuk tulang, lantas meraih remot di sebelah bantal Saka agar bisa menaikkan suhunya.
Saka menggeleng pelan. Dengan mata yang masih terpejam lelaki itu menahan tangan Kayna agar tidak berhasil meraih remot.
Usil sih, biasa.
“Dingin Sak.” Ucap Kayna memprotes seraya menepis tangan Saka.
Lelaki yang masih setengah tertidur itu terkekeh, lantas membiarkan gadisnya melakukan apa yang ia mau.
Setelah berhasil menaikkan suhu agar ruangan sedikit lebih hangat, Kayna kembali memasukkan tubuhnya ke dalam selimut dan menyelimuti badan hingga ke kepala tanpa sebuah kata lagi. Jelas-jelas nampak masih ngantuk.
Maklum sih, tadi malam ia tertidur pukul 1 setelah menidurkan Giana yang agak rewel itu dan sekarang jam masih menunjukkan pukul 4 lebih 15 menit.
Saka menoleh ke samping, memperhatikan gadis yang kini sudah menjadi miliknya utuh 100% itu dengan tatap yang tidak bisa dibaca apa maunya.
“Kay..”
“Hmm.”
“Kamu tidur?”
“Heem.”
“Kamu mau.....” Ucapan Saka terhenti ketika Kayna membalik badan ke arahnya dengan raut kesal. “Berisik Saka berisik.” Ucapnya mencubit perut Saka pelan seraya kembali memejamkan matanya.
Sial.
Gadisnya ini lucu sekali. Saka lantas terkekeh lagi dan dengan tiba-tiba melingkarkan tangannya ke perut Kayna dengan erat. “Iya deh maaf, tidur tidur..” Ucapnya mengelus dahi Kayna pelan layaknya menidurkan seorang bayi.
Tidak ada jawaban. Kayna rupanya sudah tertidur lagi.
Lelaki itu kemudian mengusuk punggung gadisnya demi menyalurkan rasa hangat, dan detik itu juga ia merasakan tangan Kayna bergerak naik dari perut lalu mengelus wajahnya halus.
“Lah gak tidur?” Saka terkaget. Alisnya bahkan sempat menyatu beberapa saat ketika merasa panasnya tangan Kayna yang berada di sekitar pipinya.
“Kamu lagi liatin aku kan? Malu lah.” Gadis itu menjawab masih dengan mata memejam.
Hah?
“Tiap hari udah tidur bareng masih malu-malu maksudnya gimana deh Kay?”
“Ya malu aja.”
“Ya udah tidur tidur.. Gak aku liatin deh ini aku merem.”
Kayna membuka matanya demi memastikan bahwa ucapan Saka benar, namun..
“Katanya kamu mau merem tapi kok masih melek.”
“Ya kan ini mau Kay. Sabar dong.”
“Ya udah cepet kamu merem dulu baru aku ikut merem juga.”
Saka tidak mendengarkan lagi omelan Kayna tersebut dan sebagai gantinya ia mulai menatap mata gadis itu dengan intens dalam diam.
Keduanya saling menatap beberapa saat. Membiarkan keheningan melingkupi dan hanya berbicara lewat pandangan mata saja.
“Kay..” Saka tiba-tiba memanggil, membuat Kayna mengerjap cepat dan segera membalik badannya membelakangi Saka akibat salah tingkah.
“Apa sih dipanggil doang kok udah minggir aja..” Saka mencibir dan menarik tubuh Kayna agar merepet kembali ke arahnya. “Biar anget ini, katanya kan kamu tadi kedinginan.”
Kayna mendengus. Dengan rasa kantuknya yang sudah meluap sempurna, gadis itu akhirnya kembali menghadap ke arah wajah Saka yang sialnya malah tertawa usil.
“Agak nyebelin ya minggu-minggu gangguin orang jam segini?”
“Ya kangen, nanti kalo Gia bangun juga kamu jagain dia terus gak mau liat aku.”
“Apanya yang gak liat? Gia juga bangun jam 7 tidur lagi jam 8 terus pasti aku nyusulin kamu nyuci mobil.”
Saka berdecak, “Ya kan beda..”
“Beda apanya coba?”
Lelaki itu terdiam. Membiarkan Kayna kebingungan sendiri sementara tangannya mulai menyibak anak rambut gadis itu yang berjatuhan di depan wajah.
“Ditanyain beda apanya kok malah elus-elus?”
“Kangen.”
Gadisnya reflek berdecak, “Ya udah iya kangen iya.” Kayna mengalah dan membiarkan wajahnya dimainkan Saka dengan raut pasrah.
Hening.
Saka masih mengelus wajah Kayna dengan tenang ketika tiba-tiba saja sebuah kecupan ringan ia layangkan pada kelopak mata Kayna yang sekarang sudah terpejam akibat ulahnya.
Kecupan tersebut jatuh berulang kali hingga akhirnya sang pemilik mata mulai menarik wajahnya sedikit menjauh. “Ih basah Sak.”
“Ya biar kamu gak ngantuk.”
“Udah gak ngantuk ini aku emang.”
Saka terkekeh lagi dan kembali menarik Kayna masuk ke dalam pelukannya. “Maaf deh bikin bangun jam segini.”
“Ya tapi kakinya gak usah uyel-uyel dibawah sana.”
“Biar kakimu anget.”
“Terserah.” Kayna menjawab pasrah seraya ikut menepuk-nepuk punggung Saka dengan pelan.
“Bukan Giana aku ngapain kamu puk-puk?”
“Ya biar tidur. Capek gak sih kerja ngurusin anak perusahaan terus jalan mondar-mandir ngecek pabrik?”
Saka terdiam cukup lama dan menggeleng, “Aku seneng-seneng aja sih. Kalo capek ya jujur aja emang capek. Tapi aku enjoy.. Aku tiap kerja inget muka Giana sama mukamu soalnya.”
“Jawabannya udah kayak bapak-bapak sekarang.”
“Ya emang kan bapak-bapak. Meski masih muda dan ganteng sih.”
“Halah!” Kayna mencibir keras.
“Ngaku aja emang ganteng kan, umurku juga dibawahmu setaun loh Kay.”
Sial.
Kayna meredam mukanya pada dada Saka dan mencubit pinggir perut lelaki itu dari dalam kaos hitamnya.
“Eh eh. Kok daritadi cubit-cubit.”
“Ya kamu ngeselin. Aku kan jadi kayak tua.”
Saka mengecup puncak kepala Kayna lama dan mengacak rambutnya karena gemas. “Gak tua. Cuma lebih tua dari aku aja maksudnya.”
“Tapi emang iya, kenapa kamu suka aku? Diliat-liat aku gak oke kayak cewek-cewek yang ngejar kamu kan? Rambutku gak lurus mulus kayak Kanaya, terus tingkahku juga gak sedewasa dia? I mean ya kamu liat apa????” Kayna mendadak kepo dan menarik wajahnya.
Saka tersenyum, “Iya ya, ngapain suka sama kamu? Mending pas itu ngejar fansku aja apa sama selebgram sebelah tuh, yang siapa namanya? Stellera? Asal tau aja dia ngejar aku 3 taun.”
“Wui? Serius ngejar kamu 3 taun?” Kayna melongo.
“Ya iya dong. Kan suamimu ini emang mempesona.” Saka menaik turunkan sebelah alisnya.
“Eh tapi aku dulu juga suka sama Jevan 3 taun terus dianya gak suka aku ya kan? Berarti kesimpulannya cowok gak seneng dikejar-kejar? Gitu?”
Saka reflek mendengus, “Kok malah ngelantur ke Jevan sih.”
“Ya kamu nyebut 3 taun, reflek aja.”
“Kamu gak cemburu sama Stellera yang aku sebut tadi?”
“Kamu nyebut dia soalnya pengen aku cemburu?”
“Ya iya lah???”
“Cemburu sih aslinya. Emang dia cakep gitu, mana pendidikannya tinggi juga kan gak ka...” Ucapan Kayna terpaksa menggantung di udara karena bibir Saka mendadak maju dan membungkam miliknya dengan kuat.
Ciuman pagi hari yang aneh, masih dengan setengah ngantuk dan terjadi setelah percakapan random gak jelas yang sama-sama membahas masa lalu juga.
“Mmmh..” Kayna merintih pelan ketika merasa gigitan pelan diberikan Saka pada bibir bawahnya.
Lelaki itu tersenyum disela kegiatannya mengeksplor mulut Kayna seraya tangannya mulai masuk memegangi tengkuk gadisnya agar kepala Kayna tidak mundur terdorong kepalanya.
“Sak...” Kayna mendorong dada Saka ketika merasa paru-parunya sesak kekurangan angin.
Gadis itu menarik diri dan meraih remot AC agar suhu ruangan kembali dingin seperti semula.
“Ngapain diturunin lagi suhunya?”
Kayna merengut, “Panas.”
“Baru dicium doang masa udah panas?” Saka mendudukkan diri di sebelah Kayna yang sibuk menurunkan suhu ruangan.
“Hobi barumu godain aku perlu dikurang-kurangin deh kayaknya.”
Saka menggeleng dan kembali menarik tubuh Kayna agar tidur menuju posisinya semula.
“Kan kan...”
“Biar anget. Kan kamu ademin lagi kamarnya.”
“Sakaaaaaaaa...” Kayna memprotes ketika tangan lelaki itu mengelus pinggulnya berulang kali seraya sesekali meremat pantatnya pelan.
“Apa?”
“Jangan kayak gak ada dosa ya kalo apa?!”
“Ya emang aku ngapain sih astaga Kayna..”
“Ya tanganmu..”
“Apa?”
Kayna memukul tangan lelaki itu kencang dan menariknya ke atas agar diam tidak berulah.
“Demi apa aku cuma nyalurin anget doang padahal.”
“Diem aja diem.”
Saka merengut, lantas memejamkan matanya. “Ya udah diem.”
“Ngambek ceritanya?”
“Gak.”
“Tuh kan bocah ngambek.”
Saka hanya berdeham menanggapi tanpa membuka kata lagi.
“Jangan ngambek lah ya udah ini di lepas deh.” Kayna menyerah dan melepas genggaman tangannya agar tangan Saka kembali bebas.
“Saaaaaaak kok masih merem. Melek dong kan udah di lepas.” Kayna mencubit pipi kiri Saka seraya memainkan alis lelaki itu agar pemiliknya membuka mata.
“Ngeselin.” Gadis itu mencibir pelan dan berhasil membuat Saka membuka matanya.
Lelaki itu tertawa, “Nunggu dicium padahal, tapi gak dicium-cium.”
“Ogah. Bibirmu berasa kayak puteran air yang kalo nyedot apa-apa itu kayak harus ikut semua terus gak bisa lepas.”
“Bibirmu enak soalnya.”
“Ya udah diem gak usah dibahas?”
“Manis.”
“Saaaaaak..”
“Apa sih manggil-manggil terus?”
“Diem... Malu.”
Saka mengangguk dan menghentikan godaannya pada Kayna yang kini mulai asik menepuk-nepuk perut samping Saka dari balik baju.
“Kay Kay..”
“Hm?”
“Gak deh.”
“Apa Saka?” Kayna tengkurap agar bisa mendengarkan ucapan Saka yang mungkin kali ini serius.
Lelaki itu terdiam dan menarik dagu Kayna mendekat supaya ia bisa menciumnya.
Gadis itu menurut dan memejamkan matanya, membiarkan Saka memberikan pagutan lembut dan hisapan-hisapan kecil pada bibirnya yang terbuka mempersilahkan lelaki itu untuk mengeksplornya lebih dalam lagi.
Decakan-decakan keras mulai terdengar dalam ruangan tanda keduanya sudah mulai terpancing satu sama lain.
“Kay..”
“Mmh?”
“Want to do it now apa nanti malem aja?”
Kayna melayang, tatapan Saka ketika bertanya begitu memabukkan pikirannya. “Is it okay to do it now? In the morning?”
Mendengar hal itu Saka spontan tersenyum puas. Ia lantas membalik posisinya agar Kayna berada dibawah tubuhnya.
“Gak papa pagi-pagi. Asal jangan kenceng-kenceng aja kamu kalo teriak nanti Gia bangun.”
Sial.
“Aku gak pernah teriak-teriak.”
“Biasanya desah keras sambil nyebut nam...”
Kayna malu, ia lantas melingkarkan tangannya ke leher Saka dan menarik bibir lelaki itu maju agar ucapannya terhenti seketika.
Kayna bisa merasakan Saka tersenyum disela ciumannya sementara celana tidurnya mulai diturunkan perlahan oleh tangan Saka yang daritadi tidak bisa diam.
Entah. Lelaki itu mungkin sudah kepingin berat.
“Mmmh..” Satu lenguhan lolos ketika ciuman Saka turun menuju lehernya. Lidah lelaki itu menari pelan di sekitar tulang selangka-nya dan mulai naik menuju belakang telinga.
“Kay..”
“Apa..” Lirihnya pelan karena lidah Saka terus menggelitik area telinganya.
“Kalo kembar mau cowok-cewek apa cowok-cowok apa cewek-cewek? Terus mau kembar 2 apa 3?”
Sial.
Kayna langsung memukul punggung Saka kencang, “Belom-belom udah nanya aja ya!”
“Ya kan penasaran.”
Kayna nampak berpikir, “Aku mau 2 deh, kembar cowok-cewek. Gimana?”
Saka tersenyum, “Kamu yang minta lho ya?”
“Ya iya? Lucu bayangin aja ada 2 gitu kan terus cowok-cewek, nanti pas sekolah pasti famous. Percaya sama aku.”
Saka tersenyum dan lanjut memeluk Kayna dengan sayang, “Love you Kay.”
“Tiba-tiba?”
Saka menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Kayna yang sudah kemerahan akibat ulahnya. “Thank you, just thank you for existing in this world. Love you.”
“Jadi kamu mau love-lovean dulu apa mau apa sih Saka?”
“Bentar, gini dulu. Yang itu 5 menit lagi aja.”
Kayna mendengus, tapi selanjutnya mulai tertawa dan mengelus rambut Saka dengan gerakan pelan dan halus.