waterrmark

wattpad kind of thing—

lowercase.


markiel memasuki ruangannya yang terletak di lantai 29 setelah mewanti-wanti sekretarisnya agar tidak masuk sembarangan. entahlah, ia sedikit gemas dengan tingkah istrinya siang ini. setelah curhat, —yang sebenarnya markiel sangat salut sebab amelia benar bercerita tanpa ekspresi, istrinya itu lanjut minum wine yang markiel janjikan dengan takaran cukup banyak. selain karena memang suka wine, sepertinya amelia juga terlihat sedikit punya benang kusut di dalam otaknya.

markiel menghela napas sebentar. ruang kerjanya yang berukuran 7x8 meter dan tertata rapi itu kini memang tidak kosong seperti beberapa menit sebelumnya ketika ia mengecek keberadaan amelia. sebab kini netranya menangkap sosok gadis yang duduk di kursi kerjanya sambil memandangi pemandangan gedung seberang dari kaca bening di hadapannya.

“ehm.” lelaki itu berdeham guna menyapa amelia yang masih asik dan tidak menoleh ke arahnya.

memang benar gadis itu sedikit ngefly akibat terlalu banyak menyesap anggur. salah markiel sendiri karena menawarkan tanpa memberi batas takaran untuk gadisnya minum.

“markiel....” amelia seketika memutar kursi, menyapa sambil melambaikan tangan kecil. rautnya menggemaskan dengan pipi yang sudah memerah.

“kamu itu dari mana yang betul mel? saya tadi sudah masuk kesini tapi tidak menjumpai kamu lho.” markiel bertanya sambil mendudukkan diri ke meja marmer tempatnya bekerja. menunduk ke amelia yang kini juga sudah sepenuhnya melihat ke arah markiel.

“hehe aku di toilet maaf. tapi aku gak bohong, aku disini. toiletmu kan di dalem situ toh?” tunjuknya ke sekitar sudut kemudian.

“hm.. saya itu khawatir kamu diculik satpam saya yang desas-desusnya naksir kamu itu tau mel..”

hah? amelia mau tidak mau terkekeh geli. sudah tentu markiel juga hanya bercanda. “omong-omong kepalaku puyeng dikit. aneh ya? padahal aku kuat minum loh kiel.”

“iya?”

“iya lah. kamu mah kalah kalo lawan minum sama aku.”

“jadi istri saya pemabuk handal nih ceritanya?”

“uhm... gak handal sih, kan sekarang aku udah mabuk.” amelia tertawa, lalu tanpa aba-aba mulai menjatuhkan kepalanya di paha markiel. dan karena sedikit pusing, ia lanjut memejamkan mata. tidak memperdulikan telinga lawan jenisnya yang kini sudah merah total seperti habis dijewer kencang.

“ehm.” lelaki itu reflek berdeham canggung. tenggorokannya serak dengan otot-otot tubuh yang mulai menegang. posisi kepala gadis itu terasa terlalu dekat. entah, mungkin pikiran markiel saja yang memang sudah kacau kali ini.

“mel.”

“hm?”

tidak ada tanggapan lagi. markiel kehilangan semua kalimatnya.

kini hanya tersisa suara dengung mesin AC dan suara bincang-bincang samar dari arah luar ruangan yang mengisi pendengaran keduanya.

suasana masih hening cukup lama sampai akhirnya amelia berucap dalam pejaman matanya. mengusik sepi yang ada. “mark..” panggilnya pelan.

“iya?”

“aku mau request kapan-kapan diajakin makan soto daging di deket lampu merah boleh gak? dulu waktu SMA aku pernah kesitu sekali rasanya enak banget tapi waktu mau makan lagi sama mamaku dilarang-larang.” amelia berujar seraya perlahan menarik mundur kepalanya. mata gadis itu menatap sayu ke mata markiel yang kini sudah mengangguk mantap tanda menyanggupi.

“boleh dong sayang. nanti saya ajak kesana kita makan berdua aja ya?”

“wah? beneran? makasih ya kiel..” amelia mendadak berbinar dan langsung bangkit berdiri dari kursi kebangsaan markiel tersebut demi berpindah posisi. ia ingin membiarkan lelakinya itu untuk kembali bekerja.

namun sebelum kaki gadis itu melangkah jauh, tangan hangat markiel sudah menyusup di lekuk pinggangnya dan memutar tubuh amelia agar membelakanginya tanpa aba-aba. lelaki itu tampak ingin memeluk dari belakang dengan tenang kali ini.

terbukti ketika ia tak membiarkan istrinya itu untuk protes lebih jauh sebab kini lanjut meletakkan dagunya di pundak tanpa basa-basi.

“5 minutes.” markiel berujar guna memberi tahu.

“uhm okay.. asal jangan recreate wattpad ya, markiel..” amelia meminta sambil menelan salivanya susah payah. sudah tentu ia kelimpungan menghadapi markiel versi dewasa ini. jantungnya tidak bisa diatur dan sarafnya serasa membeku. rasanya gila sekali bahkan ketika kecupan markiel mendadak saja mendarat di pipi kanannya. kadang sekilas, kadang cukup lama. dan itu sudah terjadi lebih dari lima kali.

“memang adegan wattpad itu seperti apa sih mel?” pancingnya setelah berhasil memberi kecup kecil di pipi amelia lagi.

“ya itu, cium-cium. kamu mending kerja deh, kataku.” amelia makin pening dan kini menggeliat guna melepaskan diri dari jeratan markiel yang entah mengapa sangat menggoda.

lelaki itu hanya tertawa dan makin merapatkan pelukannya. “saya tadi sudah bilang ke sekretaris saya untuk gak masuk sembarangan mel.. jadi kesimpulannya adalah ruangan ini akan selalu bersih sampai urusan kita selesai nantinya.”

“urusan kita apa maksudnya? kita mau apa?”

“recreate adegan wattpad yang kamu maksud tadi?”

“hah?”

markiel turun dari posisi duduknya di meja, lantas membalik tubuh amelia agar menghadap dirinya. tidak, lelaki itu tidak bersuara. ia hanya menatap bola mata amelia lurus dan intens cukup lama sebelum akhirnya menurunkan pandang ke bibir merah amelia yang menjadi tujuannya. tatapannya jatuh begitu terus sampai akhirnya pita suara markiel bergetar serak. “boleh saya curi bibirnya lagi untuk hari ini mel?”

“eh? emang boleh ya?” amelia reflek mendelik kaget.

“ini ruangan saya. kenapa tidak boleh?” markiel meneleng kepala.

“eh anu, lah ini jendela kaca lagi terbuka lebar lho kiel? nanti kalo ada mas-mas yang ngelap kaca lewat, gimana?” sudah tentu ucapan barusan adalah ucapan yang 100 persen melantur.

markiel hanya tersenyum seraya mengedik pundak, tangannya lantas bergerak pelan menekan satu tombol di remot kontrol dekat komputernya sebentar agar ketakutan amelia tidak terjadi. iya.. lelaki itu menutup pandang ruangannya dengan menurunkan tirai.

“ada lagi yang kamu khawatirkan mel?”

sialnya, tidak ada. dan amelia makin tidak bisa memikirkan jawaban lain ketika pinggulnya tau-tau saja diangkat agar duduk di atas meja dengan tangan markiel yang mulai memagarinya.

otak amelia menggila seketika. hal ini sangat persis dengan adegan cerita panas yang kadang lewat di ponselnya.

namun jujur, detik ini amelia merasa ada percikan rasa ingin yang muncul. bahkan ketika markiel masih membiarkan mata mereka bertubrukan intens pun kewarasan amelia sudah makin melebur.

“saya diijinkan, kan?” markiel masih menahan diri untuk tidak menabrakkan bibirnya dan fokus memandang mata lawannya saja detik ini. ia masih menantikan jawaban itu dengan jantung memompa kencang.

hm.. i'm yours tho.”

dan bersamaan dengan jawaban amelia yang menguar dengan tatap terlena itu, markiel akhirnya merapatkan jarak dengan sempurna.

tangannya diam tak bergerak dan hanya menumpu pada meja saja. hal tersebut tentu membuat kepala amelia tersentak mundur kalau saja tangan gadis itu tidak langsung sigap mengalung pada leher markiel.

desis kecil mulai terdengar dibarengi decakan basah yang bersahut-sahutan tiada henti. markiel tentu masih belum berani untuk bermain dengan lidahnya, ia masih memberikan ruang agar gadisnya bisa beradaptasi dan tidak terkejut.

sebab bagaimanapun, markiel adalah satu-satunya hal pertama yang dimiliki amelia. dengan kalimat lain, semua yang diterima markiel adalah yang pertama dilepas oleh gadis itu.

“markiel..” amelia sontak kewalahan kala kecupan markiel bergeser. tidak, ralat. bukan kecupan. karena yang sebenarnya terjadi adalah markiel mulai melumat dan menghisap bawah dagu amelia. hisapannya terasa kuat dan tepat hingga berhasil membuat amelia mendesis kencang. ciuman lelaki itu terus bergerak kemana-mana dibarengi kedua tangan yang kini sudah otomatis menurunkan kerah turtleneck yang dipakai amelia. lelaki itu bahkan mulai mendongakkan leher jenjang kekasihnya tersebut agar bisa ia hisap secara leluasa.

tidak ada ucapan yang menguar, hanya ada suara decak dan sedotan dibarengi lenguh kecil yang makin lama makin mendominasi ruangan.

leher putih amelia benar dibabat habis kali ini. lelaki itu melahap leher dan sesekali menjulurkan lidah demi meruntut garis-garis saraf amelia yang warnanya menyembul, —saking putih kulitnya.

“sudah kah kegiatanmu di leherku ini?” amelia bersuara ketika markiel sudah melepas lehernya dan kembali menciumi pipinya.

“kenapa? kamu mau saya merahkan lagi di bagian leher yang mana? coba kamu tunjuk.”

gila apa? amelia langsung bungkam dan tidak berkomentar. ia yakin 100 persen bahwa lehernya sudah tidak keruan bentuknya kali ini.

“aku yakin kamu sering baca porno di wattpad.” amelia bablas menuduh.

“eh? saya apa? saya enggak sempat baca cerita halu yang begitu di wattpad ya babe kamu jangan salah sangka.” markiel mengerut lucu, tidak terima.

amelia mencibir. “berarti liat di youtube!”

“uhm???” markiel kehabisan balasan dan hanya bisa menelengkan kepala.

ketukan pintu yang datang secara tiba-tiba membuat amelia mengalungkan tangannya di leher markiel sebab tadi sempat terlepas.

“kamu mau saya cium lagi atau bagaimana ini maksudnya mel?”

amelia menggeleng. “tolong, suami.. turunin aku. itu kamu udah dicariin karyawanmu.”

markiel lantas tertawa tanpa suara sebagai balasan. “tapi saya masih belum selesai.”

“nanti aja. boleh lanjut di rumah.”

markiel tersenyum sembari mengelap bibir bawahnya sendiri. “okay amelia, i'll let you go now.”

wattpad kind of thing—

lowercase.


markiel memasuki ruangannya yang terletak di lantai 29 setelah mewanti-wanti sekretarisnya agar tidak masuk sembarangan. entahlah, ia sedikit gemas dengan tingkah istrinya siang ini. setelah curhat, —yang sebenarnya markiel sangat salut sebab amelia benar bercerita tanpa ekspresi, istrinya itu lanjut minum wine yang markiel janjikan dengan takaran cukup banyak. selain karena memang suka wine, sepertinya amelia juga terlihat sedikit punya benang kusut di dalam otaknya.

markiel menghela napas sebentar. ruang kerjanya yang berukuran 7x8 meter dan tertata rapi itu kini memang tidak kosong seperti beberapa menit sebelumnya ketika ia mengecek keberadaan amelia. sebab kini netranya menangkap sosok gadis yang duduk di kursi kerjanya sambil memandangi pemandangan gedung seberang dari kaca bening di hadapannya.

“ehm.” lelaki itu berdeham guna menyapa amelia yang masih asik dan tidak menoleh ke arahnya.

memang benar gadis itu sedikit ngefly akibat terlalu banyak menyesap anggur. salah markiel sendiri karena menawarkan tanpa memberi batas takaran untuk gadisnya minum.

“markiel....” amelia seketika memutar kursi, menyapa sambil melambaikan tangan kecil. rautnya menggemaskan dengan pipi yang sudah memerah.

“kamu itu dari mana yang betul mel? saya tadi sudah masuk kesini tapi tidak menjumpai kamu lho.” markiel bertanya sambil mendudukkan diri ke meja marmer tempatnya bekerja. menunduk ke amelia yang kini juga sudah sepenuhnya melihat ke arah markiel.

“hehe aku di toilet maaf. tapi aku gak bohong, aku disini. toiletmu kan di dalem situ toh?” tunjuknya ke sekitar sudut kemudian.

“hm.. saya itu khawatir kamu diculik satpam saya yang desas-desusnya naksir kamu itu tau mel..”

hah? amelia mau tidak mau terkekeh geli. sudah tentu markiel juga hanya bercanda. “omong-omong kepalaku puyeng dikit. aneh ya? padahal aku kuat minum loh kiel.”

“iya?”

“iya lah. kamu mah kalah kalo lawan minum sama aku.”

“jadi istri saya pemabuk handal nih ceritanya?”

“uhm... gak handal sih, kan sekarang aku udah mabuk.” amelia tertawa, lalu tanpa aba-aba mulai menjatuhkan kepalanya di paha markiel. dan karena sedikit pusing, ia lanjut memejamkan mata. tidak memperdulikan telinga lawan jenisnya yang kini sudah merah total seperti habis dijewer kencang.

“ehm.” lelaki itu reflek berdeham canggung. tenggorokannya serak dengan otot-otot tubuh yang mulai menegang. posisi kepala gadis itu terasa terlalu dekat. entah, mungkin pikiran markiel saja yang memang sudah kacau kali ini.

“mel.”

“hm?”

tidak ada tanggapan lagi. markiel kehilangan semua kalimatnya.

kini hanya tersisa suara dengung mesin AC dan suara bincang-bincang samar dari arah luar ruangan yang mengisi pendengaran keduanya.

suasana masih hening cukup lama sampai akhirnya amelia berucap dalam pejaman matanya. mengusik sepi yang ada. “mark..” panggilnya pelan.

“iya?”

“aku mau request kapan-kapan diajakin makan soto daging di deket lampu merah boleh gak? dulu waktu SMA aku pernah kesitu sekali rasanya enak banget tapi waktu mau makan lagi sama mamaku dilarang-larang.” amelia berujar seraya perlahan menarik mundur kepalanya. mata gadis itu menatap sayu ke mata markiel yang kini sudah mengangguk mantap tanda menyanggupi.

“boleh dong sayang. nanti saya ajak kesana kita makan berdua aja ya?”

“wah? beneran? makasih ya kiel..” amelia mendadak berbinar dan langsung bangkit berdiri dari kursi kebangsaan markiel tersebut demi berpindah posisi. ia ingin membiarkan lelakinya itu untuk kembali bekerja.

namun sebelum kaki gadis itu melangkah jauh, tangan hangat markiel sudah menyusup di lekuk pinggangnya dan memutar tubuh amelia agar membelakanginya tanpa aba-aba. lelaki itu tampak ingin memeluk dari belakang dengan tenang kali ini.

terbukti ketika ia tak membiarkan istrinya itu untuk protes lebih jauh sebab kini lanjut meletakkan dagunya di pundak tanpa basa-basi.

“5 minutes.” markiel berujar guna memberi tahu.

“uhm okay.. asal jangan recreate wattpad ya, markiel..” amelia meminta sambil menelan salivanya susah payah. sudah tentu ia kelimpungan menghadapi markiel versi dewasa ini. jantungnya tidak bisa diatur dan sarafnya serasa membeku. rasanya gila sekali bahkan ketika kecupan markiel mendadak saja mendarat di pipi kanannya. kadang sekilas, kadang cukup lama. dan itu sudah terjadi lebih dari lima kali.

“memang adegan wattpad itu seperti apa sih mel?” pancingnya setelah berhasil memberi kecup kecil di pipi amelia lagi.

“ya itu, cium-cium. kamu mending kerja deh, kataku.” amelia makin pening dan kini menggeliat guna melepaskan diri dari jeratan markiel yang entah mengapa sangat menggoda.

lelaki itu hanya tertawa dan makin merapatkan pelukannya. “saya tadi sudah bilang ke sekretaris saya untuk gak masuk sembarangan mel.. jadi kesimpulannya adalah ruangan ini akan selalu bersih sampai urusan kita selesai nantinya.”

“urusan kita apa maksudnya? kita mau apa?”

“recreate adegan wattpad yang kamu maksud tadi?”

“hah?”

markiel turun dari posisi duduknya di meja, lantas membalik tubuh amelia agar menghadap dirinya. tidak, lelaki itu tidak bersuara. ia hanya menatap bola mata amelia lurus dan intens cukup lama sebelum akhirnya menurunkan pandang ke bibir merah amelia yang menjadi tujuannya. tatapannya jatuh begitu terus sampai akhirnya pita suara markiel bergetar serak. “boleh saya curi bibirnya lagi untuk hari ini mel?”

“eh? emang boleh ya?” amelia reflek mendelik kaget.

“ini ruangan saya. kenapa tidak boleh?” markiel meneleng kepala.

“eh anu, lah ini jendela kaca lagi terbuka lebar lho kiel? nanti kalo ada mas-mas yang ngelap kaca lewat, gimana?” sudah tentu ucapan barusan adalah ucapan yang 100 persen melantur.

markiel hanya tersenyum seraya mengedik pundak, tangannya lantas bergerak pelan menekan satu tombol di remot kontrol dekat komputernya sebentar agar ketakutan amelia tidak terjadi. iya.. lelaki itu menutup pandang ruangannya dengan menurunkan tirai.

“ada lagi yang kamu khawatirkan mel?”

sialnya, tidak ada. dan amelia makin tidak bisa memikirkan jawaban lain ketika pinggulnya tau-tau saja diangkat agar duduk di atas meja dengan tangan markiel yang mulai memagarinya.

otak amelia menggila seketika. hal ini sangat persis dengan adegan cerita panas yang kadang lewat di ponselnya.

namun jujur, detik ini amelia merasa ada percikan rasa ingin yang muncul. bahkan ketika markiel masih membiarkan mata mereka bertubrukan intens pun kewarasan amelia sudah makin melebur.

“saya diijinkan, kan?” markiel masih menahan diri untuk tidak menabrakkan bibirnya dan fokus memandang mata lawannya saja detik ini. ia masih menantikan jawaban itu dengan jantung memompa kencang.

hm.. i'm yours tho.”

dan bersamaan dengan jawaban amelia yang menguar dengan tatap terlena itu, markiel akhirnya merapatkan jarak dengan sempurna.

tangannya diam tak bergerak dan hanya menumpu pada meja saja. hal tersebut tentu membuat kepala amelia tersentak mundur kalau saja tangan gadis itu tidak langsung sigap mengalung pada leher markiel.

desis kecil mulai terdengar dibarengi decakan basah yang bersahut-sahutan tiada henti. markiel tentu masih belum berani untuk bermain dengan lidahnya, ia masih memberikan ruang agar gadisnya bisa beradaptasi dan tidak terkejut.

sebab bagaimanapun, markiel adalah satu-satunya hal pertama yang dimiliki amelia. dengan kalimat lain, semua yang diterima markiel adalah yang pertama dilepas oleh gadis itu.

“markiel..” amelia sontak kewalahan kala kecupan markiel bergeser. tidak, ralat. bukan kecupan. karena yang sebenarnya terjadi adalah markiel mulai melumat dan menghisap bawah dagu amelia. hisapannya terasa kuat dan tepat hingga berhasil membuat amelia mendesis kencang. ciuman lelaki itu terus bergerak kemana-mana dibarengi kedua tangan yang kini sudah otomatis menurunkan kerah turtleneck yang dipakai amelia. lelaki itu bahkan mulai mendongakkan leher jenjang kekasihnya tersebut agar bisa ia hisap secara leluasa.

tidak ada ucapan yang menguar, hanya ada suara decak dan sedotan dibarengi lenguh kecil yang makin lama makin mendominasi ruangan.

leher putih amelia benar dibabat habis kali ini. lelaki itu melahap leher dan sesekali menjulurkan lidah demi meruntut garis-garis saraf amelia yang warnanya menyembul, —saking putih kulitnya.

“sudah kah kegiatanmu di leherku ini?” amelia bersuara ketika markiel sudah melepas lehernya dan kembali menciumi pipinya.

“kenapa? kamu mau saya merahkan lagi di bagian leher yang mana? coba kamu tunjuk.”

gila apa? amelia langsung bungkam dan tidak berkomentar. ia yakin 100 persen bahwa lehernya sudah tidak keruan bentuknya kali ini.

“aku yakin kamu sering baca porno di wattpad.” amelia bablas menuduh.

“eh? saya apa? saya enggak sempat baca cerita halu yang begitu di wattpad ya babe kamu jangan salah sangka.” markiel mengerut lucu, tidak terima.

amelia mencibir. “berarti liat di youtube!”

“uhm???” markiel kehabisan balasan dan hanya bisa menelengkan kepala.

ketukan pintu yang datang secara tiba-tiba membuat amelia mengalungkan tangannya di leher markiel.

“kamu mau saya cium lagi atau bagaimana ini maksudnya mel?”

amelia menggeleng. “tolong, suami.. turunin aku. itu kamu udah dicariin karyawanmu.”

markiel lantas tertawa tanpa suara sebagai balasan. “tapi saya masih belum selesai.”

“nanti aja. boleh lanjut di rumah.”

markiel tersenyum sembari mengelap bibir bawahnya sendiri. “okay amelia, i'll let you go now.”

so, this is what real dating feels like?

lowercase!


amelia duduk dengan dua kaki mengayun gelisah. di sekitarnya ada banyak sekali manusia berkeliaran dan berlalu-lalang yang beberapanya sibuk memotret taman, —atau apapun yang dapat dipotret. kebanyakan sih, turis. entahlah, yang jelas dan pasti adalah pikiran amelia 50 persen melayang. ia sedang bimbang setengah mati.

markiel berdeham, memancing fokus amelia agar bergerak ke arahnya saja. sudah tentu markiel paham bahwa jiwa gadisnya tengah berkeliaran saat ini. terbukti dari pandangan kosongnya yang terus menguar padahal sudah beberapa kali markiel ajak mengobrol.

telapak tangan lelaki itu lantas terbuka tepat di hadapan amelia, hendak mengajak gadis itu berjalan-jalan saja agar tidak keterusan melamun.

“aku males jalan tau..” balasnya mengomel setelah mengerjap kaget. namun asiknya, tangan amelia tetap menyambut milik markiel dan menyetujui ajakan lelaki itu untuk berpindah tempat.

“habisnya kamu asik melamun sendiri sih? saya tidak diajak ngobrol padahal tadi kamu yang minta serius.”

amelia menggaruk keningnya, kali ini karena gatal betulan. “uhm.. apa ya, aku lagi mikir kiel.”

“ada apa sih memangnya? apa yang ganggu pikiran kamu mel?” markiel menghentikan langkah, menghadapkan tubuhnya sempurna ke arah amelia sambil sesekali menarik langkah mundur menjauhi kerumunan orang yang tengah melintas di jalan setapak.

“kamu mau punya anak cepet-cepet markiel?”

“bagaimana?”

“ya, ayo kita coba. sekarang atau nanti juga sama aja kan? cuma persoalan waktu kiel..”

“maksudnya mel?” markiel mendadak bodoh. sebab perkataan amelia barusan sangat tidak masuk akal di telinganya.

“besok kita flight agak malem kan? ya ayo coba, hari ini..”

“sorry?” markiel sampai mendekatkan kepala saking tidak percaya akan pendengarannya sendiri.

amelia meringis. markiel mode lemot sangat menyusahkan rupanya.

“tau ah.” hanya ucapan itu yang keluar dari bibir amelia sebagai balasan.

gantinya, markiel menggoyang telapak tangan amel yang berada dalam genggaman. “babe..”

“uhm?”

markiel tampak berpikir cukup lama sebelum akhirnya pita suara lelaki itu kembali ia getarkan. “hidup ini kamu yang menjalani mel. jadi jangan dengarkan apa yang keluarga kamu tuntut ya? jadi egois sesekali gak papa. seperti yang dulu kamu bilang, mereka bisanya hanya memberi perintah dan mengajak saingan. padahal semuanya kembali ke individu masing-masing. hidupmu ya hidupmu. hidupmu bukan milik mereka. dan yang pasti, hidup bukan pekara saling balap untuk sampai tujuan. toh, garis start dan tujuan setiap orang kan memang berbeda, toh?”

sial.

mata amelia mendadak memerah. markiel adalah definisi lelaki manis, sopan, tampan dan segala hal serupa yang sesungguhnya.

dan beruntungnya lagi, entah kenapa lelaki ini ada di hadapannya sebagai seorang suami detik ini. makan apa amelia dulu sampai bisa seberuntung ini?

“padahal aku gak cerita apa-apa tentang mereka ke kamu lho marki..” akhirnya hanya kalimat itu yang bisa keluar setelah hening cukup panjang. kepekaan markiel memang bisa diacungi jempol 10!

“saya toh memang selalu mengamati kamu mel. apa lagi kamu sekarang kan, istri saya.”

blush

masuk sudah segala air mata yang tadi sempat membendung di mata sebab kini pipi amelia panas terbakar secara mendadak.

“gombal terus.. diabet aku lama-lama kamu cekokin manis-manis mulu kiel..”

“jadi kamu sudah deg-degan?” markiel sok bertanya, mengulang masa-masa pdkt singkat mereka sebelum menikah kala itu.

“kamu nanyaaaa?”

“ya, saya kan butuh validasi dari bibir kamu.” markiel mengedik pundak. mencoba memberi hiburan ala humor bapak-bapaknya yang sejujurnya sama sekali tidak ada lucunya.

amelia mendecih gemas lantas menjinjitkan kakinya sedikit. tangannya yang tak digenggam bergerak mencekali dagu markiel agar mau maju dan turun sedikit.

“mau apa?” markiel mendadak senam jantung diperlakukan demikian oleh amelia.

“cium kamu? kan katanya kamu butuh validasi dari bibirku?”

dan detik itu juga markiel melepas genggaman tangan amelia, memindahkannya ke leher gadis itu agar bisa bertukar pagut dengan mudah.

ya, untungnya mereka tidak lagi berada di indonesia.

so, this is what real dating feels like?

lowercase!


amelia duduk dengan dua kaki mengayun gelisah. di sekitarnya ada banyak sekali manusia berkeliaran dan berlalu-lalang yang beberapanya sibuk memotret taman, —atau apapun yang dapat dipotret. kebanyakan sih, turis. entahlah, yang jelas dan pasti adalah pikiran amelia 50 persen melayang. ia sedang bimbang setengah mati.

markiel berdeham, memancing fokus amelia agar bergerak ke arahnya saja. sudah tentu markiel paham bahwa jiwa gadisnya tengah berkeliaran saat ini. terbukti dari pandangan kosongnya yang terus menguar padahal sudah beberapa kali markiel ajak mengobrol.

telapak tangan lelaki itu lantas terbuka tepat di hadapan amelia, hendak mengajak gadis itu berjalan-jalan saja agar tidak keterusan melamun.

“aku males jalan tau..” balasnya mengomel setelah mengerjap kaget. namun asiknya, tangan amelia tetap menyambut milik markiel dan menyetujui ajakan lelaki itu untuk berpindah tempat.

“habisnya kamu asik melamun sendiri sih? saya tidak diajak ngobrol padahal tadi kamu yang minta serius.”

amelia menggaruk keningnya, kali ini karena gatal betulan. “uhm.. apa ya, aku lagi mikir kiel.”

“ada apa sih memangnya? apa yang ganggu pikiran kamu mel?” markiel menghentikan langkah, menghadapkan tubuhnya sempurna ke arah amelia sambil sesekali menarik langkah mundur menjauhi kerumunan orang yang tengah melintas di jalan setapak.

“kamu mau punya anak cepet-cepet markiel?”

“bagaimana?”

“ya, ayo kita coba. sekarang atau nanti juga sama aja kan? cuma persoalan waktu kiel..”

“maksudnya mel?” markiel mendadak bodoh. sebab perkataan amelia barusan sangat tidak masuk akal di telinganya.

“besok kita flight agak malem kan? ya ayo coba, hari ini..”

“sorry?” markiel sampai mendekatkan kepala saking tidak percaya akan pendengarannya sendiri.

amelia meringis. markiel mode lemot sangat menyusahkan rupanya.

“tau ah.” hanya ucapan itu yang keluar dari bibir amelia sebagai balasan.

gantinya, markiel menggoyang telapak tangan amel yang berada dalam genggaman. “babe..”

“uhm?”

markiel tampak berpikir cukup lama sebelum akhirnya pita suara lelaki itu kembali ia getarkan. “hidup ini kamu yang menjalani mel. jadi jangan dengarkan apa yang keluarga kamu tuntut ya? jadi egois sesekali gak papa. seperti yang dulu kamu bilang, mereka bisanya hanya memberi perintah dan mengajak saingan. padahal semuanya kembali ke individu masing-masing. hidupmu ya hidupmu. hidupmu bukan milik mereka. dan yang pasti, hidup bukan pekara saling balap untuk sampai tujuan. toh, garis start dan tujuan setiap orang kan memang berbeda, toh?”

sial.

mata amelia mendadak memerah. markiel adalah definisi lelaki manis, sopan, tampan dan segala hal serupa yang sesungguhnya.

dan beruntungnya lagi, entah kenapa lelaki ini ada di hadapannya sebagai seorang suami detik ini. makan apa amelia dulu sampai bisa seberuntung ini?

“padahal aku gak cerita apa-apa tentang mereka ke kamu lho marki..” akhirnya hanya kalimat itu yang bisa keluar setelah hening cukup panjang. kepekaan markiel memang bisa diacungi jempol 10!

“saya toh memang selalu mengamati kamu mel. apa lagi kamu sekarang kan, istri saya.”

blush

masuk sudah segala air mata yang tadi sempat membendung di mata sebab kini pipi amelia panas terbakar secara mendadak.

“gombal terus.. diabet aku lama-lama kamu cekokin manis-manis mulu kiel..”

“jadi kamu sudah deg-degan?” markiel sok bertanya, mengulang masa-masa pdkt singkat mereka sebelum menikah kala itu.

“kamu nanyaaaa?”

“ya, saya kan butuh validasi dari bibir kamu.” markiel mengedik pundak. mencoba memberi hiburan ala humor bapak-bapaknya yang sejujurnya sama sekali tidak ada lucunya.

amelia mendecih gemas lantas menjinjitkan kakinya sedikit. tangannya yang tak digenggam bergerak mencekali dagu markiel agar mau maju dan turun sedikit.

“mau apa?” markiel mendadak senam jantung diperlakukan demikian oleh amelia.

“cium kamu? kan katanya kamu butuh validasi dari bibirku?”

dan detik itu juga markiel melepas genggaman tangan amelia, memindahkannya ke leher gadis itu agar bisa bertukar pagut dengan mudah.

ya, untungnya mereka tidak lagi berada di indonesia.

so, this is what dating feels like?

lowercase!


amelia duduk dengan dua kaki mengayun gelisah. di sekitarnya ada banyak sekali manusia berkeliaran dan berlalu-lalang yang beberapanya sibuk memotret taman, —atau apapun yang dapat dipotret. kebanyakan sih, turis. entahlah, yang jelas dan pasti adalah pikiran amelia 50 persen melayang. ia sedang bimbang setengah mati.

markiel berdeham, memancing fokus amelia agar bergerak ke arahnya saja. sudah tentu markiel paham bahwa jiwa gadisnya tengah berkeliaran saat ini. terbukti dari pandangan kosongnya yang terus menguar padahal sudah beberapa kali markiel ajak mengobrol.

telapak tangan lelaki itu lantas terbuka tepat di hadapan amelia, hendak mengajak gadis itu berjalan-jalan saja agar tidak keterusan melamun.

“aku males jalan tau..” balasnya mengomel setelah mengerjap kaget. namun asiknya, tangan amelia tetap menyambut milik markiel dan menyetujui ajakan lelaki itu untuk berpindah tempat.

“habisnya kamu asik melamun sendiri sih? saya tidak diajak ngobrol padahal tadi kamu yang minta serius.”

amelia menggaruk keningnya, kali ini karena gatal betulan. “uhm.. apa ya, aku lagi mikir kiel.”

“ada apa sih memangnya? apa yang ganggu pikiran kamu mel?” markiel menghentikan langkah, menghadapkan tubuhnya sempurna ke arah amelia sambil sesekali menarik langkah mundur menjauhi kerumunan orang yang tengah melintas di jalan setapak.

“kamu mau punya anak cepet-cepet markiel?”

“bagaimana?”

“ya, ayo kita coba. sekarang atau nanti juga sama aja kan? cuma persoalan waktu kiel..”

“maksudnya mel?” markiel mendadak bodoh. sebab perkataan amelia barusan sangat tidak masuk akal di telinganya.

“besok kita flight agak malem kan? ya ayo coba, hari ini..”

“sorry?” markiel sampai mendekatkan kepala saking tidak percaya akan pendengarannya sendiri.

amelia meringis. markiel mode lemot sangat menyusahkan rupanya.

“tau ah.” hanya ucapan itu yang keluar dari bibir amelia sebagai balasan.

gantinya, markiel menggoyang telapak tangan amel yang berada dalam genggaman. “babe..”

“uhm?”

markiel tampak berpikir cukup lama sebelum akhirnya pita suara lelaki itu kembali ia getarkan. “hidup ini kamu yang menjalani mel. jadi jangan dengarkan apa yang keluarga kamu tuntut ya? jadi egois sesekali gak papa. seperti yang dulu kamu bilang, mereka bisanya hanya memberi perintah dan mengajak saingan. padahal semuanya kembali ke individu masing-masing. hidupmu ya hidupmu. hidupmu bukan milik mereka. dan yang pasti, hidup bukan pekara saling balap untuk sampai tujuan. toh, garis start dan tujuan setiap orang kan memang berbeda, toh?”

sial.

mata amelia mendadak memerah. markiel adalah definisi lelaki manis, sopan, tampan dan segala hal serupa yang sesungguhnya.

dan beruntungnya lagi, entah kenapa lelaki ini ada di hadapannya sebagai seorang suami detik ini. makan apa amelia dulu sampai bisa seberuntung ini?

“padahal aku gak cerita apa-apa tentang mereka ke kamu lho marki..” akhirnya hanya kalimat itu yang bisa keluar setelah hening cukup panjang. kepekaan markiel memang bisa diacungi jempol 10!

“saya toh memang selalu mengamati kamu mel. apa lagi kamu sekarang kan, istri saya.”

blush

masuk sudah segala air mata yang tadi sempat membendung di mata sebab kini pipi amelia panas terbakar secara mendadak.

“gombal terus.. diabet aku lama-lama kamu cekokin manis-manis mulu kiel..”

“jadi kamu sudah deg-degan?” markiel sok bertanya, mengulang masa-masa pdkt singkat mereka sebelum menikah kala itu.

“kamu nanyaaaa?”

“ya, saya kan butuh validasi dari bibir kamu.” markiel mengedik pundak. mencoba memberi hiburan ala humor bapak-bapaknya yang sejujurnya sama sekali tidak ada lucunya.

amelia mendecih gemas lantas menjinjitkan kakinya sedikit. tangannya yang tak digenggam bergerak mencekali dagu markiel agar mau maju dan turun sedikit.

“mau apa?” markiel mendadak senam jantung diperlakukan demikian oleh amelia.

“cium kamu? kan katanya kamu butuh validasi dari bibirku?”

dan detik itu juga markiel melepas genggaman tangan amelia, memindahkannya ke leher gadis itu agar bisa bertujar pagut dengan mudah.

untungnya, mereka tidak lagi berada di indonesia.

something between us.

lowercase


malam dengan bulan purnama tanpa awan mendung mulai menjemput. terasa damai, pun menenangkan. belum lagi angin yang berhembus kini tidak begitu kencang dan dingin, cenderung sepoi-sepoi dan membuat mata mendadak mengantuk tanpa dipaksa.

nasya menghela napas, lantas mendudukkan diri di balkon teras atas rumahnya sambil memandangi atap rumah tetangga depan yang sudah rompal separuh karena tidak dihuni.

jujur saja ia tidak tau alasan kenapa hatinya mendadak terasa begitu kosong detik ini. padahal, beberapa jam lalu ia masih sempat melakukan panggilan telepon bersama jendria. angkasa sendiri juga bahkan baru pulang setelah mengirim martabak telur dan membantunya mengerjakan tugas.

namun benar.. kosong tetaplah kosong. bahkan kini kantuknya yang sempat datang itu bablas hilang sirna.

entah mengapa secara tiba-tiba nasya merasa ada banyak sekali hal yang ia lupakan telah terjadi. dan sayangnya, ia tidak mengerti akan kebenaran hal tersebut sama sekali.

suara jangkrik malam diiringi kendaraan yang kadang melintas sekali dua kali mulai menyapa pendengaran, membuat nasya terus jatuh dalam lamunannya tersebut tanpa sebuah jawaban.

gadis itu baru akan berdiri dari duduk ketika desir angin tak enak mendadak saja merayap di sekitar tengkuknya. ia merinding lagi tanpa diminta. membuat kepalanya reflek menoleh ke kanan kiri, mencari apakah ada sosok yang biasa dilihatnya ada di sekitar situ atau tidak.

namun lagi, hasilnya nihil. nasya tidak bisa melihat apapun bahkan jika itu hanya anak kecil merangkak sekalipun.

“tolong siapapun lo atau apapun bentukan lo, jangan ganggu gue lagi ya? gue capek beres-beres hasil pecahan lo. pun gue juga capek nyari-nyari keberadaan lo yang gak terlihat sama mata gue..” nasya mengeluh, lantas melirik jam dinding yang terpasang di kamarnya.

pukul 11 tepat. dan sejujurnya ini masih belum terlalu malam untuk ia biasa bersantai di atas kasur. ia masih ingin duduk di balkon, menikmati angin malam sambil mendengar petikan gitar angkasa yang mengalun pelan dari sebelah rumah. namun harapan hanyalah harapan, sebab sebagai balasan atas keluh kesahnya barusan itu, wadah tisu kain yang ada di atas kasur tiba-tiba jatuh tanpa ada yang menyentuh. membuat langkah gadis itu mau tak mau kembali masuk ke dalam kamar demi meringkas hasil ulah sosok lain yang ia yakin berada tak jauh darinya.

“nantang banget ya lo tuh ya? tadi gue bilang jangan mecahin barang sekarang jatuhinnya benda kain.. pinter dah asli.” gerutunya kemudian. sedikit ingin tertawa sebab ternyata keluhannya malah benar-benar ditanggapi.

dan beberapa detik kemudian nasya hanya lanjut diam sambil duduk di lantai kamar. entah sosok tersebut berada dimana karena nasya tidak merasakan hal apapun yang menganggunya lagi. gadis itu lantas menghembus napas sebelum melontar suara.

“lo masih disini gak? kalo iya, gue mau tanya dan lo harus jawab jujur ya?”

tentu saja hanya hening yang menyambut karena ia masih tidak bisa melihat apapun. sejujurnya ia betul tidak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi. mengenai kemampuannya melihat hal-hal tersebut bahkan masih berfungsi. namun...

“kenapa gue gak bisa lihat lo?”

iya. pertanyaan itu selalu mengganjal dalam pikirannya.

desir angin pelan menggoyang anak rambut. bukan angin dari balkon, sebab kali ini nasya merasa angin tersebut terasa hangat meskipun tetap membuat sekujur tubuhnya merinding.

“lo malu atau emang gak bisa nampakin diri?”

wadah tisu nasya terguling lagi.

“dan kenapa lo suka jatuhin barang-barang gue anjir?”

sepi. nasya tidak mendapat jawaban apapun.

“oke fine, itu hak lo mau nongol dimanapun tapi please jangan gangguin gue oke? apa lagi kalo gue mau ngerjain tugas malem-malem tuh! awas aja beneran kalo tugas kampus gue gak selesai lo bakal gue aduin ke dosen biar disabet sekalian pake air suci!”

dan detik itu juga, lampu kamar nasya mendadak mati dibarengi oleh lagu dari speaker yang berbunyi lirih.

itu lagu dari band luar negeri.

oasis.

berjudul “don't look back in anger.”

dan bersamaan itu pula, jantung nasya langsung berdegup liar tak terkendali. air matanya juga mendadak menetes tanpa diminta. paru-parunya yang tadi bekerja normal juga kini terasa sesak bukan main. kepalanya pening, seperti dihantam oleh palu raksasa. oksigen yang berputar di sekitar hidung tidak bisa dihirup leluasa sama sekali. hingga akhirnya mata gadis itu mengawang, pandangannya mengabur total.

ya. gadis itu pingsan. tepat ketika bayang gelap tapak kaki mulai mendarat di sekitar badannya.

gak yang gmn2 sih

b aja

intinya, happy reading. (bagi yg sudah cukup umur)


sore ini markiel tengah duduk di balkon kamar tempatnya menginap sembari menyesap minuman beralkohol yang ia pegang di tangan kanan. matanya mengawang lepas menatap hamparan tanah luas yang kini hampir dimakan kegelapan selagi otaknya berputar terus tiada henti. entah, akhir-akhir ini seperti ada saja hal yang membuatnya harus berpikir keras.

salah satunya mencakup masa depan bersama sang istri. amelia. bukannya apa-apa, namun, apakah istrinya tersebut benar bahagia menjalin hubungan secepat itu bersama dirinya? belum lagi ucapan amelia ketika awal berkenalan juga sepintas berkelebat dalam benak.

menikah itu untuk jangka waktu panjang.

jadi, apa benar gadisnya tidak menyesal akan keputusan ini? meski jika menyesal pun tidak akan bisa mengubah banyak hal sebab mereka telah disatukan di atas altar.

sungguh, markiel semakin pening dan kini memutuskan untuk meletakkan sebentar gelas wine yang ia cekal itu ke atas meja kayu yang berada tak jauh di dekat kakinya bertumpu.

“psst!” markiel mengerjap, menoleh ke arah pintu kaca lebar belakangnya yang terbuka beberapa senti. menampilkan wajah cantik amelia yang menyembul sedikit sambil tangannya membawa piring kecil berisi muffin cokelat.

“mau kue? dan please jangan tolak kue ini. ini aku rela nyisa demi kamu..” ujarnya kemudian ketika markiel tersenyum untuk menyambut.

lelaki itu berdeham, lantas memutuskan untuk duduk di kursi kayu panjang yang ditata menghadap bentang karya Tuhan di depan sana. ia kemudian menepuk pelan ruang kosong di sampingnya, menyuruh amelia agar duduk sebentar disitu menemaninya menghirup udara segar, —kelewat segar sejujurnya, mengingat malam memang sudah menjemput.

gadis itu menurut, membuka kian lebar pintu kaca agar tubuhnya bisa lewat.

“mikirin kerjaan kah kiel?” amelia bertanya. meletakkan piring kecil sebentar di atas meja, lalu mulai menyibak rambutnya yang di kelabang cantik itu agar menyingkir ke belakang.

markiel menegang sebentar dengan telinga yang mendadak sudah berubah warna menjadi merah. tak pelak, dipanggil kiel ataupun marki oleh amel membuat jantungnya berdetak tidak keruan. lelaki itu lantas menggeleng. “kerjaan saya sudah dihandle bawahan, mel. lagi pula saya gak akan mikir kerjaan sama sekali kalau ada kamu bersama saya.”

sial. gombalan yang keluar dengan sopan dan lembut itu nyatanya selalu membuat perut amelia melilit geli. ia masih tidak terbiasa. jiwa single-nya yang melekat bertahun-tahun itu selalu merasa ada yang salah. entah kenapa.

“ya udah, apa lah intinya kamu ngadem disini aku temenin aja.”

markiel mengangguk, menawarkan telapak tangan agar tangan kekasihnya itu mau ia genggam selagi matanya kembali mengawang lepas ke daratan yang kini mulai mulai memantulkan cahaya rembulan. tentu saja amelia tidak segera membalas, membutuhkan setidaknya hampir satu menit sebelum akhirnya tangan mereka bersatu di atas paha markiel.

“kamu kedinginan mel?” lelaki itu bertanya, merasakan dinginnya tangan gadis yang ia genggam tersebut sambil mulai mengelus pelan.

“uhm, nggak sih.. abis makan kue juga aku lagian. kalo abis makan kan endingnya kepanasan. kayak, lemak jenuhnya pada berontak kena bakar hehehehe.”

melantur. amelia salah tingkah.

markiel hanya terkekeh tanpa suara sambil mengangguk-angguk sayu. sepertinya efek wine yang tadi ia sesap lumayan banyak itu mulai bekerja. ya, pada dasarnya markiel toh memang bukan peminum handal.

“pusing ya kamu?”

“hum.. ngefly dikit. saya habis minum. maaf ya mel? besok-besok saya gak minum lagi.”

amelia sontak menolehkan pandang sempurna. menatap raut lelaki yang kini telah menjadi suaminya itu dalam hening. ada heran bercampur khawatir ketika melihat mata markiel yang seperti berputar-putar, —lebay, intinya mata markiel nampak lelah dan.. seksi?

“hah?” amelia sampai melotot dan bersuara sebab terkejut dengan hasil pikirannya barusan.

seksi?

“babe..” markiel mendadak ikut menoleh dan menyatukan pandang. “ayo masuk, angin malam gak baik untuk kesehatan badan.”

sial. terkutuklah semua angin yang berhembus malam ini sebab kini amelia tersihir sempurna. anak rambut markiel yang terbang lembut dan berjatuhan di wajah tampannya membuat jemari amelia yang tak digenggam itu reflek bergerak. mengelus rambut tersebut dan mengembalikannya ke posisi sebelumnya.

masih terbuai akan pikirannya dengan jantung berdebum kuat membuat amelia tidak sadar bahwa markiel semakin menatapnya lekat sambil mulai menyerongkan tubuh dengan sempurna. tampak menikmati setiap sentuh dari jemari putih gadisnya yang masih mendarat di kepalanya.

“mel.” panggilnya kemudian.

“ya?”

“apa kamu berniat untuk kissing kedua kali dengan saya sekarang?”

amelia kehilangan suara, gantinya gadis itu reflek menghentikan gerak tangannya dan lanjut melotot lebar. jujur, ia sangat terkejut akan ajakan yang sangat mendadak itu. bahkan kini terang-terangan markiel sudah mendekatkan posisi duduknya agar bisa menatap leluasa wajah amelia yang memang sangat cantik dan punya aura tersendiri.

“eh.. kenapa emang?” pertanyaan yang sangat bodoh itu akhirnya keluar dari hasil salah tingkahnya.

“karena saya ingin? saya ingin kamu.”

the fuck! amelia sesak napas bahkan sebelum cumbuannya benar dimulai. gadis itu lantas berdeham pelan, membuang muka. membiarkan pipinya terbakar sebentar sebelum ucapan-ucapan keluarganya yang menyuruh agar lekas hamil itu kembali merayap di otak. amelia kemudian kembali menghadap ke arah markiel, “ya udah deh, ayo.” ujarnya, menyetujui.

giliran markiel yang meneleng karena tidak menyangka akan diiyakan secara mendadak pula seperti itu. “disini?” ia linglung.

“ya kamu mau kita ciuman di kamar sekalian bablas apa gimana? ngikut deh.”

“jangan pancing saya mel.”

amelia menggaruk kening. sebenarnya, ia ingin menyampaikan keluh kesahnya tentang keluarga gunajaya-nya itu pada markiel, namun tidak bisa. ralat, tidak mau. ia tidak ingin menambah beban masalah markiel yang memang sudah terlihat jelas dari raut wajahnya saja. gantinya, gadis itu berdeham sebentar sebelum memajukan badan dan mencium pipi markiel singkat.

iya benar. hanya singkat saja, namun sensasi yang dirasakan markiel benar-benar luar biasa. apa lagi ia sedang berada di bawah pengaruh alkohol juga. lantas, sebagai balasan akan perlakuan amelia barusan kepadanya, markiel hanya mencekali pipinya sendiri sambil bertanya.

“kamu tidak masalah kalau ada sensasi alkohol disela ciuman kita, mel?”


ternyata ada hari dimana amelia bisa benar-benar terbuai oleh sentuhan lelaki. tidak, jangan salah sangka. sebab perlu diingat bahwa amelia dan lelaki yang dimaksud (markiel) telah menikah secara sah di hadapan Tuhan januari kemarin.

terbukti dari gadis itu yang kini malah menelengkan kepala sedikit ke kanan ketika ciuman markiel mendadak hadir di permukaan bibirnya.

amelia tentu tidak lihai. ia hanya pernah dituntun masuk ke dalam ciuman sekali saat malam tahun baru menjemput. namun sudah, hanya sebatas itu saja. tidak sampai seperti ini...

“gak bisa nafas aku mark...” amelia memutus ciumannya secara sepihak kala paru-parunya sesak. baru beberapa menit berlangsung dan ia langsung dihajar markiel tanpa belas kasih. rupanya benar ucapan lelaki itu jika sudah berpengalaman di bidang cium mencium.

“maaf, saya tergesah ya?”

gadis itu mengangguk, masih membuang wajah ke kanan agar tidak mendadak dicuri lagi ciumannya. ia masih butuh bernapas. dan sialnya, kini hembus napas narkiel malah mendarat di telinga kirinya. berat, menderu dan panas.

amelia sontak menoleh ke posisi semula dan mundur beberapa senti ke belakang. jantungnya meledak bukan main. padahal, di depannya ini hanya sosok markiel. garis bawahi, markiel! bukannya jaehyun idol kpop yang digemarinya atau bahkan jo insung sekalipun.

“kenapa?” markiel masih belum ingin mundur dari kegiatannya, terbukti dari posisi lelaki itu yang tidak bergerak kemana-mana dan stay di tempatnya.

“nothing. kaget aja angin nafasmu masuk telinga.”

“memang tadi saya tiup.”

HAH? amelia melotot. dan naasnya, markiel malah tertawa gemas dengan mata sayunya yang masih menyorot penuh damba. tampan sekali.

“mau lanjut lagi? kamu sudah selesai ambil nafasnya?”

“bisa gak sih jangan manis-manis? langsung gasrak aja ih akunya jangan diajak ngomong begitu. gila apa mau ciuman doang sopannya masih 90 persen..”

“ya sudah. saya langsung saja.” markiel menghela tawa kecil sambil tangannya bergerak masuk menyusup tengkuk gadisnya yang terbuka. mulai membuai amel agar lemas dan tidak kaku, —yang sejujurnya, persendian amelia makin kokoh dan tidak ada lemasnya karena tegang bukan main.

dan satu detik sebelum amelia sempat meraup napas lagi, bibir markiel telah mendarat mulus di permukaan miliknya.

hangat, basah. sensasi itu kembali lagi setelah beberapa menit lalu sempat terputus. membuat bahu amelia makin tegang bukan main. tegangan di tubuhnya perlahan menyusut ketika markiel sedikit merapatkan tubuhnya. memeluk, kata lainnya. membuat amelia yakin bahwa markiel memang menciumnya dengan kesadaran yang masih ada dan bukannya karena pengaruh minuman beralkohol saja.

deham berat markiel lepas pelan dan mendarat mulus di pendengaran amelia. dari yang memang sudah tidak ahli malah makin tidak fokus karena perasaannya mendadak saja berubah jadi aneh. amelia merasa sangat menginginkan markiel secara tiba-tiba. entah, hasrat apa yang mendadak merasuki pikirannya saat ini?

kalungan tangan amelia yang kini bergerak merapat di leher markiel membuat lelaki itu tersenyum kecil disela hisapan kecilnya. lantas dengan berani lelaki itu merebahkan sedikit punggung amelia agar menempel di dudukan kursi dengan ciuman tidak terlepas. ia ingin menindih gadisnya, untuk pertama kali.

dan dari posisi ini, bibir markiel makin leluasa bergerak. mengulum benda kenyal yang ia yakini bahwa tidak akan ada lelaki di dunia ini yang bisa merasakannya. sebab amelia hanya miliknya seorang. beruntung sekali markiel mendapatkan semua yang pertama kali dilepas oleh amelia.

hubungan. rekatan tangan. dan kini, ciuman.

gerak gelisah mulai ditunjukkan gadis itu ketika lidah markiel menyusup masuk. lelaki itu menyapu kecil bagian dalam bibir amelia guna menyapa sebelum ia tarik kembali. markiel tidak ingin tergesah-gesah dan membuat amelia mundur dari ciumannya.

pelan saja.

dan baru markiel memantapkan pikirannya untuk mencumbu dalam ritme pelan, tangan amelia bergerak naik ke rambutnya.

hm? gadis itu sudah terbuai sempurna rupanya.

“mel?”

“hmh?”

“mau lanjut di dalam saja?” tanyanya kemudian.

dan beruntungnya, amelia mengangguk. “iya, ayo, boleh. kita di dalem aja.” jawabnya terputus-putus karena napasnya masih tersengal.

240101—markiel amel.

lowercase

happy reading!


“mark!” amelia menjerit kecil ketika baru saja lelaki dengan kaos biru muda itu mengganggu konsentrasinya bermain game piano di ipadnya (ipad markiel), yang mulai menunjukkan tanda-tanda hampir kehabisan baterai.

markiel terkekeh gemas, lantas mengacak rambut amelia pelan. lelaki itu tidak mengatakan apapun untuk meminta maaf dan hanya memandangi amelia yang menyelesaikan sisa permainannya sambil menggerutu. “yang tadi itu ngeselin ya markiel ya.. aku bisa aja dapet score tinggi tapi kamu bikin miss berulang kali.”

markiel mengangguk. menemukan kesenangan baru ketika memperhatikan raut wajah amelia yang menurutnya bisa se-menggemaskan ini. lelaki itu lantas tetap terdiam dan hanya membenarkan rambut amelia yang memang jadi berantakan karena ulahnya.

pukul 11.55

markiel akhirnya bangkit berdiri sambil menyodorkan telapak tangan ke arah amelia. “sebentar lagi pergantian tahun.. ayo saya ajak ke rooftop lihat orang main petasan mel.”

“bisa gitu habis gangguin aku dari tadi?”

lelaki itu tertawa dan mengangguk saja agar tidak memakan waktu lama. “ayo sini mel, dari atas sana kelihatan jelas sekali langitnya.”

amelia akhirnya pasrah dan menerima uluran tangan markiel setelah meletakkan ipadnya di meja. gadis itu mengikuti langkah kaki markiel menuju tangga batu di ujung ruangan yang membawa mereka naik ke rooftop lantai 3 super luas yang sangat bersih.

garis bawahi kata 'bersih' karena memang benar-benar bersih tidak ada kursi ataupun meja yang mengganggu lantai marmernya.

suara petasan sedikit banyak mulai terdengar mengudara dari beberapa rumah yang lokasinya memang terpaut sangat jauh dari rumah markiel.

“rooftopmu keren banget marki..”

“saya request design senyaman mungkin karena ini satu-satunya tempat main saya mel.” markiel menjawab sambil menengadahkan wajah menatap langit malam. dari samping amelia bisa melihat ketampanan yang dituang oleh Tuhan ketika dulu menciptakan markiel. benar-benar definisi sempurna yang sesungguhnya.

kadang amelia masih terheran-heran dan tidak percaya bahwa sekarang ia dan markiel menjalin hubungan dan hampir menikah. ia kira ia tidak bisa dan tidak akan pernah mau luluh dengan pesona lelaki yang bukan 'kekasih korea'nya. namun ternyata..?

suara petasan dari berbagai penjuru membuat amelia tersentak. langit yang tadi hanya berhias satu-dua bunga api itu mulai penuh dengan berbagai warna. tahun baru sudah dimulai rupanya. dan hal itu juga yang membuat markiel mendadak menoleh ke arahnya sambil mengecup pipi amelia singkat.

“happy new year sayang.” ujarnya tersenyum, memeluk badan amelia yang mulai kaku itu dari samping.

“mark!”

“iya amelia?”

“kenapa mendadak cium pipiku?! aku jadi beku banget dan sekarang super merinding..”

“hummm....” markiel sok berpikir, namun akhirnya menunduk dan menatap mata amelia jail. “karena ini di indonesia dan kamu sedang di rumah saya sih mel.”

“maksud?!”

“kalau sekarang kita lagi di new york mungkin sudah saya cium bibir kamu.. tradisi orang sana. kamu tau kan?”

sialan. perut amel melilit sekali. ucapan markiel yang selalu berhasil menggelitik itu membuat kakinya lemas bukan main.

“emang kalo di indonesia gak bisa cium bibir?”

“bisa.” markiel mengangguk. “apa lagi kalau posisinya ada di rumah saya berduaan saja dan orangnya mengijinkan.”

“MARK!” amelia melotot ketika jantungnya sudah terasa tidak karu-karuan. suara petasan di atas sana bahkan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti ketika markiel mendadak saja mendorong langkah mereka yang masih berpelukan itu menuju pembatas dinding.

“so?” tanyanya tersenyum geli ketika mulai menagih.

ya.. markiel adalah markiel.

lelaki itu selalu sukses mendapatkan apapun yang dia inginkan. entah di pekerjaan, ataupun di bidang percintaan sekalipun. caranya mengajak dan menyeret itu begitu mengintimidasi, namun tepat sasaran dan membuat orang luluh serta langsung mengiyakan tawaran apa saja yang keluar dari bibir si sulung hadiwangsa tersebut.

dan sayangnya hal itu berlaku pula untuk amelia yang sudah terjerat pesona lelaki tersebut dan luluh atas tatapan itu dua kali dalam sebulan.

amelia menelan ludahnya susah payah ketika akhirnya bersuara. “aku gak pernah ciuman markiel.. harus apa?”

lelaki itu tertawa kecil ketika pelukannya ia eratkan akibat gemas oleh jawaban amelia barusan. “harus apa ya mel?” tanggapnya sok berpikir, membuat amelia makin gusar dan perlahan membuang pandangan karena pipinya sudah panas bukan main.

tentu ia bukan gadis polos yang tidak tau keinginan lelaki. hanya saja ia memang tidak punya pengalaman. kalau penasaran, tentu saja jawabannya adalah iya. ia sendiri toh juga sering melihat adegan orang berciuman dalam drama, kan?

“hmmm..” deham berat markiel membuyarkan lamunan singkat amelia.

“yang harus dilakukan pertama harus lihat mata saya dulu sih, mel.” markiel tidak mengendorkan serangan seraya tangan besarnya bergerak naik ke batas leher dan dagu amelia untuk menghadapkan wajah cantik itu ke arahnya.

“please deh markiel... aku grogi banget.”

“lihat mata saya dulu mel.”

“buat apa anjir aku malu banget. udah dibilang aku gak pernah jalin hubungan sama cowok juga malah diricuh mulu jantungnya dih.”

markiel tertawa tanpa suara, lalu memiringkan kepalanya demi mencari mata amelia yang terus menolak menatapnya.

“ciuman bisa ada sensasinya kalau kamu lihat mata saya dulu. ayo, saya ajari.”

“biar apa?!”

“biar suatu saat kalau sudah pintar dan memang ketagihan yang minta dicium kamu sendiri, bukan saya terus.. kalau saya pribadi yang diminta kan sudah jelas gak akan menolak mel.”

“dasar cowok otak dewasa!” amelia menggerutu sambil menghentak satu kaki, lantas perlahan mulai memandang mata markiel. jantungnya mulai menggedor gila-gilaan kala melihat cara markiel mengunci pandangan sambil tersenyum manis. tatapannya jatuh super dalam, seakan terus menyelam dan berusaha membuat amelia tenang serta betah bertatapan dengannya dengan jarak sedekat itu.

“kamu cantik sekali mel. saya berulang kali berterima kasih sama opa hadi karena sudah mengenalkan saya ke kamu kemarin.” lelaki itu berujar kecil kala wajahnya perlahan maju mendekat. matanya tetap mengunci intens sedangkan kepalanya mulai ia miringkan beberapa derajat ke kanan. jantung keduanya mulai berlarian ketika gerakan kepala markiel berhenti tepat ketika hidungnya hampir bersentuhan.

“saya sudah bilang kalau saya jatuh hati ke kamu kan mel? saya harap bukan saya saja yang satu-satunya jatuh dan kamu tidak ada rasa terpaksa lagi untuk jalin hubungan sama saya sekarang.”

amelia kembali menelan saliva susah payah ketika ingin menanggapi ucapan markiel. gadis itu membuka bibir kecil sambil membalas tatapan markiel ketika mendadak saja lelaki itu mengikis jarak dan melumat bibir bawah amelia yang barusan terbuka itu secara singkat sebagai pembukaan.

rasa basah dan panas itu menjalar cepat di tubuh keduanya. terutama bagi amelia sendiri yang belah bibirnya baru saja dilumat satu kali tersebut. percik listrik kecil mulai terasa membakar dan menyetrum sarafnya yang memang sudah tidak bisa dikendalikan.

“markiel..”

“yes babe?”

sial. amelia mengumpat kencang dalam hati ketika suara tersebut malah membuatnya melayang jauh. ia tentu tau bahwa ia memang sudah jatuh juga pada segala kesopanan markiel yang ditujukan kepadanya itu, namun bibirnya kelu hingga tidak ada suara lagi yang bisa ia keluarkan untuk membalas selain..

“sini lanjutin. kata orang kalo udah masuk ke kolam sekalian basah aja biar gak tanggung.”

dan satu detik setelah lampu hijau itu menyala terang, kedua tangan markiel yang tadi memeluk pinggang amelia itu ia lepaskan. berganti dengan jemarinya yang kini menarik jemari amel agar mengalung di lehernya. lelaki itu masih diam dan terus mengunci pandangan ketika kemudian ia lanjut mengelus pipi amel dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya ia jatuhkan ke pinggul. “saya ijin mencuri ciuman pertama kamu ya amelia?” ujarnya seraya mendekatkan wajah. dan ketika gadis dengan rambut panjang itu mengangguk, markiel tak banyak basa-basi langsung menutup jarak yang ada dengan satu kecupan panjang. takut salah-salah amelia berubah pikiran.

lelaki itu tak berbuat aneh-aneh dan hanya sesekali melumat bibir bawah amelia yang ia ajak agar sedikit terbuka dan lanjut menyapukan lidahnya perlahan ke celah kecil milik gadisnya tersebut.

sensasinya tentu luar biasa. berciuman di rooftop ditemani langit malam yang terus dihias petasan tiada ujung. belum lagi ketika amelia mulai terbuai dan kalungan tangannya di leher markiel mulai menguat karena kakinya sudah super lemas.

ciuman markiel masih berjalan lembut. lumatan-lumatan terus ia bubuhkan atas dan bawah semata-mata agar amelia mengerti ritme ciuman ini akan berjalan bagaimana beberapa saat ke depan.

berbanding terbalik dengan markiel yang tampak tenang, amelia sudah seperti cacing kepanasan. sejak bibir markiel mendarat tadi kepalanya sudah berkedut luar biasa. sarafnya kian pecah kala lidah panas markiel menjilat permukaan bibirnya walau hanya sesekali.

puncak kegilaan yang dirasakan amelia adalah ketika markiel mulai menjatuhkan hisapan andalannya ke bibir bawah amelia dengan total 6x dalam 5 menit bercumbu.

lelaki itu tidak sekalipun mengendorkan ciuman seakan sudah menemukan titik terenak yang membuatnya kecanduan. tak tampak juga ingin mengakhiri cumbuannya yang berlangsung dengan sangat pelan itu karena menurutnya pribadi ciuman ini tidak menguras nafas. ini bukan jenis ciuman brutal yang mengerahkan banyak energi, sebaliknya.. ini ciuman yang ia tujukan untuk menunjukkan pada amelia bahwa dirinya serius menjatuhkan hati.

lumatan basah markiel masih jatuh di bibir ketika mendadak tangannya mendongakkan kepala amelia agar ciumannya bisa turun ke leher atas tepat di bawah dagu. lelaki itu bisa melihat amelia menggigit sendiri bibir bawahnya sambil tetap memejamkan mata ketika markiel membuka bibirnya untuk melumat kecil area tersebut. lidahnya terjulur demi membasahi sedikit area putih bersih tersebut, menyecapnya beberapa kali hingga membuat suara decak basah yang berhasil membuat amel makin lemas di kungkungannya.

tangan amelia bahkan tanpa sadar sudah bercekalan pada kepala belakang markiel dan meremat rambutnya kasar. gelisah bukan main. puncak-puncaknya adalah ketika markiel menghisap satu titik tersebut hingga menimbulkan bercak merah kecil sebelum akhirnya lelaki tersebut kembali menarik diri.

“bagaimana?”

“gimana apanya?!” amelia menahan kuat-kuat tangannya agar tak menoyor kepala markiel karena pertanyaan dadakan tersebut. mata markiel bahkan masih berkobar ketika menatapnya tepat di bola mata.

“sudah bisa membalas ciuman saya atau belum?”

“mark.....” risaunya membalas.

“iya sayang.”

amelia makin stress bukan main. maka hanya pertanyaan ringan yang kali ini bisa ia keluarkan dari celah bibirnya. “kalo bisa kenapa kalo gak bisa kenapa?”

“kalau bisa, ayo saya ajak lebih intens lagi.. kalau belum bisa, saya ajari lagi pelan-pelan seperti tadi.”

“GILA APA MARKIEL?!”

markiel berjengit sambil tertawa kecil. suara amelia lebih kencang dari pada petasan di atas sana. “ya sudah. kapan-kapan lagi saja. semoga yang kedua nanti kamu sendiri yang kepingin bibir saya..”

“gosh.....”

“terima kasih juga ya.”

“karna udah ijinin kamu nyium?”

“ya.. dan karena sudah kasih bonus satu hisapan di leher tadi.”

amelia benar tidak tahan dan berakhir memukul lengan markiel kencang.

lowercase.

happy reading!


markiel benar mengetuk kamar amelia sore itu. entah, ketika gadis itu membuka pintu kamar hotelnya, pikiran lelaki itu malah kalang kabut sebab mengingat chat yang dikirim beberapa menit sebelumnya.

sebab, lelaki mana yang sudah dipancing dengan ajakan frontal oleh gadis secantik amelia akan menolak?

menghisap lehernya? tentu pekerjaan itu tidak akan susah dilakukan. markiel sudah punya pengalaman satu kali dengan mantannya beberapa tahun lalu.

tiga kali ketuk, amelia menampakkan wajahnya di balik pintu.

“ada stella ya?” tanyanya dengan suara hampir berbisik.

markiel hampir tertawa, namun kemudian mengangguk. “ada. barusan saya papasan dengan dia sebelum ketuk pintu kamar kamu.”

“tuh kan apa aku bilang! dia suka banget lihatin kita rel..”

lelaki itu mengangguk, masih berdiri di ambang pintu. “jadi, kamu mau saya hisap di area mana?”

“HAH?” amelia mendelik kelewat lebar dan suaranya lepas kelewat kencang.

“kalau memang mau..” markiel mengangkat tangan kirinya sebentar, lalu menyibak rambut panjang amel yang menutupi leher itu ke arah belakang. “saya bisa merahkan disini. tepat di dekat telinga kanan. cukup disitu saja biar saudara kamu bisa lihat jelas.”

jantung amel mendadak meledak bukan main. tentu ia tidak sepolos itu untuk tidak bisa mengerti situasi darurat yang sebetulnya ia ciptakan sendiri.

“kalau menurut mantan saya waktu itu enak sih, mel.” markiel mencetus kalimat gamblang lain yang membuat amelia semakin membelalak lebar.

sialan.

“bebas ya pergaulanmu markiel?”

markiel menggaruk tengkuk sebentar. “gak juga sebenarnya, saya cuma kebawa suasana saja waktu itu.”

“terus ini?? kebawa chatku tadi? apa kamu kerasukan setan hotel?!” amelia menelan ludahnya susah payah ketika hanya senyuman tipis yang ia dapatkan sebagai balasan.

markiel memang hanya lebih dewasa satu tahun dari pada dirinya, tapi rupanya pengalaman lelaki itu jauh lebih banyak dan tak pelak membuat amelia merinding mendadak.

bahkan kini tatapan si sulung hadiwangsa itu hanya fokus menghunjam mata amelia ketika perlahan suara seraknya terdengar menusuk rungu. “kamu mau angkat rambut kamu sendiri atau saya yang pegangkan mel?”

“mark..”

“yes?”

amelia mematung. markiel tentu masih diam di posisinya dan tidak bergerak kemana-mana, namun tatapan dan ucapan lelaki tersebut sangat mengintimidasi dan membuat amel keder. kaki gadis itu bahkan sudah lemas ketika ujung kaki markiel bergerak maju mendekat.

“biarkan saya masuk dulu.. sepupu kamu sudah penasaran sekali kenapa saya hanya berdiri di ambang pintu saja.” jelasnya, mendorong langkah kaki masuk dan reflek membuat amel mundur.

lelaki itu membiarkan pintu kamar amel menutup dulu sebelum kembali diam di posisinya. ia adalah lelaki yang tau batasan. setidaknya, sampai matanya melirik amel yang perlahan menyingkirkan sendiri rambutnya ke belakang.

“aku gak ngerti rasanya gimana, tapi please jangan sampe kebablas jauh. cukup satu titik aja deket telingaku. gimana?”

lelaki itu menelan ludah sebentar, lalu mengangguk. dengan perlahan markiel kembali maju dan mengungkung gadis yang tingginya hanya sebatas bahunya itu ke dekat dinding dekat pintu.

“kamu teleng kepala sebentar supaya saya gak sentuh kamu mel.”

amel memejamkan matanya rapat. wangi tubuh markiel yang saat ini berada dekat di depan wajahnya itu begitu membuat jantungnya berdegup kencang. keringat dingin bahkan sudah memenuhi telapak tangannya. gadis itu lantas menurut, meneleng sedikit kepalanya ke arah kiri.

“segitu cukup gak rel?”

markiel mengangguk. “permisi sebentar ya amelia.” markiel menyibak rambutnya sendiri ke belakang sebelum kedua tangannya ia pagarkan kuat di samping kedua bahu amelia.

“jangan tegang.. atau kamu mau saya batalkan saja?”

“no.. udah tanggung. do it. aku juga penasaran.”

markiel mengulum senyum tipis, lantas mengangguk. perlahan ia dekatkan bibirnya ke celah leher kanan amelia yang sudah polos terbuka.

mengecupnya satu kali. dua kali.. tiga kali... bahkan sampai keempat dan kelima kalinya hanya sebagai bentuk sapaan kecil yang markiel berikan pada leher putih bersih tersebut.

dan sebelum amelia protes sebab jantung gadis itu sudah sepenuhnya berontak menggedor-gedor, markiel segera menjulur lidahnya keluar. menjilat memutar area yang sudah ia tandai tadi.

*“shit markiel kamu apain itu he?!” amelia stress bukan main, tangannya tanpa sadar malah sudah mendarat di pundak markiel yang kini masih terus melancarkan aksi lidahnya di leher gadis itu. melepas rasa frustasi dan aneh yang hinggap itu dengan mencengkram bahu markiel kuat-kuat.

dan sebelum gadis itu sempat sadar, markiel sudah membuka bibirnya demi menghisap kencang area leher amelia yang tadi sudah ia tetapkan sendiri. hisapannya jatuh sebanyak tiga kali sebab markiel mendadak gemas bukan main hisapannya hanya bisa jatuh di satu tempat saja. satu gigitan yang lumayan keras itu ia daratkan terakhir kali sebelum ia menarik kepalanya mundur beberapa senti dari hasil karyanya.

merah.

dan ia puas.

maka sekali lagi markiel kecup leher tersebut singkat dibarengi oleh ibu jarinya yang mengusap area leher amel agar tidak basah oleh ludahnya.

“sudah, mel. sekarang kamu bisa cepol rambut ke atas dan tunjukkan ke sepupu kamu.”

amelia membuka mata dan mendapati markiel sudah mundur membentang jarak cukup jauh. sempat melamun sebentar sebab rasanya perbuatan markiel di lehernya barusan ternyata terasa sangat nikmat dan membuat gelenyar aneh yang belum pernah amelia rasakan.

tentu saja sebab gadis itu tidak pernah berhubungan dengan lelaki manapun sebelum ini.

“mel.. tolong cepat dikuncir dan ayo keluar sebelum pertahanan saya jatuh semua dan kamu berakhir terkunci disini karena ulah saya sendiri.”

“ngapain?”

“saya ajak bikin cucu yang diminta mama kamu..”

“HEH!”

markiel mengedik pundak, lantas mempersilakan amel untuk menjauh dari matanya. “kamu kuncir rambut dulu, saya tunggu disini.”


days gone by, our last day—


sudah dibilang rendy dan kawan-kawan kalandra yang lain itu tidak pernah sekalipun mendapati kalandra dalam mode bucin.

jadi, ketika lelaki itu bilang bahwa ia tidak pulang dan akan menginap bersama celine, tentu saja semuanya melotot menolak. yang paling lebar adalah javerio.

“jangan aneh-aneh!!!” begitu wejangannya kala itu.

namun tentu saja kalandra hanya mampu mengedik pundak tidak peduli. yang ia pikirkan adalah ia mau menghabiskan waktunya bersama celine seorang. ia tidak mau menyia-nyiakan barang sedetikpun lewat tanpa ada celine di dalamnya.

terbukti dengan keduanya yang kini tengah duduk tepat di sofa hotel sambil berbicara ngalor-ngidul. apa saja mereka bahas, bahkan kecoa terbang yang tadi siang sempat hinggap di pundak ibu-ibu ketika makan siang itu pun mereka bicarakan. seakan tak punya lelah, padahal aslinya mereka sama tau bahwa keadaan makin canggung kala jam kepergian celine itu mulai mendekat.

suasana sunyi menyergap. gemerlap lampu kota yang ada di kejauhan itu bisa jelas tertangkap mata karena gorden kamar hotel masih terbuka lebar, belum ditutup oleh penghuninya. deru angin yang keluar dari mesin pendingin ruangan itu bahkan menyapu lembut kulit, membuat bulu-bulu merinding dan perasaan makin tidak enak kian menjalar di seluruh saraf mereka.

“hmm, kal..” celine akhirnya membuka bibir lagi. mengajak bicara. tangannya yang tadi diam itu kini meremat satu sama lain akibat gelisah bukan main. pupil matanya bahkan sekarang mulai bergetar ketika kalandra memandangnya lagi.

“apa?” lelaki itu balas bertanya.

sepi. hanya ada suara televisi yang dinyalakan dengan volume pelan di kejauhan. kalandra sendiri sampai hampir bisa mendengarkan jantungnya yang memompa kencang saking sepinya. ia tidak terbiasa melihat celine dalam mode super serius secara dadakan seperti ini.

“putus, yuk?”

“hm?” kalandra langsung meneleng kepala. tidak mengerti. lebih tepatnya lagi, menolak mengerti. pupilnya bahkan sampai membesar sebab terkejut bukan main.

“eh, gue tau lo terbiasa bebas kal.. selama gue pergi disana rasanya juga gak adil kalo gue ngiket lo dengan status pacaran. pun, hubungan LDR sejauh itu gak menjamin langgengnya suatu hubungan.. lo tau sendiri, kan?” celine berusaha menjawab dengan tegar meski suaranya bergetar. ia ingin menangis. sungguh kalandra adalah lelaki pertama yang ia kejar mati-matian. mendapatkan status pacar saja menunggunya berabad-abad. tapi lihatlah sekarang...

“gak.. gak bisa gue cel. gue gak mau.”

ya, celine mengacaukan semuanya.

entah itu perasaannya sendiri maupun perasaan kalandra.

“meski gak putus sekalipun jarak ini udah misahin kita kal.. lebih gampang kalo berakhir kan? lo juga bisa cari perempuan lain tanpa harus mikir selingkuhin gue atau apapun. gue juga bisa anteng disana tanpa mikir lo duain gue?” celine tertawa dengan suara hambar, masih berusaha menghibur keadaan.

berbanding terbalik dengan kalandra yang napasnya mulai patah-patah. segala ucapan celine bagaikan bom yang meledak tepat di jantungnya. ia menggeleng kuat. masih menolak usulan tersebut. sebab pada dasarnya celine adalah gadis pertama yang mau ia ajak berkomitmen. dan tentu saja ia tidak bisa melepasnya begitu saja.

kalandra jatuh hati begitu dalam tanpa ia sadari.

“gue gak mau putus.” ujarnya kemudian dengan nada tegas setelah hening cukup panjang. ia lantas menatap mata celine lekat-lekat. “jalani aja sebisanya, ya? gak mau putus cel. gak perlu khawatir gue selingkuh kok. lo kuliah aja disana gue juga fokus lanjutin hidup disini.”

“gak gitu kal.. gak nuduh lo-nya bakal selingkuh apa gak juga kok gue tuh..”

“gak usah putus.. please jalanin aja sebisanya. percaya gue..”

“kal..” celine benar speechless sekarang. gadis itu hanya menatap raut depresi yang dipapar kalandra di depannya. tangannya yang mendadak digenggam itu juga merasa dingin dan begitu aneh sebab kalandra menyalurkan emosinya lewat sana. meremat jemari celine begitu kuat sampai saraf-saraf tangan kalandra timbul keluar.

“gue belum selesai mencintai lo dengan bener cel... gue gak mau putus.”

celine menggigit bibir. air matanya hampir tumpah ketika kalandra melepas rematannya dan mendadak saja menutup wajah dengan kedua tangan. lelaki itu menangis tanpa gengsi lagi di depannya.

“kallllllll jangan gitu anjing ih harusnya gue duluan yang nangis bukan elooooooo.” pada akhirnya tangisan celine pecah juga. ia mendekatkan diri dan berusaha menarik telapak tangan kalandra agar lepas menjauh dari wajah.

“gue tau kalo bakal berakhir begini. tapi jujur gue gak bisa putus. sorry gue egois cel. gue cuma gak bisa.. gak ada alesan negatif buat mendadak putus sama lo.”

celine makin menggigit bibir bawahnya. emosinya tidak terkontrol sebab baru kali ini juga ada lelaki yang mau menangisi dirinya secara terbuka seperti ini.

dilihatnya rambut kalandra yang berantakan sehabis ia usel-usel beberapa jam lalu. dilihatnya pula mata kalandra yang kini memerah lengkap dengan hidungnya juga. wajah dan rambut dari orang yang ia sayangi begitu besar akhir-akhir ini.

celine sadar bahwa ia akan susah melihat kalandra lagi setelah ia terbang mengikuti ajakan mamanya.

tidak ada lagi kalandra yang diam-diam mengusili dan mericuh hari-harinya. tidak ada lagi kalandra yang nanti membelanya pertama kali ketika ia terkena masalah.

kalandra akan berada jauh sekali setelah pesawat membawanya pergi berkilo-kilo meter dari tempat tinggalnya disini..

ia akan sangat merindukan tiap perbuatan manis lelaki itu.. sebab, cintanya juga sama belum selesai.

celine menghela napas kasar dengan air matanya yang jatuh terus tanpa diminta.

ia semakin sadar bahwa ia tidak akan bisa menggandeng tangan kekar tersebut untuk jangka waktu panjang.

ia tidak bisa memeluk raga kalandra yang akhir-akhir ini ia tau terasa begitu nyaman.

telinganya tidak bisa mendengar segala gombal dan manisnya perkataan yang keluar dari bibir kalandra.

celine sejujurnya masih sangat tidak siap. karena bagaimanapun juga, semua orang akan tau bahwa rasa cintanya pada kalandra memang lebih besar dari pada apapun.

“nafas kal.” celine lantas berujar, membuat kalandra menatap matanya dengan tanda tanya. ekspresi sedih yang menguar dari wajah keduanya membuat bisu keadaan. dan tanpa memberitahukan apa maksud perkataannya barusan, gadis itu langsung mengikis jarak yang tersisa dengan menempelkan bibirnya kuat.

celine dapat merasakan tubuh kalandra menegang di depannya. bahkan pupil lelaki itu sempat membesar beberapa detik karena celine mencumbunya terlebih dulu.

tentu saja rasa frustasi lah yang mendorong celine melakukan tindak tersebut tanpa malu-malu lagi. ia meraup bibir merah kalandra dengan gerakan cukup kasar, membuat yang dicumbu perlahan terbuai dan tanpa sadar malah mengangkat tubuh celine agar naik ke pangkuannya.

tidak ada perkataan lagi, hanya ada deru napas berat yang keluar dari bibir kalandra dan celine yang kini terus menyicip satu sama lain.

dan ketika celine mengira ciuman ini akan berakhir, tangan kalandra naik dan mencekali tengkuknya. lelaki itu mulai mendorong lidahnya masuk agar memperintim suasana.

lenguh kecil mulai terdengar karena liarnya ciuman yang dibuat oleh dua manusia itu malam ini. rasa manis dan asin dari lelehan air mata itu bercampur jadi satu.

“gue cinta lo banget kal..” celine berujar serak, raut frustasinya makin menjadi-jadi ketika kalandra mencekali leher celine agar mulai mendongak ke atas. lelaki itu menciumi leher celine dengan napas makin memburu. air matanya bahkan masih meluber keluar ketika perlahan bibirnya mulai menghisap kulit putih celine tersebut di banyak tempat.

leher kiri, leher atas.. batas telinga...

“kal..” celine memanggil terus menerus.

namun yang dipanggil seakan tuli mendadak. lelaki itu benar melepas segala emosi yang berkecamuk di otaknya sejak celine mengucap kata putus beberapa menit lalu.

masih kurang..

cewek lo bakal pergi jauh dari lo..

sial.

kepala kalandra begitu pening ketika akhirnya ia menyentak bibir celine kembali. lidahnya terjulur masuk dan mulutnya meraup milik celine sampai si empunya melenguh kencang.

more..

i said more...

still not enough.

more....

deeper.

celine reflek menggelinjang kecil kala bibir kalandra pindah ke belakang telinganya.

“kal.. we shouldn't... God..” gadis itu sampai kelimpungan ketika telinganya dimainkan dengan begitu lihainya oleh kalandra.

sentuhan terakhir lelaki itu berikan dengan menurunkan sedikit atasan yang dipakai celine dan menghisap kuat tepat di dada atasnya.

“gue tau ucapan gue gak ngaruh apa-apa. tapi serius gue gak mau lo pergi.. gue cinta lo banget celine.” ujarnya kemudian, memeluk tubuh gadis yang ada dipangkuannya itu dengan erat. napasnya masih memburu ketika air mata kembali meleleh tak tau aturan.

keduanya menangis lagi. sebab tanpa sadar masa lovey-dovey yang masih belum selesai itu terpaksa sirna.

kalandra dan celine.

akankah keduanya bertemu lagi suatu hari nanti?