time flies, and all we can is counting days
detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari.. tak terasa sudah lebih dari satu bulan perjalanan kalandra dan celine menaiki kereta itu terlewati. akhir-akhir ini keduanya hanya sibuk mengerjakan tugas kampus dan skripsi saja. kadang mereka kerjakan di kos, kadang pula di apartment kalandra. bahkan tak jarang mereka juga sering duduk di atap ataupun kafe-kafe yang sepi dan tak ramai agar bisa fokus.
jangan salah, mereka berdua memang seperti orang gila, namun siapa sangka jika mengerjakan sesuatu bisa seserius itu? jangankan berbicara, menoleh satu sama lain pun jarang mereka lakukan. hari-hari terlalui tanpa ada acara jalan-jalan bermain seperti sebelumnya. kali ini celine benar ingin serius mengerjakan skripsinya tanpa diganggu apapun. ponselnya bahkan ia matikan ketika sore menjemput, baru paginya ia aktifkan ketika ingin menghubungi dosen ataupun jika kangen berat dengan moodboosternya, kalandra.
mama dan papa serta jordan yang meski tidak tiap hari menanyakan kabar itu juga sesekali menyempatkan diri untuk menagih informasi kemajuan proses skripsi. tak pelak, mama memang sudah selesai mengatur segala jenis surat-surat perceraian dan kepindahannya ke luar negeri. kehamilannya dengan orang lain membuat mama jarang tidur di rumah dan memutuskan untuk keluar —pindah, ke rumah calon suami barunya. entah sidangnya akan dilaksanakan kapan, namun jelas bahwa mama tetap akan pergi dengan pria simpanannya.
papa juga sudah sepenuhnya menyerahkan urusan pekerjaan pada jordan. semangat hidupnya menurun drastis hingga ia lebih sering menghabiskan waktunya di villa keluarga yang jauh dari kebisingan kota.
jadwal sidang skripsi celine sendiripun tak terasa semakin mendekat. kalandra yang biasanya aktif menelpon ketika pagi itu sampai ikut grogi juga. ia jujur salut bukan main pada perjuangan celine akhir-akhir ini, sebab kalandra tau celine benar mengorbankan waktu tidur dan waktu-waktu istirahatnya untuk riset dan revisi sampai diterima sempurna oleh dosen.
toh, pada dasarnya semua hal yang dilakukan dengan niat dan keseriusan pasti memang akan selesai ketimbang didiamkan atau disambati saja..
matahari berganti bulan berulang kali yang menandakan bahwa minggu juga berganti minggu, tak terasa kalandra yang biasanya tak pernah absen tebar pesona ataupun aktif melawak di manapun itu juga ikut berubah makin pendiam. sisa harinya betul ia habiskan dengan terus mengunjungi celine dan mengajak gadis itu keluar kemanapun ia mau. kalandra akan menemani, melakukan yang terbaik dan terus berusaha menyenangkan gadisnya. entah itu siang ataupun malam. lelaki itu betul tidak peduli akan hal lainnya lagi saat ini.
sidang skripsi sendiri yang menjadi momok celine itu akhirnya terlewati dengan lancar tepat 3 minggu yang lalu. kalandra menemani gadis itu menyangklong gelar sarjana kedokteran ditemani beberapa mahasiswa-mahasiswi lain, termasuk disitu adalah jojo. menemani berfoto, makan-makan dan kegiatan lainnya. kalandra tak berpikir lelah, sebab apapun yang ia lakukan bersama celine semuanya menyenangkan. hatinya merasa nyaman.
hanya tinggal menghitung hari untuk menghadiri wisuda.
dan setelah itu...
“ngapain sih lo ngelamunin pot? mengagumi desain sendiri?” rendy, yang hari ini memang sedang menginap di apartment kalandra itu membuka obrolan karena ia melihat sudah 10 menit berlalu sejak kalandra duduk di sampingnya sambil memangku pot hitam berbentuk bulan sabit tersebut dengan tatap kosong. iya, memangku. betul kurang kerjaan sekali.
jave dan gibran yang sedang duduk bermain ponsel di sekitar sofa itu sampai ikut menoleh. turut prihatin dengan kegalauan kalandra yang jelas mereka tau apa penyebabnya.
“pindahan celine, ya?”
kalandra tersenyum getir, mengangguk.
tentu saja topik tersebut yang merancu seluruh sel dan sarafnya akhir-akhir ini. bagaimana tidak? bahkan barang celine saja sudah keluar kos-kosan semuanya. kebaya wisuda dan toga serta latihan-latihannya sudah disiapkan. benar-benar tinggal menghitung hari saja.
“emang celine beneran mau pindah?”
“mamanya udah netepin mau bawa celine, ren. pun dia emang kepengen lanjut studi ke luar sih. tambah pengalaman.”
rendy manggut-manggut. tidak menyangka jika kalandra yang ia kenal tidak pernah terpaku pada satu perempuan itu bisa begini juga pada akhirnya.
“tapi bakal balik, kan?”
gibran ikut menoleh ke kalandra dengan tatap penasaran kali ini, sebab sejujurnya tidak ada yang tau keputusan apa yang diambil celine tentang kehidupan kedepannya. entah menetap, entah kembali, entah mampir sesaat saja.
kalandra mengedik pundak. ia juga tidak mengerti.
hari senin. pukul 2 siang tepat.
“muka gue mengsle woi!!!? kalo ambil foto yang bener napa?!” teriakan-teriakan serupa yang bersahutan di beberapa area itu menggema kencang di teras gedung acara wisuda kampus.
kumpulan manusia yang tengah berfoto dengan keluarga, pacar, atau sahabat-sahabat dekat itu terpecah banyak di berbagai sudut. beberapanya berfoto sambil melempar toga, beberapanya lagi memutuskan untuk lepas tangis dengan dosen yang sempat membimbing mereka. mengucap terima kasih dan sebagangsanya.
celine sendiri hanya bisa tertawa dalam hati, gadis itu tentu tidak punya teman dekat untuk melakukan sesi foto-foto menyenangkan seperti itu. namun tak jarang juga banyak “teman* lain yang mengajaknya berfoto. beberapanya juga laki-laki yang dulu sempat mericuh celine pekara gosip tidur dengan dosen. mereka berfoto sambil meminta maaf sekali lagi. mengujar harap bahwa tidak ada permusuhan agar bisa melangkah ke depan dengan lebih baik dan tanpa beban. beberapanya lagi yang lain memang terang-terangan mengaku naksir celine. sekali lagi, siapa pula yang tidak akan menaruh rasa pada gadis se-aduhai celine? sudah cantik.. model di beberapa acara, wajah kampus.. ditambah sekarang calon dokter pula?
celine merapikan sedikit rambutnya dan melirik sebentar ke arah toilet laki-laki. bukan tanpa alasan ia tiba-tiba melihat toilet sebab kalandra barusan masuk kesana karena panggilan alam dan belum kunjung kembali.
gadis itu memperhatikan foto yang diambil oleh jojo beberapa saat lalu. foto pertamanya dengan kalandra. ia sedikit tertawa mengingat kalandra yang tidak mau berfoto dengannya tadi sebab celine memakai heels. perbedaan tingginya yang memang hampir sama itu makin terlihat. membuat kalandra mengajak foto sambil duduk saja. sudah seperti model sungkem orang tua di acara nikahan.
celine yang luar biasa memukau dengan balutan kebaya berwarna beige dan rambut yang memang dua hari lalu ia warnai beberapa bagiannya dengan warna ash grey itu bersanding dengan kalandra yang hari ini memakai setelan dengan warna senada.
“ganteng banget anjing.” umpatnya kemudian sambil meremat ponsel. mengezoom beberapa kali demi melihat wajah bening kalandra yang hari ini sopan sekali menolak ajakan foto banyak gadis. termasuk devi, yang dulunya juga sempat menjadi salah seorang princessnya.
satu notifikasi masuk ke ponsel celine di antara keasikannya menggulir foto, dari jordan. lelaki itu memberi tahu bahwa papa dan mama yang tadi akur menemaninya wisuda itu sudah kembali pulang. jordan sendiri memberikan waktu bagi celine untuk beres-beres terlebih dulu sebelum ikut pulang juga di akhir pekan.
omong-omong jordan, kakak celine itu juga beberapa kali ketauan diajak berfoto oleh teman celine. tentu saja teman yang bukan 'teman', sebab para gadis di jurusannya juga banyak yang terang-terangan tak suka dengan celine.
kalau masalah cowok ganteng aja ngegasnya sopan.. anjer. begitu, kata celine tadi.
gadis itu baru ingin menutup layar ponselnya ketika sebuah suara yang sangat tidak asing mendarat di telinganya.
“celine..”
sial.
tubuh celine mendadak menegang sempurna. bulu tubuhnya bahkan merinding totalitas ketika akhirnya gadis itu menoleh dan mendapati satu sosok yang tak pelak selalu ia rindukan itu datang hari ini.
“he.. bella.?” celine sampai tak mengenali suaranya sendiri.
“iya, ini gue.” bella mendekat, matanya berkaca-kaca. dengan dress hitam selutut dan perut yang mulai membuncit, bella memeluk celine tanpa aba-aba.
“maafin gue cel.. maafin gue. selamat juga lo akhirnya lulus dari sini.” hanya itu kalimat yang menguar dari bibir bella ketika celine tetap membeku di posisinya.
pengkhianatan dalam pertemanan tentu kadang terjadi. dan dalam hal itu, tergantung seberapa dewasa kita untuk mengambil keputusan. entah untuk memaafkan, entah membuang jauh-jauh agar kehidupan kita tidak terganggu lagi.
dan celine?
gadis itu masih saja diam tak ingin percaya. bella yang selama ini menghilang dari pandang, bahkan seluruh media sosialnya tidak aktif itu kini hadir untuknya. lengkap dengan buket bunga yang dibawakan oleh salah seorang asisten di belakangnya. mungkin ART titipan orang tua bella, sebab mau bagaimanapun juga bella memang anak tunggal kesayangan keluarga.
“maafin gue buat semuanya cel. gue tau gue salah. gue iri. gue goblok banget lakuin itu semua ke lo.. gue...” ucapan bella terhenti karena tangisannya jatuh lagi. gadis itu bahkan tak memperdulikan beberapa teman lain yang kini menatapnya penasaran. bisik-bisik kecil mulai terdengar demi membicarakan gosip bella yang terbukti benar adanya.
“bel udah bel gak papa..” celine memutuskan bersuara dan menepuk punggung bella beberapa kali. ia tentu terharu, bahkan ia juga merasa ingin menangis. tapi anehnya air mata tak kunjung jatuh, mengumpul di pelupuk saja tidak. entahlah, reaksi celine hanya ala kadarnya. hatinya berkecamuk tapi tidak ada yang keluar lagi dari mulutnya selain ucapan gak papa dan makasih udah dateng bel.
hingga akhirnya kalandra tiba di sekitar celine dan membuat bella berpamitan. bilang ingin check up ke dokter, sudah waktunya. celine mengangguk, melepas kepergian bella dari hadapannya lalu lekas kembali duduk lemas di kursi panjang. kepalanya pening dadakan.
“kenapa cel? tadi diajak ngomong apaan?”
dan detik itu juga, tanpa diminta lagi air mata celine menetes sebutir. “kalandraaaaaaa....” adunya kemudian, menangis. ternyata kakunya tadi bisa luntur jika ditangani oleh orang yang tepat.
“udah itu bulu mata gue lepas ilang kan, eh softlens gue juga ikutan lepas terus jatoh pas kekucek tangan.” celine yang kini ditemani kalandra di dekat kaca besar samping toilet itu kebingungan. membuat kalandra juga ikut pusing sebab apa pula yang lelaki itu tau mengenai hal tersebut?
“cabut aja udah dua-duanya cel.. pake gak pake muka cewek gue mah tetep cakep.”
“ah yang bener lo..” celine stress, memutuskan untuk benar melepas softlens dan bulu matanya yang masing-masing terlepas satu itu. ia tentu ada cadangannya, tapi semua ia tinggal di kamar hotel.
“itu nanti ada manager sama asisten direktur agensi yang mau dateng. tadi bilangnya mau foto dulu bentar gitu terus balik.” gadis itu melanjutkan, masih dengan raut gelisah. gara-gara menangisi bella dan segala kenangan baik mereka, celine benar menangis lama sekali. itupun sambil ditahan-tahan sebab ia tidak ingin mengacaukan bedak dan makeup di bawah matanya.
jadi, gadis itu menangis dengan kalandra yang memegangi tisu tepat di bawah mata. benar-benar pemandangan ter-stress yang pernah dibuat oleh kalandra dan celine sejauh ini.
“talent terbaiknya wisudaan gimana mereka gak mau dateng?” lelaki itu menjawab, masih menanting tas dan toga celine dengan sabar. persis asisten artis dadakan.
“males gue tuh ketemunyaa..”
“mau kabur aja?” kalandra malah usil memberikan saran.
“ih pinter amat lo? mau cium gak sih anjir?” celine mendadak saja cerah lahir batin. gadis itu lantas menoleh ke kalandra sambil menimbang-nimbang.
sebetulnya ia tau bahwa ia tidak mungkin kabur dan kalandra memang hanya mencetus ide tersebut untuk menghibur keadaan saja. namun pergerakan kalandra yang tiba-tiba saja mengungkung tubuh celine itu tak pelak membuat gadis itu melotot.
“heh! mau apa?”
kalandra menghembus tawa kecil sebelum diam saja mengawasi mata celine dalam diam. dikikisnya jarak yang masih terbentang sambil mendorong langkah mereka agar memojok sedikit di balik tembok.
“kal gue bercanda anjeng gak mau cium-cium disini lah gila lo mana enak?!”
“jadi mintanya dimana? emang gue mau apa?”
“cium kan? GAK YA GAK AKAN GUE BIARKAN LO NYOSOR DOANG KAYAK KAPAN HARI!!!”
kalandra terkekeh, tetap mengganggu celine dengan memajukan wajahnya perlahan. menikmati raut yang terintimidasi di depannya itu sampai hidungnya perlahan bersentuhan.
namun..
“kal kita kalo ciuman sekarang lipstick gue bisa ilang. nih lipstick dari MUA-nya gak transfer proof.” suara celine bergetar totalitas. bahkan tangan gadis itu sudah mencengkram baju kalandra karena jantungnya meledak-ledak tak terkendali.
kalandra dan serangannya yang seperti ini ternyata jauh lebih mematikan.
lelaki itu lantas memiringkan kepala sedikit, mengelus dahi celine dan menyingkirkan anak rambutnya sebentar. “cewek gue.” ujarnya singkat, lalu menatap mata celine cukup lama sebelum memberikan senyum kecil.
celine reflek menutup matanya rapat. sudah siap jika lipsticknya hilang ketika ternyata ciuman kalandra jatuh hangat di keningnya.
“i love you, my celine.” ucapnya kemudian.