waterrmark

time flies, and all we can is counting days


detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari.. tak terasa sudah lebih dari satu bulan perjalanan kalandra dan celine menaiki kereta itu terlewati. akhir-akhir ini keduanya hanya sibuk mengerjakan tugas kampus dan skripsi saja. kadang mereka kerjakan di kos, kadang pula di apartment kalandra. bahkan tak jarang mereka juga sering duduk di atap ataupun kafe-kafe yang sepi dan tak ramai agar bisa fokus.

jangan salah, mereka berdua memang seperti orang gila, namun siapa sangka jika mengerjakan sesuatu bisa seserius itu? jangankan berbicara, menoleh satu sama lain pun jarang mereka lakukan. hari-hari terlalui tanpa ada acara jalan-jalan bermain seperti sebelumnya. kali ini celine benar ingin serius mengerjakan skripsinya tanpa diganggu apapun. ponselnya bahkan ia matikan ketika sore menjemput, baru paginya ia aktifkan ketika ingin menghubungi dosen ataupun jika kangen berat dengan moodboosternya, kalandra.

mama dan papa serta jordan yang meski tidak tiap hari menanyakan kabar itu juga sesekali menyempatkan diri untuk menagih informasi kemajuan proses skripsi. tak pelak, mama memang sudah selesai mengatur segala jenis surat-surat perceraian dan kepindahannya ke luar negeri. kehamilannya dengan orang lain membuat mama jarang tidur di rumah dan memutuskan untuk keluar —pindah, ke rumah calon suami barunya. entah sidangnya akan dilaksanakan kapan, namun jelas bahwa mama tetap akan pergi dengan pria simpanannya.

papa juga sudah sepenuhnya menyerahkan urusan pekerjaan pada jordan. semangat hidupnya menurun drastis hingga ia lebih sering menghabiskan waktunya di villa keluarga yang jauh dari kebisingan kota.

jadwal sidang skripsi celine sendiripun tak terasa semakin mendekat. kalandra yang biasanya aktif menelpon ketika pagi itu sampai ikut grogi juga. ia jujur salut bukan main pada perjuangan celine akhir-akhir ini, sebab kalandra tau celine benar mengorbankan waktu tidur dan waktu-waktu istirahatnya untuk riset dan revisi sampai diterima sempurna oleh dosen.

toh, pada dasarnya semua hal yang dilakukan dengan niat dan keseriusan pasti memang akan selesai ketimbang didiamkan atau disambati saja..

matahari berganti bulan berulang kali yang menandakan bahwa minggu juga berganti minggu, tak terasa kalandra yang biasanya tak pernah absen tebar pesona ataupun aktif melawak di manapun itu juga ikut berubah makin pendiam. sisa harinya betul ia habiskan dengan terus mengunjungi celine dan mengajak gadis itu keluar kemanapun ia mau. kalandra akan menemani, melakukan yang terbaik dan terus berusaha menyenangkan gadisnya. entah itu siang ataupun malam. lelaki itu betul tidak peduli akan hal lainnya lagi saat ini.

sidang skripsi sendiri yang menjadi momok celine itu akhirnya terlewati dengan lancar tepat 3 minggu yang lalu. kalandra menemani gadis itu menyangklong gelar sarjana kedokteran ditemani beberapa mahasiswa-mahasiswi lain, termasuk disitu adalah jojo. menemani berfoto, makan-makan dan kegiatan lainnya. kalandra tak berpikir lelah, sebab apapun yang ia lakukan bersama celine semuanya menyenangkan. hatinya merasa nyaman.

hanya tinggal menghitung hari untuk menghadiri wisuda.

dan setelah itu...

“ngapain sih lo ngelamunin pot? mengagumi desain sendiri?” rendy, yang hari ini memang sedang menginap di apartment kalandra itu membuka obrolan karena ia melihat sudah 10 menit berlalu sejak kalandra duduk di sampingnya sambil memangku pot hitam berbentuk bulan sabit tersebut dengan tatap kosong. iya, memangku. betul kurang kerjaan sekali.

jave dan gibran yang sedang duduk bermain ponsel di sekitar sofa itu sampai ikut menoleh. turut prihatin dengan kegalauan kalandra yang jelas mereka tau apa penyebabnya.

“pindahan celine, ya?”

kalandra tersenyum getir, mengangguk.

tentu saja topik tersebut yang merancu seluruh sel dan sarafnya akhir-akhir ini. bagaimana tidak? bahkan barang celine saja sudah keluar kos-kosan semuanya. kebaya wisuda dan toga serta latihan-latihannya sudah disiapkan. benar-benar tinggal menghitung hari saja.

“emang celine beneran mau pindah?”

“mamanya udah netepin mau bawa celine, ren. pun dia emang kepengen lanjut studi ke luar sih. tambah pengalaman.”

rendy manggut-manggut. tidak menyangka jika kalandra yang ia kenal tidak pernah terpaku pada satu perempuan itu bisa begini juga pada akhirnya.

“tapi bakal balik, kan?”

gibran ikut menoleh ke kalandra dengan tatap penasaran kali ini, sebab sejujurnya tidak ada yang tau keputusan apa yang diambil celine tentang kehidupan kedepannya. entah menetap, entah kembali, entah mampir sesaat saja.

kalandra mengedik pundak. ia juga tidak mengerti.


hari senin. pukul 2 siang tepat.

“muka gue mengsle woi!!!? kalo ambil foto yang bener napa?!” teriakan-teriakan serupa yang bersahutan di beberapa area itu menggema kencang di teras gedung acara wisuda kampus.

kumpulan manusia yang tengah berfoto dengan keluarga, pacar, atau sahabat-sahabat dekat itu terpecah banyak di berbagai sudut. beberapanya berfoto sambil melempar toga, beberapanya lagi memutuskan untuk lepas tangis dengan dosen yang sempat membimbing mereka. mengucap terima kasih dan sebagangsanya.

celine sendiri hanya bisa tertawa dalam hati, gadis itu tentu tidak punya teman dekat untuk melakukan sesi foto-foto menyenangkan seperti itu. namun tak jarang juga banyak “teman* lain yang mengajaknya berfoto. beberapanya juga laki-laki yang dulu sempat mericuh celine pekara gosip tidur dengan dosen. mereka berfoto sambil meminta maaf sekali lagi. mengujar harap bahwa tidak ada permusuhan agar bisa melangkah ke depan dengan lebih baik dan tanpa beban. beberapanya lagi yang lain memang terang-terangan mengaku naksir celine. sekali lagi, siapa pula yang tidak akan menaruh rasa pada gadis se-aduhai celine? sudah cantik.. model di beberapa acara, wajah kampus.. ditambah sekarang calon dokter pula?

celine merapikan sedikit rambutnya dan melirik sebentar ke arah toilet laki-laki. bukan tanpa alasan ia tiba-tiba melihat toilet sebab kalandra barusan masuk kesana karena panggilan alam dan belum kunjung kembali.

gadis itu memperhatikan foto yang diambil oleh jojo beberapa saat lalu. foto pertamanya dengan kalandra. ia sedikit tertawa mengingat kalandra yang tidak mau berfoto dengannya tadi sebab celine memakai heels. perbedaan tingginya yang memang hampir sama itu makin terlihat. membuat kalandra mengajak foto sambil duduk saja. sudah seperti model sungkem orang tua di acara nikahan.

celine yang luar biasa memukau dengan balutan kebaya berwarna beige dan rambut yang memang dua hari lalu ia warnai beberapa bagiannya dengan warna ash grey itu bersanding dengan kalandra yang hari ini memakai setelan dengan warna senada.

“ganteng banget anjing.” umpatnya kemudian sambil meremat ponsel. mengezoom beberapa kali demi melihat wajah bening kalandra yang hari ini sopan sekali menolak ajakan foto banyak gadis. termasuk devi, yang dulunya juga sempat menjadi salah seorang princessnya.

satu notifikasi masuk ke ponsel celine di antara keasikannya menggulir foto, dari jordan. lelaki itu memberi tahu bahwa papa dan mama yang tadi akur menemaninya wisuda itu sudah kembali pulang. jordan sendiri memberikan waktu bagi celine untuk beres-beres terlebih dulu sebelum ikut pulang juga di akhir pekan.

omong-omong jordan, kakak celine itu juga beberapa kali ketauan diajak berfoto oleh teman celine. tentu saja teman yang bukan 'teman', sebab para gadis di jurusannya juga banyak yang terang-terangan tak suka dengan celine.

kalau masalah cowok ganteng aja ngegasnya sopan.. anjer. begitu, kata celine tadi.

gadis itu baru ingin menutup layar ponselnya ketika sebuah suara yang sangat tidak asing mendarat di telinganya.

“celine..”

sial.

tubuh celine mendadak menegang sempurna. bulu tubuhnya bahkan merinding totalitas ketika akhirnya gadis itu menoleh dan mendapati satu sosok yang tak pelak selalu ia rindukan itu datang hari ini.

“he.. bella.?” celine sampai tak mengenali suaranya sendiri.

“iya, ini gue.” bella mendekat, matanya berkaca-kaca. dengan dress hitam selutut dan perut yang mulai membuncit, bella memeluk celine tanpa aba-aba.

“maafin gue cel.. maafin gue. selamat juga lo akhirnya lulus dari sini.” hanya itu kalimat yang menguar dari bibir bella ketika celine tetap membeku di posisinya.

pengkhianatan dalam pertemanan tentu kadang terjadi. dan dalam hal itu, tergantung seberapa dewasa kita untuk mengambil keputusan. entah untuk memaafkan, entah membuang jauh-jauh agar kehidupan kita tidak terganggu lagi.

dan celine?

gadis itu masih saja diam tak ingin percaya. bella yang selama ini menghilang dari pandang, bahkan seluruh media sosialnya tidak aktif itu kini hadir untuknya. lengkap dengan buket bunga yang dibawakan oleh salah seorang asisten di belakangnya. mungkin ART titipan orang tua bella, sebab mau bagaimanapun juga bella memang anak tunggal kesayangan keluarga.

“maafin gue buat semuanya cel. gue tau gue salah. gue iri. gue goblok banget lakuin itu semua ke lo.. gue...” ucapan bella terhenti karena tangisannya jatuh lagi. gadis itu bahkan tak memperdulikan beberapa teman lain yang kini menatapnya penasaran. bisik-bisik kecil mulai terdengar demi membicarakan gosip bella yang terbukti benar adanya.

“bel udah bel gak papa..” celine memutuskan bersuara dan menepuk punggung bella beberapa kali. ia tentu terharu, bahkan ia juga merasa ingin menangis. tapi anehnya air mata tak kunjung jatuh, mengumpul di pelupuk saja tidak. entahlah, reaksi celine hanya ala kadarnya. hatinya berkecamuk tapi tidak ada yang keluar lagi dari mulutnya selain ucapan gak papa dan makasih udah dateng bel.

hingga akhirnya kalandra tiba di sekitar celine dan membuat bella berpamitan. bilang ingin check up ke dokter, sudah waktunya. celine mengangguk, melepas kepergian bella dari hadapannya lalu lekas kembali duduk lemas di kursi panjang. kepalanya pening dadakan.

“kenapa cel? tadi diajak ngomong apaan?”

dan detik itu juga, tanpa diminta lagi air mata celine menetes sebutir. “kalandraaaaaaa....” adunya kemudian, menangis. ternyata kakunya tadi bisa luntur jika ditangani oleh orang yang tepat.


“udah itu bulu mata gue lepas ilang kan, eh softlens gue juga ikutan lepas terus jatoh pas kekucek tangan.” celine yang kini ditemani kalandra di dekat kaca besar samping toilet itu kebingungan. membuat kalandra juga ikut pusing sebab apa pula yang lelaki itu tau mengenai hal tersebut?

“cabut aja udah dua-duanya cel.. pake gak pake muka cewek gue mah tetep cakep.”

“ah yang bener lo..” celine stress, memutuskan untuk benar melepas softlens dan bulu matanya yang masing-masing terlepas satu itu. ia tentu ada cadangannya, tapi semua ia tinggal di kamar hotel.

“itu nanti ada manager sama asisten direktur agensi yang mau dateng. tadi bilangnya mau foto dulu bentar gitu terus balik.” gadis itu melanjutkan, masih dengan raut gelisah. gara-gara menangisi bella dan segala kenangan baik mereka, celine benar menangis lama sekali. itupun sambil ditahan-tahan sebab ia tidak ingin mengacaukan bedak dan makeup di bawah matanya.

jadi, gadis itu menangis dengan kalandra yang memegangi tisu tepat di bawah mata. benar-benar pemandangan ter-stress yang pernah dibuat oleh kalandra dan celine sejauh ini.

talent terbaiknya wisudaan gimana mereka gak mau dateng?” lelaki itu menjawab, masih menanting tas dan toga celine dengan sabar. persis asisten artis dadakan.

“males gue tuh ketemunyaa..”

“mau kabur aja?” kalandra malah usil memberikan saran.

“ih pinter amat lo? mau cium gak sih anjir?” celine mendadak saja cerah lahir batin. gadis itu lantas menoleh ke kalandra sambil menimbang-nimbang.

sebetulnya ia tau bahwa ia tidak mungkin kabur dan kalandra memang hanya mencetus ide tersebut untuk menghibur keadaan saja. namun pergerakan kalandra yang tiba-tiba saja mengungkung tubuh celine itu tak pelak membuat gadis itu melotot.

“heh! mau apa?”

kalandra menghembus tawa kecil sebelum diam saja mengawasi mata celine dalam diam. dikikisnya jarak yang masih terbentang sambil mendorong langkah mereka agar memojok sedikit di balik tembok.

“kal gue bercanda anjeng gak mau cium-cium disini lah gila lo mana enak?!”

“jadi mintanya dimana? emang gue mau apa?”

“cium kan? GAK YA GAK AKAN GUE BIARKAN LO NYOSOR DOANG KAYAK KAPAN HARI!!!”

kalandra terkekeh, tetap mengganggu celine dengan memajukan wajahnya perlahan. menikmati raut yang terintimidasi di depannya itu sampai hidungnya perlahan bersentuhan.

namun..

“kal kita kalo ciuman sekarang lipstick gue bisa ilang. nih lipstick dari MUA-nya gak transfer proof.” suara celine bergetar totalitas. bahkan tangan gadis itu sudah mencengkram baju kalandra karena jantungnya meledak-ledak tak terkendali.

kalandra dan serangannya yang seperti ini ternyata jauh lebih mematikan.

lelaki itu lantas memiringkan kepala sedikit, mengelus dahi celine dan menyingkirkan anak rambutnya sebentar. “cewek gue.” ujarnya singkat, lalu menatap mata celine cukup lama sebelum memberikan senyum kecil.

celine reflek menutup matanya rapat. sudah siap jika lipsticknya hilang ketika ternyata ciuman kalandra jatuh hangat di keningnya.

“i love you, my celine.” ucapnya kemudian.

another kalcel's random day.


pukul 2 lebih 10 menit, kalandra yang memang sengaja memberikan kelonggaran pada gadisnya agar tidur 10 menit lebih lama itu akhirnya memulai panggilan suara.

pada dering ke-5 hela napas celine mulai terdengar masuk ke rungu kalandra. hanya itu saja dan belum bersuara. namun setelah sekian detik berlalu, suara serak khas bangun tidur itu akhirnya menyapa juga.

“bisa gak sih, molor dikit.. gue gak mau mandi. gue tuh bermusuhan dengan air.” celine merengek untuk pertama kalinya pada kalandra. membuat lelaki itu yang kini tengah sibuk menenteng handuk untuk mandi reflek merinding seketika.

ia sudah tentu sering saling telpon dengan banyak gadis di luar sana, namun ternyata hanya suara pacarnya ini yang berhasil membuat saraf kalandra kendor 100%. ia jatuh cinta lagi dan lagi.

“duduk dulu cel..”

“jangankan duduk, gue melek aja gak bisa.”

kalandra memijat pelipis, gemas. “tarik nafas dulu tuh biar oksigennya masuk banyak ke otak.”

“ngantuk, ntar di kereta boleh lanjut bobo gak..?”

“boleh lah. ada gue.”

“ya udah, gue mandi dulu ini. tapi seriusan kalo gak mandi gak boleh kah?”

rewel. gadisnya rewel totalitas dan entah kenapa kalandra malah ingin terbahak di sebrang sana. mungkin karena selama ini celine hanya menunjukkan sisi keren setengah sinting saja, belum pernah menunjukkan sisi manjanya sebagai seorang pacar hingga jika begini kalandra malah gemas bukan main.

“mau mandi gak mandi itu terserah sih babe, cuma gue ingetin aja kalo kota kelahiran lo panasnya ngalah-ngalahin panggangan roti..”

“hwwwwwwwwwwwww..”

“sana mandi. jangan dimatiin callnya biarin nyala aja di kamar.”

“okeeee. kamu mau mandi juga kah?”

demi mendengar kata kamu yang selalu terdengar aneh jika terlontar di antara mereka itu, kalandra langsung tertawa kencang. “iya lah, sayangkuuuu...”

sepi. celine sepertinya masih ada di antara alam mimpi dan alam semesta. bercanda. maksudnya antara alam mimpi dan alam sadar..

atau tidak? sebab beberapa detik setelahnya yang kalandra dengar adalah bunyi gedebuk kencang dan barang di banting di sebrang sana.

“woy woy.. kenapa cel?!”

“cel??”

“CELINE?!”

“CEEEEEL???”

sambungan terputus disertai makian dengan capslock ala celine pada room chat aplikasi hijaunya yang belum kalandra buka sedari tadi.

|| STRESS KAH LO? || INI AYAM MASIH BLM BERKOKOK LO SUDAH SAYANG2AN || IH GILA GILA GA KUAT GUE..

ya... celine just being celine.


KAMAR KOS CELINE.

kalandra sebenarnya merasa cukup sungkan untuk berdiri di depan kamar kos gadisnya sepagi ini. kondisi bangunan ini bahkan masih sangat sepi. hanya didominasi oleh suara mesin AC yang memang semuanya masih menyala sebab penghuninya terlelap sempurna.

“bentar-bentar kal. gue lupa taruh kipas! bisa semaput gue gak bawa tuh kipas..”

kalandra mengangguk, menyenderkan tubuhnya di ambang pintu sembari tetap menunggu celine memutari kasur. dan detik itu juga lelaki itu tiba-tiba saja menghela napas berat.

kamar kos celine mulai kosong. jika terakhir kali ia masih melihat beberapa barang celine masih terpajang disana, sekarang sudah sedikit sekali yang tersisa. seperti dispenser di ujung dan barang penting saja seperti laptop, baju-baju dan hal serupa.

seperti dihantam, jantung kalandra mendadak berdegup tidak beraturan sebab membayangkan ia tidak bisa lagi melihat gadisnya sedekat ini.

celine akan pergi. jauh darinya.

ini bukan soal hubungan lagi, sebab sekarang yang dibahas adalah mengenai cita-cita dan pencapaian.

“dah, yuk kal!” celine yang kali ini mengenakan setelan serba terang lengkap dengan topinya itu menepuk lengan kalandra pelan. mengagetkannya dari lamunan dan membuat lelaki itu reflek saja memeluk celine erat.

tidak disangka, pagi sebelum acara dimulai ia malah sudah melankolis sendirian. padahal, celine masih berdiri di depannya. masih ada dalam dekapannya pula.

“hei kal..” celine terkejut, namun tetap membalas pelukan kalandra dan mengelus punggungnya.

“kind of morning hug, cel.” kilahnya kemudian.

“hahahahaha. you can get this hug when ever where ever though.”

kalandra mengangguk, memutuskan untuk mengajak celine bersenang-senang saja hari ini. “yuk berangkat!”


udara dingin membungkus stasiun. tidak terlalu dingin sebenarnya, tapi mampu untuk membuat bibir kalandra dan celine merutuk sedikit sebab minuman yang terjual memang hanya dari kulkas penjualan otomatis saja.

“duduk dulu sini, belum suruh masuk cel.”

“ntar di kereta duduk lama gue mau berdiri aja sekarang.” celine menggeleng. memilih untuk sibuk memotret tiket, memotret papan pengumuman, loket, dan kalandra. ya, kalandra. lelaki yang anehnya begitu diam hari ini. atau sisi cerewet kalandra baru keluar di siang hari? entahlah, celine tidak mengerti.

“skripsi lo udah submit ke dosen lagi cel?”

“udah kal tinggal dikit doang kok. puji Tuhan lancar-lancar.. harus bulan depan pokoknya biar bisa ikut kloter yang ini.”

“lah iya..”

see????? celine jadi bingung.

“kal.” gadis itu memanggil, menyodor telapak tangan.

kalandra hanya mendongak dan menumpuk telapak tangannya pada milik celine dalam hening. dingin. tangan kalandra dingin sekali.

“lo sakit kal????!!!”

“hah?”

“dingin... tangan lo.”

kalandra mengerut alis, “tangan lo juga dingin woi.. ini mah efek tadi abis megang-megang embunnya kulkas!”

oh iya.. celine reflek tertawa. gadis itu lalu mengulur lagi sebelah tangannya yang lain untuk ia berikan pada kalandra.

keduanya diam sambil bergandengan tangan dengan yang satu duduk dan yang satu berdiri. sesekali mereka mengecek jam dan petugas stasiun yang biasanya menyuruh untuk masuk ke area dalam stasiun agar bisa bersiap. dan umur panjang, petugas tersebut betul berteriak detik itu juga.

“mau toilet dulu gak?” kalandra bertanya.

“gak kebelet.”

“harus toilet!”

celine berdecak. “YA KALO GITU NGAPAIN SOK NANYA?!”

tawa kalandra langsung menguar, ia lantas bangkit berdiri untuk kemudian menyeret celine melewati tempat pengecekan tiket.

“gue tunggu di depan sini. dah sana buang hajat dulu.” kalandra mencekali tas celine sambil mendorong punggung gadisnya agar segera menghilang di balik bilik kamar mandi.

“lo gak mau toilet juga kah?” beberapa menit setelah celine selesai, ia langsung membalikkan pertanyaan pada kalandra.

“cowok bisa di botol gak sih?” candanya.

“sialan bodoooooh banget males males.” celine tertawa separuh emosi mendengar jawaban ngawur kalandra barusan. ia kemudian mengambil tasnya dari tangan kalandra dan duduk di sekitaran lokasi kereta berhenti.

belum genap 5 detik ia duduk, petugas sudah menyuruh mereka untuk masuk ke gerbong kereta.

“hahahaha yuk, cel jalan cel.. our first trip is going to be fun!

“gak fun kalo lo diem-diem galau mulu dari tadi nyampe kos.”

“hm?” kalandra mengerut alis sambil tetap mendorong punggung celine agar berjalan di depannya. “gak diem gue sayang..”

“diehhhhh..”

kalandra hanya balas tersenyum hingga mendapati beberapa pengunjung yang ketauan melirik terang-terangan ke arah mereka.

ya.. hal menarik memang tidak luput dari perhatian bukan?

kalandra dan celine memang terlalu wow jika disatukan di tempat terbuka seperti ini. penampilannya selalu berhasil mencolok perhatian. padahal dandanannya termasuk biasa saja.

“cantiknya cewek gue sampe dipelototin mbak-mbak disana..”

“mbaknya melototin gue karna sirik gue jalan sama lo kali ya?”

“paling. cowok lo kan emang keren lahir batin?”

celine diam-diam mengiyakan dalam hati. karna lihatlah.... rambut kalandra tersisir rapi hari ini, lengkap dengan hoodie abu-abu bertuliskan CELINE dan celana pendek hitam selutut. entah, namun jujur bagi celine pemandangan itu tampak sangat atraktif.

lagi.. celine terhipnotis lagi.

hingga tanpa sadar kakinya sudah menapak masuk dan tubuhnya sudah duduk di sebelah kaca bening kereta.

“kal tuker tempat dong..”

“lo cewek teraneh cel.. biasanya cewek paling seneng duduk di sebelah kaca. kalo lo nih enggak, mesti minta tukeran mulu.....”

“ih gue kan pengen liat pemandangan sambil liat lo!!”

oh....

kalandra langsung bangkit berdiri dan mengajak celine bertukar tempat. ternyata alasannya sepele sekali.

“nanti aku mau makan pecel ajaa..” celine membuka topik, membenarkan posisi duduknya sampai tiba-tiba kalandra melepas hoodienya dan menyerahkan ke tangan celine. menyisakan kaos putih besar di dalamnya.

“dingin. tutupin kakinya dulu itu biar anget dikit.” ujarnya kemudian.

sialan.

celine bertahan mati-matian agar tidak melempar hoodie tersebut ke penumpang yang duduk di sebrang sampingnya.

“gue bilang mau mam pecel kenapa lo baperin gue sihh?!”

“hahaha dah gak usah rame. sini katanya ngantuk lo tadi.” ujarnya, lalu menyenderkan kepala celine ke pundaknya. “tidur anteng. topinya tutupin muka biar gak diliatin orang kalo tau-tau mangap..” lanjutnya, lalu terkekeh sendiri.

“ih udah gak ngantuk... gue mau liatin kereta aja.”

“nah.. nanti liat tuh di sebelah sana ada matahari jam setengah 6 bagus banget bulet merah gitu.”

“pengalaman waktu ngedate bareng bang rendy kah mas?”

“iya nih, bikin mual aja. sekarang kan perbaikan ya gue ngedatenya sama cewek gue sendiri.” kalandra menaikkan sebelah alisnya menggoda.

benar-benar sialan. jika ingat tidak dalam kereta mungkin celine bisa minta jatah cium dadakan seperti biasanya. ya, meski belum ada yang kejadian selain kecupan singkat yang diberi kalandra waktu itu sih..

memang pada dasarnya cablak saja.

celine akhirnya memutuskan untuk tetap menyender ke kalandra sambil benar mengawasi pemandangan dari jendela kaca. sebab di samping-sampingnya yang berjarak cukup jauh itu hanya terdapat segelintir orang saja, itupun tengah mencari posisi enak untuk tidur lagi.

“nanti lo disana mau apa kal?”

“mau nemenin lo.”

“seriusan kepengen apaaaaa?”

“kepengen nemenin lo.” kalandra menjawab, merentangkan sebelah tangannya untuk merangkul agar kepala celine bisa enak menyender dengan pas.

“lo nih betulan bucin ke gue apa baperin doang sih bangsat? enteng betul dah gue yang gila bisa-bisa gue jebolin tuh kaca bablas lompat ke rerumputan?!”

kalandra menepuk kening sambil tertawa tanpa suara. gadisnya memang sudah another level!

“eh omong-omong cel, lo ada get contact gak?”

“buat apaa?”

“tuh, nomer kondektur..” kalandra menunjuk nomor telpon yang tertera di gerbong. “pengen ngecek aja orang nyimpennya apaan.”

“usil banget sih, tapi bentar gue gak punya.. download dulu aja.” celine menegakkan badan, lantas membuka ponselnya dan mencari aplikasi tersebut.

“udah gakkk sih lama amat?!”

“bentar anjeng.”

“gue dikte nomernya buruan.”

“dah ayo. 08??”

“08123... 3 berapa tuh burem?”

“5432 bodoh.”

“nah, ketik buru tuh. 234.”

“dah.” celine menekan tombol cari hingga nama yang diberikan orang pada pak kondektur itu bermunculan banyak sekali.

hening. celine hanya menatap mata kalandra cukup lama sampai akhirnya, “HAHAHAHAHA. eh sssttt tolool kelepasan.” gadis itu lantas membekap mulutnya sendiri sambil sibuk tertawa tanpa suara sekarang.

“apaan sih apaan?” kalandra penasaran dan reflek mengambil alih ponsel celine. dan detik itu juga lelaki itu ikutan terbahak dengan suara tertahan.

“bisa-bisanya.. kadal kah beliau nih?”

“heh!”

“liat dong.. ngakunya single ternyata punya anak.. APA-APAAN?”

“parah yang ini gak sih?” kalandra menunjukkan satu nama bertuliskan hotel 27 januari.

“LAH. HMMP.” sebelum tawa celine kembali keluar kencang kalandra memutuskan untuk membekap mulut gadis itu terlebih dulu.

“diem cel tahan cel. lo pasti bisa..” kalandra berujar seraya membiarkan kepala celine tenggelam di hoodie abu-abunya.

“itu tuh maksudnya pesen cewek woy.. anjing.”

“sst diem-diem. orangnya sering muter.”

celine akhirnya menegakkan badan kembali seraya menghapus air mata yang keluar di pelupuk matanya karena tawa. sial, humornya terpuaskan 100% secara mendadak.

“kal kal..”

“apaan?”

“abis gue wisuda nanti, apartment lo kosong gak?”

“hah?”

“gue mau bermalam sama lo..”

“HAH?”

“mau gak sih bermalam sama gue?”

“cel.. gue gak siap? gue belum skripsian!”

“hah?”

celine mengerut alis, menatap kalandra. telinga lelaki itu bahkan memerah sekarang.

“lo mikir gue mau olahraga seperti bapak kondektur di get contact itu kah?”

“WOY!”

“ya makanya!!!? maksud gue tuh bermalam cuma kek ngobrol panjang ajaaaa. gue suka ngobrol sama lo.”

“ngobrol apaan malem-malem di apartment gue? mana nanyain kosong apa gak?”

“ngobrolin kita..” celine menggaruk pelipis, tersenyum. kali ini senyum bahagianya yang dari tadi menguar itu tampak luntur mendadak.

kalandra yang paham akan maksud celine itu mendadak ikut lemas. “gue sayang lo cel..” ujarnya, merengek kecil. tangannya bergerak memeluk celine erat dari samping. rasa mellow-nya kembali lagi.

“gue apa lagi?”

“gue lebih!”

“gue yang ngejar lo!!!!!!”

“lo cewek pertama gue!”

“hahahahaha anjing, ngomong sama lo mah seriusnya 30 persen doang sisanya ricuh.”

“sayangnya gueeeee.” kalandra masih tidak bisa tertawa. galau sudah dia pagi ini.

“gue juga sayaaaaaaang lo ban..” ucapannya terpotong kala kereta yang memang beberapa menit lalu berhenti di stasiun lain itu memuat beberapa orang baru.

“misi mbak, mas.. saya permisi mau duduk dulu.” ujar ibu-ibu dengan sopannya. membuat celine reflek tegak dan kalandra-pun sama canggungnya.

“lupa kan lo kalo naik ekonomi?”

“hehehehehehehe.”


pukul 6 lebih sedikit kereta yang ditumpangi kalandra dan celine akhirnya tiba di stasiun tujuan.

panas. gerah. engap. ramai! perpaduan sempurna untuk bibir hobi menyambat ala celine itu menguar tanpa diminta.

“kebeleeeeeetttttttt!!!! tapi toiletnya full!”

“banget? udah gak bisa nahan?”

“bangeet!!!!”

“lo pipis di semak-semak situ gue tutupin gimana?”

“ada akhlak kah lo nih?!”

kalandra tertawa, lantas menarik tangan celine. “ayo cari mart aja, numpang toilet.”

“JAUUUUUH.”

“numpang makan di depan sana aja terus tanya toilet cel.”

“gak pengen makan rawon!”

“gue masukin kantong lo ya lama-lama!” kalandra gemas, lantas memesan layanan online untuk segera membawa mereka ke atom saja sesuai keinginan celine.

“yakin bisa nahan gak lo?”

“bisaaaa dikit.”

“ya udah tahan aja itu toilet lantai atas sekalian makan.” kalandra malah seperti suami yang menghibur istrinya kala mau lahiran. membuat bapak pengemudi tampak ikut merasakan ngilunya kebelet buang air dan tak sadar mencari trabasan agar cepat sampai.

“lo nanti gak mau angkat gue ala bridal style aja gitu kah sampe ke toilet atas? biar drama gitu sih.”

“muka lo tuh diangkat!!!?”

“diehhhhhh.”

lagi. bapak pengemudi makin mengebut.

“pak santai pak.”

“ada botol mas di belakang.”

“SAYA CEWEK BAPAKKKKK.”

yah... begitulah jalan-jalan random kalandra dan celine terus berjalan hingga malam hari.

9 nov 2023

nih buat ngobatin kangen anda-anda semua ini pada kalandra dan celine.

ga penting diskip boleh.

lowercase.

happy reading!


malam ini kalandra dan celine duduk di teras kos celine yang penerangannya mengalahkan lampu indomart. nasya, pemilik kos, mengganti lampunya tadi siang dan sepertinya salah membeli seperti yang biasanya.

kalandra duduk di sebelah celine sambil sesekali menggoda jemari gadis itu yang sibuk menari di atas keyboard laptop. mengerjakan skripsi.

“bisa diam tidak?!” celine melotot ketika lengannya kini dicubit-cubit pelan.

“hehehehehe.”

sialan. kalandra mode pacaran ternyata berbanding terbalik dengan kalandra mode mencari mangsa. diam, hening dan kerennya seperti musnah 50 persen. digantikan oleh sisi aslinya yang ternyata super clingy. sedikit-sedikit bahkan bisa marah ketika celine melakukan kesalahan. seperti kemarin ketika gadis itu terkena pisau, kalandra benar-benar berisik memberi petuah dan mengomel 10 menit full. ya meskipun tangannya juga ikut bekerja memasangkan hansaplast sih... bentuk sayang lelaki itu memang agak unik.

“besok jam 11 aku jemput cari tepung habis itu jam 1 aku balik kampus bentar.” kalandra berujar seraya merogoh saku celananya. mengeluarkan ponsel. “kamu ada temu dosen kapan lagi?”

aku-kamu...

mereka berdua memang tidak jelas. kadang aku-kamu, lebih seringnya lo-gue. sesuai mood saja. jika sedang bercanda malah love languagenya berubah jadi act of tampol dan words of misuh... biasa. padahal pacaran juga masih barusan.

“lusa sih, jam 7.”

“aku anterin.”

celine menggeleng. “gak usahhhhh. itu masih kepagian untuk mempekerjakan lo sebagai sopir.”

“sialan.”

“omong-omong besok aku mau ntu dong kal.. ngerjain skripsi di kafe antariksa.”

“kafe mana tuh?”

“ada lah biasanya gue kesitu bareng bebel. sepi terus enak buat fokus.”

“oke..?”

celine menoleh. “cuma mau fokus doang, gak mau nostalgia kok. suer.” ujarnya meyakinkan ketika melihat tampang kalandra sensimen di sampingnya.

kemudian hening. celine kembali fokus mengetik di laptop dan kalandra menyender di lengan gadisnya sambil bermain ponsel.

“berat gak?” kalandra bertanya. “bisa ngetik kan?”

“aman.. maap yah gak bisa mengelus keningmu dulu. nanti pas mau pulang gantinya aku kecup deh.”

“HALAH HALAH TERAKHIR SOK MAU NYIUM KENING GUE BABLASNYA LO NAMPOL YA CEL..”

“ih itu kan gara-gara muka lo songong anjir.”

“cium tinggal nempel aja dipasangin ekspresi begitu dah salah tingkah.” kalandra mencibir. memang pada dasarnya lelaki satu ini senang melihat celine malu-malu sih. rasanya puas sekali sebab ia jadi tau bahwa rasa suka celine padanya memang tidak main-main dan sama besarnya.

“sabtu berangkat subuh cel.”

celine melotot. “kenapa subuh-subuh?! lo kekurangan jam kah?”

“naik kereta jam segitu enak tau.. gue pernah sama rendy iseng berduaan doang ke jogja.”

“terus di jogja ngapain?????”

“nginjek lantai stasiun, beli roti, balik.” kalandra ngakak setelahnya. itu murni karena rendy dan dia saja yang memang gila dan kurang kerjaan pada masanya.

“besok pas disana gue ajakin muter atom, makan sambelnya itu loh emak siapa sih.. bu.. eh, apa oma ya?”

kalandra menyembur. “omanya siapa babe?”

“seriusan anjing.”

“ya gue juga seriusan nanya omanya siapa?”

celine merengut. dia lupa. “makan pangsit aja deh. sama cakwe tuh muter aja di bawah.”

kalandra hormat. “siap laksanakan!!!”

celine tertawa, lalu memeluk pinggang kalandra dari samping. “gemes banget sih lo nih hah?!”

lelaki itu kaget, namun kemudian ikut tertawa. “aduh duh, gemes ya cowoknya ya kak ya?”

“oh iya lah!!! mas tau gak saya ngejar cowok saya ini mati-matian?”

“masa sih kak?”

“iya mas serius. saingan saya ayam warna-warni!!!!”

tawa kalandra lepas makin kencang. ia lalu mengusel pucuk kepala celine karena sayang bukan main.

kayna-marco's core.

lowercase.


halo, namaku kayna. kayna sherin calandra, panjangnya. eh, lengkapnya! kalo panjang sih jadi kaynaaaaaaaaaa gitu ya. DUH! aku digetok renan!

omong-omong renan ini bukan cowokku, kami hanya berteman saja. hm, lebih kayak saudara cowok sih ya sekarang. saking dekatnya! sebenernya aku punya sendiri temen cowok yang paling deket dan gak bisa digantiin sama siapapun. namanya marco. heem, marco alexander. udah kayak pembalap ya namanya? yah.. gak salah, anak itu juga sekarang lagi bergelut di dunia pembalap memang.

nah, baru aja aku bahas marco dalam otak, cowok itu sudah berlari-lari dengan langkah lebar menembus mbak-mbak dan mas pekerja yang lagi mondar-mandir membawa kardus besar berisi kain-kain dan benang dekat gudang besar.

biasa..

“kay! nunut nugas dong.”

nah, kehidupan dia memang rusuh. mana bisa fokus ngerjain tugas sih, kalau ada di tempat seramai ini? para pekerja juga bukannya semua bisu, semua bahkan bisa bicara dan kaki serta tangannya gak lumpuh.

aku hanya mengernyit, memukul tengkoraknya sebentar sebagai bentuk sapaan normal ala kami, lantas menarik poninya pelan agar mengikutiku pergi ke kantin.

perlu digaris bawahi bahwa marco memang sangat sering datang ke pabrik tempatku bekerja, tentu kehadirannya membuatku senang ditengah suntuk, tapi kadang juga membuat darah mendidih karena faktanya marco memang brengsek. cowok itu tidak segan-segan untuk membabuku setiap detik. menyuruhku ini itu sampai aku kerap ditertawakan oleh mbak-mbak jahit yang memang sama-sama mengenal marco begitu dekatnya. bahkan seluruh penjuru pabrik ini memang bersahabat dengan marco!

dimana ada marco, disitu pasti ada kayna.

omongan kayak gitu udah sering aku dengar sejak sd. pasalnya aku dan marco memang bertetangga dan satu sekolah sejak masuk sekolah dasar. dan memang juga, dimana ada aku, di sebelahku pasti ada marco. tak pelak banyak pula yang mengira kami pacaran. padahal mah.. ih, boro-boro! kami kan saat itu masih kecil!

persahabatan kami yang dilandasi oleh keinginan saling babu itu terus berjalan diiringi pergantian matahari dan bulan. makin hari makin menempel bak kertas di lem alteko, benar, aku tidak menyangkal. dia memang suka menempeli aku dimana-mana, dan aku juga suka menempeli dia kemana-mana. berangkat bersama, makan bersama, kerja kelompok bersama, pulang bersama. tidak ada bosannya!

tapi sekali lagi, hubungan ini hanya sekedar itu, kami tidak saling menaruh rasa cinta. kami hanya menyayangi satu sama lain, melindungi bak seorang kakak melindungi adiknya, dan hal-hal serupa lainnya.

makin dalam pula persahabatan kami ketika keluarga marco mulai terlihat tidak harmonis, hampir setiap hari mama menyuruh cowok itu untuk makan dan tidur di rumah karena kerap ditinggal sendirian.

sejujurnya aku geram pada dunia yang tega memperlakukan sosok baik marco seperti itu, tapi, apa yang bisa aku lakukan untuk ikut campur?

apa yang aku makan hari itu sudah jelas akan dimakan marco juga. bahkan masakan mamaku yang rasanya lebih seperti masakan aneh yang gak ngalor gam ngidul, marco tetap tertawa sambil menemaniku menghabiskan. cowok itu selalu menjaga aku dan dua adikku layaknya saudara yang bisa diandalkan. adikku, gideon dan ciara, bahkan memanggilnya papi! BAYANGKAN, PAPI!

tak jarang pula jika kami keluar ke pasar membawa gideon dan ciara, dan dua adikku itu mulai merengek papi papi, orang akan melotot sangsi seakan mengatakan anak muda jaman sekarang makin aneh-aneh! bisa-bisanya umur segitu punya anak dua!!!

ckckckck..

hari berganti hari, tahun berganti tahun. hanya aku dan marco yang tidak berganti. bahkan ketika memasuki SMP dan marco mulai bergelut dengan band serta organisasi, dan aku yang bergelut dengan ekskul biologi serta fisika, cowok itu AKAN selalu menyempatkan diri untuk pulang bersama-sama. padahal, waktu pulang kami sangat berbeda. atau minimal jika tidak bisa pulang bersama, marco akan sempat mengantarkan bekal ke ruang ekskulku setidaknya agar perutku tidak meronta kelaparan, sekaligus berpamitan.

waktu SMA jarang ada perempuan atau lelaki lain yang berani mengusik kami karena mengira kami memang sedang pacaran dan kasmaran. padahal serius, aku dan marco tiap bertemu lebih banyak adu rambut! (baca: jambak-jambakan.) humor marco anjlok, begitu pula dengan humorku. yang beruntung adalah tingkat kewarasan marco jauh berada di atasku. ya, aku akui, aku lumayan gila. bisa dalam satu menit aku membenturkan kepala sambil merutuk ingin melepas otak selama 3x.

puncak sayangku pada marco adalah ketika papa meninggal, yang sialnya juga tepat dekat-dekat itu aku juga habis dicampakkan oleh lelaki super most wanted di sekolahku.

marco benar menemaniku setiap detik! garis bawahi.. SETIAP DETIK! aku berjalan kesana, dia menempel. aku jongkok di lantai, dia juga ikut. aku selonjor dekat pintu jenazah rumah sakit pun dia ikut selonjor. padahal aku tau marco sangat takut gelap (kondisi rumah sakit remang-remang) dan hal-hal berbau itu. tapi demi aku, setidaknya supaya aku tidak melakukan hal gila, dia mau ada membantu.

cowok itu bahkan menemaniku menangis di atas tanah kuburan selama 5 jam full! ia juga yang mau rutin membawaku ke makam meski akhir-akhir itu aku selalu sibuk mengurus pekerjaan.

marco adalah cowok pertama yang mau memelukku. cowok pertama yang menggandeng tanganku. cowok pertama yang berbagi tempat tidur denganku. cowok pertama yang mencium pucuk rambutku.. (oke, terlalu romantis. marco hanya mengendus pucuk kepalaku. tapi memang sempat nyaris mencium!) intinya, marco.. dia cowok pertama yang melakukan banyak hal denganku.

marco pula cowok yang bakal lari pertama jika aku jatuh kesakitan. cowok yang siap terjun payung ketika aku disudutkan oleh keluarga besarku sendiri. bahkan rela juga adu jotos dengan cowok yang bikin aku patah hati.

lebay banget memang, tapi jujur, aku terharu. dan aku bersyukur. aku bersyukur karena Tuhan memberikanku sosok marco yang sangat berharga. sosok yang selalu membelaku habis-habisan bahkan meski itu salahku sendiri sekalipun. (ya, meski habis membela dia bakal ngomel sambil maki-maki aku juga, sih.)

marco selalu ada. dimanapun kapanpun aku membutuhkannya. setidaknya jika ia tidak ada depan mukaku, ia akan selalu menyempatkan telpon atau berkirim pesan. dan menurutku, itu sudah sangat cukup. bahkan pacar-pacar terbaik di seluruh duniapun akan kalah dengan effort yang marco berikan padaku. padahal, aku hanya sahabat terdekatnya saja.

membahas perempuan, cowok itu sebenarnya menjulang tinggi sekali popularitasnya. marco ganteng, rambutnya meski agak keriting sedikit tetap terasa halus (sebab dia mencuri shampoo dan perawatan rambutku yang lain), belum lagi marco adalah pembalap yang sering kali menang di arena dan kemampuan gitar serta otaknya yang super encer itu membuat siapapun perempuan pasti menyukainya. dan betul juga.. marco sangat menghargai tiap manusia, cowok itu begitu ramah pada semua orang termasuk bapak becak yang mangkal di pertigaan pasar.

tapi, mereka bisa apa?

marco sudah ditetapkan menjadi kepunyaanku. padahal, aku sama sekali tidak berat hati jika... eh, iya kah? entahlah, tapi rasanya memang aku kadang merasa egois karena terus tempel-tempel dengannya. tidak seharusnya dia membuang masa mencari pacar itu dengan terus dekat denganku.

dan ya... meski begitu jangan salah, aku juga tau bahwa aku adalah cewek pertama versi marco yang pasti bakal dia ceritakan pada seseorang juga suatu hari nanti.

namun,

kapan?

nyatanya hari itu tidak pernah datang.

karena belum sempat semua terurai jelas, cowok itu malah meninggalkanku. SECARA KEJI DAN BRENGSEKNYA! bahkan aku tidak pernah tau ada dimana dia sekarang.

aku sudah seperti orang gila. oh ralat, memang sudah gila! banyak temanku menyarankan psikolog-psikolog ternama untuk mengobati kegilaanku akibat ditinggal pergi marco secara dadakan.

ya, marco itu. marco-ku.. sudah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi. kecuali aku menyusulnya pergi.. untuk mati.

mati.

mati..

mati...

aku mau mati.

aku mau bertemu cowok itu sekali lagi bahkan meski jika untuk kali terakhir hanya untuk menamparnya.

menamparnya karena meninggalkan aku yang menangis sampai tertidur di sofa rumahnya sampai sesak napas.

menamparnya karena meninggalkan aku bangun dengan keadaan mata sembab dan melihat kekosongan tiap sudut dan celah rumahnya sampai berakhir menangis kembali.

menamparnya karena melarangku melepas kepergiannya di bandara dan tidak mengijinkanku memeluknya di kala terakhir kepergiannya.

aku ingin meluap. namun rasanya air mata frustasi saja tidak cukup untuk sekedar membuat diriku meledak.

aku ingin meraung. namun sekali lagi, raunganku juga tidak terasa cukup untuk sekedar melepas ikatan beban yang tertali rapat di jantung ini.

aku sedih. terlampau sedih.

bahkan musim hujan yang melanda kala itu tampak sangat paham dengan perasaanku karena mereka terus datang berjatuhan menemaniku menangis. gelegar guntur yang bersahut-sahutan juga seakan mau membantuku meredam teriakan yang terus saja aku lepaskan tak peduli waktu.

bagaimana aku tidak betul gila?

aku kehilangan teman, saudara, sahabat, soulmate dan apalah sebutan lainnya lagi yang cocok dengan sosok marco. aku merasa sangat sangat kehilangan.

terutama yang pasti, aku kehilangan sebuah rumah dengan pondasi kuat. sebuah rumah yang selalu aku cari dan singgahi dengan nyaman sebanyak sekian puluh ribu hari. aku kehilangan marco, tanpa jejak, tanpa ada tempat untuk sekedar mampir kembali esok hari.

dan ya.. tak pelak, aku kehilangan diriku sendiri.

aku mendapati diriku selalu tenggelam. kali ini betul tenggelam dalam kolam renang. dan memang sengaja.

sudah kubilang, aku ingin mati! namun rupanya Tuhan tidak ingin menerimaku lebih awal karena selalu ada yang menarikku keluar. entah itu mama yang sudah mulai hilang akal melihatku menjadi gadis sinting, atau teman-temanku yang lain. jangan salah, aku juga sering melihat mereka menangis untukku. mereka menangis sebab melihatku berubah kian jauh.

aku sudah tidak tergapai lagi.

perusahaan papaku yang aku pegang bahkan nyaris jatuh lagi jika tidak ditangani oleh renan dan beberapa staff yang lain dengan cepat dan akurat. sebab aku sering tidak hadir dan hanya masuk ke bawah kolong kasur dengan lampu kamar mati total.

sebegitu sedihnya, sebegitu gilanya, sebegitu tidak ikhlasnya..

aku, kayna..

aku merasa sudah tidak bernyawa sejak berita itu dikumandangkan kuat dari speaker televisi nasional.

oh ralat, aku sudah merasa tidak bernyawa sejak marco berpamitan padaku malam itu. malam terkutuk ketika aku berulang tahun di bulan desember!

akhir desember yang selalu berakhir pilu setiap tahunnya. padahal, itu adalah bulan favoritku. bulan ketika aku lahir, bulan ketika aku pertama kali berkenalan dengan marco..

bahkan ketika aku bernapas, oksigen bukannya memberikan kehidupan padaku, namun sebaliknya, oksigen itu membunuhku. ia terasa begitu menusuk dan paru-paruku seakan terikat ribuan tali tampar kuat yang susah diuraikan.

aku gila. aku sinting. aku hilang akal. tapi ternyata Tuhan memang benar baik, aku disembuhkan! beberapa minggu terlewati dengan ketenangan tidak masuk akal dari aku yang biasanya selalu berisik menangis.

bahkan beberapa dari mereka berpikir bahwa inilah titik kegilaanku yang sesungguhnya. diam, melamun, kadang juga tertawa. sebab katanya lagi, mungkin sarafku ada yang patah. aku sudah mirip orang gila yang berjalan asal di pinggir jalan. bedanya, aku masih terurus. tapi tetap saja, aku sudah dicap gila. kadang aku tetap diam tanpa ekspresi seharian, sisanya lanjut tertawa lagi.. padahal aku hanya mengenang sisa komedi yang menurutku tak pantas aku dapatkan setelah beratnya hidup bertahun-tahun.

namun kewarasanku itu tidak berangsur lama rupanya, sebab, mama marco yang sudah lama tak menempati rumah di depan rumahku itu memutuskan untuk menjual rumah beserta isinya. ia bercerita pada mamaku ketika mampir.

wanita itu tidak memperdulikan bahwa rumah tersebut masih menyisakan banyak hal tentang anaknya yang sudah tiada, tidak memperdulikan rumah itu adalah tempat berlindung anaknya dulu ketika ia minggat lupa jalan pulang.

aku masih ingat bagaimana teriakan kencangku itu mendadak menggema setelah dua minggu terlewati dengan damai. aku menolak pernyataan tersebut sambil sujud di lantai memeluk kaki mama marco.

padahal itu bukan rumahku..

aku mau membelinya, namun aku belum sekaya itu. sebab aku masih termasuk bangkrut kala itu semua terjadi.

aku masih bisa melihat memori diriku sendiri yang tiap hari tidur di lantai rumah marco sambil berharap rumah itu tidak laku. entah, sepertinya waktu itu aku berharap ditelan oleh lantai. tentu saja sambil menangis kencang. yang sialnya, tak ada lelahnya.

aku tidak bohong, bahkan ketika papaku meninggal waktu itu aku tidak sedih berlarut panjang sebab masih ada marco yang mendorongku dari bawah. namun, ketika marco pergi? siapa yang akan mampu mendorongku dengan kuat?

tidak ada.

tidak ada yang bisa.

bahkan jika itu mama, atau pacarku sekalipun.

aku membiarkan diriku berlarut dalam sedih dari bulan ke bulan, bahkan memarahi pula penghuni baru rumah depan seperti orang kerasukan. ya, rumah itu akhirnya laku setelah harga diturunkan sedikit. sempat pula aku hampir membanting cat dinding dan sebagainya sebab mereka menyatakan ingin merombak desain rumah tersebut. rumah marco..

tetangga sudah maklum dengan sikapku yang baru tersebut, sebab mama bercerita aku memang masih terpukul dan tidak bisa terima kenyataan meski sudah sejauh ini. namun, para tetangga sendiri memang sudah maklum bahkan tanpa mamaku memberi tau mereka. sebab di mata mereka, aku dan marco memang satu kesatuan utuh. mereka bisa merasakan kesedihanku.

tapi, apa gunanya?

aku merasa hanya aku yang kehilangan.

aku merasa hanya aku yang bersedih dan tidak terima.

aku merasa kematian marco tidak diperlukan dalam skenario. atau memang, Tuhan begitu menyayanginya? lalu, apakah Tuhan juga tidak tau bahwa aku juga menyayangi marco begitu hebatnya?

dibalik setiap suruhan yang terucap terselip rasa bahagia karna bisa saling membantu. dibalik setiap amukan terselip rasa sayang agar tidak mengulang kesalahan yang sama. dibalik setiap penghiburan yang datang bersama pelukan hangat pula, terselip rasa cinta yang samar dan tak kami sadari.

marco..

cowok itu begitu berarti bagiku. bahkan ketika aku sudah menikah sekalipun, aku tidak pernah lupa berkunjung ke pantai untuk sekedar melepas surat-surat panjang berisi doa dan tetesan besar air mataku yang herannya tak kunjung habis dimakan tahun.

DUH! aku meringis. kepalaku digetok renan!

aku mengerjap, menoleh kanan kiri.

aku tidak di pabrik! tidak ada mbak-mbak dan mas-mas mengangkat kardus.

aku bangkit berdiri, memutar.

tidak ada marco.

hanya ada rendy membawa setumpuk kertas desain.

“jangan dibiasain ngelamun, dodol. suami lo tuh, ampirin di depan!”

ah.. saka.

iya, benar. itu nama suamiku.

dan benar juga, aku lagi-lagi melamun.

tidak ada aku yang memukul tengkorak marco. tidak ada aku yang menarik poninya. tidak ada marco yang mau mengerjakan tugas seperti tahun-tahun sebelumnya.

sebab, aku gila. aku masih gila. setidaknya, aku tau, bahwa waktu tidak benar-benar berjalan untukku.

bagiku, waktu berhenti di tahun itu. tahun ketika marco memasangkan kalung bintang yang selalu kukenakan setiap hari.

bagiku, itu adalah hari terakhir aku bisa benar-benar merasa hidup.

sebab kini, aku meralat segala ucapanku.

aku tidak gila. tidak benar-benar gila. hanya saja, aku mati.

ya, jiwaku sudah mati.

12-12 a reason behind the (very) weird dating schedule.

2/2.


unit kalandra kosong. itu hal pertama yang ditangkap celine ketika baru keluar dari kamar kalandra untuk mandi barusan. beberapa saat lalu ketika baru tiba, ia kira 2 teman kalandra itu sedang ada di kamarnya masing-masing, namun melihat betapa heningnya ruangan besar ini sudah bisa dipastikan penghuninya sedang sama-sama keluar.

“mau ambil apa, cel?” kalandra yang mengusuk rambutnya dengan handuk itu bertanya. berjalan dari arah dispenser mendekatinya.

“hah?”

“kok gak tidur? tidur aja di kamar gue. kunci, kalo takut gue masuk sembarangan.”

“hah enggak anjir santai aja gue mah.” celine menolak sungkan, duduk di sofa sambil menyila kaki.

“gak ngantuk?”

“dikit.” balasnya, menyatukan telunjuk dan jempolnya sambil tertawa kecil. “lo gak ngantuk kah?” balasnya bertanya.

“dikit.” kalandra menjawab, menirukan gerakan celine tadi diiringi tawa renyah.

“yeee elo mah.” gadis itu mencibir, menyenderkan kepalanya yang mulai terasa ringan sebab baru keramas itu ke sandaran kursi. “tidur aja kal. mana lo dari semalem nyetir juga.. mata lo pasti sepet kan?”

kalandra mengangguk. duduk di samping celine. lelaki itu lantas meraba pinggiran kursi sebentar sambil mencekali kepala celine agar tidak terkejut sebab punggung sofa perlahan menurun.

“produk lo emang maju jaya sih.”

“punya papi gue, cel..”

“jangan merendah, nanti itu nurun ke looo..”

kalandra tersenyum, mengangguk. “heem, sih.. gak bisa begitu dibanggain.”

“kok ngomongnya begitu?” celine mengerut kening.

“ya kan ini usaha papi gue? apa bangganya anak cuma nerusin doang? itu-pun kalo becus, lah kalo gak becus gimana cel?”

“jangan nethink lah ah apa-apaan.” gadis itu reflek menghadap ke arah kalandra sambil mulai mencekali kepala kalandra dengan dua tangan.

“hahahaha ngapain?” lelaki itu pasrah kepalanya digoyang pelan maju dan mundur.

“biar energi negatif lo lompat aja keluar. jadi dikoyak-koyak gini bentar.”

“apa-apaan?” kalandra malah tertawa.

“jadi udah keluar belooooom?”

“udah.” jawabnya, namun dengan cepat ia menahan tangan celine agar tetap berada di kepalanya. “elus-elus celll...”

“basah ih rambut lo.. minimal keringin!!!!”

“keningnya ajaa..”

“ihhhh!” celine sudah mau jungkir balik di atas karpet ketika tangannya diarahkan pasti ke kening untuk mulai mengelus kecil.

keduanya mendadak diam. lagi-lagi memutuskan untuk menikmati degup jantung yang meronta makin jelas dari detik ke detik. kalandra tersenyum kecil, ingin menggoda celine yang pipinya sekarang mulai merah tidak jelas. kegerahan, mungkin. padahal tak pungkir jantungnya sendiri sudah menggila, bahkan ia takut jika celine balas meledek jika mampu mendengarnya.

“apa maksud lo senyum-senyum hah?!” cecarnya kemudian.

“cantik, lo.”

“baru tau?”

“kok bisa lo seneng sama gue cel? gue mah cuma cowok biasa. modal baperin doang kali?”

gadis itu menelan ludah, namun perlahan menjambak poni kalandra. “diem lo lelaki biasa..”

“hahahahahahaha serius!”

“iya iya si paling biasaaaaa.”

“beneran cel dih.. gue gak bisa dibandingin lah, kalo sama lo.”

“iya iya si paling gak bisa dibandinginnnnn.”

kalandra tergelak. “padahal gue serius beneran.”

celine menarik napas, “lo tuh baik tau kal.. lo ganteng, lo keren, lo wangiiiii, lo atraktif.. gue gak suka cowok ngerokok.. tapi lo kalo di deket cewek-cewek yang lo tau gak ngerokok pasti lo jauh-jauh buang puntungnya. lo tuh punya manners.. lo gak sebrengsek itu lah meski emang cewek lo bertebaran. lo tuh.... baiiiiiiiiik banget. gue suka cowok baik. maksudnya yang lebih pasti gue suka lo. udah. mau lo jahat juga sekarang gue tetep aja suka. terus lo tuh.. seksi? lo berdiri doang nyender di mobil itu udah wah banget di mata gue. gaya lo elit. baju lo cakep-cakep. kamar mandi lo juga cakep. semuanya cakep. gue suka yang cakep-cakep.”

kalandra termenung cukup lama mendengar penuturan tanpa jeda dari celine barusan. lelaki itu lalu mengangguk. “gue gak pinter pelajaran. gue sering nyontek tugas. gue sering bolos peltam pas SMA. gue gak jago nembak bola ke ring. kebaikan gue yang lo sebut tadi juga gue lakuin ke orang lain karna gue orangnya gampang iba. gue gak bisa gombalin lo pake kalimat-kalimat serius. gue juga gak bisa gombalin lo pake alat musik keseringan karna gue gak jago begituan. gue gak sekeren itu cel. lo melebih-lebihkan lah hahahaha.”

“gue gak butuh digombalin. gue gak butuh nilai tugas lo. gue juga gak peduli lo mau baik ke siapa aja.” celine cemberut sebab kalandra malah menolak pujiannya dengan menyebutkan kekurangan yang tidak begitu penting.

“terus butuhnya apaan?”

“butuh elooooo.”

“HAHAHAHAHA.”

“BENERAN.”

“gue juga butuh lo.” kalandra menjawab dengan titik, lalu memutus kontak mata. lelaki itu mulai memandangi atap unitnya sendiri sebab tadi posisi mereka memang sudah menyender separuh tertidur.

“ya udah, bagus.”

hening. kali ini cukup lama sampai suara-suara dari luar jendela tembus masuk ke dalam. bahkan langkah kaki di luar pintu unit pun terdengar juga saking sepinya.

“cel..”

“hm.”

“lo tau gak alesan gue ajakin lo ngedate dadakan secara gak jelas begini kenapa?”

“karna lo emang gak jelas aja sih pada dasarnya.”

“gak gitu anjir hahahaha.”

celine tampak berpikir meski aslinya isi otaknya kosong. “gak ngerti.”

“buat ngecek aja..”

“ngecek apaan?”

kalandra kembali menatap celine tepat di mata. tangannya yang tadi diam reflek bergerak untuk ia daratkan di pipi celine yang betul memanas, lalu mengusapnya lembut. “ngecek aja sebetapa antusiasnya gue abisin seharian full sama lo tanpa jadwal. ngecek sebetapa betahnya gue gak tidur karena jalan bareng lo. ngecek sebetapa nyaman dan senengnya perasaan gue tiap gandengan sama lo dari detik ke detik. dan ya, jujur aja.. jalan ke luar kota itu sebenernya diluar kendali gue. gue cuma liat lo.. terus ternyata otak gue gak perlu mikir kepanjangan sampe akhirnya bisa bawa lo kemana-mana kayak semalem. itu semua ngalir cel. tanpa ada satupun sudut otak gue yang mikir keras harus ngapain aja sama lo. gue nyaman, gue seneng, gue nikmatin detik-detik yang berlalu. dan gue sadar, gue jatuh terlalu dalem kali ini.”

celine tidak berkedip. jantungnya kembali memompa dengan dahsyat. mungkin jika ia pakai alat pendeteksi jantung, alat tersebut sudah berbunyi nyaring saking kencangnya degup jantung celine detik ini. gadis itu menelan ludah, menatap wajah kalandra yang baru ia sadari memang begitu dekat dengan dirinya itu dalam hening tanpa suara.

memang sejujurnya tidak perlu kata-kata lagi untuk menjelaskan perasaan mereka. sebab segala tindakan yang terlewat sudah berlalu begitu jelas. bahkan sangat jelas untuk sekedar dipahami.

“kal..”

“hm?”

“may i kiss you?” ucapan itu lolos begitu saja dari bibir celine. melupakan tolakannya beberapa hari lalu yang dengan bangganya ia utarakan sebab ingin kalandra melepas ciuman pertama untuk kekasihnya saja.

“then may i be your boyfriend first, cel? percayain hati lo ke gue.”

tidak. tidak sekarang. jantung celine dan kalandra semakin memompa tidak terkendali sebab permainan mata dan kata yang terus kali berulang dalam menit yang sama. bahkan kini celine bisa melihat lelaki itu sudah membasahi bibir bawahnya yang separuh mengering. seperti memberi pelumas agar nanti, jika celine benar bergerak menciumnya, gadis itu tidak akan terkejut menyadari betapa keringnya bibir kalandra yang disebabkan oleh hunjaman rasa grogi yang terus saja jatuh menghampiri.

“lo gak nyesel pacaran sama gue, kal?”

“buat apa?”

celine mengedik pundak, “lo udah gak takut gue sakitin atau sebaliknya?”

“sejauh yang gue tau, lo gak akan mau nyakitin gue sih.”

“then how about you?”

“gue sayang sama lo.” tandasnya, mengeluarkan kartu utama yang selama ini dipendam dan hanya ia utarakan dengan kata suka, pada celine. “need other explanation to proof? i'll not hurt you, i'll never hurt someone i loved.”

shit.

celine tidak betah dengan keheningan yang melanda setelahnya. sebab itu membuat perutnya melilit tidak jelas dan tangannya kebas tidak aturan.

“you want my lips, right? kiss it then..” kalandra mempersilakan. “atau lo mau gue yang gerak duluan?”

“brengsek kalandra.” celine malah menegakkan tubuh. adrenalinnya benar berpacu liar tak terkendali. gadis itu akhirnya memutuskan untuk duduk mengatur napasnya sendiri.

“udah dapet ijin berulang kali, udah ngajak cium berulang kali juga.. tapi mundurnya juga berulang kali. gue getok lo ya?” kalandra jengkel, momen tadi seharusnya sudah tepat untuk melepas segalanya. namun celine selalu begitu. malu, mungkin.

ya, kalandra dan celine memang punya kemampuan tarik ulur yang sangat baik.

“lo ajak gue pacaran betulan kah?”

“lo kira gue main-main?”

“n-noo.. cuma gue shock aja. yah, shock dikit gak ngaruh. cuma jantung gue aja mau copot. yah, mau copot dikit juga gak ngaruh. TAPI STRESS. TAPI STRESS DIKIT GAK NGA..” ucapannya terputus kala tangan hangat kalandra mendadak saja menarik tengkuk celine mendekat ke arahnya. membungkamnya dengan satu kecupan cepat sebelum akhirnya ia lepaskan.

“tuh. udah. cium. cium dikit gak ngaruh.”

BRENGSEKKKKKK.

celine mengumpat kencang dalam hati sambil mencekali bibirnya sendiri.

barusan apa yang terjadi?

gadis itu menggeleng. sanggup menggila dalam sedetik sebelum akhirnya melihat kalandra bangkit berdiri menjauh darinya. jantung lelaki itu tak pungkir juga berdetak keras seakan habis digunakan untuk lari mengitari lapangan 20 kali.

satu kecupan singkat mampu membuyarkan seluruh saraf mereka. lantas, sebelum celine bangkit berdiri juga untuk meraih minum dari dispenser. suara pintu terbuka mendadak terdengar.

itu jave.

jave yang terlambat datang menyelamatkan dua manusia dari degupan liar masing-masing jantung siang ini.

12-12 kinda (weird) dating schedule-

cuma sepenggal-sepenggal, tapi baca aja. gak penting juga, tapi BACA AJA. wkwkwkwk.


“jadi ni rencananya gimana ya mas ya?” celine, yang baru duduk di kursi penumpang itu langsung melempar bantal beruangnya ke jok belakang. pukul 12 malam lebih 10 menit, pakaian yang mereka kenakan juga normal tertutup. bahkan kalandra membawa beberapa jaket kulit tebal yang ia gantung di belakang.

alphard hitam ini lengang, lampu2 biru yang menyala redup di beberapa sisi juga sangat enak dipandang mata. lagu yang diputar kalandra bahkan masih sama seperti biasanya—lagu-lagu slow rock band luar yang entah kenapa memang berbeda feelsnya jika kalandra yang memutar.

“duduk aja yang an... YANG ANTENG CELINE!!!!” kalandra ikut kelimpungan ketika ponsel celine mendadak lompat jatuh ke bawah kolong. “kenapa sih tingkahnya ada aja gitu ben detik hah?”

“HEHEHEHE.” celine malah cekikikan dan memperhatikan kalandra yang sudah merunduk mengambilkan ponselnya. celine sendiri tidak tau kenapa ponselnya mendadak merosot tadi, mungkin karena tangannya berkeringat akibat baper parah. lagi. gadis itu memang juara satu jika berurusan dengan kata baper. mau kalandra cuma diam bernapas di sampingnya pun dia sudah baper. aneh? memang. namanya juga celine..

“pake seatbeltnya ayo sini tarik tuh gue tancepin.”

care amat si.....”

kalandra melotot grogi. “lo benerin sendiri aja lah cel.” ujarnya sewot.

“nih nih.” celine tersenyum lebar sambil mendekatkan ujung seatbelt ke tangan kalandra. lelaki itu hanya diam dan memasangkannya sampai benar.

“dah, sekarang lo duduk. anteng. jangan kebanyakan tingkah. mau makan kue tinggal toleh belakang tuh satu kresek full! kalo kebelet pipis juga gue ada botol cleo kosong.”

“MAKSUD LO?!”

“hehehe. canda doang, sayang.”

celine merinding. telinganya tuli seketika.

“omong-omong uselan gue mana? sekali dulu sini baru berangkat.”

“uselan ap..”

“banyak nanya.” kalandra memotong ucapan celine, —yang sebenarnya memang 100% paham dengan maksud kalandra itu, dengan langsung memberikan contoh. memasukkan dirinya dalam pelukan gadis itu dan meletakkan dahinya tepat di pundak. kalandra versi manja memang membuat lutut melemas.

bau wangi tenang yang celine suka dari rambut kalandra kini mulai terhirup. membuatnya reflek menepuk-nepuk pucuk kepala lelaki itu sambil sesekali mengelusnya singkat.

“dah.” beberapa detik setelah celine melepas tangannya dari kepala, lelaki itu langsung melepas diri seraya memasang raut normal seakan tak terjadi apa-apa yang penting.

“nih hp gue. ganti aja playlistnya kalo lo muak.” lanjutnya kemudian, menunjukkan password handphone agar celine tidak bertanya nantinya.

sebuah pattern. membentuk huruf C.


tepat satu jam mengendarai, mobil kalandra akhirnya sampai juga di tujuan. luar kota. tepatnya ada di dataran tinggi. lelaki itu memarkir mobilnya di area parkir luas yang tak disangka cukup ramai pengunjung meski sudah pukul satu pagi.

“dingin kan? tuh jaket lo kalo gak mempan, gue bawa selimut.”

“gak sekalian aja gue lo suruh bawa bantal terus tidur di rumput?”

“ya kalo lo mau.. gue bawa karpet.”

STRESS. kali ini celine langsung menarik poni kalandra kencang. “lo gak sekalian aja bawa tenda dodol!!!”

“bawa kok. mau dikeluarin?”

FUCKKKKKKK IT LAH.”

fuck what, cel?” kekehnya bercanda.

“ish.” celine langsung membuka pintu mobil dan keluar, meninggalkan kalandra yang masih tertawa geli di dalam sana.

mengenai karpet, tenda dan selimut tadi.. kalandra tidak berbohong, ia memang membawanya. untuk jaga-jaga. sebab jika kalandra memang betul stress, maka celine jauh lebih stress. ingat masalah lumpia tadi, kan?

“MBAK, JALAN MASUKNYA DISANA MBAK.” kalandra berteriak sambil menekan tombol kunci. tawanya reflek menguar ketika celine akhirnya berbalik badan mendekat lagi ke arahnya.

“emang ada jalannya ya? tuh kan cuma hamparan dibatesin pager doang?”

“ya lagian lo percaya aja. yang bego siapa?”

“g-gu..e?”

“nah.” kalandra cekikikan, lalu menyampirkan jaket yang memang ia bawa lebih itu ke pundak celine. “buat dobelan. nanti pilek.” jelasnya, lalu menarik tangan celine dan lanjut menggenggamnya masuk ke dalam saku jaket yang kalandra kenakan sendiri.

celine mengumpat kencang. kali ini bapernya ia suarakan sebab sudah tidak kuat. kalandra benar-benar sudah sejuta persen mericuh sarafnya.

lelaki itu hanya mampu tersenyum dalam hati sebab sepenuhnya paham gadis dalam cekalannya ini sudah 100% menaruh hati padanya.

“mau stmj gak? yuk kesitu aja. gue pesenin.” kalandra mengajak. menuding satu tenda biru yang menjual STMJ dan beberapa roti bakar.

“gak mauu. nanti aja.”

“ya udah, duduk sana aja?”

“oke.”

“telinga lo dingin gak?”

celine reflek berjengit. —padahal kalandra cuma diam kali ini.

“tanya doang gue woi. just wanna make sure u're warm enough.

celine berdecak. bagaimana tidak menghangat jika sekarang badannya saja sudah panas bukan main?

gadis itu lantas menarik langkah menuju dudukan kursi panjang yang lumayan berembun. sudah ingin duduk ketika kalandra mendadak menahan pergerakannya, mengajak pindah ke bekas milik orang lain yang kering dan sudah tentu lebih hangat karena baru diduduki. “situ aja. tuh orangnya baru minggat.” ujarnya kemudian.

celine menurut. duduk anteng dengan tangan kiri masih berada dalam genggaman di saku kalandra.

“gue ajak ngedate liat bulan dan langit malem secara bener kali ini. tuh liat, super jelas.. kan?”

hening. celine hanya diam memandang hamparan hitam yang menunjukkan gemerlap lampu kota di bagian bawah dan cahaya bintang di atasnya.

udara menerpa cukup dingin ditambah bau dari beberapa minuman panas yang mengepul dari pengunjung lain. maklum lah, malam minggu. sebagian orang yang tidak betah berada di rumah juga memutuskan datang meski waktu tidur sudah menjemput.

“lo tau gak kal, kalo cahaya bintang yang kita liat sekarang ini tuh sebenernya cahaya dari beberapa tahun lalu?”

kalandra mau mengangguk sebab ia memang paham mengenai satuan tahun cahaya, namun akhirnya ia memutuskan untuk menggeleng saja. “gak ngerti. kok bisa gitu?”

celine mengedik pundak. “kayak contoh aja paling gampang proxima centauri.. dia jaraknya sekitar 4,24 tahun cahaya sama bumi. lo bayangin ternyata cahaya dia yang kita liat sekarang tuh ternyata cahaya dari tahun 2019...”

kalandra mengangguk. menyukai perempuan di sampingnya yang tidak hanya cantik wajah namun otaknya juga padat berisi. “konsepnya sama kayak matahari juga ya berarti cel?” balasnya, setelah diam cukup lama.

“hm.. gak ngerti, tapi bisa dibilang gitu gak sih? kayak matahari sama bumi jaraknya kan kira-kira 150 juta kilometer-an ya kal. sama cahaya tuh jarak segitu bisa ditempuh sekitar 8 menitan?”

“lebih 20 detik.” kalandra mengimbuhi.

“nah, jadi kalo kita liat matahari terbit pertama kali di pantai itu sebenernya kita lagi liat matahari terbit 8 menit lebih 20 detik yang lalu, ya gak?”

“yap. pinter cewek gue.”

celine reflek buang muka. niat berdiskusi serius endingnya kena getah sendiri.

“terus misalnya ada nih galaksi lain yang jaraknya puluhan miliar tahun cahaya cel.. berarti cahaya galaksi itu kalo ketangkep manusia apa cahaya dari puluhan miliar tahun lalu juga?”

“hnggg.. gak, lah? alam semesta aja baru kebentuk sekitar 14 miliar tahun woy?” celine menekuk alis. “makanya tuh satuan gak bisa selalu dijadiin patokan.. bener gak? INI KITA NGOMONG ADA ILMUNYA APA MAIN SAUT AJA SIH?”

“ada lah.. bener kok.” kalandra tertawa dan lanjut hening setelahnya.

anyway cel..”

celine menoleh.

“gak mau senderan ke gue?”

gadis itu reflek menjatuhkan kepala ke pundak kalandra. “mau lah! dari tadi kek tawarin..”

kalandra tersenyum lebar. merentangkan tangan kanannya sebentar sebelum akhirnya merangkul lengan celine dengan hangat. “kalo ngantuk ngomong ya. ntar masuk mobil aja gue pindah ke tempat lain.”

“kemana?”

“suka-suka gue, lah.”

“lo bawa ke altar aja bisa gak sih?”

“lo mau?”

celine memukul kaki kalandra kencang dan menegakkan badannya. “minimal pacarin dulu gak sih guenyaaaa?!”

“mau?”

“kan lo yang gak mau?”

“mau.”

“mau apa?”

“cel..”

“hm.”

“gak jadi.” kalandra menarik kembali kepala celine agar rebah di pundaknya.

see?

celine langsung berdecak kencang dengan hasrat ingin meninju segala angin yang kini melintas semakin dingin menjemput pagi.


“ngantuk gak?” kalandra menoleh, memperhatikan celine yang kini masuk sepenuhnya dalam selimut yang kalandra bawa. mobil kalandra kembali melesat ketika keduanya sudah selesai menghabiskan satu porsi STMJ untuk menghangatkan tubuh.

“amannnnn. tapi serius seru ya jalan sama lo. gak ngang-ngong doang gitu. kek obrolan lo tuh.. berbobot. nyenengin. NYENENGIN BANGET PLEASE GUE BOLEH MEWEK GAK SIH?”

“mewek ayo, coba.”

“brengsekkk..”

“tapi menurut gue sih lo senengnya bukan karna omongan gue berbobot sih cel.”

“terus kenapa?”

“ya karena emang lo seneng aja jalan sama gue. coba sekarang lo bayangin lagi jalan sama stefanus tuh.. otak dia lebih keisi dari gue sih kalo inget dia menang debat terus-terusan hahahahaha.”

celine terdiam cukup lama sebelum mengumpat kecil, “sialan... mana iya lagi.”

“nah..” kalandra tertawa tanpa suara, membiarkan celine mulai mengotak-atik hp untuk merubah lagu. —yang ternyata malah diubah ke lagu close to you, lagu yang dinyanyikan celine untuk menggoda kalandra malam itu.

“shit.” lelaki itu reflek ganti mengumpat.

“nyanyi kall.. JUST LIKE MEEE THEY LONG TO BE CLOSE TO YOU..

kalandra mencengkram setir demi menolak jantungnya yang berpacu liar. matanya memilih untuk fokus ke depan, tidak melihat celine yang kini mulai asik karaoke sendirian di sebelahnya.

lagu yang masih berputar diiringi suara enak celine itu membuat kalandra hanyut dalam pikirannya, sebab ternyata hati yang ia kira hanya bisa bermain-main itu bisa luluh seperti ini juga pada akhirnya.

“kal kal nepi dong.. ada mbak jual jeruk bali tuh di depan. MAU JERUK BALI.”

“oke.”

“omong-omong lo gak ngantuk, kah?”

kalandra merutuk. mau mengantuk bagaimana jika jantungnya berdetak ricuh?

“aman.” jawabnya kemudian. “tapi abis ini ke hotel aja yaa?”

“tidur?”

“gak cel.. ngeronda sambil bantuin abangnya bersihin kolam.”

“CK. GAK USAH TIDUR HOTEL TIDUR MOBIL AJA NANGGUNG.”

“punggung lo kram nanti dodol.”

“kram dikit gak ngaruh!!!!” celine mengerut alis. melirik jam di ponselnya.

pukul 4 kurang 15 menit. “tapi dari pada bobo mah ke pasar aja yuk? jam segini kan buka tuh.. market date kita di luar kota. LUCUUUUU BANGET.”

kalandra mendengus, menepikan mobilnya untuk membeli jeruk. “bukannya pas itu gue udah diduluin ya?”

“yeeeee. sama dia mah beda. bawaannya gue diomelin mulu dibabu.”

“emang sama gue yakin gak bakal gue babu?”

“yakin lah. kan lo suka gue.. mana mampu tuh nyuruh nih lo bawa kreseknya sendiri cel!!

“anjir.” kalandra kehabisan kata-kata, membuka pintu mobil. “ikut turun apa disini aja?”

“IKUTTTT!!!!!” celine melepas selimutnya dan turun dari mobil. menyusul kalandra yang menunggunya di dekat pintu belakang sambil tak lupa mengulur tangan untuk menggandeng.


PASAR KOTA

pukul lima kurang 10 menit mobil kalandra yang sejak tadi sudah bekerja keras demi jadwal date yang tidak jelas ini akhirnya terparkir mulus di tepi jalan. pemilik dan penumpangnya keluar dengan raut separuh lecek separuh antusias.

“gue gak pernah terjun sendiri ke pasar yang besarnya begini cel.”

“wahhhhh seru kal lo harus nyoba beli kue-kuenya sih.” celine, yang mendadak jadi expert perihal pergi ke pasar sejak jadi anak kos itu mulai menggandeng tangan kalandra agar mengikutinya menyebrangi jalan.

“pelan-pelan aja. gerbang pasarnya gak pindah.”

“ya ntar makin rame. gue males kalo rame-rameeee.”

kalandra tertawa meledek. “ya lo booking sekalian aja tuh pasar biar sepi lo doang yang masuk cel?”

celine mendelik, ngeyel berjalan cepat sambil menyeret langkah kalandra.

sejujurnya dua manusia ini lumayan kelelahan. kantuk di awal juga sempat menyergap, namun setiap kali ada topik baru yang herannya selalu enak dibahas itu kantuknya meluap secara cuma-cuma. bahkan bentukan keduanya pun bisa dibilang cukup kacau pagi ini. terlihat seperti zombie baru bangun dari goa karena kantong mata mulai terbentuk, namun karena kalandra dan celine punya visual di atas ambang rata-rata, hal itu sama sekali tidak menjadi masalah. malah terlihat cukup menggemaskan sejujurnya.

“nanti balik ke apartment lo, mau masak apa?”

kalandra menggeleng. “lo tidur aja.”

“ih iya abis tidur!!!! mau masak apa?”

“gak usah masakkkkkkk. lo tidur ajaaa.”

“IH IYA ABIS BOBO MAU MASAK APA LO MAU MAKAN APA???”

kalandra mengalah. “lo mau masak apa?”

“hmmmmmm.. lo suka kacang panjang gak?”

“aman..”

“oke. yuk sini hunting kacang panjanggg.” celine kembali antusias dan menarik gandengannya agar maju melintasi gerbang lebih cepat.

namun sedetik setelah masuk ke dalam area luas tersebut, keduanya reflek pusing mendadak. bagaimana tidak?

“baju mbak, mas.. diskon 30%!!!”

“sepatu ukuran 40 cuma 30 ribu mas, kuat!!!!”

“tas sampeyan diganti iki wae mbak, kembaran karo selena gomez!”

waduh, rupanya salah masuk gerbang.. kalandra dan celine spontan terpingkal dan memutuskan melangkah keluar guna mencari gerbang masuk yang lain.


“udah capek kan?” kalandra menoleh, mengelus poni panjang celine dengan gemas sebab pemiliknya kini merebah di senderan kursi setelah memutari pasar cukup lama. bahkan sekarang sudah pukul setengah 7! bayangkan se-lama apa mereka mengitari bangunan itu sejak tadi.

“lo kali, yang capek..”

“gue kebiasa nongkrong gak tidur sama anak-anak sih. begini doang kecil.”

“gayaaaaaaaaaaa.”

“tidur sini, mundurin aja kursinya .”

celine menggeleng. gadis satu itu memang bisa jadi keras kepala di beberapa waktu. “gue gak bisa tidur di mobil ngebiarin pengemudi bengong sendirian. ini tuh, manner...”

“gaya lo kalo ngomong cel cel...” kalandra terpingkal, masih berusaha menyuruh celine agar tidur saja agar tidak kelelahan.

“aman gue. gak ngantuk kok.”

“yakin?”

“yakeeeeeeeeennnn!!!!”

“ya udah, mau makan dulu gak? gue tau ada pujasera jual sop merah enak banget di deket sini.”

“SOP MERAHHHHHH?!!!!” celine mendelik. makanan satu itu jelas tidak akan pernah celine lewatkan.

“BUDEK GUE BODOH!”

“hehehehehehe ayoooo gue mauuuuuuuuu.” kali ini gadis itu jujur sepenuhnya jika kantuk yang separuh menyerang itu meluap totalitas.


lokasi pujasera yang dibilang dekat dengan pasar itu nyatanya memakan waktu setengah jam perjalanan. melewati jalan tanjakan berhias jurang dan pohon-pohon tinggi dibatasi oleh pagar ringkih di sekitarnya.

“tuh katanya lo mau liat pohon..” kalandra berujar, menunjuk pepohonan hijau yang di beberapa sudutnya masih basah terkena embun pagi.

celine masih diam, sejak tadi gadis itu benar-benar menaruh fokus pada hamparan hijau dan biru yang terpajang jelas di depan matanya. hatinya terasa begitu penuh dan melambung. apa lagi mendengar kalandra yang kini mulai bernyanyi dengan suara kecil mengikuti alunan dari speaker mobil. sinting. rasanya ia ingin meledak detik itu juga.

celine menoleh ke samping, memperhatikan wajah tampan kalandra dalam hening. rambut lelaki itu mulai memanjang dan belum dipangkas lagi, ditambah oleh kacamata hitam yang kini bertengger di matanya. entah.. definisi stress yang betul-betul menghajar celine seutuhnya.

“kal..”

“oi.” sahutnya tanpa menoleh, masih fokus meniti jalan.

gadis itu mengulur tangan mendekat, membuka telapak tangannya.

“mau apa?” kalandra bingung.

“gandeng.”

“oalah, nih.” balasnya tertawa, menyatukan telapak tangan.

dan entah mendapat hidayah dari jin sebelah mana, celine mengubah gandengan biasa tersebut dengan menjadi lebih erat. mengunci jemari.

keduanya lantas diam tak bersuara. membiarkan perasaan damai melingkupi hati. menikmati dentuman liar yang selalu terbentuk setiap kali bersentuhan, ditemani semilir angin dan cahaya mentari pagi yang menyusup masuk dari kaca jendela.


“adem cel?” kalandra bertanya ketika gadis itu beberapa kali kedapatan mengusuk telapak tangan.

“heem.”

“deket air mancur soalnya.”

“hah?”

“terjun. sorry, my bad.”

celine terpingkal. receh saja. “tapi seriusan ada air terjun? jauh?”

“gak sih, tinggal naik aja itu ikutin jalan terus parkir.”

“terus ada jalan kakinya lagi gak?”

“kalo pikiran lo kita kudu jalan nanjak gitu sih gak ada. tapi kalo jalan dari parkiran ngelewatin jembatan kecil ada.. jalan.”

“WEEEEEEEEEE KOK KEREN.”

“mau liat?”

celine menimbang. cukup lama sampai tangannya disenggol kalandra lagi. “mau liat gakkkkk?”

“ada syaratnya tapi.”

“hahahaha apa?”

“nanti baliknya gue yang nyetir.”

ingin menolak, namun takut dianggap tidak menghargai keinginan celine, lelaki itu akhirnya memutuskan untuk bernegosiasi saja. “turun otw masuk kota gue yang nyetir. sisanya lo.”

“oke deaaaaaal.”


“ini seriusan adem, tapi apa gunanya gue ngajak kemari kalo minimal kaki gue gak kena air. iya gak?”

“gak usah aneh-aneh. kepleset ilang lo ntar.”

“IH GA MASUK DALEM SITU MAKSUD GUE.”

“terus?” kalandra masih membuntuti langkah celine yang kini mulai menapak di bebatuan licin.

“ya kena air aja. nih yang gue injek basah juga air kan?”

“yeee.. kaga jelas.”

“MASUK SALAH NGINJEK DISINI JUGA SALAH.”

“mau masuk air disitu apa disini aja?”

celine menimbang. “gak dua-dua deh. gue gak mau pilek.”

see?

celine memang tidak jelas.

“fotoin gue dong kal.”

“ayo. disitu aja gue arahin.”

“gak deh. gak jadi.”

“YANG BENER-BENER AJA NAPA SIH?”

“HEHEHEHE. cari kepiting yuuuuuuuu. biasanya disela-sela batu ada yang mini tuuu tau gak lo?”

“stress!”

“AYOOOO KAL.”

dan anehnya, kalandra menurut saja.


perjalanan pulang menuju apartment kalandra terasa cepat. sesuai janji, mereka berdua bergantian menyetir hingga akhirnya mobil besar ini terparkir juga di basement luas yang memang cukup penuh karena beberapa penghuni unit mungkin memilih untuk bersantai saja di hari minggu ini.

“bentar, time-time.. gak mampu gue jalan ke lift.” celine mematikan mesin mobil dan reflek memundurkan senderan kursi.

“suruh siapa ngajak balapan lari dari air terjun ke mobil tadi? kram kan.. mampus.”

“aturan tuh dipijetin kek apa kek.. kalo lo nih enggak. berbeda memang ckckck.”

kalandra terpingkal. “mana ngeyel nyetir.”

“bodo amat lah diem aja lo.”

“ayo sini gue gendong belakang.”

“gak usah kebanyakan baca wattpad deh.” celine mendelik, membuat kalandra makin tertawa di kursi penumpang. lelaki itu lantas menepuk pahanya sendiri. “sini naikin, gue pijetin.”

“STRESS LO YA?!” celine langsung menegakkan badan. menolak mentah-mentah.

“gue cuma mau bantu?” ujarnya mengedik pundak.

celine geleng-geleng kepala. kembali memajukan sandaran kursi.

“masih jam 11. jadwal date kita masih sampe nanti malem. lo mau apa aja?”

“mau sama lo...”

“hahahaha ya lo kira sejak semalem lo sama siapa? jin tomang?”

“mirip sih.”

“brengsek.” kalandra mengumpat. “tapi seriusan. lo mau apa? kan sebelum ini udah usulan gue yang mendominasi..”

“gak adaaa. gue mau ngelamun doang yang penting sama lo sih, gak masalah.”

“nyebur got yuk cel.”

“bangsat.” celine mengumpat dengan dihiasi senyum kecil.

“hahahahahaha ya lagian lo juga jawabnya begitu.”

“kal..”

“hm.”

“tidur yuk?”

kalandra sontak mundur. pikirannya berbalik arah jauh sekali. “kalo ngomong yang bener ya lo ya.”

“tidur.. tidur beneran. abis mandi, tidur bentar. alarm jam 2 deh.”

“terserah.”

“apa mau tidur yang lain?”

“GUE BISA NYEBURIN CEWEK KE GOT BENERAN YA CEL.”

“HEHEHEHEHE.”

begitulah. kalandra dan celine melalui detik demi detik melewati jadwal super tidak jelas itu dengan hati yang sama-sama sudah sepenuhnya mekar.

kinda (weird) dating schedule-


“jadi ni rencananya gimana ya mas ya?” celine, yang baru duduk di kursi penumpang itu langsung melempar bantal beruangnya ke jok belakang. pukul 12 malam lebih 10 menit, pakaian yang mereka kenakan juga normal tertutup. bahkan kalandra membawa beberapa jaket kulit tebal yang ia gantung di belakang.

alphard hitam ini lengang, lampu2 biru yang menyala redup di beberapa sisi juga sangat enak dipandang mata. lagu yang diputar kalandra bahkan masih sama seperti biasanya—lagu-lagu slow rock band luar yang entah kenapa memang berbeda feelsnya jika kalandra yang memutar.

“duduk aja yang an... YANG ANTENG CELINE!!!!” kalandra ikut kelimpungan ketika ponsel celine mendadak lompat jatuh ke bawah kolong. “kenapa sih tingkahnya ada aja gitu ben detik hah?”

“HEHEHEHE.” celine malah cekikikan dan memperhatikan kalandra yang sudah merunduk mengambilkan ponselnya. celine sendiri tidak tau kenapa ponselnya mendadak merosot tadi, mungkin karena tangannya berkeringat akibat baper parah. lagi. gadis itu memang juara satu jika berurusan dengan kata baper. mau kalandra cuma diam bernapas di sampingnya pun dia sudah baper. aneh? memang. namanya juga celine..

“pake seatbeltnya ayo sini tarik tuh gue tancepin.”

care amat si.....”

kalandra melotot grogi. “lo benerin sendiri aja lah cel.” ujarnya sewot.

“nih nih.” celine tersenyum lebar sambil mendekatkan ujung seatbelt ke tangan kalandra. lelaki itu hanya diam dan memasangkannya sampai benar.

“dah, sekarang lo duduk. anteng. jangan kebanyakan tingkah. mau makan kue tinggal toleh belakang tuh satu kresek full! kalo kebelet pipis juga gue ada botol cleo kosong.”

“MAKSUD LO?!”

“hehehe. canda doang, sayang.”

celine merinding. telinganya tuli seketika.

“omong-omong uselan gue mana? sekali dulu sini baru berangkat.”

“uselan ap..”

“banyak nanya.” kalandra memotong ucapan celine, —yang sebenarnya memang 100% paham dengan maksud kalandra itu, dengan langsung memberikan contoh. memasukkan dirinya dalam pelukan gadis itu dan meletakkan dahinya tepat di pundak. kalandra versi manja memang membuat lutut melemas.

bau wangi tenang yang celine suka dari rambut kalandra bahkan sudah terhirup. membuatnya reflek menepuk-nepuk pucuk kepala lelaki itu sambil sesekali mengelusnya singkat.

“dah.” beberapa detik setelah celine melepas tangannya dari kepala, lelaki itu langsung melepas diri seraya memasang raut normal seakan tak terjadi apa-apa yang penting.

“nih hp gue. ganti aja playlistnya kalo lo muak.” lanjutnya kemudian, menunjukkan password handphone agar celine tidak bertanya nantinya.

sebuah pattern. membentuk huruf C.


tepat satu jam mengendarai, mobil kalandra akhirnya sampai juga di tujuan. luar kota. tepatnya ada di dataran tinggi. lelaki itu memarkir mobilnya di area parkir luas yang tak disangka cukup ramai pengunjung meski sudah pukul satu pagi.

“dingin kan? tuh jaket lo kalo gak mempan, gue bawa selimut.”

“gak sekalian aja gue lo suruh bawa bantal terus tidur di rumput?”

“ya kalo lo mau.. gue bawa karpet.”

STRESS. kali ini celine langsung menarik poni kalandra kencang. “lo gak sekalian aja bawa tenda dodol!!!”

“bawa kok. mau dikeluarin?”

FUCKKKKKKK IT LAH.”

fuck what, cel?” kekehnya bercanda.

“ish.” celine langsung membuka pintu mobil dan keluar, meninggalkan kalandra yang masih tertawa geli di dalam sana.

mengenai karpet, tenda dan selimut tadi.. kalandra tidak berbohong, ia memang membawanya. untuk jaga-jaga. sebab jika kalandra memang stress, celine jauh lebih stress. ingat masalah lumpia tadi, kan?

“MBAK, JALAN MASUKNYA DISANA MBAK.” kalandra berteriak sambil menekan tombol kunci. tawanya reflek menguar ketika celine akhirnya berbalik badan mendekat lagi ke arahnya.

“emang ada jalannya ya? tuh kan cuma hamparan dibatesin pager doang?”

“ya lagian lo percaya aja. yang bego siapa?”

“g-gu..e?”

“nah.” kalandra cekikikan, lalu menyampirkan jaket yang memang ia bawa lebih itu ke pundak celine. “buat dobelan. nanti pilek.” jelasnya, lalu menarik tangan celine dan lanjut menggenggamnya masuk ke dalam saku jaket yang kalandra kenakan sendiri.

celine mengumpat kencang. kali ini bapernya ia suarakan sebab sudah tidak kuat. kalandra benar-benar sudah sejuta persen mericuh sarafnya.

“mau stmj gak? yuk kesitu aja. gue pesenin.” lelaki itu lanjut mengajak, tidak merespon umpatan celine barusan sebab paham bahwa gadis itu mengumpat karena ulahnya.

“gak mauu. nanti aja.”

“ya udah, duduk sana aja?”

“oke.”

“telinga lo dingin gak?”

celine reflek berjengit. —padahal kalandra cuma diam kali ini.

“tanya doang gue woi. just wanna make sure u're warm enough.

celine berdecak. bagaimana tidak menghangat jika sekarang badannya saja sudah panas bukan main?

gadis itu lantas menarik langkah menuju dudukan kursi panjang yang lumayan berembun. sudah ingin duduk ketika kalandra mendadak menahan pergerakannya, mengajak pindah ke bekas milik orang lain yang kering dan sudah tentu lebih hangat karena baru diduduki. “situ aja. tuh orangnya baru minggat.” ujarnya kemudian.

celine menurut. duduk anteng dengan tangan kiri masih berada dalam genggaman di saku kalandra.

“gue ajak ngedate liat bulan dan langit malem secara bener kali ini. tuh liat, super jelas.. kan?”

hening. celine hanya diam memandang hamparan hitam yang menunjukkan gemerlap lampu kota di bagian bawah dan cahaya bintang di atasnya.

udara menerpa cukup dingin ditambah bau dari beberapa minuman panas yang mengepul dari pengunjung lain. maklum lah, malam minggu. sebagian orang yang tidak betah berada di rumah juga memutuskan datang meski waktu tidur sudah menjemput.

“lo tau gak kal, kalo cahaya bintang yang kita liat sekarang ini tuh sebenernya cahaya dari beberapa tahun lalu?”

kalandra mau mengangguk sebab ia memang paham mengenai satuan tahun cahaya, namun akhirnya ia memutuskan untuk menggeleng saja. “gak ngerti. kok bisa gitu?”

celine mengedik pundak. “kayak contoh aja paling gampang proxima centauri.. dia jaraknya sekitar 4,24 tahun cahaya sama bumi. lo bayangin ternyata cahaya dia yang kita liat sekarang tuh ternyata cahaya dari tahun 2019...”

kalandra mengangguk. menyukai perempuan di sampingnya yang tidak hanya cantik wajah namun otaknya juga padat berisi. “konsepnya sama kayak matahari juga ya berarti cel?” balasnya setelah diam cukup lama.

“hm.. gak ngerti, tapi bisa dibilang gitu gak sih? kayak matahari sama bumi jaraknya kan kira-kira 150 juta kilometer-an ya kal. sama cahaya tuh jarak segitu bisa ditempuh sekitar 8 menitan?”

“lebih 20 detik.” kalandra mengimbuhi.

“nah, jadi kalo kita liat matahari terbit pertama kali di pantai itu sebenernya kita lagi liat matahari terbit 8 menit lebih 20 detik yang lalu, ya gak?”

“yap. pinter cewek gue.”

celine reflek buang muka. niat berdiskusi serius endingnya kena getah sendiri.

anyway cel..”

celine menoleh.

“gak mau senderan ke gue?”

gadis itu reflek menjatuhkan kepala ke pundak kalandra. “mau lah! dari tadi kek tawarin..”

kalandra tertawa setelahnya. merentangkan tangan kanannya sebentar sebelum akhirnya merangkul lengan celine. “kalo ngantuk ngomong ya. ntar masuk mobil aja gue pindah ke tempat lain.”

“kemana?”

“rahasia lah, suka-suka gue.”

“lo bawa ke altar aja bisa gak sih?”

“lo mau?”

celine memukul kaki kalandra kencang dan menegakkan badannya. “minimal pacarin dulu guenyaaaa!!!!!!!”

“mau?”

“kan lo yang gak mau?”

“mau.”

“mau apa?”

“cel..”

“hm.”

“gak jadi.” kalandra menarik kembali kepala celine agar rebah di pundaknya.

see?

celine langsung berdecak kencang, ingin meninju segala angin yang kini melintas semakin dingin menjemput pagi.

16 september 2023

gak dibaca gak ngaruh. (diskip boleh.)


“kalandra belum dateng?” jave yang baru keluar dari kamar itu segera mendudukkan diri di sofa. ikut nimbrung bersama 3 temannya yang baru saja datang beberapa menit lalu ditemani gibran yang asik menunggui roti di panggangan.

ada lukas gebetan jeva.

juna, si jomblo yang sampai detik ini masih mencintai diri sendiri.

dan rendy, salah satu teman yang— “tuh tuh dah nongol si anak sapi!!” —selalu ngajak ribut.

kalandra yang baru datang menanting kresek itu hanya berdecak sembari berdiri diam di dekat lorong masuk guna menunggu celine berganti sandal.

cukup lama, hingga suara rendy akhirnya kembali menggema.

“mana sih cewek lo? gak jadi ikut kemari?”

kalandra mendelik. menyuruhnya diam. perlahan ia menoleh ke celine yang ternyata malah tersenyum lebar sambil membungkuk melepas kaitan sandal. diam-diam kalandra ikutan salah tingkah. baper juga.

“gue benerin gak cel?”

celine nyengir. “mau recreate adegan drama apa nih kok orang ngelepas sandal doang mau dibenerin?”

“gak usah. gak jadi.” kalandra reflek mendengus dan diam seribu bahasa.

“dah, yuk.”

kalandra mengangguk, lantas mengikuti langkah celine tepat di belakangnya.

baru menampakkan wajah di ujung lorong, gibran sudah melambai tangan girang dan berteriak nyaring. “WOY SOHIBNYA JERSEN!”

sial. celine langsung garuk-garuk kepala. lelaki itu lantas mematikan panggangan dan berjalan mendekat guna menyuruh celine duduk agar bisa berkenalan juga dengan rendy, juna dan lukas.

kalandra menghela napas. pita suaranya tidak berfungsi dengan baik sebab moodnya masih awut-awutan. ia memperhatikan raut teman-temannya sebentar sebelum kemudian ikut mendudukkan diri di sofa.

“geseran-geseran.. cowoknya mba celine dudukin kaki gue nih.” rendy, lagi-lagi, cari masalah. padahal ia belum mengenal celine dan belum pernah bertemu sekalipun dengan gadis itu. dan faktanya lagi memang kaki rendy saja yang selonjor sebelah. membuat kalandra langsung mendudukinya tanpa basa-basi lagi sebab kalandra tau jika adu mulut dengan rendy tidak akan pernah bisa selesai. rendy adalah juru bicara pembela diri yang sangat baik.

diam-diam jave, gibran, lukas dan juna memandangi kalandra yang tidak mengeluarkan kalimat sanggahan. ekspresinya tenang dan tidak ada raut kesal ataupun melarang. heningnya lelaki itu membuat mereka yang duduk disitu mengenal kalandra sejak lama reflek menahan gejolak untuk tidak menggoda.

kalandra yang mereka tau memang bagai magnet bagi para gadis. banyak hal melekat pada diri kalandra yang membuat para perempuan secara ugal-ugalan menunjukkan jika sedang menaruh hati. belum lagi tanggapan super kadal yang selalu ia berikan. seperti mengajak jalan, mengantar pulang, membelikan makan, memberikan perhatian berlebih, bahkan julukan princess yang selalu ia lontarkan itu kerap membuat para perempuan tersipu.. padahal mereka tau, mereka tidak sendirian.

dan satu hal yang membuat circle kecil ini senang akan kehadiran celine adalah gadis itu mampu membuat kalandra diam. bukan diam dalam arti menutup mulut atau anteng tidak berbicara. namun diam dalam artian tak berkutik sedikitpun ketika hal yang paling ia hindari disinggung-singgung. sejauh ini kalandra memang selalu tegas dan tidak segan untuk memberikan batasan pada mereka yang mengeclaim dirinya sebagai kepunyaan.

seperti, kalandra cowok gue.. kalandra gebetan gue..

no girls. just no.. he belongs to no one!

but, see..

“oh.. cowoknya celine ya kal?”

kalandra hanya diam dengan telinga memerah panas.


waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang ketika akhirnya celine bisa berkutat di depan wastafel kalandra untuk mencuci ikan, lagi. bedanya kemarin lele masih dalam keadaan hidup sehingga cukup merepotkan, sedangkan mujair yang celine beli di pedagang keliling ini sudah mati dan dibersihkan isinya.

“perlu dibantuin apa nih cel?” lukas, yang kebetulan memang lebih ramah ketimbang jave, rendy dan juna itu bertanya ketika melintas di belakang celine. ingin mengambil minum.

“eh.. berani pegang ikan gak?” celine bertanya setelah sebelumnya hampir mengumpat karena terkejut. sebenarnya pertanyaan itu hanya untuk basa-basi saja, namun jika lukas bisa mencuci ikan ya.... apa salahnya?

“mujair yang baru lo beli ini?” lukas melongo.

“iya itu. bisa?”

“bis...”

“gue aja. minggir lo kas.” kalandra reflek menyela, mengusir lukas dengan tatap sengit.

lo udah punya jeva, jangan macem-macem! begitu kemungkinannya jika ekspresi bisa berbicara.

lukas refklek mengelus dada lega.

“eh tapi kal, lo kan kemar...”

“bisa gue bisa. andelin gue.” kalandra menyela ucapan celine, lantas berdiri di depan wastafel dengan tangan super kebas. ia sejujurnya tidak berani.

but..

andelin gue.

lukas reflek minggat sambil mengepal tinju di mulutnya sendiri. ia siap menggibah dengan yang lain di hadapan televisi.

berbeda dengan celine yang kini bukannya baper malah menatap kalandra dengan pandangan super sangsi. kemarin saja ia yang membersihkan, kok sekarang..

“mati nih mati.. yang kemaren kan idup cel..” kalandra sadar jika celine masih fokus menatapnya.

“yakin? gak tiba-tiba lo ilang lagi ke deket dispenser?”

“gue nih family man. mending lo diem, bikin bumbu sana.”

“idih..” celine reflek memasang wajah sewot ketika akhirnya benar bergeser sedikit menjauh untuk memotong bawang-bawangan.

selang 5 menit mereka berdua tidak bersuara dan fokus melakukan kewajiban masing-masing, celine akhirnya bersuara juga.

“kal kal.. tolongin gue kal.” ujarnya, mundur beberapa langkah. gelagatnya sudah hampir menangis saja.

“kenapa-kenapa?” kalandra panik, berjalan mendekat dengan tangan masih kotor sehabis memegang ikan.

“pedes bego tuh cabe sialan bijinya lompat deket mata.”

“terosss cel???”

“gatel juga. garukin please mata gue yang kanan, persis diujung tuh.”

“tangan gue kotor????”

“pake lengan ajaaaa udah lo gesek-gesek kek apa kek..” celine makin gelisah.

“ngawur aja lo!” kalandra reflek menggeleng dan ingin mencuci tangannya terlebih dulu untuk membantu, namun siapa sangka tangan celine lebih cepat dari pergerakannya?

“sianjing celine bisa-bisanya lo ya.”

gadis itu membisu, ia menggeser-geser lengan kalandra di matanya yang sudah hampir menggila akibat pedas dan gatal di saat bersamaan.

“aturan lo cuci tangan lah anjir.” kalandra masih sibuk mengomel ketika akhirnya celine melepas tangannya.

“dah, kelar. makasih. tinggal pedesnya doang nih.” celine hening di depan kulkas cukup lama agar matanya bekerja normal. merasa kalandra menatapnya tidak habis pikir sebelum akhirnya tertawa.

“gatelllll kal. lo jangan pelototin gue lah.”

“ya abisnya????”

“dah kelar gak ikannya?”

kalandra mengangguk. “tapi sori banget itu yang satu kepalanya lepas..”

“hah? lo apain kok bisa lepas anjir?”

“kekopek doang..”

celine hanya mampu geleng-geleng kepala saja.


“itu minyaknya di apain cel?” kalandra sudah persis seperti anak kecil memperhatikan mamanya memasak.

“hehe. dipanasin dulu tuh. terus baru deh bawangnya dimasukin.”

“ada urutan gak?”

“hm..” celine berpikir sebentar. “seharusnya ada ya.. biasanya tuh yang dimasukin kalo pake bawang putih merah itu harus yang putih dulu kal..” gadis itu menjelaskan sambil tangannya sibuk memasukkan bawang bombai ke dalam teflon.

“kenapa?”

“jangan tanya gue!!!!”

“ih sewot.” kalandra mencubit pipi celine sebentar. entah, reflek saja.

“terus itu kenapa yang dimasukin bombai duluan?”

“aernya lebih banyak dia bang. jadi biar layu duluan gitu baru deh masukin bawang putih.”

“gak pake bawang merah cel?”

“enggak..”

“terus itu nungguinnya sampe layu gimana taunya?”

“sampe kuning lembekkkkkkkk!!!!!!”

“ooooooohhh... terus-terus?”

“nabrak.”

“SERIUS CEL.”

“ya terus apanya sih sayang? hm? mau dijelasin apa lagi? gue bukan jebolan chef gak bisa jelasin hhhhhhh.” celine sengaja menekan kata sayang agar kalandra bungkam.

namun salah, ia meleset sepenuhnya.

“ya itu abis bumbunya masuk terus diapain, sayang?”

sialan.

celine sendiri yang akhirnya mati kutu.

“cellll bawang lo lompat cel!!!!”

yah, lain kali jangan biarkan kalandra masuk dapur. bisanya selain wawancara ya itu.. ribut!

16 september 2023

gak dibaca gak ngaruh. (diskip boleh.)


“kalandra belum dateng?” jave yang baru keluar dari kamar itu segera mendudukkan diri di sofa. ikut nimbrung bersama 3 temannya yang baru saja datang beberapa menit lalu ditemani gibran yang asik menunggui roti di panggangan.

ada lukas gebetan jeva.

juna, si jomblo yang sampai detik ini masih mencintai diri sendiri.

dan rendy, salah satu teman yang— “tuh tuh dah nongol si anak sapi!!” —selalu ngajak ribut.

kalandra yang baru datang menanting kresek itu hanya berdecak sembari berdiri diam di dekat lorong masuk guna menunggu celine berganti sandal.

cukup lama, hingga suara rendy akhirnya kembali menggema.

“mana sih cewek lo? gak jadi ikut kemari?”

kalandra mendelik. menyuruhnya diam. perlahan ia menoleh ke celine yang ternyata malah tersenyum lebar sambil membungkuk melepas kaitan sandal. diam-diam kalandra ikutan salah tingkah. baper juga.

“gue benerin gak cel?”

celine nyengir. “mau recreate adegan drama apa nih kok orang ngelepas sandal doang mau dibenerin?”

“gak usah. gak jadi.” kalandra reflek mendengus dan diam seribu bahasa.

“dah, yuk.”

kalandra mengangguk, lantas mengikuti langkah celine tepat di belakangnya.

“WOY CELINEEE.” gibran menyapa girang sambil melambai tangan, lalu segera menyuruh gadis itu untuk duduk di sofa agar bisa berkenalan juga dengan rendy, juna dan lukas.

kalandra menghela napas. pita suaranya tidak berfungsi dengan baik sebab moodnya masih awut-awutan. ia memperhatikan raut teman-temannya sebentar sebelum kemudian ikut mendudukkan diri di sofa.

“geseran-geseran.. cowoknya mba celine dudukin kaki gue nih.” rendy, lagi-lagi, cari masalah. padahal ia belum mengenal celine dan belum pernah bertemu sekalipun dengan gadis itu. dan faktanya lagi memang kaki rendy saja yang selonjor sebelah. membuat kalandra langsung mendudukinya tanpa basa-basi lagi sebab kalandra tau jika adu mulut dengan rendy tidak akan pernah bisa selesai. rendy adalah juru bicara pembela diri yang sangat baik.

diam-diam jave, gibran, lukas dan juna memandangi kalandra yang tidak mengeluarkan kalimat sanggahan. ekspresinya tenang dan tidak ada raut kesal ataupun melarang. heningnya lelaki itu membuat mereka yang duduk disitu mengenal kalandra sejak lama reflek menahan gejolak untuk tidak menggoda.

kalandra yang mereka tau memang bagai magnet bagi para gadis. banyak hal melekat pada diri kalandra yang membuat para perempuan secara ugal-ugalan menunjukkan jika sedang menaruh hati. belum lagi tanggapan super kadal yang selalu ia berikan. seperti mengajak jalan, mengantar pulang, membelikan makan, memberikan perhatian berlebih, bahkan julukan princess yang selalu ia lontarkan itu kerap membuat para perempuan tersipu.. padahal mereka tau, mereka tidak sendirian.

dan satu hal yang membuat circle kecil ini senang akan kehadiran celine adalah gadis itu mampu membuat kalandra diam. bukan diam dalam arti menutup mulut atau anteng tidak berbicara. namun diam dalam artian tak berkutik sedikitpun ketika hal yang paling ia hindari disinggung-singgung. sejauh ini kalandra memang selalu tegas dan tidak segan untuk memberikan batasan pada mereka yang mengeclaim dirinya sebagai kepunyaan.

seperti, kalandra cowok gue.. kalandra gebetan gue..

no girls. just no.. he belongs to no one!

but, see..

“oh.. cowoknya celine ya kal?”

kalandra hanya diam dengan telinga memerah panas.


waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang ketika akhirnya celine bisa berkutat di depan wastafel kalandra untuk mencuci ikan, lagi. bedanya kemarin lele masih dalam keadaan hidup sehingga cukup merepotkan, sedangkan mujair yang celine beli di pedagang keliling ini sudah mati dan dibersihkan isinya.

“perlu dibantuin apa nih cel?” lukas, yang kebetulan memang lebih ramah ketimbang jave, rendy dan juna itu bertanya ketika melintas di belakang celine. ingin mengambil minum.

“eh.. berani pegang ikan gak?” celine bertanya setelah sebelumnya hampir mengumpat karena terkejut. sebenarnya pertanyaan itu hanya untuk basa-basi saja, namun jika lukas bisa mencuci ikan ya.... apa salahnya?

“mujair yang baru lo beli ini?” lukas melongo.

“iya itu. bisa?”

“bis...”

“gue aja. minggir lo kas.” kalandra reflek menyela, mengusir lukas dengan tatap sengit.

lo udah punya jeva, jangan macem-macem! begitu kemungkinannya jika ekspresi bisa berbicara.

lukas refklek mengelus dada lega.

“eh tapi kal, lo kan kemar...”

“bisa gue bisa. andelin gue.” kalandra menyela ucapan celine, lantas berdiri di depan wastafel dengan tangan super kebas. ia sejujurnya tidak berani.

but..

andelin gue.

lukas reflek minggat sambil mengepal tinju di mulutnya sendiri. ia siap menggibah dengan yang lain di hadapan televisi.

berbeda dengan celine yang kini bukannya baper malah menatap kalandra dengan pandangan super sangsi. kemarin saja ia yang membersihkan, kok sekarang..

“mati nih mati.. yang kemaren kan idup cel..” kalandra sadar jika celine masih fokus menatapnya.

“yakin? gak tiba-tiba lo ilang lagi ke deket dispenser?”

“gue nih family man. mending lo diem, bikin bumbu sana.”

“idih..” celine reflek memasang wajah sewot ketika akhirnya benar bergeser sedikit menjauh untuk memotong bawang-bawangan.

selang 5 menit mereka berdua tidak bersuara dan fokus melakukan kewajiban masing-masing, celine akhirnya bersuara juga.

“kal kal.. tolongin gue kal.” ujarnya, mundur beberapa langkah. gelagatnya sudah hampir menangis saja.

“kenapa-kenapa?” kalandra panik, berjalan mendekat dengan tangan masih kotor sehabis memegang ikan.

“pedes bego tuh cabe sialan bijinya lompat deket mata.”

“terosss cel???”

“gatel juga. garukin please mata gue yang kanan, persis diujung tuh.”

“tangan gue kotor????”

“pake lengan ajaaaa udah lo gesek-gesek kek apa kek..” celine makin gelisah.

“ngawur aja lo!” kalandra reflek menggeleng dan ingin mencuci tangannya terlebih dulu untuk membantu, namun siapa sangka tangan celine lebih cepat dari pergerakannya?

“sianjing celine bisa-bisanya lo ya.”

gadis itu membisu, ia menggeser-geser lengan kalandra di matanya yang sudah hampir menggila akibat pedas dan gatal di saat bersamaan.

“aturan lo cuci tangan lah anjir.” kalandra masih sibuk mengomel ketika akhirnya celine melepas tangannya.

“dah, kelar. makasih. tinggal pedesnya doang nih.” celine hening di depan kulkas cukup lama agar matanya bekerja normal. merasa kalandra menatapnya tidak habis pikir sebelum akhirnya tertawa.

“gatelllll kal. lo jangan pelototin gue lah.”

“ya abisnya????”

“dah kelar gak ikannya?”

kalandra mengangguk. “tapi sori banget itu yang satu kepalanya lepas..”

“hah? lo apain kok bisa lepas anjir?”

“kekopek doang..”

celine hanya mampu geleng-geleng kepala saja.

🔞👋


“take it.”

“take what?”

“my first kiss. take it. you want it too anyway.”

celine tergugu ketika pandangan kalandra masih terus jatuh lurus ke matanya. menghunjam intens dan sangat merusak akal sehat. otaknya terus menolak, sedangkan batinnya malah menyuruh.

kiss him.. he's right tho, you want it too anyway.

kiss him cel.. look at his full lips who waits for you.

kiss him.. and he'll hug your waist tightly.

kiss him, and you'll hear his heavy sighs.

kiss him.

kiss him..

kiss him now! you know.. he's hotter tonight.

celine memejamkan matanya kuat ketika kepala kalandra mulai sedikit miring ke samping. hendak memulai. otaknya kaku dan tangannya kebas bukan main. hingga kurang dari 5 senti meter lagi celine akhirnya berpaling dari wajah kalandra.

“gak bisa kal.” ujarnya kemudian, serak setengah mati. ia sudah di ambang sekarat sekarang.

batinnya tersiksa kala melihat kalandra akhirnya mundur sambil menatapnya heran.

“gue bukannya gak kepingin. tapi gak bisa.” celine melanjutkan, separuh lebih hatinya merasa bersalah dan sedikit menyesal. sebab, ia memang menginginkannya.

siapa pula yang tidak akan terbuai di detik-detik penentuan seperti itu?

“why cel?” kalandra akhirnya angkat bicara.

“karena gue merasa gak pantes?”

lelaki itu meneleng kepala kebingungan. “then explain it.” ujarnya, meminta penjelasan lebih akan alasan celine merasa tidak pantas.

hening. suara gibran dan jave yang kini melangkah di ruang depan itu bahkan terdengar masuk ke telinga saking sepinya.

“gue mau lo kasih first kiss lo ke perempuan yang bisa bikin lo berhenti takut mulai hubungan kal. gue mau lo kasih itu ke dia. yah, biar spesial aja.. ntar kalo lo bisa nemuin kan enak gombalnya, kek lo cewek pertama yang gue ajakin bangun hubungan, loh.. terus cium deh.. hehehehe.”

kalandra memejam mata, mengurut batas hidungnya yang mulai berkedut.

“sumpah bukannya gue gak mau loh lo jangan merendah diri.” celine mulai panik, menggoyang-goyang jemari kalandra yang kini baru ia sadari juga sama kebas dengan dirinya.

“kalllllllllllllllllll...”

lelaki itu masih diam dan kini berpindah area pijat ke pelipis. mendadak ia pusing bukan main.